Anda di halaman 1dari 13

37

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN FISIKA SMA BERBASIS INKUIRI


TERBIMBING TERINTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATERI CAHAYA DAN OPTIKA

Ardian Asyhari1, Risa Hartati2


1
Program Studi Pendidikan Fisika, FTK IAIN Raden Intan Lampung, Email: ardianasyhari@gmail.com
2
Alumni Program Studi Pendidikan IPA, Sekolah Pascasarjana UPI Bandung, Email: risahartati@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa (hasil belajar kognitif, afektif, dan
hasil belajar psikomotor) melalui penerapan pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing terintegrasi pendidikan
karakter. Pencapaian hasil belajar siswa yang diukur terdiri dari tiga aspek, yaitu aspek kognitif, psikomotorik,
dan afektif. Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari soal pretest dan posttest (aspek
kognitif), lembar penilaian psikomotorik (aspek psikomotorik), dan lembar penilaian afektif (karakter). Teknik
analisis data dilakukan dengan menggunakan program IBM SPSS Statistics 22. Untuk analisis data kognitif
dilakukan dengan menggunakan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji t berpasangan (paired sample t-test)
terhadap data pretest dan post-test, sedangkan analisis data psikomotorik dan afektif peserta didik tiap pertemuan
dianalisis menggunakan uji Friedman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa (hasil belajar kognitif, afektif, dan hasil belajar psikomotor) pada materi
cahaya dan optika.

Kata Kunci: cahaya dan optika, inkuiri terbimbing, pendidikan karakter

PENDAHULUAN adalah penerapan inkuiri dalam


Kebutuhan guru akan metode pembelajaran. Inkuiri adalah suatu proses
pembelajaran yang dapat menunjang dimana peserta didik secara aktif
aktivitas dan kreativitas peserta didik pada menginvestigasi dunianya melalui bertanya
kegiatan pembelajaran sangat tinggi. dan mencari jawaban atas berbagai
Kebutuhan tersebut merupakan suatu pertanyaan. Proses ini dilakukan dengan
kesadaran yang penting bagi guru untuk mengajukan pertanyaan, melakukan
menyiapkan dan membekali para peserta penelusuran jawaban, eksplorasi, dan
didik mereka. Hasil penelitian oleh investigasi (Mertelino et al. 2000 dalam
Kuhlthau et al. (2007) menjelaskan bahwa Suyatna, 2015). Metode pembelajaran
cara baru dalam pembelajaran sangat inkuiri menuntut peserta didik untuk terlibat
dibutuhkan untuk menyiapkan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran,
dalam lingkungan dan budaya kerja yang sehingga peserta didik akan lebih
kompleks di era perkembangan teknologi menghargai dan meresapi hal-hal baru yang
informasi dan globalisasi sekarang ini. mereka peroleh dari proses pembelajaran
Terdapat banyak perkembangan berbasis inkuiri yang telah dilalui. Menurut
inovatif dalam dunia pendidikan yang dapat Hamalik (2009), peserta didik akan
menunjang pembelajaran dan mengadvokasi mendapatkan pengalaman dengan
kebutuhan akan pendidikan karakter dan keterlibatan secara aktif dan pribadi
peningkatan hasil belajar, sebagai contohnya
38

daripada yang diperoleh dengan melihat Penggunaan integrasi pendidikan


atau menonton isi dan konsep. karakter dalam pembelajaran inkuiri
Menurut Trowbridge et al. (dalam terbimbing dapat memberikan implikasi
Suyatna, 2015), ditinjau dari tingkat yang nyata terhadap berlangsungnya
kompleksitasnya, pembelajaran dengan kegiatan pembelajaran. Hasil penelitian
inkuiri dibedakan menjadi tiga tingkatan. Panjaitan (2011) menyebutkan bahwa selain
Tingkatan pertama adalah pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar peserta
penemuan (discovery). Tingkatan kedua didik, pembelajaran inkuiri terbimbing
adalah pembelajaran inkuiri terbimbing terintegrasi pendidikan karakter juga dapat
(guided inquiry), dan tingkatan yang paling mendidik karakter peserta didik. Brooks dan
kompleks adalah inkuiri terbuka atau bebas Gobel (dalam Koesoema, 2010) menyatakan
(open inquiry). Dalam pembelajaran bahwa pendidikan karakter yang secara
penemuan (discovery), peserta didik diajak sistematis diterapkan dalam kegiatan
melakukan pencarian konsep melalui pembelajaran merupakan daya tawar
kegiatan yang melibatkan pertanyaan, berharga bagi seluruh komunitas. Para
inferensi, prediksi, berkomunikasi, peserta didik mendapatkan keuntungan
interpretasi, dan menyimpulkan. Dalam dengan memperoleh perilaku dan kebiasaan
pembelajaran inkuiri terbimbing (guided positif yang mampu meningkatkan rasa
inquiry) masalah dimunculkan oleh percaya dalam diri mereka , membuat hidup
pembimbing atau oleh guru. Sementara mereka lebih bahagia dan lebih produktif.
dalam pembelajaran inkuiri terbuka atau Tujuan dari penelitian ini adalah
inkuiri bebas (open inquiry), masalah mendeskripsikan hasil belajar siswa (hasil
berasal dari peserta didik dengan bantuan belajar kognitif, afektif, dan hasil belajar
dan arahan dari guru sampai peserta didik psikomotor) setelah diberi perlakuan berupa
menemukan jawaban dari hal yang pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing
dipertanyakan dan mungkin berakhir dengan terintegrasi pendidikan karakter.
pertanyaan dan masalah baru yang perlu
ditindaklanjuti pada kegiatan pembelajaran METODE PENELITIAN
berikutnya. Desain Penelitian
Tingkatan inkuiri yang relatif mudah Penelitian ini merupakan penelitian weak
untuk digunakan dan diterapkan dalam experiment dengan desain penelitian one
kegiatan pembelajaran adalah inkuiri group pretest-posttest design, di mana hanya
terbimbing. Lebih lanjut menurut Kuhlthau melibatkan satu kelas eksperimen saja untuk
et al. (2007). Pembelajaran Inkuiri mengetahui pencapaian hasil belajar peserta
Terbimbing adalah pembelajaran inkuiri didik setelah diterapkan pembelajaran fisika
yang telah direncanakan, ditargetkan, dan berbasis inkuiri terbimbing terintegrasi
melibatkan intervensi serta pengawasan pendidikan karakter.
guru selama proses penyelidikan. Sehingga
dengan adanya pengawasan dan keterlibatan Subjek Penelitian
guru, kegiatan pembelajaran akan lebih Populasi dari penelitian ini adalah seluruh
terarah pada pencapaian tujuan kelas X yang terdaftar di salah satu SMA
pembelajaran. Negeri di Kota Surakarta. Penentuan sampel
39

