Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN

KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD)

OLEH
NI PUTU NOVIA HARDIYANTI
NIM. P07120216020
TINGKAT III.A / D IV KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2019
LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD)

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya, kesehatan dan kesejateraan sesuai dengan kondisi
kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperatawan dirinya jika tidak dapat
melakukan keperawatan diri (Depkes, 2000)
Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien
dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga
kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang
perawatan diri terlihat dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri antaranya
mandi, makan minum secara mandiri, berhias secara mandiri, toileting
(BAK/BAB) (Damaiyanti, 2012)
Defisit perwatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami
kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
kehidupan sehari-hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara
teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas dan
penampilan tidak rapi. Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah
yang timbul pada pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa kronis sering
mengalami ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala
perilaku negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga
maupun masyarakat (Yusuf, 2015)

2. Etiologi
Menurut Keliat (2007), masalah kurang perawatan diri meliputi
penyebab antara lain: Faktor Predisposisi meliputi Perkembangan, Biologis,
Kemampuan realitas turun, Sosial. Faktor Prespitasi menurut Herman (2011)
ialah Penurunan motivasi, kerusakan kognisi serta cemas, lelah yang dialami
klien sehingga kurang perawatan diri.
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), penyebab kurang perawatan diri
adalah kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000),
penyebab kurang perawatan diri adalah:
a. Faktor predisposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu
kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000) Faktor-faktor yang mempengaruhi personal
hygiene adalah:
a. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita
diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-lain.
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya
Dampak yang sering timbul pada maslah personal hygine menurut
Damaiyanti, 2012 :
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang
sering terjadi adalah: gangguan integritas kulit, gangguan membran
mukosa mulut, infeksi mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygine adalah
gangguan kebutuhan aman nyaman, kebutuhan cinta mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
3. Pohon Masalah

Effect
Risiko Perilaku Kekerasan

Core problem Defisit perawatan diri

Cause Harga diri rendah kronis

Koping individu tidak efektif

Pohon Masalah Defisit perawatan Diri ( Fitria.2009 ).

4. Klasifikasi
Menurut Nurjannah (2004, dalam Dermawan (2013) Jenis-jenis deficit
perawatan diri terdiri dari:
a. Kurang perawatan diri : Mandi/kebersihan. Kurang perawatan diri (mandi)
adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan
diri.
b. Kurang perawatan diri : mengenakan pakaian/berhias. Kurang perawatan diri
(mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan
aktivitas berdandan sendiri.
c. Kurang perawatan diri: makan. Kurang perawatan diri (makan) adalah
gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan.
d. Kurang perawatan diri: toileting. Kurang perawatan diri (toileting) adalah
gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan.

5. Rentang Respon
Rentang Respon Defisit Perawatan Diri
Adatif Maladaftif

Pola perawatan Kadang Tidak melakukan


diri seimbang perawatan diri perawatan diri pada
kadang tidak saat stres
a. Pola perawatan diri seimbang: saat pasien mendapatkan stressor dan
mampu untuk berprilaku adatif maka pola perawatan yang dilakukan klien
seimbang, klien masih melakukan perawatan diri .
b. Kadang perawatan diri kadang tidak: saat pasien mendapatkan stressor
kadang kadang pasien tidak memperhatikan perawatan dirinya.
c. Tidak melakukan perawatan diri pada saat stress: klien mengatakan dia tidak
peduli dan tidak bisa melakukan perawatan diri saat stressor (Ade, 2011)

6. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala menurut (Keliat B. A, dkk, 2011) adalah sebagai berikut:
a. Kurang merawat kebersihan diri: rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki,
bau, kuku panjang atau kotor.
b. Tidak mampu berhias atau berdandan: rambut acak-acakan, pakaian kotor,
tidak rapi, tidak sesuai, pria tidak bercukur, wanita tidak berdandan.
c. Tidak mampu makan sendiri: tidak mampu mengambil makanan sendiri,
makan berceceran, makan tidak pada tempatnya.
d. Tidak mampu buang air besar atau kecil: BAB atau BAK tidak pada
tempatnya, tidak membersihkan diri setelah BAB atau BAK.
Tanda dan gejala defisit dar menurut adalah (Damaiyanti, 2012) sebagai
berikut:
a. Mandi/hygine
Klien mengalami ketidakmapuan dalam membersihkan badan,
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air
mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengerikan tubuh, serta masuk
dan keluar kamar mandi
b. Berpakaian
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakan atau mengambil potongan
pakian, menangalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian.
c. Makan
Klien mempunyai ketidak mampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan,
menggunakan alat tambahan, mendapat makanan, membuka container,
memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah
lalu memasukan ke mulut, melengkapi makanan,mencerna makanan
menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas,
serta mencerna cukup makanan dengan aman
d. Eliminasi
Klien memiliki kebatasan atau krtidakmampuan dalam mendapatkan
jamban atau kamar kecil atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian
toileting, membersihkan diri setelah BAK/BAB dengan tepat, dan
menyiram toilet atau kamar kecil.
Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan
diri adalah:
a. Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor
2) Rambut dan kulit kotor
3) Kuku panjang dan kotor
4) Gigi kotor disertai mulut bau
5) Penampilan tidak rapi.
b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif
2) Menarik diri, isolasi diri
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c. Sosial
1) Interaksi kurang
2) Kegiatan kurang
3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma
4) Cara makan tidak teratur
5) BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak
mampu mandiri.
7. Akibat
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak tidak
terpeliharanya kebersihan perorangandengan baik, gangguan fisik yang
seering terjadi adalah: gangguan integritas kulit, gangguan membran
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygine adalah gangguan
kebutuhan aman nyaman , kebutuhan cinta mencintai, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial (Damaiyanti, 2012)

8. Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan di bagi menjadi 2 yaitu:
a. Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi pertumbuhan belajar
dan mencapai tujuan. Kategori ini adalah klien bisa memenuhi kebutuhan
perawatan diri secara mandiri.
b. Mekanisme koping maladaptif
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah
pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.
Kategorinya adalah tidak mau merawat diri
(Damaiyanti, 2012)

9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan manurut herman (Ade, 2011) adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
b. Membimbing dan menolong klien merawat diri
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung.
B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Defisit Perawatan Diri

1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
Biasanya identitas terdiri dari: nama klien, umur, jenis kelamin, agama,
pekerjaan, tanggal masuk, alasan masuk, nomor rekam medik, keluarga yang
dapat dihubungi.
b. Alasan Masuk
Biasanya apa yang menyebabkan pasien atau keluarga datang, atau dirawat
dirumah sakit. Biasanya masalah yang di alami pasien yaitu senang
menyendiri, tidak mau banyak berbicara dengan orang lain, terlihat murung,
penampilan acak-acakan, tidak peduli dengan diri sendiri dan mulai
mengganggu orang lain.
c. Faktor Predisposisi.
Pada pasien yang mengalami defisit perawatan diri ditemukan adanya faktor
herediter mengalami gangguan jiwa, adanya penyakit fisik dan mental yang
diderita pasien sehingga menyebabkan pasien tidak mampu melakukan
perawatan diri. Ditemukan adanya faktor perkembangan dimana keluarga
terlalu melindungi dan memanjakan pasien sehingga perkembangan inisiatif
terganggu, menurunnya kemampuan realitas sehingga menyebabkan
ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri serta
didapatkan kurangnya dukungan dan situasi lingkungan yang mempengaruhi
kemampuan dalam perawatan diri.
d. Pemeriksaan Fisik
Biasanya pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan tandatanda vital
(TTV), pemeriksaan secara keseluruhan tubuh yaitu pemeriksaan head to toe
yang biasanya penampilan klien yang kotor dan acak-acakan.
e. Psikososial
1) Genogram
Biasanya menggambarkan pasien dengan anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa, dilihat dari pola komunikasi, pengambilan
keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
a) Citra tubuh
Biasanya persepsi pasien tentang tubuhnya, bagian tubuh yang
disukai, reaksi pasien terhadap bagian tubuh yang disukai dan tidak
disukai.
b) Identitas diri
Biasanya dikaji status dan posisi pasien sebelum pasien dirawat,
kepuasan pasien terhadap status dan posisinya, kepuasan pasien
sebagai laki-laki atau perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai
dengan jenis kelamin dan posisinnya.
c) Peran diri
Biasanya meliputi tugas atau peran pasien dalam keluarga/pekerjaan/
kelompok/ masyarakat, kemampuan pasien dalam melaksanakan
fungsi atau perannya, perubahan yang terjadi saat pasien sakit dan
dirawat, bagaimana perasaan pasien akibat perubahan tersebut.
d) Ideal diri
Biasanya berisi harapan pasien terhadap kedaan tubuh yang ideal,
posisi, tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan
pasien terhadap lingkungan sekitar, serta harapan pasien terhadap
penyakitnya
e) Harga diri
Biasanya mengkaji tentang hubungan pasien dengan orang lain sesuai
dengan kondisi, dampak pada pasien berubungan dengan orang lain,
fungsi peran tidak sesuai harapan, penilaian pasien terhadap
pandangan atau penghargaan orang lain.
f) Hubungn sosial
Biasanya hubungan pasien dengan orang lain sangat terganggu
karena penampilan pasien yang kotor sehingga orang sekitar
menghindari pasien. Adanya hambatan dalam behubungan dengan
orang lain, minat berinteraksi dengan orang lain.
g) Spiritual
(1) Nilai dan keyakinan
Biasanya nilai dan keyakinan terhadap agama pasien terganggu
karna tidak menghirauan lagi dirinya.
(2) Kegiatan ibadah
Biasanya kegiatan ibadah pasien tidak dilakukan ketika pasien
menglami gangguan jiwa.
h) Status mental
(1) Penampilan
Biasanya penampilan pasien sangat tidak rapi, tidak tahu cara
berpakaian, dan penggunaan pakaian tidak sesuai.
(2) Cara bicara/ pembicaraan
Biasanya cara bicara pasien lambat, gagap, sering
terhenti/bloking, apatisserta tidak mampu memulai pembicaraan.
(3) Aktivitas motorik
Biasanya klien tampak lesu, gelisah, tremor dan kompulsif.
(4) Alam perasaan
Biasanya keadaan pasien tampak sedih, putus asa, merasa tidak
berdaya, rendah diri dan merasa dihina.
(5) Afek
Biasanya afek pasien tampak datar, tumpul, emosi pasien
berubah-ubah, kesepian, apatis, depresi/sedih dan cemas.
(6) Interaksi selama wawancara
Biasanya respon pasien saat wawancara tidak kooperatif, mudah
tersinggung, kontak kurang serta curiga yang menunjukan sikap
atau peran tidak percaya kepada pewawancara atau orang lain.
(7) Persepsi
Biasanya pasien berhalusinasi tentang ketakutan terhadap hal-hal
kebersihan diri baik halusinasi pendengaran, penglihatan serta
halusinasi perabaan yang membuat pasien tidak mau
membersihkan diri dan pasien mengalami depersonalisasi.
(8) Proses piker
Biasanya bentuk pikir pasien otistik, dereistik, sirkumtansial,
kadang tangensial, kehilangan asosiasi, pembicaraan meloncat
dari topik satu ke topik lainnya dan kadang pembicaraan berhenti
tiba-tiba.
i) Kebutuhan pasien pulang
(1) Makan
Biasanya pasien kurang makan, cara makan pasien terganggu
serta pasien tidak memiliki kemampuan menyiapkan dan
membersihkan alat makan.
(2) Berpakaian
Biasanya pasien tidak mau mengganti pakaian, tidak bisa
menggunakan pakaian yang sesuai dan tidak bisa berdandan.
(3) Mandi
Biasanya pasien jarang mandi, tidak tahu cara mandi, tidak gosok
gigi, tidak mencuci rambut, tidak menggunting kuku, tubuh
pasien tampak kusam dan badan pasien mengeluarkan aroma bau.
(4) BAB/BAK
Biasanya pasien BAB/BAK tidak pada tempatnya seperti di
tempat tidur dan pasien tidak bisa membersihkan WC setelah
BAB/BAK.
(5) Istirahat
Biasanya istirahat pasien terganggu dan tidak melakukan aktivitas
apapun setelah bangun tidur.
(6) Penggunaan obat
Apabila pasien mendapat obat, biasanya pasien minum
obat tidak teratur.
(7) Aktivitas dalam rumah
Biasanya pasien tidak mampu melakukan semua aktivitas di
dalam maupun diluar rumah karena pasien selalu merasa malas.
j) Mekanisme koping
(1) Adaptif
Biasanya pasien tidak mau berbicara dengan orang lain, tidak bisa
menyelesikan masalah yang ada, pasien tidak mampu berolahraga
karena pasien selalu malas.
(2) Maladaptif
Biasanya pasien bereaksi sangat lambat atau kadang berlebihan,
pasien tidak mau bekerja sama sekali, selalu menghindari orang
lain.
(3) Masalah psikososial dan lingkungan
Biasanya pasien mengalami masalah psikososial seperti
berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan. Biasanya
disebabkan oleh kurangnya dukungan dari keluarga, pendidikan
yang kurang, masalah dengan sosial ekonomi dan pelayanan
kesehatan.
(4) Pengetahuan
Biasanya pasien defisit perawatan diri terkadang mengalami
gangguan kognitif sehingga tidak mampu mengambil keputusan.
k) Sumber Koping
Sumber koping merupakan suatu evaluasi terhadap pilihan koping
dan strategi seseorang. Individu dapat mengatasi stress dan ansietas
dengan menggunakan sumber koping yang ada di lingkungannya.
Sumber koping tersebut dijadikan sebagai modal untuk
menyelesaikan masalah. Dukungan sosial dan keyakinan budaya
dapat membantu seorang mengintegrasikan pengalaman yang
menimbulkan stressdan mengadopsi strategi koping yang efektif
2. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit Perawatan Diri : Mandi
b. Defisit Perawatan Diri : Berpakaian
c. Defisit Perawatan Diri : Makan
d. Defisiti Perawatan Diri : Eliminasi

