Anda di halaman 1dari 24

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem
pendidikan di Indonesia mempunyai tujuan memberikan kemampuan dasar
baca, tulis, hitung, pengetahuan dan keterampilan dasar lainnya. Kemampuan
menghitung merupakan keterampilan dasar yang perlu dikuasai oleh setiap
siswa, tidak terkecuali bagi siswa tunarungu. Keterampilan berhitung sangatlah
penting karena tidak lepas dari kehidupan sehari-hari. Fenomena yang terjadi
saat ini, anak tunarungu kurang menyadari potensi yang masih dimilikinya.
Walaupun memiliki keterbatasan dalam pendengaran, kemampuan intelektual
mereka harus tetap difungsikan. Apabila kemampuan intelektual mereka
dikembangkan secara optimal maka mereka tidak akan mengalami kesulitan
dalam belajar.
Salah satu materi pelajaran matematika yang harus dikuasai siswa di
SDLB yaitu mengenai bilangan bulat. Materi operasi bilangan bulat di kelas IV
merupakan dasar dalam kemampuan berhitung, apabila kemampuan
menghitung pada operasi bilangan bulat di kelas IV tidak segera diatasi, maka
besar kemungkinan akan menganggu pembelajaran di tingkat selanjutnya.
Dampak terhadap proses pembelajaran yang disebabkan gangguan
pendengaran pada anak tunarungu adalah kurangnya perhatian belajar, tidak
tekun dalam belajar, dan tidak menunjukkan minat dalam belajar . Hal tersebut
menimbulkan beberapa Permasalahan diantaranya mereka sulit dalam
memahami suatu konsep pengetahuan sekalipun bersifat konkrit. Sedangkan
permasalahan dalam proses pembelajaran yaitu siswa kurang aktif dalam
mengikuti pembelajaran. Hal ini terlihat saat proses pembelajaran berlangsung,
antusias siswa untuk menjawab pertanyaan yang disampaikan guru masih
rendah. Pertanyaan yang disampaikan guru dijawab oleh siswa tertentu saja
yang aktif. Selain permasalahan tersebut, didapatkan permasalahan lain yaitu
siswa kurang lancar dalam operasi hitung penjumlahan bilangan bulat . Hal ini

1
2

terbukti bahwa dalam mengerjakan soal yang berhubungan dengan operasi


hitung, ditemukan banyak siswa yang masih mengalami kesulitan.
Saat ini proses pembelajaran konsep menghitung penjumlahan bilangan
bulat masih menggunakan metode ceramah hal ini membuat siswa menjadi
bosan dan kurang tertarik terhadap materi yang diajarkan, untuk mengatasi
masalah-masaah tersebut perlu adanya upaya agar masalah tersebut bisa
terselesaikan. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah mengubah metode
pembelajaran dengan metode baru yang mungkin bisa meningkatkan
kemampuan menghitung penjumlahan bilangan bulat siswa serta dapat
meningkatkan minat belajar siswa. Sehingga hasil belajar siswa menjadi lebih
maksimal. Metode yang dimaksud adalah metode pembelajaran quantum
learning.
Dalam metode quantum learning objek yang menjadi tujuan utama adalah
siswa oleh karena itu guru harus mampu menyatu pada dunia peserta didik
sehingga guru bisa memahami peserta didik. Hal ini menjadi hal utama untuk
mewujudkan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan. Metode ini
sangat cocok untuk meningkatkan hasil belajar siswa, dimana metode ini
memiliki banyak keunggulan yaitu Model pembelajaran lebih santai dan
menyenangkan karena ketika belajar sambil diiringi musik. Hal ini untuk
mendukung proses belajar karena musik akan bisa meningkatkan kinerja otak
sehingga diasumsikan bahwa belajar dengan diiringi musik akan mewujudkan
suasana yang lebih menenangkan dan materi yang disampaikan lebih mudah
diterima.selain itu quantum learning sebagai salah satu metode belajar yang
dapat memadukan antara berbagai sugesti positif dan interaksinya dengan
lingkungan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar seseorang.
Lingkungan belajar yang menyenangkan dapat menimbulkan motivasi pada
diri seseorang sehingga secara langsung dapat mempengaruhi proses belajar.
Untuk melihat keberhasilan menggunakan metode ini, dilakukan penelitan
menggunakan strategi tindakan kelas. Atas dasar permasalahan ini peneliti
tertarik untuk membahasnya lebih detail lagi dan berkeinginan menjadikan
sebuah karya ilmiah dengan judul yang diangkat yaitu “ Meningkatkan
3

Kemampuan Menghitung Penjumlahan Bilangan Bulat Melalui Metode


Quantum Learning Pada Siswa Tunarungu Kelas D IV Di SLB N 1 Padang”.

B. Identifikasi Masalah
Dilihat dari permasalan yang terdapat dalam latar belakang diatas, maka
terdapat identifikasi permasalahan sebagai berikut :
1. Kurangnya peran guru dalam menggunakan metode pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan siswa
2. Guru selama ini tidak mengunakan media yang dapat menarik perhatian
anak dalam belajar
3. Suasana belajar yang kurang menyenangkan mengakibatkan minat belajar
anak berkurang
4. Anak mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal penjumlahan bilangan
bulat dikarenakan guru masih menggunakan metode pembelajaran yang
kurang efektif.

C. Batasan Masalah
Mengacu pada penjabaran latar belakang diatas, maka diperoleh batasan
masalah yaitu melalui metode quantum learning dapat meningkatkan
kemampuan menghitung penjumlahan bilangan bulat. Kemampuan
menghitung bilangan bukat dibatasi pada penjumlahan bilangan positif
dengan bilangan positif, bilangan positif dengan bilangan negati, dan
bilangan negatif dengan bilangan negatif.

D. Rumusan Masalah
Dari uraian sebelumnya, maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian
ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran mengitung penjumlahan bilangan
bulat dengan menggunakan metode quantum learning pada anak tunarungu
kelas D. VI di SLB N 1 Padang?
4

2. Apakah dengan metode quantum learning dapat meningkatkan


kemampuang mengitung penjumlahan bilangan bulat?

E. Tujuan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini mempunyai tujuan diantaranya yaitu :
1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran berhitung bilangan bulat
dengan metode quantum learning pada anak tunarungu kelas D.VI di SLB
N 1 Padang.
2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan anak tunarungu dalam
berhitung bilangan bulat melalui metode quantum learning.

F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dapat diuraikan menjadi empat pihak diantaranya :
1. Untuk guru
Penelitian ini bisa menjadi alternatif yang digunakan guru dalam
meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan bilangan bulat.
2. Untuk sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimabngan bagi kepala
sekolah dalam meningkatkan mutu mata pelajaran matematika khususnya
bagi anak tunarungu di kelas D IV SLB N 1 Padang.
3. Untuk peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan tentang
meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan bilangan bulat
melalui metode quantum learning sehingga dapat diterapkan pada
pelaksanaan proses mengajar yang baik.
4. Untuk orang tua
Penelitian ini bermanfaat untuk membantu/membimbing belajar anak di
rumah. Orang tua bisa menerapkan metode pembelajaran quantum
learning saat anak belajar dirumah.
5

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Kemampuan Berhitung


1. Pengertian Kemampuan
Kemampuan dibutuhkan setiap orang untuk melaksanakan sesuatu.
Tanpa kemampuan, apa yang dilakukan tidak akan maksimal. Kemampuan
berasal dari kata “mampu” yang berarti kuasa (bisa, sanggup melakukan
sesuatu, dapat, berada, kaya, mempunyai harta berlebih). Kemampuan dapat
diartikan sebagai kesanggupan, kecakapan, kekuatan, atau potensi diri sendiri
(Depdikbud, 1999).
Menurut Hanurda, kemampuan juga dapat diartikan sebagai
kecakapan atau potensi menguasai sesuatu keahlian yang merupakan bawaan
sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek dan digunakan untuk
mengerjakan sesuatu yang dilakukan mealui tindakannya.
Dari beberapa pengertian di atas dapat penulis simpulkan bawa
pengertian kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan atau
potensi bawaan sejak lahir atau hasil latihan yang dapat digunakan untuk
melakukan suatu perbuatan
2. Pengertian berhitung
Berhitung berasal dari kata hitung yang berarti mengajarkan
hitungan (menjumlahkan, mengurangi, mengalihkan, membagi,
memperbanyak dan sebagainya). Kamus besar bahasa Indonesia (2002:405).
Berhitung merupakan salah satu tahapan belajar yang harus dilalui setiap
anak. Oleh karena itu tidak ada salanya jika kita sebagai orang tua atau guru
mengajari anak untuk berhitung sedini mungkin. Dikarenakan berhitung
sangat erat dengan angka-anga. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa berhitung adalah mengoperasikan sejumlah bilangan yang berbentuk
angka yaitu menjumlahkan, mengurangi, membagi dan memperbanyak dan
sebagainya.

5
6

3. Pengertian Kemampuan Berhitung


Menurut (Nyimas aisyah, dkk, 2007) kemampuan berhitung
merupakan salah satu kemampuan yang penting dalam kehidupan sehari-hari,
dapat dikatakan bahwa semua aktivitas kehidupan manusia memerlukan
kemampuan ini. Kemampuan berhitung sangat diperlukan dalam
pembelajaran Matematika. Kemampuan berhitung merupakan kemampuan
matematis yang didalamnya terdapat kemampuan melakukan pengerjaan-
pengerjaan hitungan seperti menjumlah, mengurang, mengalikan, membagi,
memangkatkan, menarik akar, menarik logaritma serta memanipulasi
bilangan-bilangan dan lambang-lambang matematika (jurnal penelitian
pendidikan dasar, nomor 2, tahun I, tahun 1996).

