Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

SEPSIS NEONATUS

A. Pengertian
Sepsis pada periode neonatal adalah suatu sindrom klinik yang ditandai dengan
penyakit sistemik simtomatik dan bakteri dalam darah. Sepsis neonatus adalah infeksi
berat yang diderita neonatus dengan gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah.
Perjalanan penyakit sepsis neonatorum dapat berlangsung cepat sehungga seringkali tidak
terpantau, tanpa pengobatan yang memadai bayi dapat meninggal dalam 24 sampai
48jam.(perawatan bayi beriko tinggi, penerbit buku kedokteran,
Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada bayi selama empat
minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi yaitu antara 1 dalam 500 atau 1
dalam 600 kelahiran hidup.
B. Epidemiologi
Organisme tersering sebagai penyebab penyakit adalah Escherichia Coli dan
streptokok grup B (dengan angka kesakitan sekitar 50 – 70 %), Stapylococcus aureus,
enterokok, Klebsiella-Enterobacter sp., Pseudomonas aeruginosa, Proteus sp., Listeria
monositogenes dan organisme yang anaerob. Faktor-faktor dari ibu dan organisme
diperoleh dari cairan ketuban yang terinfeksi atau ketika janin melewati jalan lahir
(penyakit yang mempunyai awitan dini), bayi mungkin terinfeksi dalam lingkungannya
atau dari sejumlah sumber dari rumah sakit (penyakit yang mempunyai awitan lambat)
C. Penyebab
1. Semua infeksi pada neonatus dianggap oportunisitik dan setiap bakteri mampu
menyebabkan sepsis.
2. Mikroorganisme berupa bakteri, jamur, virus atau riketsia. Penyebab paling sering
dari sepsis : Escherichia Coli dan Streptococcus grup B (dengan angka kesakitan
sekitar 50 – 70%. Diikuti dengan malaria, sifilis, dan toksoplasma. Streptococcus
grup A, dan streptococcus viridans, patogen lainnya gonokokus, candida
alibicans, virus herpes simpleks (tipe II) dan organisme listeria, rubella,
sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis
3. Pertolongan persalinan yang tidak higiene, partus lama, partus dengan tindakan.
4. Kelahiran kurang bulan, BBLR, cacat bawaan
5. Faktor- faktor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal
dari tiga kelompok, yaitu :
1) Faktor Maternal
a) Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi
kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak
diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah
mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak
higienis. Bayi kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi dari
pada bayi berkulit putih
b) Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan
umur ibu (kurang dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun
c) Kurangnya perawatan prenatal.
d) Ketuban pecah dini (KPD)
e) Prosedur selama persalinan.
2) Faktor Neonatatal
a) Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan
faktor resiko utama untuk sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi
kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor
imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh
terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin
serum terus menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat.
Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.
b) Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG
spesifik, khususnya terhadap streptokokus atau Haemophilus
influenza. IgG dan IgA tidak melewati plasenta dan hampir tidak
terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal tersebut,
aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak
diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi
antara defisiensi imun dan penurunan antibodi total dan spesifik,
bersama dengan penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian
besar penurunan aktivitas opsonisasi.
c) Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki-
laki empat kali lebih besar dari pada bayi perempuan.
3) Faktor diluar ibu dan neonatal
a) Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral
merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka.
Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.
b) Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan
resiko pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik
spektrum luas, sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas,
sehingga menyebabkan resisten berlipat ganda.
c) Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran
mikroorganisme yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial),
paling sering akibat kontak tangan.
d) Pada bayi yang minum ASI, spesiesLactbacillus danE.colli ditemukan
dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya
didominasi oleh colli.
4) Faktor predisposisi
Terdapar berbagai faktor predisposisi terjadinya sepsis, baik dari ibu
maupun bayi sehingga dapat dilakukan tindakan antisipasi terhadap
kemungkinan terjadinya sepsis. Faktor tersebut adalah :
a) Penyakit infeksi yang diderita ibu selama kehamilan
b) Perawatan antenatal yang tidak memadai
c) Ibu menderita eklampsia, diabetes mellitus
d) Pertolongan persalina yang tidak higiene, partus lama, partus dengan
tindakan.
e) Kelahiran kurang bulan, BBLR, dan cacat bawaan.
f) Adanya trauma lahir, asfiksia neonatus, tindakan invasif pada
neonatus.
g) Tidak menerapakan rawat gabung
h) Sarana perawatan yang tidak baik, bangsal yang penuh sesak
i) Ketuban pecah dini,
D. Patofisiologi
Berdasarkan waktu timbulnya dibagi menjadi 3 :
1. Early Onset (dini) : terjadi pada 5 hari pertama setelah lahir dengan manifestasi
klinis yang timbulnya mendadak, dengan gejala sistemik yang berat, terutama
mengenai system saluran pernafasan, progresif dan akhirnya syok.
