Makalah Aborsi
Makalah Aborsi
HIPERTENSI
Nama : Saidah
NPM : 1614201120652
Kelompok :9
TA 2017-2018
A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita
Anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian yaitu: alat
reproduksi wanita bagian dalam yang terletak di dalam rongga pelvis, dan alat eproduksi
wanita bagian luar yang terletak di perineum.
Disebut juga gunung venus merupakan bagian yang menonjol di bagian depan simfisis
terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat setelah dewasa tertutup oleh rambut yang
bentuknya segitiga. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea (minyak) berfungsi
sebagai bantal pada waktu melakukan hubungan seks.
Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong, panjang labia mayora 7-8
cm, lebar 2-3 cm dan agak meruncing pada ujung bawah. Kedua bibir ini dibagian bawah
bertemu membentuk perineum, permukaan terdiri dar i :
1) . Bagian luar
Tertutup oleh rambut yang merupakan kelanjutan dari rambut pada mons veneris.
2) Bagian dalam
Merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, terletak dibagian dalam bibir besar (labia
mayora) tanpa rambut yang memanjang kea rah bawah klitoris dan menyatu dengan fourchette,
semantara bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial
labia minora sama dengan mukosa vagina yaitu merah muda dan basah.
d. Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil, dan letaknya dekat
ujung superior vulva. Organ ini mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris
sehingga sangat sensitive analog dengan penis laki-laki. Fungsi utama klitoris adalah
menstimulasi dan meningkatkan ketegangan seksual.
e. Vestibulum
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk seperti perahu atau lonjong, terletak
di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar
parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir
f. Perinium
Merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus. Perinium
membentuk dasar badan perinium.
g. Kelenjar Bartholin
Kelenjar penting di daerah vulva dan vagina yang bersifat rapuh dan mudah robek. Pada
saat hubungan seks pengeluaran lendir meningkat.
Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh dan mudah robek, himen
ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lender yang di keluarkan uterus dan darah saat
menstruasi.
i. Fourchette
Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada pertemuan ujung
bawah labia mayoradan labia minora. Di garis tengah berada di bawah orifisium vagina. Suatu
cekungan kecil dan fosa navikularis terletak di antara fourchette dan himen.
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu
meregang secara luas karena tonjolan serviks ke bagian atas vagina. Panjang dinding
anterior vagina hanya sekitar 9 cm, sedangkan panjang dinding posterior 11 cm. Vagina
terletak di depan rectum dan di belakang kandung kemih.
Portio uteri membagi puncak vagina menjadi empat yaitu: fornik anterior, fornik
posterior, fornik dekstra, fornik sinistra. Sel dinding vagina mengandung banyak
glikogen yang menghasilkan asam susu dengan PH 4,5. Keasaman vagina memberikan
proteksi terhadap infeksi. Fungsi utama vagina yaitu sebagai saluran untuk mengeluarkan
lendir uterus dan darah menstruasi, alat hubungan seks dan jalan lahir pada waktu
persalinan.
b. Uterus
Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal, muskular, pipih, cekung dan
tampak seperti bola lampu / buah peer terbalik yang terletak di 10 pelvis minor di antara kandung
kemih dan rectum. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin dan teraba
padat. Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu: fundus uteri yaitu bagian corpus uteri yang terletak di
atas kedua pangkal tuba fallopi, corpus uteri merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum
uteri dan berbentuk segitiga, dan seviks uteri yang berbentuk silinder. Dinding belakang, dinding
depan dan bagian atas tertutup peritoneum sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan
kandung kemih. Untuk mempertahankan posisinya uterus disangga beberapa ligamentum,
jaringan ikat dan peritoneum. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita, pada anak-anak ukuran
uterus sekitar 2-3 cm, nullipara 6-8 cm, dan multipara 8-9 cm. Dinding uterus terdiri dari tiga
lapisan yaitu peritoneum, miometrium / lapisan otot, dan endometrium.
1) Peritoneum
2) Lapisan otot
b) Lapisan dalam: berasal dari osteum tuba uteri sampai osteum uteri internum
c) Lapisan tengah: terletak di antara kedua lapisan tersebut membentuk lapisan tebal
anyaman serabut otot rahim. Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan
vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk angka dan sehingga saat terjadi
kontraksi pembuluh darah terjepit rapat dengan demikian perdarahan dapat terhenti.
ikatnya bertambah. Bagian rahim yang terletak antara osteum uteri internum anatomikum
yang merupakan batas dan kavum uteri dan kanalis servikalis dengan osteum uteri
histologikum (dimana terjadi perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi selaput lendir
serviks) disebut istmus. Istmus uteri ini akan menjadi segmen bawah rahim dan meregang saat
persalinan.
4) Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus otot rahim sendiri, tonus
ligamentum yang menyangga, tonus otot-otot dasar panggul, ligamentum yang menyangga
uterus adalah ligamentum latum, ligamentum rotundum (teres uteri) ligamentum infindibulo
pelvikum (suspensorium ovarii) ligamentum kardinale machenrod, ligamentum sacro
uterinum dan ligamentum uterinum.
a) Ligamentum latum 12
(1) Merupakan lipatan peritoneum kanan dan kiri uterus meluas sampai ke dinding panggul
(2) Ruang antara kedua lipatan berisi jaringan ikat longgar dan mengandung pembuluh darah
limfe dan ureter
(5) Mulai sedikit kaudal dari insersi tuba menuju kanalis inguinalis dan mencapai labia mayus
(3) Antara tuba fallopi dan ovarium terdapat ligamentum ovarii proprium
a) Arteri uterina asenden yang menuju corpus uteri sepanjang dinding lateral dan memberikan
cabangnya menuju uterus dan di dasar endometrium membentuk arteri spinalis uteri
b) Di bagian atas ada arteri ovarika untuk memberikan darah pada tuba fallopi dan ovarium
melalui ramus tubarius dan ramus ovarika.
Kontraksi otot rahim bersifat otonom dan dikendalikan oleh saraf simpatis dan
parasimpatis melalui ganglion servikalis fronkenhouser yang terletak pada pertemuan
ligamentum sakro uterinum.
c. Tuba Fallopi
Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu uterine hingga suatu
tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum mencapai rongga uterus. terletak di tepi atas
ligamentum latum berjalan ke arah lateral mulai dari osteum tubae internum pada dinding rahim.
14 Panjang tuba fallopi 12cm diameter 3-8cm. Dinding tuba terdiri dari tiga lapisan yaitu serosa,
muskular, serta mukosa dengan epitel bersilia.
1) Pars interstitialis (intramularis) terletak di antara otot rahim mulai dari osteum internum tuba.
2) Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada di luar uterus dan merupakan bagian yang paling
sempit.
3) Pars ampuralis tubae, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk “s”.
4) Pars infindibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki lumbai yang disebut fimbriae tubae.
d. Ovarium
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum, ovulasi,
sintesis, dan sekresi hormon – hormon steroid. 15
Letak: Ovarium ke arah uterus bergantung pada ligamentum infundibulo pelvikum dan melekat
pada ligamentum latum melalui mesovarium.
1) Korteks ovarii
2) Medula ovarii
e. Parametrium
Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat di antara ke dua lembar ligamentum
latum. Batasan parametrium :
1) Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping
B. Definisi
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan.Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram, (prawirohardjo, 2009).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, (Mansjoer,dkk, 2000).
Abortus adalah terminasi kehamilan yang tidak diinginkan melalui metode obat-obatan
atau bedah, (Morgan, 2009).
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau
belum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk
hidup diuar kandungan, (prawirohardjo, 2010).
Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di
luar kandungan yang menurut para ahli ada sebelum usia 16 minggu dan 28 minggu dan
memiliki BB 400-1000 gram, tetapi jika terdapat fetus hidup di bawah 400 gram itu dianggap
keajaiban karena semakin tinggi BB anak waktu lahir makin besar kemungkinan untuk dapat
hidup terus. (Amru Sofian, 2012 dalam Aplikasi NANDA Jilid 1, 2015)
Abortus/keguguran artinya suatu ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan, dan sebagai batasan digunakan kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat anak kurang dari 20 minggu atau berat anak kurang dari 500 gram. (Novvi
Karlina, 2016)
Jadi, aborsi/abortus/keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin berusia 20
minggu dan BB kurang dari 500 gr dan saat janin belum mampu hidup di luar kandungan.
C. Etiologi
1. Faktor janin/ kelainan ovum
a) Ovum patologis/ Perkembangan zigot abnormal
b) Kelainan letak embrio
c) Plasenta yang abnormal
d) Kelainan bawaan
e) Gamet yang menua
2. Faktor ibu
a) Kelainan genitalia ibu
1) Anomali kongenital
2) Kelainan letak uterus seperti retrofleksi uteri fiksata
3) Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang sudah
dibuahi, sepertinya kurangnya progesterone dan estrogren, endometritis, mioma
submucosa
4) Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mola)
5) Distorsio uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis
b) Gangguan sirkulasi plasenta
c) Kelainan endokrin (hormonal)
d) Faktor kekebalan (imunologi) misalnya pada penyakit lupus
e) Penyakit-penyakit ibu
1) Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia, tipoid,
pielitis, rubeola, demam malta, dll
2) Faktor lingkungan: Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alcohol, dll
3) Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru berat, anemia
gravis
3. Faktor ayah (penyakit bapak):
a) usia lanjut
b) kelainan kromosom
c) infeksi sperma
d) penyakit kronis
4. faktor genetik
5. Antagonis rhesus
Darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus, sehingga menjadi anemia pada
fetus yang berakibat meninggalnnya fetus
6. Trauma fisik
D. Klasifikasi
Abortus dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yang pertama adalah abortus karena kegagalan
perkembangan janin di mana gambar USG menunjukan kantong kehamilan yang kosong,
sedangkan jenis yang kedua adalah abortus karena kematian janin, di mana janin tidak
menunjukan tanda-tanda kehidupan seperti denyut jantung atau pergerakan sesuai dengan
usia kehamilan. (obstetric patologi FK UNPAD)
Pada tipe ini terlihat perdarahan pervaginam. Pada 50% kasus, perdarahan tersebut
hanya sedikit serta berangsur-angsur akan berhenti setelah berlangsung beberapa hari
dankehamilan berlangsung secara normal. Meskipun demikian, wanita yang
mengalaminyamungkin tetap merasa khawatir akan akibat perdarahan pada bayi.
Abortus insipiens diatandai oleh kehilangan darah sedang hingga berat, kontraksi
uterusyang menyebabkan nyeri kram pada abdomen bagian bawah dan dilatasi
serviks.
Diduga abortus apabila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang perdarahan
per vaginam setelah mengalami haid yang terlambat juga sering terdapat rasa mulas dan
keluhan nyeri pada perut bagian bawah. (Mitayani, 2009)
F. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh nekrosis
jaringan sekitarnya.Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau
seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus.Keadaan ini menyebabkan uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan isinya.Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi
itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis belum menembus desidua secara
mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi korialis menembus desidua lebih
dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan
banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang dikeluarkan setelah
ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta.Perdarahan tidak
banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap.Peristiwa abortus ini menyerupai
persalinan dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk.Ada kalanya kantong
amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas dan mungkin
pula janin telah mati lama. Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu yang
cepat maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah, isi uterus dinamakan mola kruenta.
Bentuk ini menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya
terjadi organisasi sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola
tuberose, dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara
amnion dan korion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi
diamana janin mengering dan karena cairan amnion berkurang maka ia jadi gepeng (fetus
kompressus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetus
papiraseus)
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak segera dikeluarkan adalah terjadinya maserasi,
kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terisi cairan dan seluruh
janin berwarna kemerah – merahan dan dapat menyebabkan infeksi pada ibu apabila
perdarahan yang terjadi sudah berlangsung lama. (Prawirohardjo, 2006)
G. Pemeriksaan penunjang
1) Test HCG Urine Indikator kehamilan positif. Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3
minggu setelah abortus
2) Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3) Kadar hemoglobin status hemodinamika penurunan (<10 mg%) dan pemeriksaan kadar
fibrinogen darah pada missed abortion
4) Kadar sdp resiko infeksi meningkat (>10.000 U/dl)
5) Kultur kuman spesifik ditemukan kuman
H. Komplikasi
1) Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika
perlu pemberian transfusi darah.Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2) Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi
harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan apakah ada
perlukan alat-alat lain.
3) Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi
berat.
4) Infeksi
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang merupakan flora
normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu staphylococci, streptococci, Gram
negatif enteric bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T. paliidum), Leptospira, jamur,
Trichomonas vaginalis, sedangkan pada vagina ada lactobacili,streptococci,
staphylococci, Gram negatif enteric bacilli, Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan
jamur. Organisme-organisme yang paling sering bertanggung jawab terhadap infeksi
paska abortus adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus, Streptococci anaerob,
Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium perfringens.
I. Pathway (sumber: Aplikasi Nanda NIC NOC Jilid 1, 2015)
Penurunan syaraf
oblongata Nyeri Invasi bakteri
Perdarahan
Penyerapan cairan di
Peristaltik? kolon
Secara umum:
1) Dianjurkan melakukan pemeriksaan TORCH
2) Dianjurkan memakai kontrasepsi
3) Banyak istirahat-berbaring
4) Banyak konsumsi makanan yang bergizi dan olahraga secara teratur
5) Sampaikan informasi pada pasangan yang bersangkutan bahwa janin mati tidak
membahayakan kehidupan wanita tersebut sampai 3 minggu setelah kematian bayi
6) Pemilihan cara persalinan
Berdasarkan klasifikasi:
1) Abortus imminens
a. Tirah baring total.
b. Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual.
c. Jika perdarahan berhenti, lakukan asuhan antenatal seperti biasa, lakukan penilaian
jika perdarahan terjadi lagi. Jika perdarahan terus berlanjut, khususnya jika ditemukan
uterus yang lebih besar dari yang diharapkan, mungkin menunjukan kehamilan ganda
atau mola.
2) Abortus insipient
a. Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi
vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera berikan ergometrin 0,2 mg
intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg
per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu). Kemudian segera lakukan persiapan
untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
b. Jika usia kehamilan lebih 16 minggu, tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu
evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi. Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500
ml cairan intravena (garam fisiologik atau larutan ringer laktat) dengan kecepatan 40
tetes per menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
3) Abortus inkomplit
a. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dab kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi
dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil
konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2
mg intramuskuler atau misoprostol 400 mcg per oral.
b. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang 16 minggu,
evaluasi sisa hasil konsepsi dengan aspirasi vakum manual. Evaluasi dengan kuret
tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia. Jika
evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler
(diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang
setelah 4 jam bila perlu).
c. Jika kehamilan lebih 16 minggu, berikan Infus oksitoksin 20 unit dalam 500 ml cairan
intravena (garam fisiologik atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit
sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg
pervagina sampai 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg).
Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
4) Abortus komplit
a. Tidak perlu evaluasi lagi
b. Observasi untuk melihat adanya perdarahan
c. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg perhari selama
2 minggu. Jika anemia berat berikan transfuse darah. (Rustam Mochtar)
5) Missed abortion
Setelah diagnosis missed abortion dibuat, timbul pertanyaan apakah hasil konsepsi
perlusegera dikeluarkan. Tindakan pengeluaran itu tergantung dari berbagai faktor,
seperti apakahkadar fibrinogen dalam darah sudah mulai turun. Hipofibrinogenemia
dapat terjadi apabilajanin yang mati lebih dari I bulan tidak dikeluarkan. Selain itu faktor
mental penderita perludiperhatikan karena tidak jarang wanita yang bersangkutan merasa
gelisah, mengetahui iamengandung janin yang telah mati, dan ingin supaya janin
secepatnya dikeluarkan.
6) Abortus terapeutik
Menurut Sastrawinata (2005), abortus terapeutik dapat dilakukan dengan cara:
a. Kimiawi: pemberian secara ekstrauterin atau intreuterin obat abortus, seperti
prostaglandin, antiprogesteron, atau oksitosin
b. Mekanis:
1. Pemasangan batang luminaria atau dilapan akan membuka serviks secara
perlahan dan tidak traumatis sebelum kemudian dilakukan evakuasi dengan kuret
tajam atau vakum
2. Dilatasi serviks dilanjutkan dengan evakuasi, dipakai dilator hegar dilanjutkan
dengan kuretasi
3. Histerotomi/histertektomi
A. Pengkajian
1. Data subjektif
a) Biodata
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi; nama, umur, agama,
suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- ,
lamanya perkawinan dan alamat
b) Keluhan utama
Pada pasien dengan abortus, kemungkinan pasien akan datang dengan keluhan
utama perdarahan pervagina disertai dengan keluarnya bekuan darah atau
jaringan, rasa nyeri atau kram pada perut. Pasien juga mungkin mengeluhkan
terasa ada tekanan pada punggung, mengatakan bahwa hasil test kencing
positif hamil, merasa lelah dan lemas serta mengeluh sedih karena kehilangan
kehamilannya.
c) Riwayat kesehatan
(1) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke
Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di
luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan
(2) Riwayat kesehatan masa lalu
(3) Riwayat kesehatan keluarga
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat
diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang
terdapat dalam keluarga.
d) Riwayat pembedahan:
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan ,
kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
e) Riwayat penyakit yang pernah dialami
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung,
hipertensi , masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan penyakit-
penyakit lainnya.
f) Riwayat kesehatan reproduksi
Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah,
bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi,
gejala serta keluahan yang menyertainya.
g) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat
ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
h) Riwayat seksual
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta
keluahn yang menyertainya.
i) Riwayat pemakaian obat
Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis
obat lainnya
j) Pola aktivitas sehari-hari
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK),
istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
k) Data psikososial:
(1) Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam
keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping
yang digunakan.
(2) Status sosio-ekonomi : Kaji masalah finansial klien
2. Data Objektif
a) Sirkulasi
pada pasien abortus terdapat perdarahan pervaginam yang banyak sehingga
dapat menimbulkan syok, pasien tampak pucat, akral dingin, tekanan darah
mungkin menurun, nadi teraba cepat dan kecil, pasien tampak meringis atau
kesakitan karena nyeri.
b) Breathing
Kaji pola nafas apakah bernafas spontan/tidak, nafas cepat/lambat. Kaji
apakah ada sesak nafas/tidak, gerakan dinding dada simetris/asimetris, pola
nafas teratur/tidak, auskultasi bunyi nafas normal/tidak, kaji frekuensi nafas
serta penggunaan otot bantu pernafasan.
c) Circulation
pada pasien abortus terdapat perdarahan pervaginam yang banyak sehingga
dapat menimbulkan syok, pasien tampak pucat, akral dingin, tekanan darah
mungkin menurun, nadi teraba cepat dan kecil, pasien tampak meringis atau
kesakitan karena nyeri
d) Integritas Ego
Dapat menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan sampai ketakutan,
marah atau menarik diri klien/ pasangan dapat memiliki pertanyaan atau salah
terima peran dalam pengalaman kelahiran.Mungkin mengekpresikan ketidak
mampuan untuk menghadapi suasana baru.Pada pasien abortus kemungkinan
terjadi kesadaran menurun, syncope, pasien tampak lemah.
e) Eliminasi
Kateter urinarius mungkin terpasang : urin jernih pusat, bising usus tidak ada.
Makanan/ cairan: Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal.
f) Neurosensorik
Kerusakan gerakan pada sensori dibawah tindak anestesi spinal epidural.
g) Nyeri/ kenyamanan
Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber: misal nyeri
penyerta, distensi kandung kemih/ abdomen, efek-efek anestesi: mulut
mungkin kering.
h) Keamanan
Jalur parenteral bila digunakan resiko terkena infeksi karena pemasangan
infus dan nyeri tekan.
i) Seksualitas: Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus.
B. Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
2. Palpasi
3. Perkusi
a) Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan, massa atau konsolidasi.
b) Menggunakan palu perkusi: ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan
pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding
perut atau tidak.
4. Auskultasi
Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk
bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin. (Johnson
& Taylor, 2005:39)
5. Sekunder Assessment
a) Eksposure: pasien tampak pucat
b) Five intervention: Tekanan darah menurun, nadi cepat dan kecil, suhu
meningkat
c) Give Comfort: nyeri perut yang hebat, kram atau rasa tertekan pada pelvic
d) Head to toe: meliputi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan ginekologi,
menanyakan riwayat kehamilan, umur kehamilan, riwayat penggunaan
kontrasepsi, riwayat pemeriksaan kehamilan (ANC), riwayat penyakit kronis
atau akut, riwayat pengobatan serta riwayat alergi.
C. Diagnosa Keperwatan
D. Intervensi Keperwatan
Huda, Amin. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Dan Nanda
NIC-NOC Jilid 1. Yogyakarta: Mediaction
Karlina, Novvi. 2016. Asuhan Kebidan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatul. Bogor:
Penerbit IN MEDIA
Mansjoer,Arif,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga, jilid I, FKUI. Jakarta: Media
Aesculapius.
Maryunani, Anik., dkk. 2013. Asuhan Kegawatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Trans Info
Media
Morgan, geri & Carole hamilton. 2009. Obstetri & Ginekologi. Jakarta : EGC
Nugroho, taufan. 2012. OBSGYN: Obstetri Dan Ginekologi. Yogyakarta: Nuha Medika
Prawirohardjo, sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta : PT. Bina Pustaka.
Prawirohardjo, Sarwono. 2013. Buku Acuan Nasional pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Rukiyah, Yeyeh. 2010. Asuhan Kebidanan 4 (patologi). Jakarta: Trans Info Media
Soerjiningsing. 2010. ASI: Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC
Surkani, dkk. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Dilengkapi Dengan Asuhan
Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika