PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Periode dua tahun pertama kehidupan merupakan masa kritis, karena pada masa ini
terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Gangguan kekurangan gizi tingkat
buruk yang terjadi pada periode ini bersifat permanen, tidak dipulihkan walaupun kebutuhan
gizi selanjutnya terpenuhi. Untuk mendapatkan gizi yang baik pada bayi yang baru lahir
maka ibu harus sesegera mungkin menyusui bayinya karena ASI memberikan peranan
Oleh karena itu, bayi yang berumur kurang dari enam bulan dianjurkan hanya diberi
ASI tanpa makanan pendamping. Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan
oleh jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI.
Namun, banyak ibu yang mengganti ASI dengan susu formula. Padahal hal itu sangatlah tidak baik
untuk seorang bayi. Bayi umumnya diberikan ASI hingga berusia enam bulan, setelah itu ASI hanya
berfungsi sebagai sumber protein, vitamin, dan mineral yang utama bagi bayi.
Undang-undang Kesehatan No.36 Tahun 2009, pasal 128 menyatakan ”setiap bayi berhak
mendapatkan Air Susu Ibu Eksklusif sejak dilahirkan selama 6(enam) bulan kecuali indikasi medis”.
Setiap bayi mempunyai hak dasar atas makanan, kesehatan terbaik, serta kasih sayang untuk
kebutuhan tumbuh kembang yang optimal. Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib
dijamin, dilindungi dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat dan negara.
Pemberian ASI Eksklusif telah disahkan. Ini tentu menjadi sebuah kabar gembira bagi para
ibu, khususnya ibu menyusui yang mendambakan dapat memberikan Air Susu Ibu (ASI)
secara eksklusif kepada buah hati tercintanya. Pengesahan PP Nomor 33 tahun 2012 tentang
pemberian ASI eksklusif telah diputuskan 1 Maret 2012. Menyusui adalah hak ibu dan terbukti
meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup ibu. Untuk meningkatkan kesadaran semua pihak tentang
pentingnya ASI bagi bayi, pemerintah menetapkan minggu pertama bulan Agustus sebagai “Hari
Pekan ASI”, upaya ini merencanakan tindak lanjut peningkatan program pemberian ASI di masa yang
Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena dampaknya yang luas
terhadap status gizi dan kesehatan balita, upaya peningkatan kualitas hidup manusia harus
dimulai sejak dini yaitu sejak masih dalam kandungan hingga usia balita. Dengan demikian
kesehatan anak sangat tergantung pada kesehatan ibu terutama masa kehamilan, persalinan
dan masa menyusui. Pada masa kehamilan perlu dipersiapkan tentang pengetahuan, sikap,
perilaku dan keyakinan ibu tentang menyusui, asupan gizi yang cukup, perawatan payudara
dan persiapan mental agar mereka siap secara fisik dan psikis untuk menerima, merawat dan
menyusui bayinya sesuai dengan anjuran pemberian ASI eksklusif hingga bayi berusia enam
pemasaran Pengganti Air Susu Ibu dan Kepmenkes No. 450/2004 tentang Pemberian Air
Susu Ibu secara ekslusif pada Bayi di Indonesia. Program ASI Eksklusif merupakan program
promosi pemberian ASI saja pada bayi tanpa memberikan makanan atau minuman lain.
(PPASI) yang salah satu tujuannya adalah untuk membudayakan perilaku menyusui secara
eksklusif kepada bayi dari lahir sampai usia 4 bulan. Tahun 2004, sesuai dengan anjuran
WHO, pemberian ASI eksklusif ditingkatkan menjadi 6 bulan sebagaimana dinyatakan dalam
dari pengaturan ASI Eksklusif adalah untuk menjamin terpenuhinya hak bayi, menjamin
pelaksanaan kewajiban ibu memberi ASI Eksklusif, dan mendorong peran keluarga,
masyarakat, badan usaha dan pemerintah daerah dalam pemberian ASI Eksklusif.
Diperkirakan sekitar 30.000 kematian bayi baru lahir (usia di bawah 28 hari) di
Indonesia dapat dicegah melalui pemberian ASI pada satu jam pertama setelah lahir
(Purwandari, 2010). Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator penting
dan minggu pertama setelah melahirkan merupakan periode kritis bagi ibu dan bayinya.
Angka Kematian bayi di Indonesia masih cukup tinggi dimana setiap jam, 10 bayi meninggal.
Artinya, 240 bayi meninggal setiap harinya atau, setiap enam menit satu bayi meninggal
Menurut Suryoprajogo yang dikutip oleh Hasrimayana (2011), ASI merupakan makanan
terbaik bagi bayi dengan segudang manfaat dari berbagai aspek, tidak hanya untuk bayi, tetapi juga
untuk ibu. ASI merupakan nutrisi terbaik pada awal usia kehidupan bayi. ASI ibarat emas yang diberi
gratis oleh Tuhan karena ASI adalah cairan yang dapat menyesuaikan kandungan zatnya yang dapat
Di Indonesia hanya sekitar 17% ibu yang memberi bayinya ASI eksklusif. Cakupan ASI
eksklusif di Sumatera Utara pada tahun 2011 sekitar 26,67% cakupan ini masih rendah dari target
nasional yaitu 80%. Demikian pula di Kota Medan cakupan ASI Eksklusif pada tahun 2011 paling
rendah dibandingkan dengan kabupaten lain yang ada di Sumatera Utara yaitu sekitar 0,82% (Profil
Dinkes Sumut, 2012). Pernyataan UNICEF yang menyebutkan bahwa ketidaktahuan ibu tentang
pentingnya ASI, cara menyusui dengan benar, serta pemasaran yang dilancarkan secara agresif oleh
para produsen susu formula, merupakan faktor penghambat bagi terbentuknya kesadaran orang tua di
manusia serta kualitas kehidupan dan usia harapan hidup manusia, meningkatkan
kesejahteraan keluarga dan masyarakat serta untuk mempertinggi kesadaran masyarakat akan
pentingnya hidup sehat. Upaya ini bertujuan mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri
dalam menjaga kesehatannya dan menyadari pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat
promotif dan preventif. Masyarakat akan membutuhkan pelayanan kesehatan dan informasi
semua upaya dan sarana pelayanan kesehatan yang ada di wilayahnya sesuai dengan
kewenangannya.
Keberhasilan pemberian ASI Eksklusif dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor
eksternal. Faktor internal salah satumya yaitu ketersediaan ASI yang kurang, pekerjaan dan
pengetahuan yang masih kurang menjadi pemicu seorang ibu malas untuk memberi ASI kepada
bayinya. Hal ini memotivasi puskesmas dan kelompok ibu peduli ASI dengan memanfaatkan
pekarangan dan lahan dengan membudidayakan tanaman pendukung ASI yaitu Torbangun.
mengadung senyawa fitokimia bermanfaat salah satunya adalah senyawa lactagogum yang dapat
meningkatkan produksi air susu ibu (ASI). Penelitian Prof. Rizal Damanik, dosen gizi IPB
menunjukkan setiap pemberian 150 gram daun torbangun segar kepada ibu yang menyusui
dapat meningkatkan volume ASI hingga 65% dari hari pertama konsumsi sampai hari ke-28
Program-program kesehatan perlu selalu disosialisasikan secara terus menerus, hal ini
dikarena perubahan tingkah laku kadang-kadang hanya dapat terjadi dalam kurun waktu yang
relatif lama. Sejalan dengan hal tersebut, perlu diambil langkah-langkah terobosan dalam
upaya peningkatan kesehatan masyarakat diwilayah kerja puskesmas. Salah satu terobosan
yang dilakukan adalah dengan pemberdayaan masyarakat yaitu salah satunya dengan
“GeMas ASIEk” berkolaborasi dengan kelompok masyarakat yang ada yang berkaitan
dengan kegiatan tersebut yaitu dengan KIPAS (Kelompok Ibu Peduli ASI). Suatu gerakan
3. Tujuan penulisan
Sejauh mana upaya GeMas ASIEk dalam peningkatan cakupan ASI Eksklusif diwilayah
a. Memaparkan data-data serta memvalidasi data yang berkaitan dengan sasaran target dan
c. Menjelaskan tentang upaya-upaya yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam upaya
a. Manfaat praktis
Memberikan manfaat bagi tenaga kesehatan khususnya penulis sebagai acuan dalam
b. Manfaat teoritis
Memberikan gambaran kepada penulis dan nakes lainnya mengenai upaya pemberdayaan
masyarakat untuk hidup sehat yaitu salah satunya dengan pemberian ASI Eksklusif
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ASI Eksklusif adalah makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi, yang bersifat
alamiah. (Dwi Sunar Prasetyo:2009). ASI Eksklusif menurut WHO adalah pemberian ASI
saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air jeruk ataupun makanan
tambahan lain yang diberikan saat bayi baru lahir sampai berumur 6 bulan.
ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain,
seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat,
seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin dan mineral dan
obat (Roesli, 2000). Selain itu, pemberian ASI eksklusif juga berhubungan dengan tindakan
memberikan ASI kepada bayi hingga berusia 6 bulan tanpa makanan dan minuman lain,
kecuali sirup obat. Setelah usia bayi 6 bulan, barulah bayi mulai diberikan makanan
pendamping ASI, sedangkan ASI dapat diberikan sampai 2 tahun atau lebih (Prasetyono,
2005).
ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik
fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan
pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur
ASI adalah sebuah cairan ciptaan Allah yang memenuhi kebutuhan gizi bayi dan
dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik
bagi tubuh bayi yang masih muda. Pada saat yang sama ASI juga sangat kaya akan sari-sari
makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf
(Yahya, 2007).
2.2. Pengelompokan ASI Eksklusif
1. ASI stadium I adalah kolostrum. Kolostrum adalah cairan yang pertama disekresi oleh
kelenjar payudara dari hari ke-1 sampai hari ke-4. Kolostrum sangat baik untuk
mengeluarkan “meconium” yaitu air ketuban dan cairan lain yang tertelan masuk perut
bayi saat proses persalinan. Jumlah (volume) kolostrum berkisar 150-300 cc per hari.
2. ASI Stadium II adalah ASI peralihan yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum
menjadi ASI yang matang. ASI ini diproduksi pada hari ke-4 sampai hari ke-10.
3. ASI stadium III adalah ASI matur. ASI yang disekresi dari hari ke-10 sampai seterusnya.
Menyusui bayi dapat mendatangkan keuntungan bagi bayi, ibu, keluarga, masyarakat, dan
negara. Sebagai makanan bayi yang paling sempurna, ASI mudah dicerna dan diserap karena
1. Untuk Bayi
Ketika bayi berusia 0-6 bulan, ASI bertindak sebagai makanan utama bayi, karena
mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi, ASI memang terbaik untuk bayi manusia
sebagaimana susu sapi yang terbaik untuk bayi sapi, ASI merupakan komposisi makanan
ideal untuk bayi, pemberian ASI dapat mengurangi resiko infeksi lambung dan usus, sembelit
serta alergi, bayi yang diberi ASI lebih kebal terhadap penyakit dari pada bayi yang tidak
mendapatkan ASI, bayi yang diberi ASI lebih mampu menghadapi efek penyakit kuning,
pemberian ASI dapat semakin mendekatkan hubungan ibu dengan bayinya. Hal ini akan
berpengaruh terhadap kemapanan emosinya di masa depan, apabila bayi sakit, ASI
merupakan makanan yang tepat bagi bayi karena mudah dicerna dan dapat mempercepat
penyembuhan, pada bayi prematur, ASI dapat menaikkan berat badan secara cepat dan
mempercepat pertumbuhan sel otak, tingkat kecerdasan bayi yang diberi ASI lebih tinggi 7-9
2. Untuk Ibu
Isapan bayi dapat membuat rahim menciut, mempercepat kondisi ibu untuk kembali
ke masa prakehamilan, serta mengurangi resiko perdarahan, lemak yang ditimbun di sekitar
panggul dan paha pada masa kehamilan akan berpindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih
cepat langsing kembali, resiko terkena kanker rahim dan kanker payudara pada ibu yang
menyusui bayi lebih rendah dari pada ibu yang tidak menyusui, menyusui bayi lebih
menghemat waktu, karena ibu tidak perlu menyiapkan botol dan mensterilkannya.