B. Tinjauan tentang Pembelajaran Matematika


1. Pengertian Pembelajaran matematika
Menurut (Syaiful Sagala 2010) pembelajaran merupakan kegiatan
yang dilakukan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk
membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan
sumber belajar. Menurut (Aunurrahman 2010) pembelajaran sebagai suatu
sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa yang berisi
serangkaian peristiwa yang disusun, dirancang sedemikian rupa untuk
mendukung dan mempengaruhi terjadinya proses belajar siswa yang bersifat
internal. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya proses belajar
dalam diri siswa yaitu adanya perubahan menjadi siswa yang terdidik,
memiliki pengetahuan baru dan lebih mendalam, serta perubahan tingkah
laku menjadi lebih baik.
Kata matematika berasal dari bahasa Yunani yaitu mathein atau
manthmein yang berarti mempelajari. Matematika diperkirakan mempunyai
hubungan yang erat dengan kata medha atau widya yang berasal dari bahasa
Sansekerta yang berarti kepandaian, ketahuan dan intelegensia. Menurut
(Heruman 2007) matematika merupakan bahasa simbol, ilmu deduktif, ilmu
telaah tentang pola keteraturan, dan struktur 11 yang terorganisasi mulai dari
unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau
7

potsulat dan akhirnya ke dalil. Sedangkan menurut (Antonius Cahya


Prihandoko 2006) matematika merupakan ilmu dasar yang menjadi alat untuk
mempelajari ilmu-ilmu yang lain.

2. Fungsi Pembelajaran Matematika


Menurut (Antonius Cahya Prihandoko, 2006) fungsi pembelajaran
matematika di SD adalah untuk mengembangkan kemampuan bernalar
melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi dan eksperimen sebagai alat
pemecahan masalah melalui pola pikir dan model matematika serta sebagai
alat komunikasi melalui simbol, tabel, grafik diagram dalam menjelaskan
gagasan. Fungsi matematika tersebut dapat terwujud apabila pengembangan
dari setiap konsep matematika diberikan melalui proses penalaran yang
logis dan sistematis, serta melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi dan
eksperimen.
Pembelajaran matematika juga sangat berfunsi untuk anak
berkebutuhan khusus dalam kehidupan sehari-hari. Keterbatasan atau
hambatan dalam modalitas tertentu yang menghambat mereka di dalam
mempelajari matematika diperlukan dalam pembelajaran dimodifikasi ke
arah konkrit dan fungsional, atau dengan mediasi pesan melalui indera yang
masih berfungsi. Modifikasi itulah yang sebagai bentuk layanan khusus.
Matematika merupakan sesuatu substansi yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Walaupun tidak nyata, dalam sektor kehidupan,
seperti di rumah, di pekerjaan, dan di masyarakat akan selalu menggunakan
matematika. Misalnya dalam penggunaan uang akan melibatkan konsep dan
keterampilan matematik. Untuk itu, keterampilan penggunaan konsep
matematika harus dibelajarkan kepada setiap siswa, begitu juga siswa-siswa
yang memiliki hambatan khusus. Pembelajaran matematika bagi mereka
agar mampu menggunakan di dalam kehidupan, di pekerjaan, di keluarga
dan masyarakat.
Selain memodifikasi pembelajaran, guru juga harus menerapkan
model pembelajaran yang tepat agar pembelajaran matematika menjadi
menyenangkan bagi peserta didik berkebutuhan khusus. Melalui model
pembelajaran Quantum learning, peneliti mempunyai tujuan dan berusaha
8

agar fungsi pembelajaran matematika pada pokok bahasan bilangan bulat


dapat tercapai. Hal ini disebabkan karena Metode Quantum Learning sangat
cocok untuk meningkatkan hasil belajar siswa, dimana metode ini memiliki
banyak keunggulan yaitu Model pembelajaran lebih santai dan
menyenangkan karena ketika belajar sambil diiringi musik. Hal ini untuk
mendukung proses belajar karena musik akan bisa meningkatkan kinerja
otak sehingga diasumsikan bahwa belajar dengan diiringi musik akan
mewujudkan suasana yang lebih menenangkan dan materi yang
disampaikan lebih mudah diterima.
3. Tujuan Pembelajaran Matematika
Menurut (Heruman 2007) tujuan pembelajaran matematika di SD
adalah untuk melatih siswa agar terampil dalam menggunakan berbagai
konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan matematika
tersebut sesuai dengan hakekat matematika bahwa matematika merupakan
kumpulan sistem –sistem abstrak yang dibangun melalui proses bernalar
secara deduktif dan tersusun secara sistematis dan logis. Oleh karena itu,
belajar matematika harus dilaksanakan secara benar, urut dan sistematis
agar tercapai suatu pemahaman konsep yang dapat baik dalam pikiran
siswa.
Tujuan pembelajaran matematika di SD dalam kurikulum tingkat satuan
pendidikan Depdiknas 2006 SD adalah sebagai berikut :

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan


mengaplikasikan konsep atau algortima, secara luwes, akurat, efesien, dan
tepat dalam pemecahan masalah
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirikan
solusi yang diperoleh, Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel,
diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
9

d. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu


memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari
matematika, sifat ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Selain tujuan umum yang menekankan pada penataan nalar dan


pembentukan sikap siswa serta memberikan tekanan pada ketrampilan
dalam penerapan matematika juga memuat tujuan khusus matematika SD
yaitu: (1) menumbuhkan dan mengembangkan ketrampilan berhitung
sebagai latihan dalam kehidupan sehari-hari, (2) menumbuhkan
kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika,
(3) mengembangkan kemampuan dasar matematika sebagai bekal belajar
lebih lanjut, (4) membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.

4. Ruang Lingkup Pembelajaran


Matematika SD Menurut Depdiknas (Heruman, 2007) standar
kompetensi untuk mata pelajaran matematika pada satuan SD dan Madrasah
Ibtidaiyah (MI) meliputi tiga aspek yaitu:
a. Aspek Bilangan, meliputi:
1) Menggunakan bilangan dalam pemecahan masalah,
2) Menggunakan operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah.
3) Menggunakan konsep bilangan cacah dan pecahan dalam pemecahan
masalah.
4) Menentukan sifat-sifat operasi hitung, faktor, kelipatan bilangan bulat,
dan pecahan serta menggunakannya dalam pemecahan masalah,
5) Melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan, serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah.
b. Aspek Pengukuran dan Geometri, meliputi:
1. Melakukan pengukuran, mengenal bangun datar dan bangun ruang,
serta menggunakannya dalam pemecahan masalah sehari-hari,
2. Melakukan pengukuran, menentukan unsur datar bangun datar dan
menggunakannya dalam pemecahan masalah,
3. Melakukan pengukuran keliling dan luas bangun datar serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah,
10

4. Melakukan pengukuran, menentukan sifat dan unsur bangun ruang,


menentukan kesimetrian bangun datar serta menggunakannya dalam
pemecahan masalah, dan
5. Mengenal sistem koordinat pada bangun datar.
c. Aspek pengelolaan data, meliputi: Mengumpulkan, menyajikan dan
menafsirkan data.

C. Hakekat Mengitung Penjumlahan Bilangan Bulat


1. Pengertian Menghitung Penjumlahan Bilangan Bulat
Dalam mempelajari matematika, tentu tidak akan lepas dari
bermacam-macam bilangan termasuk bilangan bulat. Untuk memahami
konsep bilangan bulat maka perlu pemahaman mengenai bilangan pada
suatu garis bilangan. Bilangan bulat merupakan gabungan antara bilangan
asli, dengan bilangan-bilangan negatifnya serta bilangan nol. Bilangan
bulat dapat dikelompokkan ke dalam bilangan bulat positif yang
merupakan bilangan asli,bilangan nol serta bilangan bulat negatif. Suatu
bilangan yang tidak bertanda dapat diartikan bahwa bilangan tersebut
adalah positif .Misalnya 2, bilangan tersebut jelas merupakan bilangan
bulat positif meskipun didepannya tidak memiliki tanda(+). Bilangan bulat
negatif merupakan lawan dari bilangan bulat positif. Misalnya lawan dari
14 14 bilangan 1 adalah -1. Lambang negatif suatu bilangan adalah
menunjuk pada kedudukan bilangan tersebut yang berada disebelah kiri
dari titik pangkal suatu garis bilangan sejauh bilangannya itu sendiri.
Kedudukan suatu bilangan pada garis bilangan sangat ditentukan oleh
tanda bilangannya. Besarnya suatu bilangan sangat ditentukan oleh
bilangannya juga ditentukan pula oleh macam tandanya. Bilangan -1 tentu
akan lebih besar dari-3.
Menurut (Supraptiningsih, 2006) menghitung penjumlahan
bilangan bulat adalah ilmu yang mempelajari operasional bilangan bulat
yang menggunakan simbol + pada bilangan-bilangan tertentu. Langkah-
langkah yang dilakukan dalam menghitung penjumlahan yaitu
mempelajari klasifikasi dari berbagai struktur dan pola antara lain
11

penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian dan operasional


campuran. (Depdikbud, 2004) menjelaskan bahwa menghitung
penjumlahan adaah konsep awal dalam operasional hitung. Secara materi
menghitung penjumlahan bilagan bulat adalah ilmu yang mempelajari
bilangan dan terapannya.
Berdasarkan pendapat diatas dapat diambil suatu pengertian bahwa
menghitung penjumlahan bilangan bulat adalah salah satu dari ilmu pasti
yang membahas tentang operasional hitungannya menggunakan simbol +
pada bilangan bulat positif dan negatif.
2. Ciri-Ciri Pembelajaran Penjumlahan Bilangan Bulat
Depdikbu (2004:3) menjelaskan bahwa ciri-ciri yang dimiliki mempelajari
penjumlahan bilangan bulat adalah :
a. Memiliki objek atau kejadian yang konkrit
Setiap permasalahan yang ditemui mempunyai objek atau kejadian
yang konkrit sehingga mempunyai cara penyelesaian yang jelas,
terstruktur dan bisa dianalisis secara ilmiah.
b. Berpola pikir dedukti dan konsisten
Cara menarik kesimpulan dalan pembelajaran menghitung penjumlahan
bilangan bulat bersifat deduktif, artinya pernyataan dianalisis secara
kusus namun hukum pernyataan berlaku untuk umum. Disamping itu
sifat dari hasil kesimpuan mengitung penjumlahan bilangan bulat
adalah konsisten, artinya hasil rumusan hasil-hasil perhitungan tidak
pernah berubah.
3. Fungsi Pembelajaran Menghitung Penjumlahan Bilangan Bulat
(Supraptiningsih 2005) menyebutkan bahwa fungsi dari
pembelajaran menghitung penjumlahan bilangan bulat adalah sebagai
bahasan ilmu dengan lingkup yang universal, sebab dengan menggunakan
operasional hitungan, kita dapat mengkongkritkan suatu permasalahan.
Dari kenyataan yang rumit menjadi suatu model untuk mempermudah
mengadakan klasifikasi dan kalkulasi. Inti dari kegiatan tersebut dapat
meningkatkan kemampuan mengadakan evaluasi dan prediksi.
4. Tujuan Pembelajaran Menghitung Penjumlahan Bilangan Bulat
12