3. Rencana Keperawatan
DX. KEP TUJUAN UMUM TUJUAN KHUSUS INTERVENSI RASIONAL
Defisit Setelah dilakukan 4 kali Setelah diberikan 1. Sapa pasien dengan 1. Memberikan
perawatan kunjungan selama 20 asuhan keperawatan ramah dan baik secara kesan yang
diri: mandi menit diharapkan selama 1 x 15 menit, verbal dan non verbal. positif pada
dan TUM diharapkan pasien 2. Perkenalkan diri awal pertemuan
berpakaian Pasien tidak mengalami dapat menjalin dan dengan sopan sambil 2. Untuk
defisit perawatan diri membina hubungan berjabat tangan menambah rasa
TUK 1 saling percaya dengan 3. Tanyakan nama percaya pasien
Pasien dapat membina perawat dengan kriteria lengkap pasien dan terhadap
hubungan saling hasil : nama panggilan yang perawat serta
percaya dengan perawat 1. Mau menjawab disukai pasien. menumbuhkan
salam 4. Jelaskan tujuan sikap terbuka
2. Mau berjabat tangan pertemuan. kepada pasien
3. Mau menyebutkan 5. Tunjukkan sikap 3. Untuk saling
nama (identitas diri) empati dan menerima mengenal dan
4. Ekspresi wajah pasien apa adanya menambah rasa
tenang dan serta beri perhatian saling percaya
tersenyum kepada pada pasien dan 4. Agar pasein
perawat. perhatikan kebutuhan lebih kooperatif
5. Ada kontak mata dasar pasien 5. Untuk
6. Mau duduk menumbukan
berdampingan sikap peduli dan
7. Mau mengutarakan antusias dalam
masalah yang berinteraksi
sedang dihadapi. dengan pasien.
1 TUK 2: Setelah diberikan 1. Tanyakan pada pasien 1. Dengan
Pasien mampu asuhan keperawatan tentang penyebab diketahuinya
menyebutkan penyebab selama 1 x 15 menit pasien tidak mau penyebab akan
pasien tidak melakukan dalam 1 x pertemuan, mandi dan berpakaian dapat
perawatan diri: mandi diharapkan pasien 2. Diskusikan dengan dihubungkan
dan berpakaian dapat menyebutkan pasien penyebab dengan faktor
minimal satu penyebab pasien tidak mau presipitasi yang
tidak melakukan mandi dan berpakaian dialami pasien
perawatan diri: mandi 3. Beri kesempatan 2. Berdiskusi
dan berpakaian dari: pasien mengutarakan dengan pasien
1. Diri sendiri penyebabnya mampu
2. Orang lain 4. Beri pujian terhadap menumbuhkan
3. Lingkungan kemampuan pasien sikap terbuka
mengungkapkan pada pasien
perasaannya mengenai
masalah yang
dihadapi
3. Ketika pasien
telah
mengungkapkan
masalahnya,
diharapkan
pasien untuk
mengatasi
penyebab dari
masalahnya
4. Menumbuhkan
sikap peduli dan
apresiasi pada
pasien
1 TUK 3 : Setelah dilakukan 1. Tanyakan pada pasien 1. Dengan
Pasien mampu asuhan keperawatan tentang: mengetahui
menyebutkan selama 1 x 15 menit a. Keuntungan dari keuntungan dan
keuntungan dan dalam 1 x pertemun, melakukan kerugian yang
kerugian pasien diharapkan pasien perawatan diri dapat dialami
melakukan perawatan dapat menyebutkan mandi dan pasien
diri mandi keuntungan melakukan berpakaian diharapkan
perawatan diri mandi, b. Kerugian tidak terdorong
misalnya: melakukan keinginan
1. Badan pasien perawatan diri pasien untuk
menjadi bersih mandi dan melakukan
2. Badan pasien berpakaian perawatan diri
menjadi wangi 2. Diskusikan bersama 2. Berdiskusi
3. Tampak segar pasien tentang dengan pasien
4. Terasa nyaman keuntungan dan mampu
Serta kerugian jika tidak kerugian melakukan menumbuhkan
melakukan perawatan perawatan diri mandi sikap terbuka
diri mandi, misalnya : dan berpakaian pada pasien
1. Badan pasien 3. Bantu pasien mengenai
menjadi kotor mengungkapkan masalah yang
2. Bau badan pasien keuntungan dan dihadapi
tidak sedap kerugian melakukan 3. Ketika pasien
3. Badan dapat terasa perawatan diri mandi telah
gatal dan berpakaian mengungkapkan
4. Beri pujian terhadap masalahnya,
kemampuan pasien diharapkan
mengungkapkan pasien untuk
perasaannya mengatasi
penyebab dari
masalahnya
4. Menumbuhkan
sikap peduli dan
apresiasi pada
pasien
1 TUK 4 : Setelah dilakukan 1. Ajak pasien menuju 1. Mempermudah
Pasien mau dan asuhan keperawatan kamar mandi tindakan
mampu melakukan selama 1 x 15 menit 2. Evaluasi kemampuan keperawatan
perawatan diri mandi dalam 1 x pertemuan, pasien untuk 2. Menggali
dan berpakaian secara diharapkan pasien mau menggunakan alat dan pengetahuan
mandiri dan mampu melakukan bahan untuk mandi pasien
perawatan diri mandi 3. Jelaskan alat-alat mengenai
dan berpakaian secara untuk menjaga penggunaan alat
mandiri : kebersihan diri mandi
1. Pasien mampu 4. Jelaskan cara-cara 3. Membantu
masuk dan keluar melakukan kebersihan pasien
dari kamar mandi diri (membasuh menggunakan
dengan baik tubuh, menggunakan alat-alat mandi
2. Pasien mampu sabun, sampo, 4. Membantu
mengambil alat atau mengeringkan badan pasien untuk
bahan untuk mandi hingga menggunakan mengingat
3. Pasien mampu untuk pakaian) langkah-
mandi di bak mandi 5. Latih pasien dengan langkah mandi
yang tersedia mempraktekkan cara 5. Diharapkan
4. Pasien mampu menjaga kebersihan pasien mau dan
mandi dengan diri dengan mandi dan mampu
bersiram berpakaian kemudian melakukan
5. Pasien mampu untuk anjurkan pasien untuk perawatan diri
membersihkan dapat melakukan mandi secara
seluruh badan perawatan diri mandi mandiri
dengan baik secara mandiri 6. Pasien
6. Pasien mampu 6. Masukkan dalam diharapkan
mengeringkan badan jadwal kegiatan mampu
dengan baik melaksanakan
mandi dan
berpakaian
secara mandiri
teratur
1 TUK 5 : Setalah dilakukan 1. Diskusikan dengan 1. Mengungkapka
Pasien mampu asuhan keperawatan pasien tentang n perasaan akan
menjelaskan selama 1 x 15 menit perasaannya setelah membantu
perasaannya setelah dalam 1 x pertemuan, melakukan perawatan pasien menilai
melakukan perawatan diharapkan pasien diri mandi keuntungan
diri mandi dapat menjelaskan 2. Beri pujian terhadap untuk
perasaannya setelah kemampuan pasien melakukan
melakukan perawatan mengungkapkan perawatan diri
diri mandi perasaannya mandi
2. Menumbuhkan
sikap peduli dan
apresiasi pada
pasien

4. Implementasi Keperawatan
Disesuaikan dengan intervensi
5. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti. (2012). Asuhan keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika


Aditama. Depkes, R. (2000). Keperawatan Jiwa : Teori dan Tindakan
keperawatan Jiwa. Jakarta: Depkes RI.
Gloria M.Bulechek,dkk. (2016). Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi
keenam. Singapore : Elsevier.
Herman ade. (2011). buku ajar asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta:
nuha medika.
Heather Herdman. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi
dan Klasifikasi. Edisi 11. Jakarta : EGC
Sue Moorhea,dkk. (2016). Nursing Outcomes Classification ((NOC).
Edisi kelima. Singapore : Elsevier.
Tarwoto dan Wartonah, 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta
Fitria, N. (2009), Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan
Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika
LEMBAR PENGESAHAN

Bangli, Maret 2019

Nama Pembimbing/CI Mahasiswa

Ni Luh Made Aryawati, A.Md.Kep Ni Putu Novia Hardiyanti

NIP. 197301031995032005 NIM. P07120216020

Nama Pembimbing/Dosen/CT

I Gusti Ayu Harini, SKM., M.Kes


NIP. 196412311985032011

Anda mungkin juga menyukai