ASI lebih praktis lantaran ibu bisa berjalan-jalan tanpa membawa perlengkapan lain, ASI
lebih murah dari pada susu formula, ASI selalu steril dan bebas kuman sehingga aman untuk
ibu dan bayinya, ibu dapat memperoleh manfaat fisik dan emotional ( Dwi Sunar, 2009 ).
3. Untuk Keluarga
Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli susu formula, botol susu,
serta peralatan lainnya, jika bayi sehat, berarti keluarga mengeluarkan lebih sedikit biaya
guna perawatan kesehatan, penjarangan kelahiran lantaran efek kontrasepsi dari ASI
eksklusif, jika bayi sehat berarti menghemat waktu keluarga, menghemat tenaga keluarga
karena ASI selalu tersedia setiap saat, keluarga tidak perlu repot membawa berbagai
Menghemat devisa negara karena tidak perlu mengimpor susu formula dan peralatan
lainnya, bayi sehat membuat negara lebih sehat, penghematan pada sektor kesehatan, karena
jumlah bayi yang sakit hanya sedikit, memperbaiki kelangsungan hidup anak karena dapat
menurunkan angka kematian, ASI merupakan sumber daya yang terus-menerus di produksi
Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan
berbeda-beda. Sebagian mempunyai kemampuan yang lebih besar dibandingkan yang lain.
Laktasi mempunyai dua pengertian yaitu pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dan
adanya proliferasi sel-sel duktus laktiferus dan sel-sel kelenjar pembentukan ASI serta
lancarnya peredaran darah pada payudara. Proses proliferasi ini dipengaruhi oleh hormon-
hormon yang dihasilkan plasenta, yaitu laktogen, prolaktin, kariogona dotropin, estrogen, dan
progesteron. Pada akhir kehamilan, sekitar kehamilan 5 bulan atau lebih, kadang dari ujung
puting susu keluar cairan kolostrum. Cairan kolostrum tersebut keluar karena pengaruh
hormon laktogen dari plasenta dan hormon prolaktin dari hipofise. Namun, jumlah kolostrum
tersebut terbatas dan normal, dimana cairan yang dihasilkan tidak berlebihan karena kadar
prolaktin cukup tinggi, pengeluaran air susu dihambat oleh hormon estrogen (Maryunani,
2009).
plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada lagi hambatan terhadap
prolaktin oleh estrogen. Hormon prolaktin ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi
Penurunan kadar estrogen memungkinan naiknya kadar prolaktin dan produksi ASI
pun mulai. Produksi prolaktin yang berkesinambungan disebabkan oleh bayi menyusui pada
payudara ibu. Pada ibu yang menyusui, prolaktin akan meningkat pada keadaan : stress atau
pengaruh psikis,anestesi, operasi, rangsangan puting susu, hubungan kelamin, pengaruh obat-
obatan. Sedangkan yang menyebabkan prolaktin terhambat pengeluarannya pada keadaan:
yang berada dibawah kendali neuroendokrin, dimana bayi yang menghisap payudara ibu akan
merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel. Kontraksi dari
sel-sel ini akan memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem
duktus untuk selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi sehingga
pada saat ibu melihat bayinya, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, dan memikirkan
”letdown/pelepasan ASI yaitu stress seperti keadaan bingung atau psikis kacau, takut, cemas,
lelah, malu, merasa tidak pasti atau merasakan nyeri. Oksitosin juga mempengaruhi jaringan
otot polos uterus berkontraksi sehingga mempercepat lepasnya plasenta dari dinding uterus
dan membantu mengurangi terjadinya perdarahan. Oleh karena itu, setelah bayi lahir maka
bayi harus segera disusukan pada ibunya (Inisiasi Menyusui Dini ). Dengan seringnya
menyusui, penciutan uterus akan terjadi makin cepat dan makin baik. Tidak jarang perut ibu
akan terus terasa mulas yang sangat pada hari-hari pertama menyusui, hal ini merupakan
mekanisme alamiah yang baik untuk kembalinya uterus ke bentuk semula (Maryunani, 2009).
Susu menjadi salah satu sumber nutrisi bagi manusia, komponen ASI sangat rumit
dan berisi lebih dari 100.000 biologi komponen unik, berikut komposisi ASI:
1. Kolostrum – Cairan susu kental berwarna kuning, Kolostrum mengandung karoten dan
vitamin A yang tinggi yang berfungsi menjaga kekebalan tubuh bagi bayi.
2. Protein – Protein dalan ASI berupa casein (protein yang sulit di cerna) dan whey
(protein yang mudah di cerna). ASI lebih banyk mengandum whey di bandingkan
dengan casein.
3. Lemak – Lemak ASI adalah penghasil kalori (energy) utama dan merupakan komponen
yang gizi yang sangat berfariasi.penelitian OSBORN membuktikan, bayi yang tidak
5. Zat Besi – Meskipun ASI mengandum sedikit zat besi, namun bayi yang menyusui
6. Taurin – Berupa asam amino dan berfungsi sebagai neuororansmitter, berperan penting
8. Laktoferin – Sebuah besi batas yang mengikat protein ketersediaan besi untuk bakteri
hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu,
5. Dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke puting susunya dan
6. Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi terletak di
1. Masukan ASI dalam kantung plastik polietilen (misal plastik gula); atau wadah plastik
untuk makanan atau yang bisa dimasukkan dalam microwave, wadah melamin, gelas,
cangkir keramik.
2. Jangan masukkan dalam gelas plastik minuman kemasan maupun plastik styrofoam.
4. Dinginkan dalam refrigerator (kulkas). Simpan sampai batas waktu yang diijinkan ( + 2
minggu).
5. Jika hendak dibekukan, masukkan dulu dalam refrigerator selama semalam, baru
A. Faktor Internal
1. Ketersediaan ASI
Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah tidak melakukan inisiasi
menyusui dini, menjadwal pemberian ASI, memberikan minuman prelaktal (bayi diberi
minum sebelum ASI keluar), apalagi memberikannya dengan botol/dot, kesalahan pada posisi
setelah dilahirkan dan membiarkan bayi mencari puting ibu kemudian menghisapnya
setidaknya satu jam setelah melahirkan. Cara bayi melakukan inisiasi menyusui dini disebut
baby crawl. Karena sentuhan atau emutan dan jilatan pada puting ibu akan merangsang
pengeluaran ASI dari payudara. Dan apabila tidak melakukan inisiasi menyusui dini akan
Ibu sebaiknya tidak menjadwalkan pemberian ASI. Menyusui paling baik dilakukan
sesuai permintaan bayi (on demand ) termasuk pada malam hari, minimal 8 kali sehari.
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh seringnya bayi menyusui. Makin jarang bayi disusui
biasanya produksi ASI akan berkurang. Produksi ASI juga dapat berkurang bila menyusui
terlalu sebentar. Pada minggu pertama kelahiran sering kali bayi mudah tertidur saat
menyusui. Ibu sebaiknya merangsang bayi supaya tetap menyusui dengan cara menyentuh
Seringkali sebelum ASI keluar bayi sudah diberikan air putih, air gula, air madu, atau
susu formula dengan dot. Seharusnya hal ini tidak boleh dilakukan karena selain
menyebabkan bayi malas menyusui, bahan tersebut mungkin menyebabkan reaksi intoleransi
atau alergi. Apabila bayi malas menyusui maka produksi ASI dapat berkurang, karena
Meskipun menyusui adalah suatu proses yang alami, juga merupakan keterampilan
yang perlu dipelajari. Ibu seharusnya memahami tata laksana laktasi yang benar terutama
bagaimana posisi menyusui dan perlekatan yang baik sehingga bayi dapat menghisap secara
efektif dan ASI dapat keluar dengan optimal. Banyak sedikitnya ASI berhubungan dengan
posisi ibu saat menyusui. Posisi yang tepat akan mendorong keluarnya ASI dan dapat
diperlakukan berbeda dengan pria dalam hal pelayanan kesehatan terutuma karena wanita
hamil, melahirkan, dan menyusui. Padahal untuk meningkatkan sumber daya manusia harus
sudah sejak janin dalam kandungan sampai dewasa. Karena itulah wanita yang bekerja
mendapat perhatian agar tetap memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan dan diteruskan
pekerjaan adalah tempat kerja yang terlalu jauh, tidak ada penitipan anak, dan harus kembali
kerja dengan cepat karena cuti melahirkan singkat (Mardiati, 2006). Cuti melahirkan di
Indonesia rata-rata tiga bulan. Setelah itu, banyak ibu khawatir terpaksa memberi bayinya
susu formula karena ASI perah tidak cukup. Bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan
ASI eksklusif, karena waktu ibu bekerja bayi dapat diberi ASI perah yang diperah minimum
2 kali selama 15 menit. Yang dianjurkan adalah mulailah menabung ASI perah sebelum
masuk kerja. Semakin banyak tabungan ASI perah, seamakin besar peluang menyelesaikan
3. Pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan akan
memberikan pengalaman kepada ibu tentang cara pemberian ASI eksklusif yang baik dan
benar yang juga terkait dengan masa lalunya. Dalam hal ini perlu ditumbuhkan motivasi
dalam dirinya secara sukarela ddan penuh rasa percaya diri untuk mampu menyusui bayinya.
Pengalaman ini akan memberikan pengetahuan, pandangan dan nilai yang akan menberi
Akibat kurang pengetahuan atau informasi, banyak ibu menganggap susu formula
sama baiknya , bahkan lebih baik dari ASI . Hal ini menyebabkan ibu lebih cepat
memberikan susu formula jika merasa ASI kurang atau terbentur kendala menyusui. Masih
banyak pula petugas kesehatan tidak memberikan informasi pada ibu saat pemeriksaan
kehamilan atau sesudah bersalin (Prasetyono, 2005). Untuk dapat melaksanakan program ASI
eksklusif, ibu dan keluarganya perlu menguasai informasi tentang fisiologis laktasi,
keuntungan pemberian ASI, kerugian pemberian susu formula, pentingnya rawat gabung,cara
menyusui yang baik dan benar, dan siapa harus dihubungi jika terdapat keluhan atau masalah
seputar menyusui.
Tiga hari pasca persalinan payudara sering terasa penuh, tegang, dan nyeri. Kondisi
ini terjadi akibat adanya bendungan pada pembuluh darah di payudara sebagai tanda ASI
mulai banyak diproduksi. Tetapi, apabila payudara merasa sakit pada saat menyusui ibu pasti
akan berhenti memberikan ASI padahal itu menyebabkan payudara mengkilat dan bertambah
Jika terdapat lecet pada puting itu terjadi karena beberapa faktor yang dominan adalah
kesalahan posisi menyusui saat bayi hanya menghisap pada puting. Padahal seharusnya
sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi. Puting lecet juga dapat terjadi pada akhir
menyusui, karena bayi tidak pernah melepaskan isapan. Disamping itu, pada saat ibu
membersihkan puting menggunakan alkohol dan sabun dapat menyebabkan puting lecet
sehingga ibu merasa tersiksa saat menyusui karena sakit (Maulana, 2007).
5. Kondisi kesehatan ibu
Kondisi kesehatan ibu juga dapat mempengaruhi pemberian ASI secara eksklusif.
Pada keadaan tertentu, bayi tidak mendapat ASI sama sekali, misalnya dokter melarang ibu
untuk menyusui karena sedang menderita penyakit yang dapat membahayakan ibu atau
bayinya, seperti penyakit Hepatitis B, HIV/AIDS, sakit jantung berat, ibu sedang menderita
infeksi virus berat, ibu sedang dirawat di Rumah Sakit atau ibu meninggal dunia (Pudjiadi,
2001).
Faktor kesehatan ibu yang menyebabkan ibu memberikan makanan tambahan pada
bayi 0-6 bulan adalah kegagalan menyusui dan penyakit pada ibu. Kegagalan ibu menyusui
dapat disebakan karena produksi ASI berkurang dan juga dapat disebabkan oleh
ketidakpuasan menyusui setelah lahir karena bayi langsung diberi makanan tambahan.
B. Faktor Eksternal
yang terkait, agar dihasilkan suatu pelayanan yang komrehensif dan terpadu bagi ibu yang
menyusui sehingga promosi ASI secara aktif dapat dilakukan tenaga kesehatan. Dalam hal ini
sikap dan pengetahuan petugas kesehatan adalah faktor penentu kesiapan petugas dalam
mengelola ibu menyusui. Selain itu sistem pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan juga
Perilaku tenaga kesehatan biasanya ditiru oleh masyarakat dalam hal perilaku sehat.
Promosi ASI eksklusif yang optimal dalam setiap tumbuh kembangnya sangatlah penting
untuk mendukung keberhasilan ibu dalam menyusui bayinya (Elza, 2008). Selain itu adanya
sikap ibu dari petugas kesehatan baik yang berada di klinis maupun di masyarakat dalam hal
menganjurkan masyarakat agar menyusui bayi secara eksklusif pada usia 0-6 bulan dan
dilanjutkan sampai 2 tahun dan juga meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam hal
Kondisi kesehatan bayi juga dapat mempengaruhi pemberian ASI secara eksklusif.
Bayi diare tiap kali mendapat ASI, misalnya jika ia menderita penyakit bawaan tidak dapat
menerima laktosa, gula yang terdapat dalam jumlah besar pada ASI (Pudjiadi, 2001).
Faktor kesehatan bayi adalah salah satu faktor yang dapat menyebabkan ibu memberikan
makanan tambahan pada bayinya antara lain kelainan anatomik berupa sumbing pada bibir
atau palatum yang menyebakan bayi menciptakan tekanan negatif pada rongga mulut,
masalah organik, yaitu prematuritas, dan faktor psikologis dimana bayi menjadi rewel atau
sering menangis baik sebelum maupun sesudah menyusui akibatnya produksi ASI ibu
Meskipun mendapat predikat The Gold Standard, makanan paling baik, aman, dan
satu dari sedikit bahan pangan yang memenuhi kriteria pangan berkelanjutan (terjangkau,
tersedia lokal dan sepanjang masa, investasi rendah). Sejarah menunjukkan bahwa menyusui
merupakan hal tersulit yang selalu mendapat tantangan, terutama dari kompetitor utama
produk susu formula yang mendisain susu formula menjadi pengganti ASI (YLKI, 2005).
Seperti di Indonesia sekitar 86% yang tidak berhasil memberikan ASI eksklusif karena para
ibu lebih memilih memberikan susu formula kepada bayinya. Hal ini dapat dilihat dari
meningkatnya penggunaan susu formula lebih dari 3x lipat selama 5 tahun dari 10,8% pada
4. Keyakinan
Kebiasaan memberi air putih dan cairan lain seperti teh, air manis, dan jus kepada
bayi menyusui dalam bulan-bulan pertama umum dilakukan. Kebiasaan ini seringkali dimulai
saat bayi berusia sebulan. Riset yang dilakukan di pinggiran kota Lima, Peru menunjukkan
bahwa 83% bayi menerima air putih dan teh dalam bulan pertama. Penelitian di masyarakat
Gambia, Filipina, Mesir, dan Guatemala melaporkan bahwa lebih dari 60% bayi baru lahir
diberi air manis dan/atau teh. Nilai budaya dan keyakinan agama juga ikut mempengaruhi
pemberian cairan sebagai minuman tambahan untuk bayi. Dari generasi ke generasi
diturunkan keyakinan bahwa bayi sebaiknya diberi cairan. Air dipandang sebagai sumber
1. Lokasi
Puskesmas Medan Deli terletak di Jalan K.L Yos Sudarso Km. 11,1 Lingkungan III
Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli, Kode Pos 20243.
2. Geografi
Wilayah kerja Puskesmas Medan Deli meliputi 5 Kelurahan yaitu :
No Nama Kelurahan Lingkungan
1 Kelurahan Kota Bangun 8
2 Kelurahan Tanjung Mulia 28
3 Kelurahan Tanjung Mulia Hilir 22
Jumlah 58 Lingkungan
Jumlah gizi buruk tahun 2016 di wilayah kerja Puskesmas Medan Deli
sebanyak 17 orang dimana diantara 17 orang ada2 orang yang meninggal,2 orang
pindah, dan yang lainnya ada yang membaik dan menjadi gizi kurang.
Data Gizi Buruk Diwilayah Kerja Puskesmas Medan Deli Bulan Januari-Oktober 2017
Jumlah gizi buruk tahun 2017 sampai bulan oktober 2017 di wilayah kerja Puskesmas
Medan Deli sebanyak 6 orang . Jumlah balita gizi buruk mengalami penurunan di tahun
2017.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan m
1. Cakupan balita gizi buruk tahun 2016 mengalami penurunan tahun 2017m
2. Kerja sama lintas program dan lintas sektoral sangat perlu dikembangkan untuk
mengatasi masalah gizi buruk
3. Upaya intervensi permasalahan gizi perlu dikembangkan dan dilaksanakan secara
terarah dan terpadu.
4. Dibutuhkan media yang inovatif yang murah dan praktis guna menyebarluaskan
informasi gizi.
1. Saran.
1. Perlunya diberikan pelatihan-pelatihan kepada tenaga kesehatan puskesmas
khususnya petugas gizi sebagai stimulus untuk meningkatkan kemampuan dalam
hal pengembangan diri berkaitan dengan disiplin ilmu yang dimiliki.
2. Perlunya pembinaan dilakukan oleh pimpinan puskesmas atau jajaran diatasnya
sehingga dapat memotivasi petugas kesehatan dalam hal kerja sama lintas program
dan lintas sektoral serta seluruh elemen masyarakat dalam hal mengatasi masalah
gizi.
3. Perlu diadakan program-program tambahan yang melibatkan seluruh komponen
masyarakat guna membantu pengentasan masalah gizi.
4. Pada tahap lanjut kegiatan ini dapat melibatkan sektor pendidikan seperti PAUD,
TK, SD, guna penyebarluasan informasi Gizi sejak usia dini karena seperti kita
ketahui masa proses penyerapan informasi yang paling baru.
5. Upaya intervensi permasalahan gizi perlu dikembangkan dan dilaksanakan secara
terarah dan terpadu