2. Late Onset (lambat) : timbul setelah umur 5 hari dengan manifestasi klinis sering
disertai adanya kelainan system susunan saraf pusat.
3. Infeksi nosokomial yaitu infeksi yang terjadi pada neonatus tanpa resiko infeksi
yang timbul lebih dari 48 jam saat dirawat di rumah sakit.
Mekanisme terjadinya sepsis neonatorum :
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui
beberapa cara yaitu :
a) Pada masa antenatal atau sebelum lahir pada masa antenatal kuman dari
ibu setelah melewati plasenta dan umbilicus masuk kedalam tubuh bayi
melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang
dapat menembus plasenta, antara lain virus rubella, herpes, sitomegalo,
koksaki, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini
antara lain malaria, sifilis dan toksoplasma.
b) Pada masa intranatal atau saat persalinan infeksi saat persalinan terjadi
karena kuman yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai kiroin dan
amnion akibatnya, terjadi amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman
melalui umbilkus masuk ke tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan,
cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi dan masuk
ke traktus digestivus dan traktus respiratorius, kemudian menyebabkan
infeksi pada lokasi tersebut. Selain melalui cara tersebut diatas infeksi
pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau “port de entre” lain saat
bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman (mis. Herpes
genitalis, candida albican dan gonorrea).
c) Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah
kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan
diluar rahim (mis, melalui alat-alat; pengisap lendir, selang endotrakea,
infus, selang nasagastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi
lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi
nasokomial.
E. Klasifikasi
1. Sepsis dini –> terjadi 7 hari pertama kehidupan. Karakteristik : sumber organisme
pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya fulminan dengan angka
mortalitas tinggi.
2. Sepsis lanjutan/nosokomial –> terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan
didapat dari lingkungan pasca lahir. Karakteristik : Didapat dari kontak langsung
atau tak langsung dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat
perawatan bayi, sering mengalami komplikasi.
F. Tanda dan gejala
Gejala infeksi sepsis pada neonatus ditandai dengan :
1. Tanda dan Gejala Umum
Hipertermia (jarang) atau hipothermia (umum) atau bahkan normal, Aktivitas
lemah atau tidak ada, Tampak sakit, Menyusun buruk/intoleransi pemberian susu.
2. Sistem Pernafasan
Dispenu, Takipneu, Apneu, Tampak tarikan otot pernafasan, Merintih, Mengorok,
Pernapasan cuping hidung, Sianosis
3. Sistem Kardiovaskuler
Hipotensi, Kulit lembab dan dingin, Pucat, Takikardi, Bradikardi. Edema, Henti
jantung
4. Sistem Pencernaan
Distensi abdomen, Anorexia, Muntah, Diare, Menyusu buruk, Peningkatan residu
lambung setelah menyusu, Darah samar pada feces,
Hepatomegali
5. Sistem Saraf Pusat
Refleks moro abnormal, Inhabilitas, Kejang, Hiporefleksi, Fontanel anterior
menonjol, Tremor, Koma, Pernafasan tidak teratur, High-pitched cry
6. Hematologi
Ikterus, Petekie, Purpura, Prdarahan, Splenomegali, Pucat, Ekimosis
G. Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
Kulit kekuningan, Sulit bernafas, Letargi, Kejang, Mata berputar, Palpasi, tonos otot
meningkat, leher kaku
2. Palpasi
tonos otot meningkat, leher kaku

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah rutin (hb,leuko,trombosit,CT,BT,LED,SGOT,SGPT)
2. Kultur darah dapat menunjukkan organisme penyebab.
3. Analisis kultur urine dan cairan sebrospinal (CSS) dengan lumbal fungsi dapat
4. mendeteksi organisme.
5. DPL menunjukan peningkatan hitung sel darah putih (SDP) dengan peningkatan
6. neutrofil immatur yang menyatakan adanya infeksi.
7. Laju endah darah, dan protein reaktif-c (CRP) akan meningkat menandakan adanya
8. inflamasi.

I. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik : Organsisme
penyebab terjadinya infeksi bisa diketahui dengan melakukan pemeriksaan mikroskopis
maupun pembiakan terhadap contoh darah, air kemih maupun cairan dari telinga dan
lambung. Jika diduga suatu meningitis, maka dilakukan fungsi lumbal. Bila ditemukan
satu atau lebih faktor resisko infeksi adalah sebagai berikut ;
1. Ibu selama melahirkan demam ( suhu > 38.5 oC).
2. Ibu leukositosis ( lekosit > 1500/ mm3).
3. Air ketuban keruh dan atau berbau busuk.
4. Ketuban pecah >12 jam sebelum lahir.
5. Partus kasep
Langkah diagnosis :
a) Indikasi faktor resiko infeksi yang didiagnosa tersangkan infeksi.
b) Tetapkan apakah kasus tersangka infeksi berkembang menjadi sepsis
neonatarum dengan mengamati munculnya gejala klinis serta kelainan
hasil pemeriksaan laboratorium
c) Untuk penderita yang telah mengalami kelainan klinis dapat dilakukan
dengan identifikasi pemeriksaan secara cermat
d) Lakukan pemeriksaan laboratorium darah rutin,pemeriksaan CRP dan
kultur darah.
e) Semua penderita sepsis neonatorum dilakukan lumbal fungsi untuk
melihat apakah sudah terjadi komplikasi, batasan minignitis :
Usia 0-48 jam > 100
Usia 2-7 hari > 50
 Usia > 7 hari > 22
f) Bila ada alat ultrasonografi ( USG), maka USG transfontanel bisa
membantu menegakkan diagnosis meningitis.
J. Therapy/Penanganan
1. Suportif
a. Lakukan monitoring cairan elektrolit dan glukosa
b. Berikan koreksi jika terjadi hipovolemia, hipokalsemia dan hipoglikemia
c. Atasi syok, hipoksia, dan asidosis metabolic.
d. Awasi adanya hiperbilirubinemia
e. Pertimbangkan nurtisi parenteral bila pasien tidak dapat menerima nutrisi
enteral.
2. Kausatif
Antibiotik diberikan sebelum kuman penyebab diketahui. Biasanya digunakan
golongan Penicilin seperti Ampicillin ditambah Aminoglikosida seperti
Gentamicin. Pada sepsis nasokomial, antibiotic diberikan dengan
mempertimbangkan flora di ruang perawatan, namun sebagai terapi inisial
biasanya diberikan vankomisin dan aminoglikosida atau sefalosforin generasi
ketiga. Setelah didaapt hasil biakan dan uji sistematis diberikan antibiotic yang
sesuai. Tetapi dilakukan selama 10-14 hari, bila terjadi Meningitis, antibiotic
diberikan selama 14-21 hari dengan dosis sesuai untuk Meningitis.
K. Komplikasi
–Meningitis
–Hipoglikemia, asidosis metabolik
–Koagulopati, gagal ginjal, disfungsi miokard, perdarahan intrakranial
– ikterus/kernikterus
L. Prognosis
Angka kematian pada sepsis neonatal berkisar antara 10 – 40 %. Angka tersebut
berbeda-beda tergantung pada cara dan waktu awitan penyakit, agen atiologik, derajat
prematuritas bayi, adanya dan keparahan penyakit lain yang menyertai dan keadaan ruang
bayi atau unit perawatan.
M. Pencegahan
Peningkatan penggunaan fasilitas perawatan prenatal, perwujudan program
melahirkan bagi ibu yang mempunyai kehamilan resiko tinggi, pada pusat kesehatan yang
memiliki fasilitas perawatan intensif bayi neonatal dan pengambangan alat pengangkutan
yang modern, mempunyai pengaruh yang cukup berarti dalam penurunan faktor ibu dan
bayi yang merupakan predisposisi infeksi pada bayi neonatus. Pemberian antibiotik
profilaktik dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi pada bayi neonatus.
Daftar Pustaka :
Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.
Tucker Susan Martin, at al.,1999, Standar Perawatan Pasien, Proses Keperawatan,
Diagnosis dan evaluasi, EGC, Jakarta.
Dongoes, Marlynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Arif, mansjoer (2000). Kapita selekta kedokteran. Jakarta: EGC.
Behrman (2000). Nelson ilmu kesehatan anak. Jakarta: EGC.
Bobak (2005). Buku ajar keperawatn maternitas. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai