Anda di halaman 1dari 40

PERANCA NGAN BANGUNAN AIR BENDUNG SUNGAI SINJAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bendung adalah bangunan melintang sungai yang berfungsi untuk
meninggikan elevasi muka air dari sungai yang dibendung sehingga air bisa
disadap dan dialirkan ke saluran lewat bangunan pengambilan (intake
structure). Dalam banyak kasus, bendung merupakan sebuah konstruksi yang
jauh lebih kecil dari bendungan yang menyebabkan air menggenang
membentuk kolam tetapi mampu melewati bagian atas bendung. Bendung
mengizinkan air meluap melewati bagian atasnya sehingga aliran air tetap
ada dan dalam debit yang sama bahkan sebelum sungai dibendung. Bendung
menjadikan pakar hidrologi dan insinyur dapat melakukan pengukuran laju
aliran volumetrik sederhana dalam sungai berukuran medium atau di lokasi
pembuangan industri, bending juga memperlambat aliran sungai sehingga
menjadikan sungai lebih mudah dilalui. Selain digunakan untuk pengukuran,
bendung juga dimanfaatkan untuk mengaliri saluran irigasi. Muka air yang
tinggi menyebabkan air dapat mengalir melalui saluran irigasi karena sifat air
yang bergerak dari tempat tinggi ke tempat yang rendah.
Bendung tetap adalah bangunan melintang sungai yang berfungsi
untuk meninggikan elevasi muka air dari sungai yang dibendung sehingga
air bisa disadap dan dialirkan ke saluran lewat bangunan pengambilan (intake
structure). Tanpa dibangun bendung di badan sungai maka tidak mungkin
aliran sungai dapat dibendung, muka air sungai dapat dinaikan dan dayaguna
sumberdaya morfologi sungai dapat ditingkatkan, sehingga tidak mungkin
pula bahan baku air sungai dapat dialirkan ke jaringan irigasi dan lahan
irigasi atau ke instalasi PAM, atau Instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Air
(PLTA) atau dialirkan sebagai air perkotaan atau air industri dan sebagainya.
Ditinjau dari bahan yang dipergunakan, maka bendung tetap dapat
dibagi menjadi :
1. Bendung tetap permanen (misalnya beronjong dari beton,
pasangan batu, beronjong dengan mantel)

1|KELOMPOK 4 – KELAS REGULER SORE 2018


PERANCA NGAN BANGUNAN AIR BENDUNG SUNGAI SINJAN

2. Bendung tetap semi permanen (misalnya dari beton,


pasangan batu, beronjong dengan mantel)
3. Bendung tetap tidak permanen (misalnya dari kayu,
tumpukan batu)
Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah atau hamparan tanah yang
mendapatkan air dari satu jaringan irigasi terdiri dari :
1. Areal (hamparan tanah yang akan diberi air)
2. Bangunan utama jaringan irigasi (saluran dan bangunannya)
Bendung perlu dibangun di badan Sungai Sinjan dengan fungsi
selain untuk membendung aliran dan meninggikan muka air sungai, serta
meningkatkan dayaguna sumberdaya morfologi sungai, juga diperlukan
untuk menampung sejumlah volume air sungai yang berkelebihan pada
musim hujan, yang selanjutnya air sungai yang telah tertampung disalurkan
untuk dimanfaatkan sebagai sumber pengairan bagi sawah yang ada di hilir
Sungai Sinjan, khususnya pada musim kemarau. Dengan adanya bendung,
maka ketersediaan bahan baku air khususnya untuk musim kering dapat
terjamin dan bahaya banjir untuk daerah hilir dapat dikurangi bahkan
dihilangkan. Dengan adanya bendung maka total air dan sumberdaya
morfologi sungai dapat diatur dari waktu ke waktu sesuai dengan besar
kebutuhan.
Ketersediaan air di Sungai Sinjan kurang memadai sebagai salah
satu sumber pengairan sawah. Pembangunan bendung di Sungai Sinjan
sangat dibutuhkan agar kebutuhan pengairan sawah dapat terpenuhi.
Sehingga dilakukan perancangan bangunan air berupa bendung di Sungai
Sinjan.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dari perancangan bangunan air bendung adalah untuk
merancang bangunan air yang berfungsi untuk mengaliri petak-petak sawah yang
direncanakan , serta meningkatkan kualitas pelayanan jarngan irigasi di daerah
sungai tersebut.

2|KELOMPOK 4 – KELAS REGULER SORE 2018


PERANCA NGAN BANGUNAN AIR BENDUNG SUNGAI SINJAN

1.3 Lokasi Studi


Lokasi bendung Sinjan terletak di dekat Henderson Point dan Kampung
Tanjung. Sungai Sinjan Besar berada di sebelah barat Istana dan barat laut
Fishmarket Rocks.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan pada laporan ini adalah untuk menambah wawasan dan
pengetahuan dalam mendesain bendung serta syarat-syarat perencanaaannya.

1.5 Pemilihan Lokasi Bendung


Pemilihan lokasi bendung berdasarkan peta topografi dan peta situasi
Bendung Sinjan (terlampir). Dengan koordinat sekitar x = 433486.1648 dan y =
228441.9170. Pada peta situasi bendung, untuk lokasi as bendung berada di antara
patok SJ.45 dan SJ.42 dimana ketinggian elevasinya terlampir pada lampiran.
1.5.1 Faktor yang Mempengaruhi Lokasi Bendung
Dalam pemilihan lokasi bendung hendaknya dipilih lokasi yang paling
menguntungkan dari beberapa segi. Misalnya dilihat dari segi perencanaan,
pengamanan bendung, pelaksanaan, pengoperasian, dampak pembangunan dan
sebagainya. Dari beberapa pengalaman dalam memilih lokasi bendung, tidak
semua persyaratan yang dibutuhkan dapat terpenuhi. Sehingga lokasi bendung
ditetapkan pada persyaratan yang dominan. Pemilihan lokasi bendung
didasarkan pada beberapa faktor, yaitu :
A. Keadaan Topografi
1. Dalam hal ini semua daerah irigasi yang di rencanakan dapat terairi,
sehingga harus dilihat elevasi sawah tertinggi yang akan diari.
2. Bila elevasi sawah tertinggi yang akan diairi telah diketahui maka
elevasi mercu bendung dapat ditetapkan.
3. Dari kedua hal di atas, lokasi bendung dilihat dari segi topografi
dapat diseleksi.
B. Keadaan Hidrologi

3|KELOMPOK 4 – KELAS REGULER SORE 2018


PERANCA NGAN BANGUNAN AIR BENDUNG SUNGAI SINJAN

Dalam pembuatan bendung, yang patut diperhitungkan juga adalah


faktor–faktor hidrologinya, salah satu aspek yang sangat penting dalam
perencanaan bendung dan juga karena menentukan lebar dan panjang
bendung serta tinggi bendung tergantung pada debit rencana. Faktor-
faktor yang diperhitungkan, yaitu masalah banjir rencana, perhitungan
debit rencana, curah hujan efektif, distribusi curah hujan, unit hidrograf,
dan banjir di site atau bendung.
C. Kondisi Topografi
Dilihat dari lokasi, bendung harus memperhatikan beberapa aspek, yaitu :
1. Ketinggian bendung tidak terlalu tinggi; bila bendung dibangun di
palung sungai, maka sebaiknya ketinggian bendung dari dasar sungai
tidak lebih dari tujuh meter, sehingga tidak menyulitkan
pelaksanaannya.
2. Trase saluran induk terletak di tempat yang baik; misalnya
penggaliannya tidak terlalu dalam dan tanggul tidak terlalu tinggi –
untuk tidak menyulitkan pelaksanaan, penggalian saluran induk
dibatasi sampai dengan kedalaman delapan meter.
3. Penempatan lokasi intake yang tepat dilihat dari segi hidraulik dan
angkutan sedimen; sehingga aliran ke intake tidak mengalami
gangguan dan angkutan sedimen yang akan masuk ke intake juga
dapat dihindari maka kita harus mengetahui data sedimentasi dari
sungai di daerah yang akan kita buat bendungnya.
D. Kondisi Hidraulik dan Morfologi
1. Pola aliran sungai meliputi kecepatan dan arahnya pada waktu debit
banjir, sedang dan kecil;
2. Kedalaman dan lebar muka air pada waktu debit banjir, sedang dan
kecil;
3. Tinggi muka air pada debit banjir rencana;
4. Potensi dan distribusi angkutan sedimen.

E. Kondisi Tanah Pondasi


Bendung harus ditempatkan di lokasi dimana tanah pondasinya cukup
baik sehingga bangunan akan stabil. Faktor lain yang harus
dipertimbangkan pula yaitu potensi kegempaan dan potensi gerusan
karena arus dan sebagainya.
F. Biaya Pelaksanaan

4|KELOMPOK 4 – KELAS REGULER SORE 2018


PERANCA NGAN BANGUNAN AIR BENDUNG SUNGAI SINJAN

Biaya pelaksanaan pembangunan bendung juga menjadi salah satu


faktor penentu pemilihan lokasi pembangunan bendung. Dari beberapa
alternatif lokasi ditinjau pula dari segi biaya yang paling murah dan
pelaksanaan yang tidak terlalu sulit dan dari kesepakatan para
stakeholder/pemegang saham

1.4.2 Syarat-syarat Penentuan Lokasi Bendung


1. Pertimbangan topografi.

2. Kemantapan geoteknik fondasi bendung.

3. Pengaruh hidraulik.

4. Pengaruh regime sungai.

5. Tingkat kesulitan saluran induk.

6. Ruang untuk bangunan pelengkap bendung.

7. Luas layanan irigasi.

8. Luas daerah tangkapan air.

9. Tingkat kemudahan pencapaian.

10. Biaya pembangunan.

11. Kesepakatan stakeholder.

5|KELOMPOK 4 – KELAS REGULER SORE 2018


PERANCA NGAN BANGUNAN AIR BENDUNG SUNGAI SINJAN

1.4.3 Pertimbangan Geoteknik


1. Dasar sungai yang mempunyai daya dukung kuat, stratigrafi lapisan
batuan miring ke arah hulu, tidak ada sesar aktif, tidak ada erosi buluh
(erosi bawah permukaan di bagian hilir tanggul), dan dasar sungai hilir
bendung tahan terhadap gerusan air.

2. Batuan tebing kanan dan kiri bendung cukup kuat dan stabil serta relatif
tidak terdapat bocoran samping.

1.4.4 Pertimbangan Hidraulik


1. Bagian sungai yang lurus.

2. Jika bagian sungai yang lurus tidak ditemukan, maka bisa dipilih lokasi
di belokan, tapi posisi bangunan intake harus terletak pada tikungan
luar dan terdapat bagian sungai yang lurus di hulu bendung.

1.4.5 Pertimbangan Regime Sungai


1. Hindari lokasi bendung pada bagian sungai dimana terjadi perubahan
kemiringan sungai secara mendadak.

2. Hindari bagian sungai dengan belokan tajam.

3. Pilih bagian sungai yang lurus mempunyai kemiringan relatif tetap


sepanjang penggal tertentu.

1.4.6 Saluran Induk


1. Pilih lokasi bendung sedemikian sehingga pembangunan saluran induk
dekat bendung tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mahal.

2. Hindari trace saluran menyusuri tebing terjal apalagi berbatu.

1.4.7 Luas Layanan Irigasi


Dapat memberikan luas layanan yang memadai terkait dengan kelayakan
sistem irigasi. Sehingga seluruh sawah dapat diari dengan baik dan bedar dalam
kondisi kemarau maupun musim hujan

6|KELOMPOK 4 – KELAS REGULER SORE 2018


PERANCA NGAN BANGUNAN AIR BENDUNG SUNGAI SINJAN

1.4.8 Luas Daerah Tangkapan Air


a. Terkait dengan debit andalan yang didapat dan debit banjir yang
mungkin terjadi menghantam bendung.

b. Dikaitkan dengan luas layanan yang didapat dan ketinggian lantai


layanan dan bangunan melintang anak sungai.

1.6 Ruang Lingkup


Ruang lingkup desain dalam laporan ini yaitu :
 Menentukan lokasi rencana pembuatan bendung;
 Menentukan lebar efektif bendung;
 Menentukan debit banjir rencana, hujan rencana, dan debit andalan ;
 Menentukan kebutuhan air irigasi;
 Menentukan bank full capacity;
 Menentukan jenis bendung yang akan direncanakan;

1.7 Daerah Tangkapan Hujan


Dalam mempelajari ekosistem DAS, dapat diklasifikasikan menjadi daerah
hulu, tengah dan hilir. DAS bagian hulu dicirikan sebagai daerah konservasi, DAS
bagian hilir merupakan daerah pemanfaatan. DAS bagian hulu mempunyai arti
penting terutama dari segi perlindungan fungsi tata air, karena itu setiap terjadinya
kegiatan di daerah hulu akan menimbulkan dampak di daerah hilir dalam bentuk
perubahan fluktuasi debit dan transport sedimen serta material terlarut dalam
sistem aliran airnya. Dengan perkataan lain ekosistem DAS, bagian hulu
mempunyai fungsi perlindungan terhadap keseluruhan DAS.
Perlindungan ini antara lain dari segi fungsi tata air, dan oleh karenanya
pengelolaan DAS hulu seringkali menjadi fokus perhatian mengingat dalam suatu
DAS, bagian hulu dan hilir mempunyai keterkaitan biofisik melalui daur
hidrologi. Kandungan air tanah yang ada berasal dari imbuhan, baik secara
langsung dari curahan hujan maupun dari aliran tanah yang terkumpul menuju
daerah lepasan (Dinas Pertambangan dan Energi, 2003).
Kuantitas air tanah dapat diketahui dengan mengetahui seberapa besar jumlah
air hujan yang menyerap kedalam tanah. Jumlah resapan air tanah dihitung

7|KELOMPOK 4 – KELAS REGULER SORE 2018


PERANCA NGAN BANGUNAN AIR BENDUNG SUNGAI SINJAN

berdasarkan besarnya curah hujan dan besarnya derajat infiltrasi yang terjadi pada
suatu wilayah, yang kemudian meresap masuk ke dalam tanah sebagai imbuhan
air tanah. Penyebaran vertikal air bawah permukaan dapat dibagi menjadi zona tak
jenuh (zone of aeration) dan zona jenuh (zone of saturation). Zona tak jenuh
terdiri dari ruang antara sebagian terisi oleh air dan sebagian terisi oleh udara,
sementara ruang antara zona jenuh seluruhnya terisi oleh air. Air yang berada pada
zona tak jenuh disebut air gantung (vodose water), sedangkan yang tersimpan
dalam ruang merambat (capillary zone) disebut air merambat (capillary water)
(Linsley dkk., 1986).

1.8 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan laporan ini terdiri dari lima bab yang masing-masing
bab dibagi menjadi beberapa sub bab. Secara garis besar penulisan dalam
pembahasan dari laporan ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan bab yang membahas mengenai latar belakang, maksud dan
tujuan, lokasi pekerjaan, manfaat penulisan ruang lingkup desain, dan
sistematika pelaporan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Bab ini berisikan mengenai uraian berbagai teori-teori penunjang analisis
hidrologi bendung.

BAB III METODOLOGI


Dalam bab ini berisikan mengenai analisis hidrologi dalam perencanaan
bendung dengan disertai flow chart.

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI BENDUNG

Bab ini berisikan tentang data-data yang diperlukan dalam proses desain dan
perhitungan dalam mendesain bendung seperti analisis hujan, debit andalan,
kebutuhan air, neraca air dan debit banjir rencana.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

8|KELOMPOK 4 – KELAS REGULER SORE 2018


PERANCA NGAN BANGUNAN AIR BENDUNG SUNGAI SINJAN

Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil perancangan yang
telah dilakukan.

BAB II

9|KELOMPOK 4 – KELAS REGULER SORE 2018


PERANCA NGAN BANGUNAN AIR BENDUNG SUNGAI SINJAN

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisis Hidrologi Bendung


Analisis hidrologi diperlukan dalam merencanakan bangunan air seperti
bendung, tanggul, dan bendungan. Bangunan air, misal bendungan direncanakan
untuk dapat menampung, melewatkan dan mengantisipasi banjir maksimum yang
terjadi. Bangunan tersebut tidak hanya mempertimbangkan faktor keamanan
bangunan itu sendiri tetapi juga mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti
keberadaan lingkungan sekitar seperti perumahan penduduk, dan tata guna lahan.
Bangunan air harus dirancang agar dapat menampung ataupun dilalui oleh debit
banjir dengan besaran tertentu. Besar debit banjir rancangan sangat tergantung
dari nilai kala ulang yang ditetapkan. Analisis hidrologi juga dilakukan guna
mendapatkan karakteristik hidrologi dan meteorologi Daerah Aliran Sungai.
Tujuan dari analisis frekuensi data hidrologi adalah mencari hubungan antara
besarnya kejadian ekstrim terhadap frekuensi kejadian dengan menggunakan
distribusi probabilitas. Analisis frekuensi dapat diterapkan untuk data debit sungai
atau data hujan. Data yang digunakan adalah data debit atau hujan maksimum
tahunan, yaitu data yang terjadi selama satu tahun yang terukur selama beberapa
tahun (Triadmodjo,2008).
Penerapan ilmu hidrologi dapat dijumpai dalam beberapa kegiatan seperti
perencanaan dan operasi bangunan air, penyediaan air untuk berbagai keperluan
(air bersih, irigasi, perikanan, peternakan), pembangkit listrik tenaga air (PLTA),
pengendalian banjir, pengendalian erosi dan sedimentasi, transportasi air,
drainase, pengendali polusi, air limbah, dll. Hidrologi banyak dipelajari oleh ahli
dibidang teknik sipil. Ilmu tersebut dapat dimanfaatkan salah satunya yaitu untuk
mendapatkan data yang dibutuhkan dalam mendesain bendungan.

2.1.1 Pengertian Hidrologi


Hidrologi adalah bidang pengetahuan yang mempelajari kejadian-kejadian
serta penyebab air alamiah di bumi. Faktor hidrologi yang berpengaruh pada
wilayah hulu adalah curah hujan (presipitasi). Curah hujan pada suatu daerah

10 | K E L O M P O K 4 – K E L A S R E G U L E R S O R E 2 0 1 8
PERANCA NGAN BANGUNAN AIR BENDUNG SUNGAI SINJAN

merupakan salah satu faktor yang menentukan besarnya debit banjir yang terjadi
pada daerah yang menerimanya (Soemarto,1999).
A. Curah Hujan
Curah hujan adalah sebuah presipitasi berwujud cairan, berbeda dengan
presipitasi non-cair seperti salju, batu es dan slit. Hujan memerlukan
keberadaan lapisan atmosfer tebal agar dapat menemui suhu di atas titik leleh
es di dekat dan di atas permukaan Bumi. Di Bumi, hujan adalah proses
kondensasi uap air di atmosfer menjadi butir air yang cukup berat untuk jatuh
dan biasanya tiba di daratan. Dua proses yang mungkin terjadi bersamaan
dapat mendorong udara semakin jenuh menjelang hujan, yaitu pendinginan
udara atau penambahan uap air ke udara. Virga adalah presipitasi yang jatuh
ke Bumi namun menguap sebelum mencapai daratan; inilah satu cara
penjenuhan udara. Presipitasi terbentuk melalui tabrakan antara butir air atau
kristal es dengan awan. Butir hujan memiliki ukuran yang beragam mulai dari
pepat, mirip panekuk (butir besar), hingga bola kecil (butir kecil).

B. Daerah Aliran Sungai (DAS)

Daerah Aliran Sungai (catchment area, basin, watershed) adalah semua


bagian aliran air di sekitar sungai yang mengalir menuju alur sungai, aliran air
tersebut tidak hanya berupa air permukaan yang mengalir di dalam alur
sungai, tetapi termasuk juga aliran air dipunggung bukit yang mengalir
menuju alur sungai sehingga daerah tersebut dinamakan daerah aliran sungai
(Soemarto, 1999). Daerah ini umumnya dibatasi oleh topografi, yang berarti
ditetapkan berdasarkan air permukaan. Batas ini tidak ditetapkan berdasarkan
air bawah tanah karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan
musim dan tingkat kegiatan pemakaian.

2.1.2 Siklus Hidrologi


Air sangat penting bagi seluruh kehidupan di muka bumi. 70% komponen
yang ada di permukaan bumi terdiri dari air. Kesuburan tanah sangat
berpengaruh besar dan sangat penting peranannya bagi dunia pertanian, banyak

11 | K E L O M P O K 4 – K E L A S R E G U L E R S O R E 2 0 1 8
PERANCA NGAN BANGUNAN AIR BENDUNG SUNGAI SINJAN

faktor yang dapat menunjang tanah agar menjadi subur salah satunya adalah
siklus hidrologi.
Siklus hidrologi berasal dari 2 kata yaitu siklus dan hidrologi. Siklus
merupakan suatu proses atau kejadian – kejadian yang secara garis besar terus
berulang, sedangkan hidrologi merupakan suatu ilmu yang mengkaji distribusi
dan pergerakkan air di permukaan bumi dan atmosfernya.
Siklus hidrologi terjadi secara berulang dan terus – menerus melalui
berbagai proses fisika seperti, evaporasi, kondensasi, presipitasi, transpirasi,
perkolasi, dan perembesan serta aliran sungai. Asal – usul munculnya air di
permukaan bumi pun masih belum bisa dipastikan namun berbagai teori telah
dikemukakan.

Gambar 2.1 Siklus Hidrologi

Dalam gambar diatas menunjukkan siklus hidrologi yaitu, air di permukaan


tanah, sungai, danau dan laut menguap ke udara. Uap air tersebut bergerak dan
naik ke atmosfer, yang kemudian mengalami kondensasi dan berubah menjadi
titik-titik air yang berbentuk awan. Selanjutnya titik-titik air tersebut jatuh
sebagai hujan ke permukaan laut dan daratan. Hujan yang jatuh sebagian tertahan
oleh tumbuh-tumbuhan (intersepsi) dan selebihnya sampai ke permukaan tanah.
Sebagian air hujan yang sampai ke permukaan tanah akan meresap ke dalam
tanah (infiltrasi) dan sebagian lainnya mengalir di atas permukaan tanah (surface

12 | K E L O M P O K 4 – K E L A S R E G U L E R S O R E 2 0 1 8
PERANCA NGAN BANGUNAN AIR BENDUNG SUNGAI SINJAN

runoff) mengisi cekungan tanah, danau, dan masuk ke sungai dan akhirnya
mengalir ke laut.
Secara umum siklus hidrologi dibedakan menjadi 3 yaitu :
1) Siklus Pendek
Air laut menguap dimana penguapan terjadi dipermukaan laut, terjadi
kondensasi, kemudian menjadi butir-butir air yang membentuk awan dan
akhirnya terjadi hujan yang jatuh ke lautdan akan kembali berulang.
2) Siklus Sedang
Penguapan terjadi dipermukaan laut, kemudian terjadi proses kondensasi
uap air di atmosfer yang selanjutnya dibawa angin, kemudian terbentuk
awan diatas daratan, terjadi hujan didaratan, selanjutnya air hujan
meresap ke dalam tanah lalu kembali ke laut melalui sungai-sungai atau
saluran-saluran air.

3) Siklus Panjang

Penguapan terjadi dipermukaan laut, terjadi kandensasi, uap air terbawa


angin dan membentuk awan di atas daratan hingga ke pegunungan tinggi,
kemudian jatuh sebagai salju bongkah-bongkah es mengendap di puncak
gunung dan karena gaya beratnya meluncur ke tempat yang lebih rendah,
mencair terbentuk gletser lalu mengalir melalui sungai-sungai kembali ke
laut.

2.2 Data Hidrologi


Data hidrologi adalah kumpulan keterangan atau fakta mengenai fenomena
hidrologi (hydrologic phenomena), seperti besarnya: curah hujan, temperature,
penguapan, lamanya penyinaran matahari, kecepatan angin, debit sungai, tinggi
muka air sungai, kecepatan aliran, konsentrasi sedimen sungai akan selalu
berubah terhadap waktu (soewarno, 1995). Data hidrologi dianalisis untuk
membuat keputusan dan menarik kesimpulan mengenai fenomena
hidrologiberdasarkan sebagian data hidrologi yang dikumpulkan. Untuk
perencanaan bendung analisis hidrologi yang terpenting yaitu dalam menentukan
debit banjir rencana.

13 | K E L O M P O K 4 – K E L A S R E G U L E R S O R E 2 0 1 8
PERANCA NGAN BANGUNAN AIR BENDUNG SUNGAI SINJAN

adapun langkah – langkah dalam analisis debit banjir rencana adalah sebagai
berikut :
1. Menentukan Daerah Aliran Sungai (DAS) beserta luasnya dan STA penakar
hujan di sekitarnya.
2. Menentukan luas pengaruh daerah stasiun-stasiun penakar hujan.
3. Menentukan curah hujan maksimum tiap tahunnya dari data curah hujan
yang ada.
4. Menganalisis curah hujan rencana dengan periode ulang T tahun.
5. Menghitung debit banjir rencana berdasarkan besarnya curah hujan rencana
di atas pada periode ulang T tahun.
6. Menghitung debit andalan dimana merupakan debit minimum sungai yang
dipergunakan untuk keperluan irigasi.
7. Menghitung kebutuhan air di sawah yang dibutuhkan untuk tanaman.
8. Menghitung neraca air yang merupakan perbandingan antara debit air yang
tersedia dengan debit air yang dibutuhkan untuk keperluan irigasi.

2.3 Penentuan Debit Banjir Rencana


Pemilihan banjir rencana untuk bangunan air adalah suatu masalah yang
sangat bergantung pada analisis statistic dari urutan kejadian banjir baik berupa
debit air di sungai maupun hujan. Dalam pemilihan suatu teknik analisis
penentuan banjir rencana tergantung dari data - data yang tersedia dan macam dari
bangunan air yang akan dibangun.
2.3.1 Curah Hujan Daerah
Data curah hujan dan debit merupakan data yang paling fundamental
dalam perencanaan pembuatan Bendung. Ketepatan dalam memilih lokasi dan
peralatan baik curah hujan maupun debit merupakan factor yang menentukan
kualitas data yang diperoleh. Analisis data hujan dimaksudkan untuk mendapat
besaran curah hujan dan analisis statistik yang diperhitungkan dalam
perhitungan debit banjir neraca. Data curah hujan yang dipakai untuk
perhitungan debit banjir adalah hujan yang terjadi pada daerah aliran sungai
pada waktu yang sama. Curah hujan yang diperlukan untuk menyusun suatu
rancangan pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjir adalah curah

14 | K E L O M P O K 4 – K E L A S R E G U L E R S O R E 2 0 1 8
PERANCA NGAN BANGUNAN AIR BENDUNG SUNGAI SINJAN

hujan rata – rata diseluruh daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan pada
suatu titik tertentu.
Untuk memperoleh data curah hujan, maka diperlukan alat untuk
mengukur yaitu penakar hujan dan pencatat hujan. Data curah hujan diperoleh
dari stasiun - stasiun sekitar lokasi Bendung dimana stasiun hujan tersebut
masuk dalam DAS.

2.4 Ketersediaan Air


Ketersediaan air adalah jumlah air (debit) yang diperkirakan terus menerus
ada di suatu lokasi (bendung atau bangunan air lainnya) di sungai dengan jumlah
tertentu dalam jangka waktu (periode) tertentu (Direktorat Irigasi, 1980). Air yang
tersedia tersebut dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti air baku yang
meliputi air domestic (air minum dan rumah tangga) dan non domestic
(perdagangan, perkantoran), dan industry, pemeliharaan sungai, peternakan,
perikanan, irigasi dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA).
Untuk pemanfaatan air, perlu diketahui informasi ketersediaan air andalan
(debit, hujan). Debit andalan adalah debit minimum sungai dengan besaran
tertentu yang mempunyai kemungkinan terpenuhi yang dapat digunakan untuk
berbagai keperluan. Untuk keperluan irigasi, debit minimum sungai untuk
kemungkinan terpenuhi ditetapkan 80%, sedangkan untuk keperluan air baku
biasanya ditetapkan 90%.

BAB III

METODOLOGI

3.1 Tinjauan Umum


Metodologi merupakan acuan dalam menentukan langkah-langkah kegiatan
yang perlu diambil dalam perencanaan (Soedibyo, Teknik Bendungan
1993).Sehingga dalam mengatur pelaksanaan perencanaan bendung perlu adanya
metodologi yang baik dan benar dan pengumpulan keterangan atau fakta di
lapangan yang akurat, diantaranya adalah analisis hidrologi.
Secara umum analisis hidrologi merupakan satu bagian analisis awal dalam
perancangan bangunan-bangunan hidraulik. Dengan maksud bahwa informasi dan

15 | K E L O M P O K 4 – K E L A S R E G U L E R S O R E 2 0 1 8
PERANCA NGAN BANGUNAN AIR BENDUNG SUNGAI SINJAN

besaran-besaran yang diperoleh dalam analisis hidrologi merupakan masukan


penting dalam analisis selanjutnya.bangunan hidraulik tersebut harus dapat
berfungsi baik struktural maupun fungsional dalam jangka waktu yang ditetapkan.
Dalam analisis hidrologi perencanaan bendung diperlukan data hidrologi, data
tersebut merupakan kumpulan kondisi mengenai fenomena hidrologi (Hydrologic
Phenomena). Fenomena hidrologi ini meliputi curah hujan, temperatur,
penguapan, lama penyinaran matahari, kecepatan angin, debit sungai, tinggi muka
air sungai, kecepatan aliran dan konsentrasi sedimen sungai akan selalu berubah
menurut waktu.
Analisis hidrologi diperlukan untuk mengetahui karakteristik hidrologi daerah
pengaliran sungai. Analisis hidrologi juga digunakan dalam penentuan besarnya
debit banjir rencana pada suatu perencanaan bangunan air. Data untuk penentuan
debit banjir rencana pada perancanagan ini adalah data curah hujan, dimana curah
hujan merupakan salah satu dari beberapa data yang dapat digunakan untuk
memperkirakan besarnya debit banjir rencana.

3.2 Penentuan Daerah Aliran Sungai (DAS)


Daerah Aliran Sungai adalah semua daerah dimana semua airnya yang jatuh
di daerah tersebut akan mengalir menuju ke dalam suatu sungai. Aliran air
tersebut tidak hanya berupa air permukaan yang mengalir dalam aliran sungai,
tetapi juga termasuk aliran di lereng – lereng bukit yang mengalir menuju aliran
sungai sehingga daerah tersebut dinamakan daerah aliran sungai.
Penentuan Daerah Aliran Sungai (DAS) dilakukan berdasarkan peta rupa
bumi. DAS Sitakkurak mempunyai luasan sebesar 351,2 km 2 , dengan rencana
lokasi konservasi berada pada Sungai Silahar Tapanuli Sumatera Utara. Penentuan
luasan ini dilakukan dengan menggunakan program ArcGIS.

3.3 Curah Hujan Maksimum Harian Rata-rata Daerah Aliran Sungai


Analisis data hujan dimaksudkan untuk mendapat besaran curah hujan dan
analisis statistik yang diperhitungkan dalam perhitungan debit banjir neraca. Data
curah hujan yang dipakai untuk perhitungan debit banjir adalah hujan yang terjadi
pada daerah aliran sungai pada waktu yang sama. Curah hujan yang diperlukan
untuk menyusun suatu rancangan pemanfaatan air dan rancangan pengendalian
banjir adalah curah hujan rata – rata diseluruh daerah yang bersangkutan, bukan
curah hujan pada suatu titik tertentu.

16 | K E L O M P O K 4 – K E L A S R E G U L E R S O R E 2 0 1 8
PERANCA NGAN BANGUNAN AIR BENDUNG SUNGAI SINJAN

Besarnya curah hujan maksimum harian rata-rata DAS dihitung dengan


metode NRECA, dimana pada metode ini mempertimbangkan daerah pengaruh
tiap titik pengamatan..Stasiun hujan yang berpengaruh pada DAS Sitakkurak ini
yaitu stasiun hujan Barus, stasiun hujan BPP Pakat, dan stasiun Dolok Sanggul.

3.4 Analisis Curah Hujan Rencana


Dalam penentuan curah hujan data dari pencatat atau penakar hanya
didapatkan curah hujan di suatu titik tertentu (point rainfall).Jika di dalam suatu
area terdapat beberapa alat penakar atau pencatat curah hujan, maka dapat diambil
nilai rata- rata untuk mendapatkan nilai curah hujan area.
 Metode Thiessen
Cara ini berdasarkan atas rata-rata timbang (weight average).Masing-
masing penakar mempunyai daerah pengaruh yang dibentuk dengan
menggmbarkan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung
antara dua pos peankar.
A1R1+A2R2+ …An.Rn
Rumus : R=
A1+A2+…An

Persamaan diatas dapat ditulis menjadi persamaan sebagai berikut :


R = R1.C1 + R2.C2+ . . . . . Rn.Rn
A
C = Koefisien Thiessen =
A1+A2+…An
Dimana :
R = Curah hujan rata – rata DAS (mm)
R1,R2,…Rn = Curah hujan pada setiap stasiun hujan 1,2,…n (mm)
A1,A2,…An = Luas daerah pengaruh dari setiap stasiun 1,2,…n (mm)

Gambar 3.1 Polygon Thiessen

17 | K E L O M P O K 4 – K E L A S R E G U L E R S O R E 2 0 1 8
PERANCA NGAN BANGUNAN AIR BENDUNG SUNGAI SINJAN

Metode Thiessen dipandang cukup baik karena memberikan koreksi


terhadap kedalaman hujan sebagai fungsi luas daerah yang diwakili.Akan
tetapi metode ini dipandang belum memuaskan karena pengaruh topografi
tidak nampak.Demikian juga apabila ada salah satu stasiun hujan tidak
berfungsi misalnya rusak atau data tidak benar, maka polygon harus
diubah.

3.5 Analisis Frekuensi


Analisis frekuensi digunakan untuk menetapkan besaran hujan atau
debitdengan kala ulang tertentu. Analisis frekuensi dapat dilakukan untuk seri
datayang diperoleh dari rekaman data baik data hujan/debit, dan didasarkan
padasifat statistik data yang tersedia untuk memperoleh probabilitas
besaranhujan/debit di masa yang akan datang (diandaikan bahwa sifat statistik
tidakberubah/sama).tahapan analisis frekuensi hujan dapatdijabarkan sebagai
berikut (Amin, 2010) :
1) Menyiapkan data hujan yang sudah dipilih berdasarkan metode
pemilihan data terbaik menurut ketersediaan data;
2) Data diurutkan dari kecil ke besar (atau sebaliknya);
3) Hitung besaran statistik data yang bersangkutan (X , s, Cv, Cs, Ck);
4) Dalam analisis frekuensi distribusi probabilitas teoritik yang cocok
untuk data yang ada ditentukan berdasarkan perameter-parameter
statistika seperti nilai rerata, standar deviasi, koefisien asimetri,
koefisien variasi dan koefisien kurtosis.
3.5.1 Pengukuran Dispersi
Pada kenyataan tidak semua varian dari suatu variable hidrologi terletak
atau sama dengan nilai rata-ratanya. Variasi atau dispersi adalah besarnya derajat
atau besarnya varian disekitar nilai rata- ratanya. Cara mengukur besarnya
dispersi disebut pengukuran dispersi. Adapun cara pengukuran dispersi antara
lain :
1. Standar deviasi (S)
Umumnya ukuran dispersi yang paling banyak digunakan adalah
deviasistandar (standard deviation). Apabila penyebaran data sangat besar
terhadap nilai rata-rata maka nilai deviasi standar (S) akan besar pula, akan
tetapi apabila penyebaran data sangat kecil terhadap nilai rata-rata maka
(S) akan kecil

18 | K E L O M P O K 4 – K E L A S R E G U L E R S O R E 2 0 1 8
PERANCA NGAN BANGUNAN AIR BENDUNG SUNGAI SINJAN


n

Rumus : ∑ \{ Xi-X \}2


i=1
S=
n-1
Dimana :
S = Deviasi standar curah hujan
X = Nilai rata – rata curah hujan
Xi= Nilai pengaruh dari suatu curah hujan ke- i
N = Jumlah data curah hujan

2. Koefisien Variasi (Cv)


Koefisien variasi (variation coefficient) adalah nilai perbandingan
antara deviasi standar dengan nilai rata-rata hitung dari suatu distribusi.
S
Rumus : C v =

Dimana :
Cv= Koefisien varian
´ = Nilai rata-rata varian
X
S = Standar deviasi

3. Koefisien Skewness (Cs)


Kemencengan (skewness) adalah suatu nilai yang menunjukan derajat
ketidaksimetrisan (asymmetry) dari suatu bentuk distribusi. Apabila suatu
kurva frekuensi dari suatu distribusi mempunyai ekor memanjang ke
kanan atau ke kiri terhadap titik pusat maksimum maka kurva tersebut
tidak akan berbentuk simetri, keadaan itu disebut menceng kekanan atau
kekiri. Pengukuran kemencengan adalah mengukur seberapa besar suatu
kurva frekuensi dari suatu distribusi tidak simetri.
Kurva distribusi yang bentuknya simetri maka nilai CS = 0.00, kurva
distribusi yang bentuknya menceng ke kanan maka CS lebih besar nol,
sedangkan yang bentuknya menceng ke kiri maka CS kurang dari nol.
n
n ∑ ( Xi - X́ ) 2
i=1
Rumus : Cs =
( n-1 )( n-2 ) S2

Dimana :
Cs = Koefisien skewness
Xi = Nilai varian i
´ = Nilai rata-rata varian
X
n = Jumlah data
S = Deviasi standar

19 | K E L O M P O K 4 – K E L A S R E G U L E R S O R E 2 0 1 8
PERANCA NGAN BANGUNAN AIR BENDUNG SUNGAI SINJAN

4. Pengukuran Kurtosis (Ck)


Pengukuran kurtosis dimaksud untuk mengukur keruncingan dari
bentuk kurva distribusi, yang umumnya dibandingkan dengan distribusi
normal yang mempunyai Ck = 3 yang dinamakan mesokurtik Ck< 3
berpuncak tajam yang dinamakan leptokurtic, sedangkan Ck> 3 berpuncak
datar dinamakan platikurtik.

Gambar 3.2 Kurva Koefisien Kurtosis


n
1
n
∑ ( Xi - X́ )4
i=1
Ck = 4
S
Dimana :
Xi = Curah hujan ke-i
X́ =¿ Nilai rata-rata dari data sampel
S = Standar deviasi
Ck = Koefisien kurtosis curah hujan
n = Jumlah data curah hujan

3.5.2 Pemilihan Jenis Sebaran


Ada berbagai macam distribusi teoritis yang kesemuanya dapat dibagi
menjadi dua yaitu distribusi diskrit dan distribusi kontinyu.Diskrit adalah
binominal dan poisson, sedangkan Kontinyu adalah normal. Log Normal,
pearson dan Gumbel. Berikut ini adalah beberapa macam distribusi yang sering
digunakan untuk menganalisis probabilitas banjir, yaitu:
A. Distibusi Normal
Dalam analisis hidrologi distribusi normal sering digunakan untuk
menganalisis frekuensi curah hujan, analisis statistik dari distribusi curah
hujan tahunan, debit rata – rata tahunan. Sebaran normal atau kurva
normal disebut pula sebaran gauss.
Ciri khas distribusi Normal adalah :

20 | K E L O M P O K 4 – K E L A S R E G U L E R S O R E 2 0 1 8
PERANCA NGAN BANGUNAN AIR BENDUNG SUNGAI SINJAN

1. Skewness (Cs) ≈ 0,00

2. Kurtosis (Ck) = 3,00

3. Probabilitas ≤ (−) = 15,87%

4. Probabilitas ≤ = 50,00%

5. Probabilitas ≤ (+) = 84,4%

Rumus :
2

P (X) =
1 [ ]
1 X-μ
-
.e 2 σ
σ √ 2π
Dimana :
P(X) = Nilai logaritmik dari X atau log (X)
 = 3,14156
e = 2,71828
X = Variabel acak kontinyu
 = Rata-rata nilai X
σ = Standar deviasi nilai X

B. Distribusi Log Normal


Distribusi Log Normal, merupakan hasil transformasi dari distribusi
Normal, yaitu dengan mengubah varian X menjadi nilai logaritmik varian
X. Distribusi ini (Soewarno, 1995. hal : 107) dapat diperoleh juga dari
distribusi Log Pearson Tipe III, apabila nilai koefisien kemencengan Cs =
0,00. Metode log normal apabila digambarkan pada kertas peluang
logaritmik akan merupakan persamaan garis lurus (Soewarno, 1995) :

21 | K E L O M P O K 4 – K E L A S R E G U L E R S O R E 2 0 1 8
PERANCA NGAN BANGUNAN AIR BENDUNG SUNGAI SINJAN

Tabel 3.1 Nilai Variabel Reduksi Gauss

C. Distribusi Gumbel
Distribusi Gumbel digunakan untuk analisis hidrologi, terutama dalam
analisis data maksimum (banjir) dan minimum (debit minimum) dengan
nilai ekstrim.

22 | K E L O M P O K 4 – K E L A S R E G U L E R S O R E 2 0 1 8
PERANCA NGAN BANGUNAN AIR BENDUNG SUNGAI SINJAN

23 | K E L O M P O K 4 – K E L A S R E G U L E R S O R E 2 0 1 8
PERANCA NGAN BANGUNAN AIR BENDUNG SUNGAI SINJAN

Tabel 3.2 Tabel untuk menentukan nilai Yn dan Sn

D. Distribusi Log Person 3


Bentuk sebaran Log Person tipe 3 merupakan hasil transformasi dari
sebaran person tipe 3 dengan menggantikan varian menjadi nilai
logaritmik.Langkah – langkah perhitunganya adalah sebegai berikut.

1. Mengubah data curah hujan sebanyak n buah X1,X2,X3…Xn


menjadi log(X1),log(X2),Log(X3),….log(Xn)
2. Menghitung harga rata – rata dengan rumus :
n

∑ log (Xi)
´ =
log (X) i=1
n

Dimana :
´
log (X) = Harga rata-rata logaritmik

24 | K E L O M P O K 4 – K E L A S R E G U L E R S O R E 2 0 1 8
PERANCA NGAN BANGUNAN AIR BENDUNG SUNGAI SINJAN

n = Jumlah data
Xi = Nilai curah hujan tiap-tiap tahun (R24maks)

1) Menghitung harga standar deviasi dengan rumus berikut :


n

∑ \{ Xi-X \}2
i=1
S=
n-1
Dimana :

S = deviasi standar curah hujan


2) Menghitung koefisien kurtosis (Ck) dengan rumus :
n
1 4

n
∑ ( Xi - X́ )
Ck = 4 i=1
S
Dimana :
Ck = Koefisien kurtosis curah hujan
n = Jumlah data curah hujan

3) Menghitung logaritma hujan rencana dengan periode ulang T tahun


dengan rumus :
logY = logX + k . S

Dimana :
Xt = Curah hujan rencana periode ulang T tahun
k = Harga yang diperoleh berdasarkan nilai Cs
S = Standar deviasi
Distribusi Log Person 3, mempunyai koefisien kemencengan (coefisien of
skewness) atau Cs ≠ 0. Setelah pemilihan jenis sebaran dilakukan maka
prosedur selanjutnya yaitu mencari curah hujan rencana periode ulang
2,5,10,25,50 dan 100 tahun.

Tabel 3.3 Tabel Faktor penyimpangan Kt untuk log person III

25 | K E L O M P O K 4 – K E L A S R E G U L E R S O R E 2 0 1 8
PERANCA NGAN BANGUNAN AIR BENDUNG SUNGAI SINJAN

3.6 Intensitas Curah Hujan


Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per satuan waktu.
Sifat umum hujan adalah makin singkat hujan berlangsung intensitasnya
cenderung makin tinggi dan makin besar periode ulangnya makin tinggi pula
intensitasnya. Analisis intensitas curah hujan ini dapat diproses dari data curah
hujan yang telah terjadi pada masa lampau
Menurut Dr. Mononobe jika data curah hujan yang ada hanya curah hujan
harian. Rumus yang digunakan adalah :

2
R24 24
i= [ ]
.
24 t
3

(C.D. Soemarto, 2009)

26 | K E L O M P O K 4 – K E L A S R E G U L E R S O R E 2 0 1 8
PERANCA NGAN BANGUNAN AIR BENDUNG SUNGAI SINJAN

Dimana :
i = Intensitas curah hujan (mm/jam)
t = Lamanya curah hujan (jam)
R24= Curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)

3.7 Analisis Debit Banjir Rencana


Metode yang digunakan untuk menghitung debit banjir rencana sebagai dasar
perencanaan kontruksi Bendung adalah sebagai berikut :
 Metode Rasional
Perhitungan metode rasional menggunakan rumus sebagai berikut :

1
Q= .f.γ.A
3,6
Dimana :
Q = Debit banjir rencana (m3/detik)
f = Koefisien pengaliran
I = Intensitas hujan selama t jam (mm/jam)
R
[ ]
2
24 3 0,347
r = 24 .
24 T ( )= R24 2
T3
l
T=
w
H0,6 H0,6
w = 20 (m/detik) w=72 (km/jam)
l l
Dimana :
T = Waktu konsentrasi
w = Waktu kecepatan perambatan (m/detik atau Km/jam)
l = Jarak dari ujung daerah hulu sampai titik yang ditinjau (Km)
A = Luas DAS (Km2)
H = Beda tinggi ujung hulu dengan titik yang ditinjau (m)

Tabel 3.4 Tabel koefisien pengaliran

3.8 Analisis Kebutuhan Air

27 | K E L O M P O K 4 – K E L A S R E G U L E R S O R E 2 0 1 8
PERANCA NGAN BANGUNAN AIR BENDUNG SUNGAI SINJAN

Menurut jenisnya ada dua macam pengertian kebutuhan air, yaitu :


3.8.1 Kebutuhan air untuk tanaman (Consumtive Use)
Kebutuhan air untuk tanaman yaitu banyaknya air yang dibutuhkan
tanaman untuk membuat jaring tanaman (batang dan daun) dan untuk diuapkan
(evapotranspirasi), perkolasi, curah hujan, pengolahan lahan, dan pertumbuhan
tanaman.

Dimana :
Ir = kebutuhan air (mm/hari)
ETo = evaportranspirasi (mm/hari)
T = transpirasi (mm)
P = perkolasi (mm)
B = infiltrasi (mm)
W = tinggi genangan (mm)
RE = hujan efektif ( mm/hari)

3.8.1.1 Evapotranspirasi (ETo)


Evapotranspirasi adalah jumlah air yang hilang akibat penguapan
dari permukaan tanah (evaporasi) dan penguapan air melalui tanaman
(transpirasi) karena adanya energi matahari yang terjadi pada siang hari
Berkaitan dengan tanaman, evapotranspirasi adalah sama dengan
kebutuhan air konsumtif yang didefinisikan sebagai penguapan total dari
lahan dan air yang diperlukan oleh tanaman. Untuk menghitung
evapotranspirasi dapat digunakan dengan metode Penman dengan
persamaan sebagai berikut :

Dimana :
c = Faktor koreksi yang dipengaruhi untuk siang/ untuk malam.
W =Faktor yang berhubungan dengan temperature dan elevasi daerah.
Rn = Jumlah radiasi, setara dengan evaporasi (mm/hari).
Rs = radiasi gelombang pendek dalam satuan evaporasi (mm/hari)
= (0,25 + 0,54 n/N) Ra
F(u) = Faktor pengaruh angin. (m/dt)

28 | K E L O M P O K 4 – K E L A S R E G U L E R S O R E 2 0 1 8
PERANCA NGAN BANGUNAN AIR BENDUNG SUNGAI SINJAN

= 0,27 (1 + 0,864 u)
Ra = radiasi gelombang pendek yang memenuhi batas luar atmosfir
angka angot (mm/hari)
Rn1 = radiasi bersih gelombang panjang (mm/hari)
= f(t) . f(ed) . f(n/N)
ea = Tekanan uap jenuh (m bar).
ed = Tekanan uap sebenarnya (m bar). Kebutuhan air irigasi

Untuk menghitung menggunakan metode penman data yang dibutuhkan


adalah :
1. Letak lintang (LL)
2. Temperature udara (t)
3. Kecerahan matahari (n/N)
4. Kecepatan angin (u)
5. Kelembaban relatif (RH)

3.8.1.2 Perkolasi (P)


Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat tanah, dan sifat tanah
umumnya tergantung pada kegiatan pemanfaatan lahan atau pengolahan
tanah berkisar anatara 1-3 mm/hari. Pada tanah-tanah yang lebih ringan;
laju perkolasi bisa lebih tinggi.

3.8.1.3 Koefisien Tanaman (Kc)


Besarnya koefisien tanaman (Kc) tergantung dari jenis tanaman dan
fase pertumbuhan. Pada perhitungani ini digunakan koefisien tanaman
untuk padi dengan varietas unggul mengikuti ketentuan Nedeco/Proside.
Harga-harga koefisien tanaman padi dan palawija disajikan pada Tabel 2.7
sebagai berikut ini.
Tabel 3.5 Tabel koefisien Tanaman untuk padi dan Palawija menurut
nedeco/proside

29 | K E L O M P O K 4 – K E L A S R E G U L E R S O R E 2 0 1 8
PERANCA NGAN BANGUNAN AIR BENDUNG SUNGAI SINJAN

3.8.1.4 Curah Hujan Efektif (Re)


Penentuan curah hujan efektif didasarkan atas curah hujan
bulanan,yaitu menggunakan R80 yang berarti kemungkinan tidak
terjadinya 20%. Besarnya curah hujan untuk tanaman padi diambil 70%
dari curah hujan minimum tengah bulanan dengan periode ulang 5 tahunan
(Perencanaan Jaringan Irigasi, KP-01, 1986,165), dengan persamaan
sebagai berikut:
Rumus :

Dimana :
Re = curah hujan effektif, mm/hari
R80 = curah hujan minimum tengah bulanan dengan
kemungkinan terpenuhi 80 %.

Untuk Curah Hujan Efektif untuk Palawija Ditentukan dengan periode


bulanan dan curah hujan rata-rata bulanan dihubungkan dengan rata-rata
bulanan evapotranspirasi tanaman. (tabel USDA-SCS 1969)

3.8.1.5 Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan (IR)

A. Pengolahan Lahan Untuk Padi


Kebutuhan air pada waktu persiapan lahan dipengaruhi oleh
factor-faktor antara lain waktu yang diperlukan untuk penyiapan lahan
(T) dan lapisan air yang dibutuhkan untuk persiapan lahan (S).
Hitungan kebutuhan air untuk irigasi selama penyiapan lahan perlu

30 | K E L O M P O K 4 – K E L A S R E G U L E R S O R E 2 0 1 8
PERANCA NGAN BANGUNAN AIR BENDUNG SUNGAI SINJAN

memperhatikan jenis tanaman, usia tanaman sampai dengan panen,


pola tanam, efisiensi irigasi, lama penyinaran matahari dan lain-lain.
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan dapat ditentukan secara
empiris sebesar 250 mm, meliputi kebutuhan untuk penyiapan lahan
dan untuk lapisan air awal setelah transplantasi selesai. (Kriteria
Perencanaan Irigasi KP 01). Untuk lahan yang sudah lama tidak
ditanami (bero), kebutuhan air untuk penyiapan lahan dapat ditentukan
sebesar 300 mm. Kebutuhan air untuk persemaian termasuk dalam
kebutuhan air untuk penyiapan lahan.
Perhitungan kebutuhan air selama penyiapan lahan, digunakan
metode yang dikembangkan oleh Van de Goor dan Ziljstra (Standard
Perencanaan Irigasi KP-01, 1986), yaitu persamaan sebagai berikut:
Rumus :

Dimana :
IR = kebutuhan air di tingkat persawahan (mm/hari),
M = kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan
perkolasi di sawah yang telah dijenuhkan = Eo + P (mm/hari),
P = Perkolasi (mm/hari),
Eo = Evaporasi air terbuka (= 1.1 × Eto) (mm/hari),
K = konstanta = M (T/S)
e = Koefisien = 2,7182

Tabel 3.5 Memperlihatkan kebutuhan air irigasi selama penyiapan lahan yang
dihitung menurut rumus diatas.
Tabel 3.5 Kebutuhan air irigasi selama penyiapan lahan (IR)

31 | K E L O M P O K 4 – K E L A S R E G U L E R S O R E 2 0 1 8
PERANCA NGAN BANGUNAN AIR BENDUNG SUNGAI SINJAN

B. Pengolahan Lahan Untuk Palawija


Kebutuhan air unutk penyiapan lahan bagi palawija sebesar 50
mm selama 15 hari yaitu 3,33 mm/hari, yang digunakan untuk
menggarap lahan yang ditanami dan untuk menciptakan kondisi
lembab yang memadai untuk persemian yang baru tumbuh.

3.9 Kebutuhan Air Irigasi (NFR)


Kebutuhan air irigasi sebagian besar dicukupi dari air permukaan.
Kebutuhan air irigasi dipengaruhi berbagai faktor seperti klimatologi, kondisi
tnah, koefisien tanaman, pola tanam, pasokan air yang diberikan, luas daerah
irigasi, efisiensi irigasi, penggunaan kembali air drainase untuk irigasi, sistem
golongan, jadwal tanam dan lain-lain. Kebutuhan air irigasi dihitung dengan
persamaan :
Kebutuhan air irigasi dimaksudkan untuk menentukan besarnya debit yang
akan dipakai untuk mengairi daerah irigasi. Setelah sebelumnya diketahui
besarnya efisiensi irigasi. Besarnya efisiensi irigasi tergantung dari besarnya
kehilangan air yang terjadi pada saluran pembawa, mulut dari bendung sampai
petak sawah. Kehilangan air tersebut disebabkan karena penguapan, perkolasi,
kebocoran dan sadap liar.
Untuk memenuhi kebutuhan air ingasi terdapat dua sumber utama.
yaitu pernberian air irigasi (PAI) dan hujan efektif (HE). Disamping itu terdapat
sumber lain yang dapat dimanfaatkan adalah kelengasan yang ada di daerah
perakaran serta kontribusi air bawah permukaan

3.9.1 Pola Tanaman dan Perencanan Tata Tanam


Pola tanam adalah suatu pola penanaman jenis tanaman selama satu tahun
yang merupakan kombinasi urutan penanaman. Rencana pola dan tata tanam

32 | K E L O M P O K 4 – K E L A S R E G U L E R S O R E 2 0 1 8
PERANCA NGAN BANGUNAN AIR BENDUNG SUNGAI SINJAN

dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air, serta menambah


intensitas luas tanam. Suatu daerah irigasi pada umumnya mempunyai pola
tanam tertentu, tetapi bila tidak ada pola yang bias pada daerah tersebut
direkomendasikan pola tanaman padi-padi-palawija. Pemilihan pola tanam ini
didasarkan pada sifat tanaman hujan dan kebutuhan air.
A. Sifat tanaman padi terhadap hujan dan kebutuhan air

 Pada waktu pengolahan memerlukan banyak air

 Pada waktu pertumbuhannya memerlukan banyak air dan pada saaat


berbunga diharapkan hujan tidak banyak agar bunga tidak rusak dan
padi baik.

B. Palawija

 Pada waktu pengolahan membutuhkan air lebih sedikit daripada padi

 Pada pertumbuhan sedikit air dan lebih baik lagi bila tidak turun hujan.

Setelah diperoleh kebutuhan air untuk pengolahan lahan dan pertumbuhan,


kemudian dicari besarnya kebutuhan air untuk irigasi berdasarkan pola
tanam dan rencana tata tanam dari daerah yang bersangkutan.

3.9.2 Kebutuhan Air Konsumtif (Etc)


Kebutuhan air untuk tanaman di lahan diartiak sebagai kebutuhan
konsumtif dengan memasukkan factor koefisien tanaman (kc). Persamaan
umum yang digunanakan adalah:
Etc = Eto × kc

Dimana :
Etc = Kebutuhan air konsumtif (mm/hari),
Eto = Evapotranspirasi (mm/hari),
Kc = Koefisien tanaman.

3.9.3 Kebutuhan Air Untuk Mengganti Lapisan Air (WLR)

33 | K E L O M P O K 4 – K E L A S R E G U L E R S O R E 2 0 1 8
PERANCA NGAN BANGUNAN AIR BENDUNG SUNGAI SINJAN

Kebutuhan air untuk mengganti lapisan air ditetapkan berdasarkan


Standar Perencanaan Irigasi 1986, KP-01. Besar kebutuhan air untuk pengganti
lapisan air adalah 50 mm/bulan (atau 3,3 mm/hari selama ½ bulan) selama
sebulan dan dua bulan setelah transplantasi.

3.9.4 Efisiensi Irigasi (IE)


Efisiensi irigasi merupakan factor penentu utama dari ujuk kerja suatu
sistem jaringan irigasi.Efisiensi irigasi terdiri atas efisiensi pengaliran yang
pada umumnya terjadi di jaringan utaman dan efisiensi di jaringan sekunder
(dari bangunan pembagi sampai petak sawah). Efisiensi irigasi didasarkan
asumsi bahwa sebagian dari jumlah air yang diambil akan hilang baik di
saluran maupun di petak sawah. Kehilangan ini disebabkan oleh kegiatan
eksploitasi, evaporasi dan rembesan.Kehilangan air akibat evaporasi dan
rembesan pada umumnya relative kecil jika dibandingkan dengan kehilangn
air akibat eksploitasi, sehingga pemberian air di bangunan pengambilan harus
lebih besar dari kebutuhan air di sawah.

3.9.5 Luas Area Irigasi (A)


Luas area irigasi adalah luas sawah yang akan diairi. Data ini dapat
diperoleh dari Dinas Pengairan berupa peta dan luasan daerah irigasi.

3.10 Analisis Debit Andalan


Perhitungan debit andalan bertujuan untuk menentukan areal persawahan
yang dapat diairi. Perhitungan ini menggunakan cara analisis water balance dari
Dr. F. J. Mock berdasarkan data curah hujan bulanan, jumlah hari hujan
evapotranspirasi dan karakteristik hidrologi daerah pengaliran. Prinsip
perhitungan ini adalah hujan yang jatuh di atas tanah (presipitasi) sebagian akan
hilang karena penguapan (evaporasi), sebagian akan menjadi aliran permukaan
(direct run off) dan sebagian akan masuk tanah (infiltrasi). Infiltrasi mula-mula
menjenuhkan permukaan (top soil) yang kemudian menjadi perkolasi dan
akhirnya keluar ke sungai sebagai base flow. Pada saat itu terjadi water balance
antara presipitasi, evapotranspirasi, direct run off dan ground water discharge.
Oleh karena itu aliran yang terdapat di sungai disebut direct run off dan base flow.
Perhitungan debit andalan meliputi :

34 | K E L O M P O K 4 – K E L A S R E G U L E R S O R E 2 0 1 8
PERANCA NGAN BANGUNAN AIR BENDUNG SUNGAI SINJAN

A. Data Curah Hujan


Rs = curah hujan bulanan (mm)
n = jumlah hari hujan.
B. Evapotranspirasi terbatas dihitung dari evapotranspirasi potensial metode
Penman.
dE / Eto = ( m / 20 ) x ( 18 – n )
dE = ( m /20 ) x ( 18 – n ) x Eto
Etl = Eto – dE
dimana :
dE = selisih evapotranspirasi potensial dan evapotranspirasi terbatas.
Eto = evapotranspirasi potensial.
Etl = evapotranspirasi terbatas
M = prosentase lahan yang tidak tertutup vegetasi.
= 10 – 40 % untuk lahan yang tererosi
= 30 – 50 % untuk lahan pertanian yang diolah

3.11 Perhitungan Neraca Air


Perhitungan neraca air dilakukan untuk mengecek apakah air yang tersedia
cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan air irigasi atau tidak. Perhitungan
neraca air ini pada akhirnya akan menghasilkan kesimpulan mengenai :
1. Pola tanam akhir yang akan dipakai untuk jaringan irigasi yang sedang di
rencanakan.
2. Penggambaran akhir daerah proyek irigasi.
Tabel 3.6 Perhitungan Neraca Air

35 | K E L O M P O K 4 – K E L A S R E G U L E R S O R E 2 0 1 8
PERANCA NGAN BANGUNAN AIR BENDUNG SUNGAI SINJAN

Dari hasil perhitungan neraca air, kebutuhan pengambilan yang dihasilkannya


untuk pola tanam yang dipakai akan dibandingkan dengan debit andalan untuk
tiap setengah bulan dan luas daerah yang bisa diairi, luas daerah irigasi, jatah debit
air dan pola pengaturan rotasi. Apabila debit sungai melimpah, maka luas daerah
irigasi adalah tetap karena luas maksimum daerah layanan dan proyek yang akan
direncanakan sesuai dengan pola tanam yang dipakai. Jika debit sungai kurang
maka terjadi kekurangan debit, maka ada tiga pilihan yang perlu dipertimbangkan
sebagai berikut :
1. Luas daerah irigasi dikurangi
2. Melakukan modifikasi pola tanam
3. Rotasi teknis/golongan

36 | K E L O M P O K 4 – K E L A S R E G U L E R S O R E 2 0 1 8
37 | K E L O M P O K 4 – K E L A S R E G U L E R S O R E 2 0 1 8
Neraca Keseimbangan Airl Gambar 3.3 Diagram Alir Analisis Hidrologi
Distribusi Hujan :
Alternatf kebutuhan air irigas
Metode Mononobe
pulan Data Bankfull Capacity
pulan Data
pulan Data Analisis Hujan Rencana :
Curah hujan efektf (Re):
Analisis Debit Banjir : Metode normal
Re Padi Parameter DAS dan sub DAS
Metode Nakayasu Metode Log Normal
Re Palawija
Periode Ulang : Metode Log Pearson III
pulan Data
2, 5, 10, 20, 25, 50, 100 Metode Gumble
Analisis Kebutuhan air irigasi
Luas DAS
Luas sub DAS
Jaringan sungai
Analisis debit andalan : pulan Data
Hujan wilayah ½ bulanan Analisis Topograf dengan
Metode NRECA
Hujan wilayah harian Max. ARC-GIS :
Deliniasi batas DAS dan
jaringan sungai
PENMAN Modifkasi Hujan Wilayah :
Sta. Hujan Barus
Sta. Hujan BPP Pakat
Sta. Hujan Dolok Sanggul
Klimatologi Topograf
pulan Data pulan Data
pulan Data
Pengumpulan data
pulan Data
MULAI
3.12 Diagram Alir Analisis Hidrologi
PERANCA NGAN BANGUNAN AIR BENDUNG SUNGAI SINJAN
PERANCA NGAN BANGUNAN AIR BENDUNG SUNGAI SINJAN

3.13 Diagram Alir Perencanaan Bendung

A B

Daya dukung tanah Tidak Memenuhi


Terhadap Eksentrisitas
Terhadap Geser
Terhadap Guling
Cek Stabilitas :

Memenuhi

R=L=D
Desain Bendung :

38 | K E L O M P O K 4 – K E L A S R E G U L E R S O R E 2 0 1 8
PERANCA NGAN BANGUNAN AIR BENDUNG SUNGAI SINJAN

Gambar 3.4 Diagram Alir Perencanaan Bendung

39 | K E L O M P O K 4 – K E L A S R E G U L E R S O R E 2 0 1 8
PERANCA NGAN BANGUNAN AIR BENDUNG SUNGAI SINJAN

40 | K E L O M P O K 4 – K E L A S R E G U L E R S O R E 2 0 1 8

Anda mungkin juga menyukai