dilakukan dengan menggunakan teknik Analisis Data


purposive sampling, sehingga diperoleh satu 1. Data kognitif peserta didik
kelas yang terdiri dari 28 orang siswa. Data kognitif peserta didik diperoleh
dari nilai pretest dan posttest. Data pretest
Instrumen Penelitian dan postest peserta didik diuji normalitas
Pencapaian hasil belajar siswa yang dan homogenitasnya. Pengujian ditujukan
diukur terdiri dari tiga aspek, yaitu aspek sebagai bentuk uji prasyarat analisis. Data
kognitif, psikomotorik, dan afektif. yang digunakan berupa data rasio yang
Instrumen penelitian yang digunakan pada termasuk dalam data kuantitatif. Hasil dari
penelitian ini terdiri dari soal pretest dan uji prasyarat digunakan sebagai dasar
posttest untuk mengetahui pencapaian hasil analisis lebih lanjut terhadap nilai hasil
belajar siswa pada aspek kognitif, lembar belajar peserta didik. Seluruh pengujian
penilaian psikomotorik untuk mengetahui dalam analisis menggunakan program IBM
pencapaian hasil belajar siswa pada aspek SPSS Statistik 20.
psikomotorik., dan lembar penilaian afektif a. Uji Normalitas
(karakter) untuk mengetahui pencapaian Uji normalitas digunakan untuk
hasil belajar siswa pada aspek afektif. mengetahui pola sebaran kelompok data tes
yang dihasilkan. Hasil uji kenormalan
Prosedur Penelitian menggunakan hasil pada Kolmogorov-
Penelitian ini dilakukan selama lima kali Smirnova. Pengujian diawali dengan
pertemuan. Kegiatan penelitian diawali memberikan hipotesis terhadap nilai
dengan tes awal (pretest) yang bertujuan signifikansi.
untuk mengetahui kemampuan awal siswa Ho : data terdistribusi normal
yang dilakukan selama satu kali pertemuan. Ha : data tidak terdistribusi normal
Kemudian proses pembelajaran
Jika nilai signifikansi yang diperoleh lebih
dilaksanakan selama tiga kali pertemuan
besar dari α = 0,05 (Sign. > 0,05) maka Ho
tatap muka dengan tujuan penguasaan
diterima.
materi pembelajaran pada materi cahaya dan
b. Uji Homogenitas
optika. Selama kegiatan pembelajaran
Uji homogenitas digunakan untuk
dilaksanakan, siswa diamati oleh pengamat
mengetahui kesamaan dalam variansi data.
untuk dinilai aspek psikomotorik dan
Pengujian homogenitas data dilakukan
afektifnya. Kegiatan penelitian diakhiri
dengan uji Levene. Hipotesis diberikan pada
dengan tes akhir (post-test) yang bertujuan
data yang dilihat variannya.
untuk mengetahui apakah kelas eksperimen
Ho : Varian data homogen
memiliki peningkatan pencapaian hasil
Ha : Varian data tidak homogen
belajar setelah diterapkan pembelajaran
berbasis inkuiri terbimbing reintegrasi Ketentuan uji yaitu Ho diterima jika
pendidikan karakter. nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar
dari α = 0,05 (Sign. > 0,05).
c. Uji Dua Sampel Berpasangan
Skor pretest dan posttest melalui
tahapan uji t dengan dua sampel
40

berpasangan (paired sample t-test). Priyatno penilaian psikomotorik yang di adaptasi dan
(2009) menyebutkan paired sample t-test dikembangkan dari Kemendiknas (2010)
digunakan untuk mengetahui ada tidaknya disajikan pada Tabel 1.
perbedaan antara dua variabel yang
berpasangan. Hipotesis yang diberikan Tabel 1. Kategori Penilaian Psikomotorik
Peserta Didik
untuk pengujiannya adalah sebagai berikut:
Rentang
Ho : Hasil belajar kognitif sebelum dan Kategori
Skor
sesudah pembelajaran berbasis inkuiri 19 – 33 Gagal
terbimbing adalah sama 34– 47 Kurang Berhasil
Ha : Hasil belajar kognitif sebelum dan 48 - 61 Berhasil
sesudah pembelajaran berbasis inkuiri 62 - 76 Sangat Berhasil
terbimbing adalah tidak sama
Selain menggunakan kategori penilaian,
hasil psikomotorik peserta didik tiap
Terdapat 2 kriteria pengambilan
pertemuan juga dianalisis menggunakan uji
keputusan yang akan digunakan, yang
Friedman, yaitu uji nonparametric untuk
pertama yaitu berdasarkan perbandingan
menguji data tiga atau lebih sampel
thitung dan ttabel, ketentuannya adalah jika –
berhubungan. Hipotesis pengujiannya
ttabel < thitung < ttabel, maka Ho diterima, dan
adalah sebagai berikut:
jika thitung < -ttabel atau –thitung > ttabel, maka
Ho: Hasil penilaian psikomotorik tiap
Ho ditolak. Pengambilan keputusan yang
pertemuan adalah sama
kedua, yaitu berdasarkan nilai probabilitas,
Ha: Hasil penilaian psikomotorik tiap
jika nilai probabilitas > 0,05, maka Ho
pertemuan adalah tidak sama
diterima, sebaliknya jika nilai probabilitas
< 0,05, maka Ho ditolak.
Pengambilan keputusan yang akan
digunakan, yang pertama yaitu berdasarkan
2. Data Psikomotorik Peserta Didik
perbandingan thitung dan ttabel, ketentuannya
Analisis penilaian psikomotorik peserta
adalah jika thitung < ttabel, maka Ho diterima,
didik dilakukan untuk mengetahui
dan jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak.
pencapaian keterampilan psikomotorik yang
Pengambilan keputusan yang kedua, yaitu
aspek dan indikator telah disesuaikan
berdasarkan nilai probabilitas, jika nilai
dengan tujuan penelitian. Aspek-aspek
probabilitas > 0,05, maka Ho diterima,
tersebut mengarah pada ketercapaian
sebaliknya jika nilai probabilitas < 0,05,
keterampilan proses sains dan keterampilan
maka Ho ditolak.
sosial peserta didik. Skor yang diberikan
mengacu pada 19 aspek penilaian. Masing-
3. Data Afektif Peserta Didik
masing aspek memiliki rentang skor 1
Analisis penilaian afektif dimaksudkan
sampai 4. Lembar penilaian psikomotorik
untuk melihat seberapa besar pencapaian
untuk peserta didik diisi oleh guru
peserta didik terkait pembentukan karakter
(observer) terhadap masing-masing peserta
mereka selama mengikuti proses
didik dalam kelompok yang diamati untuk
pembelajaran. Penilaian mengarah pada 4
selanjutnya dianalisis sebagai pencapaian
aspek karakter dalam pembelajaran yang
keterampilan psikomotorik. Kategori
41

diharapkan muncul selama kegiatan Deskripsi data hasil belajar kognitif


pembelajaran berlangsung. Masing-masing yang diperoleh dari nilai pretest dan
aspek dengan rentang skor 1 sampai 4. posttest, disajikan pada Tabel 3.
Lembar penilaian afektif untuk peserta didik
diisi oleh guru (observer) terhadap masing- Tabel 3. Deskripsi Data Hasil Belajar Kognitif
masing peserta didik dalam kelompok yang Peserta Didik
diamati untuk selanjutnya dianalisis sebagai Jenis ̅
N SD Min. Maks.
pencapaian karakter. Kategori penilaian Tes
afektif di adaptasi dan dikembangkan dari Pretest 28 49,95 8,48 35,29 64,71
Kemendiknas (2010) disajikan pada Tabel 2.
Posttest 28 52,31 9,65 35,29 76,47
Tabel 2.Kategori Penilaian Afektif Peserta didik Tabel 3. menyajikan data hasil belajar
Rentang
Kategori kognitif peserta didik sebelum dan sesudah
Skor
4–7 Belum Terlihat diberikan pembelajaran berbasis inkuiri
8– 10 Mulai Terlihat terbimbing yang telah dikembangkan.
11 – 13 Mulai Berkembang
14 – 16 Membudaya
Sebelum diberi pembelajaran, hasil rerata
yang diperoleh adalah 49,95 dengan standar
deviasi 8,48, nilai terendah 35,29 dan
Selain menggunakan kategori penilaian,
tertinggi 64,71. Sedangkan setelah diberi
hasil afektif peserta didik tiap pertemuan
pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing
juga dianalisis menggunakan uji Friedman,
yang telah dikembangkan, hasil rerata yang
yaitu uji nonparametric untuk menguji data
diperoleh peserta didik adalah 52,31 dengan
tiga atau lebih sampel berhubungan.
standar deviasi 9,65, nilai terendah 35,29
Hipotesis pengujiannya adalah sebagai
dan tertinggi 76,47.
berikut:
Ho: Hasil penilaian afektif tiap pertemuan Tabel 4. Distribusi Hasil Belajar Kognitif
adalah sama Peserta Didik
Ha: Hasil penilaian afektif tiap pertemuan Frek. Frek.
Frek. Frek.
adalah tidak sama Nilai Nilai Relatif Relatif
Hasil Hasil
Interval Tengah Pretest Posttest
Pengambilan keputusan yang akan Pretest Posttest
(%) (%)
digunakan, yang pertama yaitu berdasarkan 35-40 37,5 3 10,71 2 7,14
41-46 43,5 6 21,43 4 14,29
perbandingan thitung dan ttabel, ketentuannya 47-52 49,5 6 21,43 5 17,86
adalah jika thitung < ttabel, maka Ho diterima, 53-58 55,5 7 25,00 7 25,00
59-64 61,5 4 14,29 6 21,43
dan jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak. 65-70 67,5 2 7,14 3 10,71
Pengambilan keputusan yang kedua, yaitu 71-77 73,5 0 0,00 1 3,57
Jumlah 28 100 28 100
berdasarkan nilai probabilitas, jika nilai
probabilitas > 0,05, maka Ho diterima,
sebaliknya jika nilai probabilitas < 0,05,
maka Ho ditolak.

HASIL PENELITIAN
1) Data Hasil Belajar Kognitif
42

Berdasarkan ringkasan hasil analisis


8 77 nilai pretest dan posttest yang disajikan pada
7 6 6 6 Tabel 5., diketahui bahwa normalitas data
6 5 yang di uji dengan Kolmogorov-Smirnova,
Frekuensi

5 4 4
4
taraf signifikansi yang diperoleh untuk nilai
3 3
2 3 2 Pretes pretest sebesar 0,135 dan posttest sebesar
2 1 Postes
0,200, kedua nilai tersebut lebih besar dari α
1 0 = 0,05 (Sign. > 0,05) yang mengartikan
0 bahwa Ho diterima. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa data nilai pretest dan
Nilai Interval posttest berdistribusi normal. Sedangkan
untuk homogenitas data, hasil pretest dan
Gambar 1. Histogram Distribusi Frekuensi posttest peserta didik di uji dengan
Hasil Pretest dan Posttest
menggunakan Levene’s test, taraf
Tabel 4. dan Gambar 1. menyajikan data signifikansi yang diperoleh adalah sebesar
distribusi hasil belajar peserta didik sebelum 0,766, lebih besar dari α = 0,05 (Sign. >
(pretest) dan sesudah (posttest) 0,05) yang berarti bahwa Ho diterima.
pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data
Untuk pretest dan posttest, frekuensi nilai pretest dan posttest berasal dari
tertinggi terletak pada interval 53-58 dengan populasi yang homogen atau variansi setiap
jumlah frekuensi 7, yaitu sebesar 25%. sampel sama.
Sedangkan untuk frekuensi terendah terletak Data nilai pretest dan posttest yang telah
pada interval 71-77 dengan jumlah frekuensi diketahui berdistribusi normal dan berasal
pada hasil pretest 0 atau sebesar 0%, dan dari populasi yang homogen, selanjutnya
pada frekuensi hasil posttest 1 atau sebesar dianalisis menggunakan uji t dua sampel
3,57%. berpasangan (Paired Sample t-test).
Ringkasan hasil analisis pretest dan Berdasarkan Tabel 5., diketahui thitung adalah
posttest dapat dilihat pada Tabel 5. -3,287 sedangkan untuk ttabel (0,05;27)
Tabel 5. Ringkasan Hasil Analisis Nilai Pretest adalah 2,052. Oleh karena thitung < -ttabel atau
dan Posttest dengan melihat probabilitas sebesar 0,003 (p
Yang Keput Kesimpu
No
diuji
Jenis Uji Hasil
usan lan
< 0,05), maka Ho ditolak. Hal ini berarti
Sig. bahwa hasil belajar peserta didik sebelum
Kolmog Pretest
Norm orov- = 0,135
H0
Data
dan sesudah diterapkan pembelajaran
1 diteri
a-litas Smirno Sig.
ma
normal berbasis inkuiri terbimbing tidak sama, atau
va Posttest
= 0.200 dengan ungkapan lain dapat dikatakan
Homo
H0 Data bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
- Levene’ Sig.
2
genita s test 0.766
diteri homo- antara hasil belajar peserta didik sebelum
ma gen
s dan sesudah diterapkannya pembelajaran
Hasil
Hasil
thitung = tidak berbasis inkuiri terbimbing. Melihat nilai
Prete Paired H0
3 st- Sample
-3,287
ditola
sama rerata posttest yang lebih besar dari nilai
p= (ada
Postte t-test k rerata pretest pada Tabel 3., dapat diketahui
0.003 perbe-
st
daan) bahwa pembelajaran berbasis inkuiri
43

terbimbing terintegrasi pendidikan karakter Tabel 6. menyajikan data pencapaian


dapat meningkatkan hasil belajar kognitif psikomotorik peserta didik selama
peserta didik pada materi cahaya dan optika. pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing
berlangsung. Pada pertemuan pertama, hasil
2) Penilaian Psikomotorik rerata yang diperoleh adalah 47,68 dengan
Data hasil penilaian psikomotorik standar deviasi 3,34, nilai terendah 40 dan
peserta didik yang diperoleh dari 3 kali tertinggi 54. Pada pertemuan kedua, hasil
pertemuan pada kelas uji coba diperluas, rerata yang diperoleh adalah 48,70 dengan
dideskripsikan pada Tabel 6. standar deviasi 3,90, nilai terendah 40 dan
tertinggi 57. Pada pertemuan ketiga, hasil
Tabel 6. Deskripsi Data Pencapaian sikomotorik rerata yang diperoleh adalah 48,79 dengan
Peserta Didik standar deviasi 2,25, nilai terendah 43 dan
Pertemuan N Mean SD Min. Maks. tertinggi 53.
I 28 47,68 3,34 40 54 Distribusi pencapaian psikomotorik
II 28 48,70 3,90 40 57 peserta didik pada pertemuan I, II, dan
III 28 48,79 2,25 43 53 pertemuan III (PI, PII, dan PIII), disajikan
pada Tabel 7.

Tabel 7. Distribusi Pencapaian Psikomotorik Peserta Didik


Nilai Interval 19 – 33 34 – 47 48 – 61 62 – 76
Kurang Sangat Jumlah
Kategori Gagal Berhasil
Berhasil Berhasil
Hasil PI 0 10 18 0 28
Relatif PI (%) 0 35,71 64,29 0 100
Frekuensi

Hasil PII 0 11 17 0 28
Relatif PII (%) 0 39 61 0 100
Hasil PIII 0 8 20 0 28
Relatif PIII
0 28,57 71,43 0 100
(%)

Tabel 7. menyajikan data distribusi pada interval 62 – 76 (Sangat Berhasil)


pencapaian psikomotorik peserta didik pada dengan jumlah 0, yaitu sebesar 0%.
pertemuan I, II, dan pertemuan III, atau Pada pertemuan II, Pada pertemuan II,
selama pembelajaran berbasis inkuiri frekuensi pada interval 19 – 33 (Gagal)
terbimbing berlangsung. Pada pertemuan I, dengan jumlah 0, yaitu sebesar 0%, interval
frekuensi pada interval 19 – 33 (Gagal) 34 – 47 (Kurang Berhasil) dengan jumlah
dengan jumlah 0, yaitu sebesar 0%, interval frekuensi 11, yaitu sebesar 39%, interval 48
34 – 47 (Kurang Berhasil) dengan jumlah – 61 (Berhasil) dengan jumlah frekuensi 17,
frekuensi 10, yaitu sebesar 35,71%, interval yaitu sebesar 61%, dan frekuensi pada
48 – 61 (Berhasil) dengan jumlah frekuensi interval 62 – 76 (Sangat Berhasil) dengan
18, yaitu sebesar 64,29%, dan frekuensi jumlah 0, yaitu sebesar 0%. Sedangkan
untuk pertemuan III, frekuensi pada interval
44

19 – 33 (Gagal) dengan jumlah 0, yaitu yang semakin baik pada Tabel 6., dapat
sebesar 0%, interval 34 – 47 (Kurang diketahui bahwa pembelajaran berbasis
Berhasil) dengan jumlah frekuensi 8, yaitu inkuiri terbimbing terintegrasi pendidikan
sebesar 28,57%, interval 48 – 61 (Berhasil) karakter dapat meningkatkan kemampuan
dengan jumlah frekuensi 20, yaitu sebesar psikomotorik peserta didik pada materi
21,43%%, dan frekuensi pada interval 62 – cahaya dan optika.
76 (Sangat Berhasil) dengan jumlah 0, yaitu
sebesar 0%. 3) Penilaian Afektif
Data hasil penilaian afektif peserta didik
25 yang diperoleh dari 3 kali pertemuan pada
20 kelas uji coba diperluas, dideskripsikan pada
20 18
17 Tabel 9.
Tabel 9. Deskripsi Data Pencapaian Afektif
Frekuensi

15
1011 Pertemuan I Peserta Didik
10 8 Pertemuan II
Pertemuan N Mean Mean SD Min.
Pertemuan III
5
I 28 10,14 1,63 7 13
000 000
0
19-33 34-47 48-61 62-76 II 28 10,57 1,07 8 12
Nilai Interval
III 28 11,32 1,46 9 14
Gambar 2. Histogram Distribusi Frekuensi
Pencapaian Psikomotorik Tabel 9. menyajikan data pencapaian
afektif peserta didik selama pembelajaran
Tabel 8. Ringkasan Hasil Analisis Nilai
berbasis inkuiri terbimbing berlangsung.
Psikomotorik Tiap Pertemuan
Yang Jenis Kepu-
Pada pertemuan pertama, hasil rerata yang
Hasil Kesimpulan diperoleh adalah 10,14 dengan standar
diuji uji tusan
Hasil thitung deviasi 1,63, nilai terendah 7 dan tertinggi
Psiko- Uji =
Hasil tidak 13. Pada pertemuan kedua, hasil rerata yang
motori Frie 8,725 H0
sama (ada
k3 dma p= ditolak
perbedaan)
diperoleh adalah 10,57 dengan standar
Perte- n 0.01 deviasi 1,07, nilai terendah 8 dan tertinggi
muan 3
12. Pada pertemuan ketiga, hasil rerata yang
Berdasarkan Tabel 8., diketahui thitung diperoleh adalah 11,32 dengan standar
adalah 8,725 sedangkan untuk ttabel (0,05;2) deviasi 1,46, nilai terendah 9 dan tertinggi
adalah 1,386. Oleh karena thitung ttabel atau 14.
dengan melihat probabilitas sebesar 0,013 (p Tabel 10. menyajikan data distribusi
< 0,05), maka Ho ditolak. Hal ini berarti pencapaian afektif peserta didik pada
bahwa hasil penilaian psikomotorik tiap pertemuan I, II, dan pertemuan III, atau
pertemuan tidak sama, atau dengan selama pembelajaran berbasis inkuiri
ungkapan lain dapat dikatakan bahwa terbimbing berlangsung. Pada pertemuan I,
terdapat perbedaan yang signifikan antara frekuensi pada interval 4 – 7 (Belum
pertemuan I, II, dan pertemuan III. Melihat Terlihat) dengan jumlah frekuensi 2, yaitu
nilai rerata psikomotorik tiap pertemuan sebesar 7,1%, interval 8 – 10 (Mulai
45

Terlihat) dengan jumlah frekuensi 12, yaitu yaitu sebesar 50%, dan frekuensi pada
sebesar 42,9%, interval 11 – 13 (Mulai interval 14 – 16 (Membudaya) dengan
Berkembang) dengan jumlah frekuensi 14, jumlah 0, yaitu sebesar 0%.

Tabel 10. Distribusi Pencapaian Afektif Peserta Didik

Nilai Interval 4–7 8 – 10 11 – 13 14 – 16


Jumlah
Belum Mulai Mulai Mem-
Kategori
Terlihat Terlihat Berkembang budaya
Hasil PI 2 12 14 0 28
Frekuensi

Relatif PI (%) 7,1 42,9 50 0 100


Hasil PII 0 13 15 0 28
Relatif PII (%) 0 46,43 53,57 0 100
Hasil PIII 0 8 17 3 28
Relatif PIII (%) 0 28,58 60, 71 10,71 100

Pada pertemuan II, frekuensi pada 18 17


15
interval 4 – 7 (Belum Terlihat) dengan 16
13
14
14 12
jumlah frekuensi 0, yaitu sebesar 0%, 12
Frekuensi

interval 8 – 10 (Mulai Terlihat) dengan 10 8 Pertemuan I


jumlah frekuensi 13, yaitu sebesar 46,43%, 8
6 Pertemuan II
interval 11 – 13 (Mulai Berkembang) 4 3
2 Pertemuan III
dengan jumlah frekuensi 15, yaitu sebesar 2 00 00
53,57%, dan frekuensi pada interval 14 – 16 0
4–7 8–10 11–13 14–16
(Membudaya) dengan jumlah 0, yaitu Nilai Interval
sebesar 0%. Sedangkan untuk pertemuan III,
frekuensi pada interval 4 – 7 (Belum Gambar 3. Histogram Distribusi Frekuensi
Terlihat) dengan jumlah frekuensi 0, yaitu Pencapaian Afektif
sebesar 0%, interval 8 – 10 (Mulai Terlihat)
dengan jumlah frekuensi 8, yaitu sebesar Tabel 11. Ringkasan Hasil Uji Afektif Tiap
25,58%, interval 11 – 13 (Mulai Pertemuan
Berkembang) dengan jumlah frekuensi 17, Yang Jenis Keput Kesimpul
Hasil
diuji uji u-san an
yaitu sebesar 60,71%, dan frekuensi pada thitung
interval 14 – 16 (Membudaya) dengan =
Hasil
jumlah 3, yaitu sebesar 10,71%. Uji 12,02 Hasil tidak
Afektif 3 H0
Friedma 4 sama (ada
Pertemu ditolak
n p= perbedaan)
an
0.00
2

Berdasarkan Tabel 11., diketahui thitung


adalah 12,024 sedangkan untuk ttabel (0,05;2)
adalah 1,386. Oleh karena thitung ttabel atau
dengan melihat probabilitas sebesar 0,002 (p
46

< 0,05), maka Ho ditolak. Hal ini berarti belajar kognitif tersebut juga menunjukkan
bahwa hasil penilaian afektif tiap pertemuan adanya suatu usaha dari peserta didik untuk
tidak sama, atau dengan ungkapan lain dapat lebih mengerti akan materi yang sedang
dipelajari. Usaha tersebut terlihat dalam
dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang
kegiatan pembelajaran yang aktif, peserta
signifikan antara pertemuan I, II, dan didik selalu bertanya, dan menggali
pertemuan III. Melihat nilai rerata afektif informasi lain selain yang telah didapatkan
tiap pertemuan yang semakin baik pada dari guru.
Tabel 4.15., dapat diketahui bahwa Peran guru selama berlangsungnya
pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing proses pembelajaran juga menjadi salah satu
terintegrasi pendidikan karakter dapat faktor yang mempengaruhi peningkatan
kemampuan kognitif peserta didik, hal ini
meningkatkan kemampuan afektif peserta
dikarenakan guru lebih menempatkan
didik pada materi cahaya dan optika. dirinya sebagai motivator dan fasilitator. Hal
ini sejalan dengan yang telah disampaikan
PEMBAHASAN oleh Trianto (2011), bahwa pada
pembelajaran inkuiri, sebaiknya guru
1) Hasil Belajar Kognitif mengambil 7 peranan penting agar tercipta
Kesimpulan yang telah diperoleh
pembelajaran inkuiri yang optimal, yaitu
dari pengujian hasil pretes dan postes (hasil
sebagai motivator, fasilitator, penanya,
belajar kognitif) pada Tabel 5, bahwa
administrator, pengarah, manajer, dan
terdapat perbedaan yang signifikan antara
rewarder.
hasil belajar peserta didik sebelum (pretes)
2) Hasil Penilaian Psikomotorik
dan sesudah diberikan perlakuan (postes),
Hasil uji terhadap penilaian
serta terdapat peningkatan rerata yaitu
psikomotorik yang disajikan pada Tabel 6
sebesar 49,95 untuk rerata pretes dan
menyimpulkan terdapat perbedaan yang
sebesar 52,31 untuk rerata postes,
signifikan terhadap pencapaian
mengartikan sebuah keberhasilan dalam
psikomotorik peserta didik antara pertemuan
proses pembelajaran yang telah dilalui oleh
I, II, dan pertemuan III serta terdapat
peserta didik dengan pemberian perlakuan
peningkatan pencapaian secara rerata hasil
pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing.
psikomotorik peserta didik dalam setiap
Amirin (2012), mengungkapkan bahwa
pertemuan, yaitu sebesar 47,68 untuk
keberhasilan proses pembelajaran peserta
pertemuan I, 48,70 untuk pertemuan II, dan
didik dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
sebesar 48,79 untuk pertemuan III. Selain
salah satu diantaranya adalah pendekatan
itu, frekuensi pencapaian psikomotorik
atau metode yang digunakan oleh guru.
terbanyak peserta didik, berada pada
Penggunaan metode inkuiri terbimbing yang
pencapaian (kategori) “Berhasil”.
telah diaplikasikan di kelas, dianggap tepat
Pencapaian tersebut, disebabkan oleh
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik yang terlibat secara aktif ketika
kognitif peserta didik. Terkait dengan
pembelajaran menggunakan inkuiri
penggunaan metode inkuiri sebagai basis
terbimbing dan terintegrasi pendidikan
kegiatan pembelajaran, Minner, et al. (2009)
karakter berlangsung serta guru yang telah
dalam penelitiannya menemukan bahwa
tepat dalam mengambil peran selama proses
penggunaan metode inkuiri sebagai basis
pembelajaran berlangsung.
dari kegiatan pembelajaran, selain akan
Pencapaian tersebut menurut Uno
memenuhi standar penilaian pendidikan
(2008) merupakan penyebab pokok
(kognitif, afektif, dan psikomotorik), juga
terbentuknya respons-respons dalam belajar
akan lebih meningkatkan pemahaman
yang dinamakan operant conditioning. Hal
konseptual peserta didik. Peningkatan hasil
47

tersebut dibentuk melalui pengubahan rerata hasil afektif peserta didik dalam setiap
materi bahasan sedemikian rupa sehingga pertemuan, yaitu sebesar 10,14 untuk
dapat merangsang pembelajar pertemuan I, 10,57 untuk pertemuan II, dan
mengembangkan perilaku seperti yang sebesar 11,32 untuk pertemuan III. Selain
dikehendaki dalam tujuan belajar. Sebagai itu, frekuensi pencapaian afektif terbanyak
pengembangan dan konsepsi classical peserta didik, berada pada pencapaian
conditioning yang mengabaikan jarak antara (kategori) “Mulai Berkembang”. Hal ini
stimulus (S) dan respons (R), operant sejalan dengan temuan Mundilarto, et al.
conditioning sesungguhnya merupakan (2010), bahwa kegiatan pembelajaran
sinyal-sinyal penggerak pikiran dan dengan pendekatan inkuiri terbimbing,
dipandang sebagai mediator dari yang mampu menghasilkan peningkatan pada
diinginkan pemberi stimulus dengan sikap ilmiah (afektif) peserta didik.
harapan penerima mengembangkan reaksi Beberapa hal yang mempengaruhi
pikiran dan tindakan-tindakan tertentu. pencapaian tersebut adalah guru yang tidak
Motivasi dan arahan yang diberikan menggunakan metode indoktrinasi, tapi
oleh guru kepada peserta didik adalah faktor inkulkasi (penanaman). Selain itu, nilai-nilai
yang paling dominan berpengaruh terhadap tersebut tidaklah diajarkan, tetapi
meningkatnya pencapaian psikomotorik dikembangkan.
peserta didik. Pada pertemuan I, guru belum Selain metode inkulkasi dan
mengambil perannya sebagai motivator dan pengembangan nilai, guru juga memberikan
pengarah, sehingga sebagian peserta didik teladan yang baik sebagai metode tambahan
belum melibatkan dirinya secara aktif dan untuk mendidik karakter peserta didik. Cara
antusias dalam proses kegiatan guru menyelesaikan masalah secara adil,
pembelajaran. Sedangkan pada pertemuan- mengungkapkan pendapat, menjawab
pertemuan berikutnya, guru telah menyadari pertanyaan, menghargai pendapat peserta
perannya tersebut, sehingga terjadi didik, menggunakan bahasa yang santun,
peningkatan kualitas pembelajaran yang dan cara guru menghargai peserta didik
menyebabkan rerata pencapaian dengan menganggapnya sebagai kertas putih
psikomotorik peserta didik juga meningkat. yang siap untuk diwarnai dengan ilmu
Peran guru sebagai motivator dan pengetahuan, adalah beberapa hal yang
pengarah, dijelaskan lebih lanjut oleh dapat dijadikan alasan bagi peserta didik
Trianto (2011), bahwa motivasi dan arahan untuk meneladani gurunya.
yang diberikan oleh guru pada pembelajaran Flurnoy (2009) dalam penelitiannya
inkuiri akan memberikan rangsangan kepada mengungkapkan bahwa memfasilitasi
peserta didik untuk terlibat aktif dan peserta didik dengan lingkungan yang
bergairah untuk berpikir serta memimpin nyaman, akan mengembangkan karakter
kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik peserta didik dan mampu meningkatkan
untuk mencapai tujuan yang diharapkan. prestasi belajar mereka. Hal ini dikarenakan
Sehingga keterampilan psikomotorik yang lingkungan yang nyaman akan mengubah
diharapkan, dapat terlihat secara optimal dan pola perilaku peserta didik dalam belajar
berkembang dari pertemuan satu ke secara positif. Lingkungan yang nyaman
pertemuan berikutnya. tersebut, dapat diciptakan di rumah maupun
3) Hasil Penilaian Afektif (karakter) di sekolah. Hal yang diungkapkan oleh
Hasil uji terhadap penilaian afektif Flurnoy (2009) tersebut, mengindikasikan
yang disajikan pada Tabel 6 menyimpulkan faktor selain metode dalam mengembangkan
terdapat perbedaan yang signifikan antara karakter peserta didik. Brown (2008) tidak
pertemuan I, II, dan pertemuan III serta mempermasalahkan bagaimana metode atau
terdapat peningkatan pencapaian secara cara yang tepat dalam mendidik karakter
48

peserta didik. Menurutnya dengan cara apa Academic Achievement. ProQuest


pun, pendidikan karakter akan Education Journal. 35 (4), 18.
mempengaruhi perilaku peserta didik. Hamalik, Oemar., (2009), Proses Belajar
Pendidikan karakter yang baik, Mengajar. PT. Jakarta: Bumi Aksara.
seharusnya di mulai dari rumah, karena
Koesoema, Doni. (2010). Pendidikan
sekolah hanya membantu peserta didik
Karakter: Kajian Teori dan Praktik di
untuk mengembangkan karakter. Penelitian
Sekolah. Bandung: Rosda.
yang dilakukan oleh Martinson (2003)
Kemendiknas. (2010). Bahan Pelatihan:
menemukan bahwa pendidikan karakter
Penguatan Metodologi Pembelajaran
yang di mulai dari rumah, akan
mencerminkan perilaku peserta didik di Berdasarkan Nilai-nilai Budaya Untuk
sekolah, kemudian guru akan membantu Membentuk Daya Saing dan Karakter
untuk mengembangkan dan mendidik Bangsa. Jakarta: Kemendiknas RI.
karakter dengan menstimulasi imajinasi Kuhlthau, C. C. Maniotes, L. K., & Caspari.
moral, sehingga peserta didik dapat A. K. (2007). Guided inquiry:
mengidentifikasi bahwa perilaku tersebut Learning in the 21st century. Santa
baik atau tidak baik. Barbara, CA: Libraries Unlimited.
Martinson, David L. (2003). High School
KESIMPULAN Students and Character Education: It
Berdasarkan data hasil penelitian All Starts at Wendy's. ProQuest
yang telah dilakukan, dapat disimpulkan Education Journal. 27 (1), 14.
bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing Minner, D.D, Levy, A.J, dan Century, J.
terintegrasi pendidikan karakter dapat (2009). Inquiry Based Science
meningkatkan hasil belajar fisika peserta Instruction-What is and does it
didik pada aspek kognitif, afektif, dan Matter? Results from a Research
psikomotorik yang dibuktikan dengan Synthesis years 1984 to 2002. Journal
perhitungan statistik. of Research in Science Teaching. 47
(4), 474.
REFERENSI Mundilarto. (2010). Inquiry-Based Learning
dan Pengembangan Perangkat
Amirin, Siti. (2012). Pembelajaran Biologi Pembelajarannya. Laporan Penelitian
Model Children’s Learning in Science Pengembangan Ilmu Guru Besar.
Melalui Inkuiri Terbimbing dan UNY. Yogyakarta. (Unpublished).
Inkuiri Bebas Termodifikasi Ditinjau Panjaitan, Suhendry. (2011). Pengaruh
dari Sikap Ilmiah dan Kemampuan Strategi Pembelajaran Inkuiri
Berpikir Kritis. Tesis. UNS. Terbimbing
(Unpublished). Terintegrasi Pendidikan Karakter
Brown, Chelsea. (2008). Character Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa
Education and Its Impact on Student SMA.. Skripsi. Unimed.
Behavior. ProQuest Education (Unpublished).
Journal. 33 (2), 40. Suyatna, Agus. (2015). Pembelajaran IPA
Flurnoy, Torie. (2009). Character Education Wahana untuk Menumbuhkan
and The Perceived Impact on Student Kemampuan Berpikir, Bersikap, dan
49

Bertindak Ilmiah. Bandar Lampung: Uno, Hamzah B. (2008). Orientasi Baru


Universitas Lampung. dalam Psikologi Pembelajaran.
Trianto. (2011). Mendesain Model Jakarta: Bumi Aksara.
Pembelajaran Inovatif-Progresif:
Konsep, Landasan, dan
Implementasinya Pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai