Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa (hasil belajar kognitif, afektif, dan
hasil belajar psikomotor) melalui penerapan pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing terintegrasi pendidikan
karakter. Pencapaian hasil belajar siswa yang diukur terdiri dari tiga aspek, yaitu aspek kognitif, psikomotorik,
dan afektif. Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari soal pretest dan posttest (aspek
kognitif), lembar penilaian psikomotorik (aspek psikomotorik), dan lembar penilaian afektif (karakter). Teknik
analisis data dilakukan dengan menggunakan program IBM SPSS Statistics 22. Untuk analisis data kognitif
dilakukan dengan menggunakan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji t berpasangan (paired sample t-test)
terhadap data pretest dan post-test, sedangkan analisis data psikomotorik dan afektif peserta didik tiap pertemuan
dianalisis menggunakan uji Friedman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa (hasil belajar kognitif, afektif, dan hasil belajar psikomotor) pada materi
cahaya dan optika.
berpasangan (paired sample t-test). Priyatno penilaian psikomotorik yang di adaptasi dan
(2009) menyebutkan paired sample t-test dikembangkan dari Kemendiknas (2010)
digunakan untuk mengetahui ada tidaknya disajikan pada Tabel 1.
perbedaan antara dua variabel yang
berpasangan. Hipotesis yang diberikan Tabel 1. Kategori Penilaian Psikomotorik
Peserta Didik
untuk pengujiannya adalah sebagai berikut:
Rentang
Ho : Hasil belajar kognitif sebelum dan Kategori
Skor
sesudah pembelajaran berbasis inkuiri 19 – 33 Gagal
terbimbing adalah sama 34– 47 Kurang Berhasil
Ha : Hasil belajar kognitif sebelum dan 48 - 61 Berhasil
sesudah pembelajaran berbasis inkuiri 62 - 76 Sangat Berhasil
terbimbing adalah tidak sama
Selain menggunakan kategori penilaian,
hasil psikomotorik peserta didik tiap
Terdapat 2 kriteria pengambilan
pertemuan juga dianalisis menggunakan uji
keputusan yang akan digunakan, yang
Friedman, yaitu uji nonparametric untuk
pertama yaitu berdasarkan perbandingan
menguji data tiga atau lebih sampel
thitung dan ttabel, ketentuannya adalah jika –
berhubungan. Hipotesis pengujiannya
ttabel < thitung < ttabel, maka Ho diterima, dan
adalah sebagai berikut:
jika thitung < -ttabel atau –thitung > ttabel, maka
Ho: Hasil penilaian psikomotorik tiap
Ho ditolak. Pengambilan keputusan yang
pertemuan adalah sama
kedua, yaitu berdasarkan nilai probabilitas,
Ha: Hasil penilaian psikomotorik tiap
jika nilai probabilitas > 0,05, maka Ho
pertemuan adalah tidak sama
diterima, sebaliknya jika nilai probabilitas
< 0,05, maka Ho ditolak.
Pengambilan keputusan yang akan
digunakan, yang pertama yaitu berdasarkan
2. Data Psikomotorik Peserta Didik
perbandingan thitung dan ttabel, ketentuannya
Analisis penilaian psikomotorik peserta
adalah jika thitung < ttabel, maka Ho diterima,
didik dilakukan untuk mengetahui
dan jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak.
pencapaian keterampilan psikomotorik yang
Pengambilan keputusan yang kedua, yaitu
aspek dan indikator telah disesuaikan
berdasarkan nilai probabilitas, jika nilai
dengan tujuan penelitian. Aspek-aspek
probabilitas > 0,05, maka Ho diterima,
tersebut mengarah pada ketercapaian
sebaliknya jika nilai probabilitas < 0,05,
keterampilan proses sains dan keterampilan
maka Ho ditolak.
sosial peserta didik. Skor yang diberikan
mengacu pada 19 aspek penilaian. Masing-
3. Data Afektif Peserta Didik
masing aspek memiliki rentang skor 1
Analisis penilaian afektif dimaksudkan
sampai 4. Lembar penilaian psikomotorik
untuk melihat seberapa besar pencapaian
untuk peserta didik diisi oleh guru
peserta didik terkait pembentukan karakter
(observer) terhadap masing-masing peserta
mereka selama mengikuti proses
didik dalam kelompok yang diamati untuk
pembelajaran. Penilaian mengarah pada 4
selanjutnya dianalisis sebagai pencapaian
aspek karakter dalam pembelajaran yang
keterampilan psikomotorik. Kategori
41
HASIL PENELITIAN
1) Data Hasil Belajar Kognitif
42
5 4 4
4
taraf signifikansi yang diperoleh untuk nilai
3 3
2 3 2 Pretes pretest sebesar 0,135 dan posttest sebesar
2 1 Postes
0,200, kedua nilai tersebut lebih besar dari α
1 0 = 0,05 (Sign. > 0,05) yang mengartikan
0 bahwa Ho diterima. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa data nilai pretest dan
Nilai Interval posttest berdistribusi normal. Sedangkan
untuk homogenitas data, hasil pretest dan
Gambar 1. Histogram Distribusi Frekuensi posttest peserta didik di uji dengan
Hasil Pretest dan Posttest
menggunakan Levene’s test, taraf
Tabel 4. dan Gambar 1. menyajikan data signifikansi yang diperoleh adalah sebesar
distribusi hasil belajar peserta didik sebelum 0,766, lebih besar dari α = 0,05 (Sign. >
(pretest) dan sesudah (posttest) 0,05) yang berarti bahwa Ho diterima.
pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data
Untuk pretest dan posttest, frekuensi nilai pretest dan posttest berasal dari
tertinggi terletak pada interval 53-58 dengan populasi yang homogen atau variansi setiap
jumlah frekuensi 7, yaitu sebesar 25%. sampel sama.
Sedangkan untuk frekuensi terendah terletak Data nilai pretest dan posttest yang telah
pada interval 71-77 dengan jumlah frekuensi diketahui berdistribusi normal dan berasal
pada hasil pretest 0 atau sebesar 0%, dan dari populasi yang homogen, selanjutnya
pada frekuensi hasil posttest 1 atau sebesar dianalisis menggunakan uji t dua sampel
3,57%. berpasangan (Paired Sample t-test).
Ringkasan hasil analisis pretest dan Berdasarkan Tabel 5., diketahui thitung adalah
posttest dapat dilihat pada Tabel 5. -3,287 sedangkan untuk ttabel (0,05;27)
Tabel 5. Ringkasan Hasil Analisis Nilai Pretest adalah 2,052. Oleh karena thitung < -ttabel atau
dan Posttest dengan melihat probabilitas sebesar 0,003 (p
Yang Keput Kesimpu
No
diuji
Jenis Uji Hasil
usan lan
< 0,05), maka Ho ditolak. Hal ini berarti
Sig. bahwa hasil belajar peserta didik sebelum
Kolmog Pretest
Norm orov- = 0,135
H0
Data
dan sesudah diterapkan pembelajaran
1 diteri
a-litas Smirno Sig.
ma
normal berbasis inkuiri terbimbing tidak sama, atau
va Posttest
= 0.200 dengan ungkapan lain dapat dikatakan
Homo
H0 Data bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
- Levene’ Sig.
2
genita s test 0.766
diteri homo- antara hasil belajar peserta didik sebelum
ma gen
s dan sesudah diterapkannya pembelajaran
Hasil
Hasil
thitung = tidak berbasis inkuiri terbimbing. Melihat nilai
Prete Paired H0
3 st- Sample
-3,287
ditola
sama rerata posttest yang lebih besar dari nilai
p= (ada
Postte t-test k rerata pretest pada Tabel 3., dapat diketahui
0.003 perbe-
st
daan) bahwa pembelajaran berbasis inkuiri
43
Hasil PII 0 11 17 0 28
Relatif PII (%) 0 39 61 0 100
Hasil PIII 0 8 20 0 28
Relatif PIII
0 28,57 71,43 0 100
(%)
19 – 33 (Gagal) dengan jumlah 0, yaitu yang semakin baik pada Tabel 6., dapat
sebesar 0%, interval 34 – 47 (Kurang diketahui bahwa pembelajaran berbasis
Berhasil) dengan jumlah frekuensi 8, yaitu inkuiri terbimbing terintegrasi pendidikan
sebesar 28,57%, interval 48 – 61 (Berhasil) karakter dapat meningkatkan kemampuan
dengan jumlah frekuensi 20, yaitu sebesar psikomotorik peserta didik pada materi
21,43%%, dan frekuensi pada interval 62 – cahaya dan optika.
76 (Sangat Berhasil) dengan jumlah 0, yaitu
sebesar 0%. 3) Penilaian Afektif
Data hasil penilaian afektif peserta didik
25 yang diperoleh dari 3 kali pertemuan pada
20 kelas uji coba diperluas, dideskripsikan pada
20 18
17 Tabel 9.
Tabel 9. Deskripsi Data Pencapaian Afektif
Frekuensi
15
1011 Pertemuan I Peserta Didik
10 8 Pertemuan II
Pertemuan N Mean Mean SD Min.
Pertemuan III
5
I 28 10,14 1,63 7 13
000 000
0
19-33 34-47 48-61 62-76 II 28 10,57 1,07 8 12
Nilai Interval
III 28 11,32 1,46 9 14
Gambar 2. Histogram Distribusi Frekuensi
Pencapaian Psikomotorik Tabel 9. menyajikan data pencapaian
afektif peserta didik selama pembelajaran
Tabel 8. Ringkasan Hasil Analisis Nilai
berbasis inkuiri terbimbing berlangsung.
Psikomotorik Tiap Pertemuan
Yang Jenis Kepu-
Pada pertemuan pertama, hasil rerata yang
Hasil Kesimpulan diperoleh adalah 10,14 dengan standar
diuji uji tusan
Hasil thitung deviasi 1,63, nilai terendah 7 dan tertinggi
Psiko- Uji =
Hasil tidak 13. Pada pertemuan kedua, hasil rerata yang
motori Frie 8,725 H0
sama (ada
k3 dma p= ditolak
perbedaan)
diperoleh adalah 10,57 dengan standar
Perte- n 0.01 deviasi 1,07, nilai terendah 8 dan tertinggi
muan 3
12. Pada pertemuan ketiga, hasil rerata yang
Berdasarkan Tabel 8., diketahui thitung diperoleh adalah 11,32 dengan standar
adalah 8,725 sedangkan untuk ttabel (0,05;2) deviasi 1,46, nilai terendah 9 dan tertinggi
adalah 1,386. Oleh karena thitung ttabel atau 14.
dengan melihat probabilitas sebesar 0,013 (p Tabel 10. menyajikan data distribusi
< 0,05), maka Ho ditolak. Hal ini berarti pencapaian afektif peserta didik pada
bahwa hasil penilaian psikomotorik tiap pertemuan I, II, dan pertemuan III, atau
pertemuan tidak sama, atau dengan selama pembelajaran berbasis inkuiri
ungkapan lain dapat dikatakan bahwa terbimbing berlangsung. Pada pertemuan I,
terdapat perbedaan yang signifikan antara frekuensi pada interval 4 – 7 (Belum
pertemuan I, II, dan pertemuan III. Melihat Terlihat) dengan jumlah frekuensi 2, yaitu
nilai rerata psikomotorik tiap pertemuan sebesar 7,1%, interval 8 – 10 (Mulai
45
Terlihat) dengan jumlah frekuensi 12, yaitu yaitu sebesar 50%, dan frekuensi pada
sebesar 42,9%, interval 11 – 13 (Mulai interval 14 – 16 (Membudaya) dengan
Berkembang) dengan jumlah frekuensi 14, jumlah 0, yaitu sebesar 0%.
< 0,05), maka Ho ditolak. Hal ini berarti belajar kognitif tersebut juga menunjukkan
bahwa hasil penilaian afektif tiap pertemuan adanya suatu usaha dari peserta didik untuk
tidak sama, atau dengan ungkapan lain dapat lebih mengerti akan materi yang sedang
dipelajari. Usaha tersebut terlihat dalam
dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang
kegiatan pembelajaran yang aktif, peserta
signifikan antara pertemuan I, II, dan didik selalu bertanya, dan menggali
pertemuan III. Melihat nilai rerata afektif informasi lain selain yang telah didapatkan
tiap pertemuan yang semakin baik pada dari guru.
Tabel 4.15., dapat diketahui bahwa Peran guru selama berlangsungnya
pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing proses pembelajaran juga menjadi salah satu
terintegrasi pendidikan karakter dapat faktor yang mempengaruhi peningkatan
kemampuan kognitif peserta didik, hal ini
meningkatkan kemampuan afektif peserta
dikarenakan guru lebih menempatkan
didik pada materi cahaya dan optika. dirinya sebagai motivator dan fasilitator. Hal
ini sejalan dengan yang telah disampaikan
PEMBAHASAN oleh Trianto (2011), bahwa pada
pembelajaran inkuiri, sebaiknya guru
1) Hasil Belajar Kognitif mengambil 7 peranan penting agar tercipta
Kesimpulan yang telah diperoleh
pembelajaran inkuiri yang optimal, yaitu
dari pengujian hasil pretes dan postes (hasil
sebagai motivator, fasilitator, penanya,
belajar kognitif) pada Tabel 5, bahwa
administrator, pengarah, manajer, dan
terdapat perbedaan yang signifikan antara
rewarder.
hasil belajar peserta didik sebelum (pretes)
2) Hasil Penilaian Psikomotorik
dan sesudah diberikan perlakuan (postes),
Hasil uji terhadap penilaian
serta terdapat peningkatan rerata yaitu
psikomotorik yang disajikan pada Tabel 6
sebesar 49,95 untuk rerata pretes dan
menyimpulkan terdapat perbedaan yang
sebesar 52,31 untuk rerata postes,
signifikan terhadap pencapaian
mengartikan sebuah keberhasilan dalam
psikomotorik peserta didik antara pertemuan
proses pembelajaran yang telah dilalui oleh
I, II, dan pertemuan III serta terdapat
peserta didik dengan pemberian perlakuan
peningkatan pencapaian secara rerata hasil
pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing.
psikomotorik peserta didik dalam setiap
Amirin (2012), mengungkapkan bahwa
pertemuan, yaitu sebesar 47,68 untuk
keberhasilan proses pembelajaran peserta
pertemuan I, 48,70 untuk pertemuan II, dan
didik dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
sebesar 48,79 untuk pertemuan III. Selain
salah satu diantaranya adalah pendekatan
itu, frekuensi pencapaian psikomotorik
atau metode yang digunakan oleh guru.
terbanyak peserta didik, berada pada
Penggunaan metode inkuiri terbimbing yang
pencapaian (kategori) “Berhasil”.
telah diaplikasikan di kelas, dianggap tepat
Pencapaian tersebut, disebabkan oleh
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik yang terlibat secara aktif ketika
kognitif peserta didik. Terkait dengan
pembelajaran menggunakan inkuiri
penggunaan metode inkuiri sebagai basis
terbimbing dan terintegrasi pendidikan
kegiatan pembelajaran, Minner, et al. (2009)
karakter berlangsung serta guru yang telah
dalam penelitiannya menemukan bahwa
tepat dalam mengambil peran selama proses
penggunaan metode inkuiri sebagai basis
pembelajaran berlangsung.
dari kegiatan pembelajaran, selain akan
Pencapaian tersebut menurut Uno
memenuhi standar penilaian pendidikan
(2008) merupakan penyebab pokok
(kognitif, afektif, dan psikomotorik), juga
terbentuknya respons-respons dalam belajar
akan lebih meningkatkan pemahaman
yang dinamakan operant conditioning. Hal
konseptual peserta didik. Peningkatan hasil
47
tersebut dibentuk melalui pengubahan rerata hasil afektif peserta didik dalam setiap
materi bahasan sedemikian rupa sehingga pertemuan, yaitu sebesar 10,14 untuk
dapat merangsang pembelajar pertemuan I, 10,57 untuk pertemuan II, dan
mengembangkan perilaku seperti yang sebesar 11,32 untuk pertemuan III. Selain
dikehendaki dalam tujuan belajar. Sebagai itu, frekuensi pencapaian afektif terbanyak
pengembangan dan konsepsi classical peserta didik, berada pada pencapaian
conditioning yang mengabaikan jarak antara (kategori) “Mulai Berkembang”. Hal ini
stimulus (S) dan respons (R), operant sejalan dengan temuan Mundilarto, et al.
conditioning sesungguhnya merupakan (2010), bahwa kegiatan pembelajaran
sinyal-sinyal penggerak pikiran dan dengan pendekatan inkuiri terbimbing,
dipandang sebagai mediator dari yang mampu menghasilkan peningkatan pada
diinginkan pemberi stimulus dengan sikap ilmiah (afektif) peserta didik.
harapan penerima mengembangkan reaksi Beberapa hal yang mempengaruhi
pikiran dan tindakan-tindakan tertentu. pencapaian tersebut adalah guru yang tidak
Motivasi dan arahan yang diberikan menggunakan metode indoktrinasi, tapi
oleh guru kepada peserta didik adalah faktor inkulkasi (penanaman). Selain itu, nilai-nilai
yang paling dominan berpengaruh terhadap tersebut tidaklah diajarkan, tetapi
meningkatnya pencapaian psikomotorik dikembangkan.
peserta didik. Pada pertemuan I, guru belum Selain metode inkulkasi dan
mengambil perannya sebagai motivator dan pengembangan nilai, guru juga memberikan
pengarah, sehingga sebagian peserta didik teladan yang baik sebagai metode tambahan
belum melibatkan dirinya secara aktif dan untuk mendidik karakter peserta didik. Cara
antusias dalam proses kegiatan guru menyelesaikan masalah secara adil,
pembelajaran. Sedangkan pada pertemuan- mengungkapkan pendapat, menjawab
pertemuan berikutnya, guru telah menyadari pertanyaan, menghargai pendapat peserta
perannya tersebut, sehingga terjadi didik, menggunakan bahasa yang santun,
peningkatan kualitas pembelajaran yang dan cara guru menghargai peserta didik
menyebabkan rerata pencapaian dengan menganggapnya sebagai kertas putih
psikomotorik peserta didik juga meningkat. yang siap untuk diwarnai dengan ilmu
Peran guru sebagai motivator dan pengetahuan, adalah beberapa hal yang
pengarah, dijelaskan lebih lanjut oleh dapat dijadikan alasan bagi peserta didik
Trianto (2011), bahwa motivasi dan arahan untuk meneladani gurunya.
yang diberikan oleh guru pada pembelajaran Flurnoy (2009) dalam penelitiannya
inkuiri akan memberikan rangsangan kepada mengungkapkan bahwa memfasilitasi
peserta didik untuk terlibat aktif dan peserta didik dengan lingkungan yang
bergairah untuk berpikir serta memimpin nyaman, akan mengembangkan karakter
kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik peserta didik dan mampu meningkatkan
untuk mencapai tujuan yang diharapkan. prestasi belajar mereka. Hal ini dikarenakan
Sehingga keterampilan psikomotorik yang lingkungan yang nyaman akan mengubah
diharapkan, dapat terlihat secara optimal dan pola perilaku peserta didik dalam belajar
berkembang dari pertemuan satu ke secara positif. Lingkungan yang nyaman
pertemuan berikutnya. tersebut, dapat diciptakan di rumah maupun
3) Hasil Penilaian Afektif (karakter) di sekolah. Hal yang diungkapkan oleh
Hasil uji terhadap penilaian afektif Flurnoy (2009) tersebut, mengindikasikan
yang disajikan pada Tabel 6 menyimpulkan faktor selain metode dalam mengembangkan
terdapat perbedaan yang signifikan antara karakter peserta didik. Brown (2008) tidak
pertemuan I, II, dan pertemuan III serta mempermasalahkan bagaimana metode atau
terdapat peningkatan pencapaian secara cara yang tepat dalam mendidik karakter
48