Dalam kurikulum satuan tingkat pendidikan (KTSP) 2006 tujuan


pembelajaran menghitung penjumlahan bilangan bulat di jenjang
pendidikan dasar adalah sebagai berikut :
a. Anak dapat memahami konsep pembelajaran menghitung penjumlahan
bilangan bulat, menjelaskan keterkaitan antar konsep yang ada dalam
memecahkan masalah.
b. Menggunakan penalaran pola daan sifat, melakukan penyelesaian masalah
berdasarkan hukum logika pada penjumlahan bilangan bulat.
c. Memiliki sikap menghargai kegunaan konsep penjumlahan bilangan bulat
dan terapannya dalam kehidupan sehari-hari.

D. Model Pembelajaran Quantum Learning


1. Pengertian Model Pembelajaran Quantum Learning
Quantum Learning berasal dari pemisahan dua kata yaitu Quantum
artinya lompatan sedangkan Learning artinya pembelajaran. Menurut De
Porter dan Hernacki (2001) memberikan pengertian Quantum Learning
adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif di
sekolah dan bisnis untuk semua tipe orang dan segala usia. Quantum
Learning berakar dari upaya George Lozanov, seorang pendidik yang
berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebut
“Suggestology” atau “Suggestopedia”. Prinsipnya adalah bahwa sugesti
dapat dan mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiapdetail apapun
yang memberi sugesti positif, ada beberapa tektik yang dapat digunakan
untuk mendapatkan sugesti positif yaitu mendudukkan murid secara
nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi
individu, mengunakan poster-poster untuk memberi kesan besar sambil
menonjolkan informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih.(De
Potter dan Hernacki, 2001:14). Dengan kata lain pengertian dari metode
pembelajaran Quantum Learning adalah sistem pengajaran yang
menggairahkan dan bertumpu pada prinsip-prinsip dan teknik-teknik
pembelajaran di kelas untuk mencetak peserta didik yang tak hanya
memiliki keterampilan akademis tetapi juga memiliki keterampilan hidup
13

(life skill) yang penggunaannya tidak dibatasi oleh dinding-dinding


ruangan kelas melainkan oleh langit, udara, laut, dan bumi. Melalui model
pembelajaran Quantum Learning, siswa akan menggunakan semua
kemampuan yang mereka memiliki, mereka akan lebih tertarik untuk
belajar.
2. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Quantum Learning
Aspek-aspek dari Quantum Learning yang dapat diterapkan dalam jangka
waktu singkat adalah sebagai berikut (De Porter dan Hernacki, 2006: 48-
92):
a. Kekuatan AMBAK (apa manfaat bagiku)
Ambak adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental
antara manfaat dan akibat-akibat suatu keputusan. Motivasi sangat
diperlukan dalam belajar karena adanya motivasi maka keinginannya
untuk belajar akan selalu ada. Kegiatannya yaitu, Memberi motivasi
belajar sebelum pembelajaran dimulai. Siswa diajak untuk menghayati
dan merenungkan manfaat dan kegunaan belajar dari pelajaran yang
sudah dipelajari maupun yang akan dipelajarinya.
b. Penataan lingkungan belajar
Dalam proses belajar dan mengajar diperlukan penataan
lingkungan yang dapat membuat peserta didik merasa aman dan
nyaman, dengan penataan lingkungan belajar yang tepat juga mencegah
kebosanan dalam diri peserta didik. Penataan lingkungan kelas baik dari
posisi meja maupun susunan tempat duduk. Penataan lingkungan kelas
baik dari poster-poster yang mendukung alat praktik maupun
penempatan sound system.
d. Bebaskan gaya belajarnya
Ada berbagai macam gaya belajar yang dimiliki oleh peserta didik,
dalam Quantum Learning ini pendidik hendaknya memberikan
kebebasan kepada peserta didiknya untuk menggunakan gaya belajar
visual, auditori, atau kinestik. Pembelajaran yang disajikan guru tidak
hanya terpaku pada satu gaya belajar tetapi menggunakan beberapa
gaya belajar disesuaikan dengan tingkat modalitas siswa.
14

e. Penerapan konsep TANDUR


Memberikan pengarahan untuk menumbuhkan kesadaran siswa dalam
kebutuhan belajar, mendemonstasikan tori yang ada dalam
pembelajaran, kemudian meminta siswa mendemonstrasikan ulang.
Menamai komponen dengan istilah-istilah yang mudah dihafal.
f. Sikap positif
Memberikan penghargaan baik berupa tepuk tangan atau pujian
maupun berupa hadiah kepada siswa yang mampu menjawab
pertanyaan dari guru Menanamkan sikap positif bagi siswa yang belum
bias menjawab pertanyaan dan belum berhasil melaksanakan praktik
dengan baik.
g. Musik
Memutar musik yang mendukung seperti musik klasik Mozart, Batch
dan musik kegemaran siswa ketika siswa sedang mengerjakan sebuah
tugas atau melaksanakan praktik agar suasana dari siswa menjadi rileks,
dan menyenangkan dalam belajar

3. Kelebihan dan Kekurangan Quantum Learning


a. Kelebihan metode pembelajaran Quantum Learning
1) Pembelajaran menggunakan metode pembelajaran Quantum
Learning dapat membuat peserta didik merasa nyaman dan gembira
dalam belajar, karena metode ini menuntut peserta didik untuk aktif
adalam proses belajar.
2) Penggunaan metode pembelajaran Quantum Learning dalam proses
pembelajaran dapat memberikan motivasi pada peserta didik untuk
ambil bagian dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) yang
berlangsung.
3) Kesempatan bagi peserta didik untuk dapat menunjukan
kemampunnya akan memudahkan pendidik dalam mengontrol
sejauh mana pemerolehan peserta didik dalam belajar.
4) Proses belajar peserta didik lebih terarah pada meteri yang sedang
dipelajari karena sedang dikaitkan dengan pengalaman-
15

pengalaman seputar kehidupan peserta didik akan lebih


berkembang.
5) Penggunaan metode pembelajaran Quantum Learning yang
bersandar pada konsep “bawalah dunia mereka ke dunia kita dan
antarkan dunia kita kedunia mereka”, dapat merombak pola pikir
peserta didik dari yang sempit menjadi lebih luas dan menyeluruh
dalam memandang, dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam
kehidupan.
6) Penggunaan metode pembelajaran Quantum Learning dapat
meningkatkan keaktifan dan kemandirian peserta didik dalam
proses pembelajaran.
7) Menciptakan lingkungan yang kreatif dan inovatif sehingga tidak
menimbulkan rasa kebosanan dalam proses pembelajaran.
8) Meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik dalam proses
pembelajaran.
9) Meningkatkan mental peserta didik dalam mempresentasikan hasil
belajar di muka umum.

4. Kelemahan Model Pembelajaran Quantum Learning


a. Metode pembelajaran Quantum Learning menuntut profesionalisme
yang tinggi dari seorang pendidik.
b. Banyaknya media dan fasilitas sehungga metode ini dinilai kurang
ekonomis.
c. Metode pembelajaran Quantum Learning mudah sekali terjadi
kegaduhan yang membuat proses pembelajaran tidak kondusif.
d. Peserta didik yang pemalu lebih cenderung ketinggalan daripada
peserta didik yang aktif

E. Devenisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam memahami maksud suatu
penelitin maka perlu dibuat defenisi operasional penelitian yakni sebagai
berikut :
16

1. Kemampuan menghitung penjumlahan bilangan bulat


Kemampuan mengitung enjumlahan bilangan bulat yang dimaksud
dalam penelitian ini bermakna kesanggupan anak tunarungu di kelas
D.IV melakukan operasi hitung penjumlahan bilangan bulat.
2. Quantum Learning
Menurut poter dan hernick, quantum learning merupakan
seperangkat metode atau falsafah belajar yang terbukti efektif
disekolah dan bisnis untuk semua tipe dan segala usia.

F. Penelitian yang Relevan


Pelaksanaan penelitian ini tidak berdiri sendiri, melainkan ada penelitian yang
relevan baik tujuan dan maksudnya. Penelitian yang relevan yaitu :
3. Arga Rineksa (2013) tentang peningkatan minat dan hasil belajar
matematika dengan metode quantum learning. Dari hasil penelitian
menyatakan bahwa Metode Quantum Learning dapat digunakan sebagai
alternatif dalam pembelajaran matematika di SD, karena metode ini telah
terbukti dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa.
4. Sofiyah Asrori dkk tentang penerapan quantum learning untuk
meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKN di kelas V
SD Negeri Kembangjitengan 2 Kabupaten Sleman. Dari hasil penelitian
menyatakan bahwa Pembelajaran pkn dengan menggunakan model
Quantum Learning ini memberikan implikasi yang bermanfaat bagi para
siswa agar lebih memahami pkn, sebagai upaya untuk meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V.

G. Kerangka Konseptual

Agar penjabaran dalam penelitian ini terarah, maka perlu dibuat kerangka
konseptual yang dapat dilihat pada bagan dibawah ini :

Anak Tunarungu
17

Kondisi objektif

Anak belum bisa menghitung


penjumlahan bilangan bulat

Evaluasi

Anak dapat mengerjakan


soal operasional bilangan
bulat dengan benar

H. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berfikir diatas, maka hipotesis tindakannya
adalah “Penggunaan metode quantum learning dapat meningkatkan
kemampuan menghitung penjumlahan bilangan bulat pada siswa tunarungu
kelas di IV di SLBN 1 Padang” .
18

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Classroom Action
Research (CAR). Suharsimi Arikunto (2007: 3) mengatakan bahwa PTK
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar yang berupa sebuah
tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam kelas secara bersama.
Menurut Suharsimi Arikunto dkk (2007: 62) ciri-ciri khusus PTK adalah sebagai
berikut:
1. PTK merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memecahkan masalah,
mencari dukungan ilmiah dan sebagai upaya untuk meningkatkan
keprofesionalan guru untuk berfikir kreatif dan sistematis.
2. Fokus dari permasalahan PTK adalah masalah nyata yang terjadi dalam
pembelajaran di kelas secara nyata, bukan problem teoritis atau bersifat
bebas konteks.
3. PTK dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata, jelas dan tajam
mengenai hal-hal yang terjadi dalam kelas.
4. Adanya kolaborasi antara praktisi (guru, kepala sekolah dan siswa ) dan
peneliti dalam pemahaman kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan
keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tindakan (action).

B. Subjek Penelitian
Alasan penggunaan istilah subjek penelitian antara lain :
1. Kemampuan intelektual anak sama, artinya kemampuan berbagai aspek
kehidupannya tidak mempunyai perbedaan yang mencolok
2. Latar belakang sosial ekonomi orang tua rata-rata anak berasal dari
keluarga sedang-sedang saja.
3. Latar belakang akademisnya sama, artinya semua anak diambil dari
kelas yang sama.

18
19

Subjek dari penelitian ini adalah kelas D.IV di SLB N 1 Padang yang terdiri dari 3
(tiga) orang tunarungu.

C. Setting Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SLB N 1 Padang.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dimulai pada bulan Januari sampai Mei 2020 dari
tahap prasurvei

D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan siklus, dimana setiap siklus terdapat empat
tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Adapun alur
kerjanya dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Permasalahan : ATR Perencanaan : pemecahan masalah


belum bisa menghitung dengan ,menggunakan metode
penjumlahan bilangan pembelajaran quantum learning ketika
bulat dengan benar mengajarkan cara menghitung
penjumlahan bilangan bulat kepada
ATR
Observasi : kolaborasi kegiatan KBM
yang dilakukan peneliti, kemudian
melihat kerja dan respon anak setelah
diberikan pelajaran menghitung
penjumlahan bilangan bulat dengan Pelaksanaan : melakukan
menggunakan metode pembelajaran pembelajaran menggunakan
quantum learning metode pembelajaran
quantum learning

Analisis : peneliti bersama


kolaborator menganalisis hasil
observasi yang dilakukan kolaborator
tentang hasil pelajaran menghitung Refleksi : dari hasil analisis
penjumlahan bilangan bulat dengan kemudian direfleksikan,
menggunakan metode pembelajaran apakah hasil pembelajaran
quantum learning sudah berhasil atau belum ?
20

E. Variabel penelitian
1. Variabel Terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini masalah yang
terjadi adalah Kemampuan Menghitung Penjumlahan Bilangan Bulat siswa
tunarungu di SLB N 1 PADANG masih rendah. Materi operasi bilangan bulat
di kelas IV merupakan dasar dalam kemampuan berhitung, apabila
kemampuan menghitung pada operasi bilangan bulat di kelas IV tidak segera
diatasi, maka besar kemungkinan akan menganggu pembelajaran di tingkat
selanjutnya.
2. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahan atau yang menyebabkan timbulnya variabel terikat. Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Quantum Learning.
Model pembelajaran Quantum Learning merupakan seperangkat metode dan
falsafah belajar yang terbukti efektif di sekolah dan bisnis untuk semua tipe
orang dan segala usia. Dengan kata lain pengertian dari metode pembelajaran
Quantum Learning adalah sistem pengajaran yang menggairahkan dan
bertumpu pada prinsip-prinsip dan teknik-teknik pembelajaran di kelas untuk
mencetak peserta didik yang tak hanya memiliki keterampilan akademis
tetapi juga memiliki keterampilan hidup (life skill) yang penggunaannya tidak
dibatasi oleh dinding-dinding ruangan kelas melainkan oleh langit, udara,
laut, dan bumi.

F. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan bagian yang sangat penting dalam
penelitian dengan tujuan untuk memperoleh data yang akan diolah sebagai
hasil penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto (2005: 100) metode
pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data. Tanpa mengatahui teknik pengumpulan data, maka
21

penelitian tidak akan berhasil. Adapun teknik pengumpulan data yang


digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tes
Menurut Hamzah B. Uno (2007: 6) serangkaian tes umum yang digunakan
oleh guru untuk mengetahuiapakah tujuan pembelajaran khusus telah tercapai
atau belum dan apakah pengetahuan sikap dan ketrampilan telah benar-benar
dimiliki oleh peserta didik atau belum. Pada penelitian ini, tes digunakan
sebagai alat untuk mengukur hasil belajar siswa tunarungu kelasIV SLB N 1
Padang tentang penguasaan konsep dan materi bilangan bulat dengan
menggunakan model pembelajaran Quantum Learning.
2. Observasi
Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati
setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat
observasi tentang hal yang diamati atau diteliti. Observasi dilakukan dengan
memberikan tanda check (v) atau kata ya jika hal yang diamati muncul atau
mendiskripsikan hasil observasi menggunakan kata-kata.
3. Metode Wawancara
Wawancara merupakan teknik memperoleh data dengan menggunakan
dialog antara peneliti dengan siswa. Wawancara adalah teknik
mengumpulkan data dengan menggunakan bahasa lisan baik secara tatap
muka ataupun melalui saluran media tertentu. Metode wawancara dalam
penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data tentang penilaian siswa
terhadap pelaksanaan model pembelajaran Quantum Learning dalam
pembelajaran bilangan bulat serta penilaian observer terhadap peneliti dalam
pelaksanaan pembelajaran.
4. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi dilaksanakan dengan mengambil gambar yang
berupa foto aktivitas siswa dan guru ketika proses pembelajaran berlangsung.
Dokumentasi berupa foto digunakan sebagai data pelengkap dalam penelitian.
22

G. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang peneliti lakukan bersifat kualitatif yang
digambarkan dengan kata-kata atau kalimat-kalimat yang dipisahkan menurut
kategori untuk memperoleh kesimpulan. Menurut ( Nur:2003 ) menjelaskan
bahwa teknik analisis data terdiri dari tiga jalur kegiatan yang terjadi secara
bersamaan yaitu :
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemutusatan
perhatian pada penyederhana dan pengabstrakan dan transformasi dari
kasat yang muncul dari catatn tertulis di lapangan. Analisis ini
dilakukan dengan cara mengumpulkan data berulang-ulang, lalu
dianalisis. Semua data yang telah disimpulkan tersebut tetap
menggambarkan proses pelaksanaan pembelajaran menggunakan
metode quantum learning dan peningkatan kemampuan menghitung
penjumlahan bilangan bulat yang telah dicapai anak.
2. Penyajian Data
Penyajian data lebih sederhana dalam bentuk paparan narati
yang menggambarkan pendekatan belajar menggunakan metode
quantum learning dalam mengenalkan konsep menghitung
penjumlahan bilangan bulat.
3. Penarikan Kesimpulan
Mengambil intisari sajian data penelitian metode quantum
learning yang telah dipaparkan sebelumnya dalam bentuk kalimat
yang lebih singkat akan tetapi mengandung pengertian yang luas.

H. Teknik keabsahan data


Untuk mendapatkan suatu keabsahan data kita perlu melakukan
langkah-langkah kegiatan. Menurut (Lexy : 2004) untuk mencari keabsahan
data dalam penelitian beberapa langkah kegiatan antara lain :
1. Memperpanjang Keikutsertaan
Kegiatan ini dilakukan supaya segala sesuatu yang sedang diamati
di lapangan benar-benar dapat dipertanggung jawabkan.
23

2. Analisis Kasus Negatif


Kegiatan ini dilakukan dengan jalan mengumpulkan kasus-kasus
yang tida sesuai dengan pola inormasi yang telah digunakan sebagai bahan
pembandingan.
3. Mengadakan Diskusi Dengan Orang Lain
Kegiatan ini dilakukan agar data yang diperoleh lebih akurat dan
tingkat kepercayaan lebih tinggi.
4. Mengadakan Trianggolasi
Hal ini dilakukan untuk mengecek kembali data-data yang sudah
diperoleh dengan cara membandigkan data yang diperoleh dari berbagi
teknik pengumpulan data yang diambil.
5. Mengadakan Audit Dengan Disen Pembimbing
Hal ini dilakukan untuk memeriksa kelengkapan data dan ketelitian
laporan yang diberikan agar timbul keyakinan bahwa segala sesuatu yang
akan dilaporkan adalah tepat dan mencapai kebenaran yang diharapkan.
24

DAFTAR RUJUKAN

Anurrahman.2010. Belajar Dan Pembelajaran. Cetakan Ke-4. Bandung


Alfabetis
Antonius Cahaya Prihandoko.2006. Memahami Konsep Matematika
Secara Benar Dan Menyajikan Dengan Menarik.Jakarta:Depdiknas
Akunto Suharsimi.2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Bumi Aksara.
Depdikbud (2004). Buku Pembuatan Dan Penggunaan Alat Peraga
Matematika Alternatif Untuk SD/MI. Jawa Timur:Depdikbud
DePorter, Bobbi & Hernacki, Mike. 2006. Quantum Learning:
Membiaasakan Belajar Nyaman & MEnyenangkan. Bandung:
PT.Mizah Pustaka
Heruman.2007.Model Pembelajaran Matematika di SD. Bandung:Remaja
Rusdakarya
Hamzah B. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar
Mengajar Yang Kreatif Dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksar
Jurnal Sujatmika.2018. Effect Of Quantum Learning Model In Improving
Creativity And Memory.
Lexy J Malelong.2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:Remaja
Rosdakarya.
Sagala, Syaiful.2010. Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan.
Bandung : Alfabetis
Suptratiningsih (2005). Dasar-Dasar Matematika Dalam Pembelajaran Di
SD. Jakarta : Rajawali Pres

Anda mungkin juga menyukai