PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap orang dalam hidupnya pasti akan menghadapi yang namanya
masalah, sikap seseorang dalam menghadapi sangat ditentukan oleh keyakinan
mereka masing-masing. Keyakinan yang dimiliki setiap orang selalu dikaitkan
dengan kepercayaan atau agama. Spiritual, keyakinan dan agama merupakan
hal yang berbeda namun seringkali diartikan sama. Penting sekali bagi
seorang perawat memahami perbedaan antara Spiritual, keyakinan dan agama
guna menghindarkan salah pengertian yang akan mempengaruhi pendekatan
perawat dengan pasien.
Pasien yang sedang dirawat dirumah sakit membutuhkan asuhan
keperawatan yang holistik dimana perawat dituntut untuk mampu memberikan
asuhan keperawatan secara komprehensif bukan hanya pada masalah secara
fisik namun juga spiritualnya. Untuk itulah materi spiritual diberikan kepada
calon perawat guna meningkatkan pemahaman dan kemampuan perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan kebutuhan
spiritual.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep dasar kebutuhan spiritual?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan kebutuhan spiritual?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui konsep dasar kebutuhan spiritual.
2. Untuk menganalisis asuhan keperawatan pada klien dengan kebutuhan
spiritual.
1
D. MANFAAT PENULISAN
1. Agar pembaca menambah wawasan tentang kebutuhan spiritual.
2. Agar pembaca mampu memahami pelaksanaan asuhan keperawatan pada
klien dengan kebutuhan spiritual.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2. Karakteristik
Hubungan dengan diri sendiri (Kekuatan dalam dan self relience)
Pengetahuan diri (siapa dirinya dan apa yang dapat dilakukannya)
Sikap (percaya diri sendiri, percaya pada kehidupan/ masa depan,
ketenangan pikiran, harmoni/ keselarasan dengan diri sendiri)
3
Hubungan dengan alam (Harmoni)
Mengetahui tentang alam,iklim, margasatwa
Berkomunikasi dengan alam (berjalan kaki, bertanam),
mengabdikan dan melindungi alam
Hubungan dengan orang lain
(Harmoni/ Suportif)
Berbagi waktu, pengetahuan dan sumber secara timbal balik
Mengasuh anak, orang tua dan orang sakit
Meyakini kehidupan dan kematian (mengunjungi, melayat)
(Tidak harmonis)
Konflik dengan orang lain
Resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi
Hubungan dengan Ketuhanan (Agamis atau tidak agamis)
Sembahyang/ berdoa/ meditasi
Perlengkapan keagamaan
Bersatu dengan alam
3. Perkembangan spiritual
Bayi dan todler (1-3 tahun)
Tahap awal perkembangan spiritual adalah rasa percaya dengan yang
mengasuh dan sejalan dengan perkembangan rasa aman, dan dalam
hubungan interpersonal, karena sejak awal kehidupan mengenal dunia
melalui hubungan dengan lingkungan kususnya orangtua. Bayi dan
todler belum memiliki rasa bersalah dan benar, serta keyakinan
spiritual. Mereka mulai meniru kegiatan ritual tanpa tau arti kegiatan
tersebut dan ikut ketempat ibadah yang mempengaruhi citra diri
mereka.
Prasekolah
Sikap orang tua tentang moral dan agama mengajarkan pada anak
tentang apa yang dianggap baik dan buruk.anak pra sekolah belajar
dari apa yang mereka lihat bukan pada apa yang diajarkan. Disini
bermasalah jika apa yang terjadi berbeda dengan apa yang diajarkan.
4
Usia sekolah
Anak usia sekolah Tuhan akan menjawab doanya, yang salah akan
dihukum dan yang baik akan diberi hadiah. Pada mas pubertas , anak
akan sering kecewa karena mereka mulai menyadari bahwa doanya
tidak selalu dijawab menggunakan cara mereka dan mulai mencari
alasan tanpa mau menerima keyakinan begitu saja.
Pada masa ini anak mulai mengambil keputusan akan
meneruskan atau melepaskan agama yang dianutnya karena
ketergantungannya pada orang tua. Remaja dengan orang tua berbeda
agama akan memutuska memilih pilihan agama yang dianutnya atau
tidak memilih satupun dari agama orangtuanya.
Dewasa
Kelompok dewasa muda yang dihadapkan pada pertanyaan bersifat
keagamaan dari anaknya akan menyadari apa yang diajarkan padanya
waktu kecil dan masukan tersebut dipakai untuk mendidik anakya.
Usia pertengahan
Usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih banyak waktu untuk
kegiatan agama dan berusaha untuk mengerti nilai agama yang di
yakini oleh generasi muda.
5
Spiritualitas memberikan pengertian keterhubungan intrapersonal
(dengan diri sendiri), interpersonal (dengan orang lain) dan
transpersonal ( dengan yang tidak terlihat, Tuhan atau yang
tertinggi) (Miner –william, 2006 cit Potter & Perry, 2009)
Spiritual memberikan kepercayaan setelah berhubungan dengan
Tuhan. Kepercayaan selalu identik dengan agama sekalipun ada
kepercayaan tanpa agama.
Spritualitas melibatkan realitas eksistensi (arti dan tujuan hidup).
Keyakinan dan nilai menjadi dasar spiritualitas. Nilai membantu
individu menentukan apa yang penting bagi mereka dan
membantu individu menghargai keindahan dan harga pemikiran,
obysk dsn prilaku.(Holins, 2005; vilagomenza, 2005
Spiritual memberikan individu kemampuan untuk menemukan
pengertian kekuatan batiniah yang dinamis dan kreatif yang
dibutuhkan saat membuat keputusan sulit (Braks-wallance dan
Park, 2004).
Spiritual memberikan kedamaian dalam menghadapi penyakit
terminal maupun menjelang ajal (Potter & Perry, 2009).
Ada individu yang tidak mempercayai adanya Tuhan (atheis)
atau percaya bahwa tidak ada kenyataan akhir yang diketahui
(Agnostik). Ini bukan berati bahwa spiritual bukan merupakan
konsep penting bagi atheis dan agnostik, Atheis mencari arti
kehidupan melalui pekerjaan mereka dan hubungan mereka
dengan orang lain.agnostik menemukan arti hidup dalam
pekerjaan mereka karena mereka percaya bahwa tidak adanya
akhir bagi jalan hidup mereka.
Dimensi Spiritual ( Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995; Murray &
Zentner, 1993 ):
Mempertahankan keharmonisan / keselarasan dengan dunia luar
Berjuang untuk menjawab / mendapatkan kekuatan
Untuk menghadapi : Stres emosional, penyakit fisik, dan
menghadapi kematian
6
Konsep kesejahteraan spiritual ( spiritual well-being) (Gray,2006;
Smith, 2006):
Dimensi vertical (Hubungan positif individu dengan Tuhan atau
beberapa kekuasaan tertinggi)
Dimensi horizontal (Hubungan positif individu dengan orang lain)
7
wanita
Melepaskan
pakaian dalam
merupakan
tekanan
Buddha Menerima ilmu Menolak
medis terkini pengobatan
pada hari suci
Roh non
manusia yang
menyerang
manusia
menyebabkan
penyakit
8
6. Manifestasi perubahan fungsi spiritual
Verbalisasi disstress
Individu yang mengalami gangguan fungsi spiritual, biasanya akan
meverbalisasikan yang dialaminya untuk mendalatkan bantuan.
Perubahan perilaku
Perubahan perilaku juga dapat merupakan manifestasi gangguan
fungsi spiritual.. Klien yang merasa cemas dengan hasil pemeriksaan
atau menunjukkan kemarahan setelah mendengar hasil pemeriksaan
mungkin saja sedang menderita distress spiritual. Untuk jelasnya
berikut terdapat tabel ekspresi kebutuhan spiritual.
Tabel Ekspresi Kebutuhan Spiritual Adaptif Dan Malladaptif
Kebutuhan Tanda pola atau prilaku Tanda pola atau prilaku
adaptif maladaptif
Rasa percaya Rasa percaya terhadap diri Merasa tidak nyaman
sendiri dan kesabaran dengan kesadaran diri
Menerima bahwa yang Mudah tertipu
lain akan mampu Ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan terbuka dengan orang
Rasa percaya terhadap lain
kehidupan walaupun Merasa bahwa hanya
terasa berat orang tertentu dan tempat
Keterbukaan terhadap tertentu yang aman
Tuhan Mengharapkan orang
tidak berbuat baik dan
tidak tergantung
Ingin kebutuhan dipenuhi
segera tidak dapat
menunggu
Tidak terbuka kepada
Tuhan
Takut terhadap maksud
9
Tuhan
Kemampuan Menerima diri sendiri dan Merasa penyakit sebagai
memberi orang lain dapat berbuat suatu hukuman
maaf salah Merasa Tuhan sebagai
Tidak mendakwa atau penghukum
berprasangka buruk Merasa maaf hanya
Memandang penyakit diberikan berdasar
sebagai sesuatu yang nyata prilaku
Memaafkan diri sendiri Tidak menerima diri
Memaafkah orang lain sendiri
Menerima pengampunan Menyalahkan diri sendari
Tuhan. atau orang lain.
Pandangan yang realistik
terhadap masa lalu
Mencintai Mengekspresikan perasaan Takut akan tergantung
dan dicintai oleh orang lain dengan orang lain
ketertarikan atau Tuhan Menolak bekerja sama
Mampu menerima bantuan dengan tenaga kesehatan
Menerima diri sendiri Cemas berpisah dengan
Mencari kebaikan dari keluarga
orang lain Menolak diri sendiri serta
angkuh dan
mementingkan diri
sendiri
Tidak mampu untuk
mempercayai diri sendiri
dicintai oleh Tuhan, tidak
punya hubungan rasa
cinta dengan Tuhan
Merasa tergantung dan
hubungan bersifat magik
dengan Tuhan. Merasa
10
jauh dengan Tuhan.
Keyakinan Ketergantungan dengan Mengekspresikan
anugerah Tuhan perasaan ambivalens
Termotifasi untuk tumbuh terhadap Tuhan
Mengekspresikan Tidak percaya terhadap
kepuasan dengan kekuasaan Tuhan
menjelaskan kehidupan Takut kematian
setelah kematian Merasa terisolasi dari
Mengekspresikan kepercayaan masyarakat
kebutuhan untuk sekitar
memasuki kehidupan dan Merasa pahit, frustasi dan
ataui memahami marah terhadap Tuhan
kehidupan manusia Nilai, keyakinan dan
dengan wawasanyang tujuan hidup yang tidak
lebih luas jelas
Mengekspresikan Konflik nilai
kebutuhan ritual Tidak mempunyai
Mengekspresikan komitmenm
kehidupan untuk merasa
berbagi keyakinan
Kreatifitas Meminta informasi Mengekspresikan
dan harapan tentang kondisi perasaan takut
Membicarakan kondisinya kehilangan kendali diri
secara realistik Mengekspresikan
Menggunakan waktu kebosanan diri
selama dirawat inap secara Tidak mempunyai visi
konstruktif alternatif yang
Mencari cara untuk memungkinkan
mengekspresikan diri Takut terhadap terapi
Mencari kenyamanan Putus asa
batin daripada fisik Tidak dapat menolong
Mengekspresikan harapan ayau menerima diri
11
tentang masa depan sendiri
Terbuka terhadap Tidak dapat menikmati
kemungkinan apapun
mendapatkan kedamaian Telah menunda
pengambilan keputusan.
12
Ajarkan langkah-langkah meditasi, duduk dalam posisi yang
nyaman dengan punggung lurus; bernafas perlahan; dan fokus pada
suara, doa atau gambar
Anjurkan pasien untuk melakukan meditasi selama 10-20 menit
dua kali sehari
Jawab pertanyaan klien dan perkuat informasi selama diperlukan
Evaluasi: izinkan klien menggambarkan perasaan setelah melakukan
meditasi.
13
2. Diagnosa
Distress spiritual
Koping inefektif
Ansietas
Disfungsi seksual
Harga diri rendah
Keputusasaan
3. Perencanaan
Distress spiritual berhubungan dengan anxietas
Gangguan pada prinsip hidup yang meliputi semua aspek
dari seseorang yang menggabungkan aspek psikososial dan biologis.
NOC :
Menunjukkan harapan
Menunjukkan kesejahteraan spiritual:
Berartinya dalam hidup
Pandangan tentang spiritual
Ketentraman, kasih sayang dan ampunan
Berdoa atau beribadah
Berinteraksi dengan pembimbing ibadah
Keterkaitan dengan orang lain, untuk berbagi pikiran,
perasaan dan kenyataan
Klien tenang
NIC :
Kaji adanya indikasi ketaatan dalam beragama
Tentukan konsep ketuhanan klien
Kaji sumber-sumber harapan dan kekuatan pasisien
Dengarkan pandangan pasien tentang hubungan spiritiual dan
kesehatan
Berikan prifasi dan waktu bagi pasien untuk mengamati
praktik keagamaan
Kolaborasi dengan pastoral
14
Koping inefektif berhubungan dengan krisis situasi
Ketidakmampuan membuat penilaian yang tepat terhadat stressor,
pilihan respon untuk bertindak secara tidak adekuat dan atau
ketidakmampuan menggunakan sumber yang tersedia.
NOC:
Koping efektif
Kemampuan untuk memilih antara 2 alternatif
Pengendalian impuls : kemampuan mengendalikan diri dari
prilaku kompulsif
Pemrosesan informasi : kemampuan untuk mendapatkan dan
menggunakan informasi
NIC :
Identifikasi pandangan klien terhadap kondisi dan
kesesuaiannya
Bantu klien mengidentifikasi kekuatan personal
Peningkatan koping
nilai kesesuaian pasien terhadap perubahan gambaran diri
nilai dampak situasi kehidupan terhadap peran
evaluasi kemampuan pasien dalam membuat keputusan
Anjurkan klien menggunakan tehnik relakssi
Berikan pelatihan ketrampilan sosial yang sesuai
Libatkan sumber – sumber yang ada untuk mendukung
pemberian pelayanan kesehatan
4. Pelaksanaan
Dilaksanakan sesuai dengan NIC yang telah ditentukan
5. Evaluasi
Evaluasi dengan melihat NOC yang telah ditentukan , secaara
umum tujuan tercapai apabila klien ( Achir Yani, 1999)
Mampu beristirahat dengan tenang
Menyatakan penerimaan keputusan moral
15
Mengekspresikan rasa damai
Menunjukkan hubungan yang hangat dan terbuka
Menunjukkan sikap efektif tanpa rasa marah, rasa berslah dan
ansietas
Menunjukkan prilaku lebih positif
Mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan keberadaannya
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pasien yang sedang dirawat dirumah sakit membutuhkan asuhan keperawatan
yang holistik dimana perawat dituntut untuk mampu memberikan asuhan
keperawatan secara komprehensif bukan hanya pada masalah secara fisik
namun juga agama,kepercayaan dan spiritualnya.
B. SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di
atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di
pertanggung jawabkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Selain itu dapat memperluas wawasan bagi pembaca.
17
DAFTAR PUSTAKA
18