Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil
 Uji Kuantitatif
No. Interval Waktu Absorbansi Pengenceran Konsentrasi Volume

1. 16.00 – 18.00 0,883 100x 1776 ppm 131 ml


2. 18.00 – 20.00 0,447 1000x 8030 ppm 62 ml
3. 20.00 – 22.00 0,219 100x 293 ppm 143 ml
4. 22.00 – 05.00 0,231 1000x 3230 ppm 125 ml

Interval Du~ - Du
Du(mg) Du Kumulatif Ln (Du~ - Du kumulatif)
Waktu kumulatif
16.00 – 18.00 232,656 232,656 943,509 6,85
18.00 – 20.00 497,86 730,516 445,649 6,09
20.00 – 22.00 41,899 772,415 403,75 6
22.00 – 05.00 403,75 1176,165 0 ~

Kurva Eliminasi
6.9
6.8
Ln (Du~ - Du kumulatif)

6.7
6.6
6.5
6.4
6.3 Series1
6.2
6.1
6
5.9
0 5 10 15 20 25
Waktu

Waktu Cp [𝑨𝑼𝑪]𝒕𝒏
𝒕𝒏−𝟏 [𝑨𝑼𝑪]𝒕𝟎 k[𝑨𝑼𝑪]𝒕𝟎 Cp+k[𝑨𝑼𝑪]𝒕𝟎 𝑨𝒃 1-
𝑨𝒃

jam ke 𝑨𝒃~
𝑨𝒃~
2 1776 1776 1776 377,4 2153,4 5,706 -4,706
ppm
4 8030 9806 11582 2461,175 10491,175 4,263 -3,263
ppm
6 293 8323 19905 4229,813 4522,813 1,069 -0,069
ppm
13 3230 12330,5 32235,5 6850,044 10080,044 1,472 -0,472
ppm

K = 0,2125

Kurva Absorpsi
0
-0.5 0 2 4 6 8
-1
-1.5
1 - 𝑨𝒃/〖𝑨𝒃〗^~

-2
-2.5
Series1
-3
-3.5
-4
-4.5
-5
Waktu

y= 1,1593x – 7,3163

slope = 1,1593

ka = 1,1593 x 2,3 = 2,67

Parameter Hasil
K eliminasi 0,2125/jam
T1/2 T1/2 = 0,693/k = 3,26 jam
K absorpsi 2,67
Tmaks ln 𝑘𝑎/𝑘𝑒
= 1,03
𝑘𝑎−𝑘𝑒

%absorpsi
A el mg
dAek/dt

 Uji Kualitatif
Uji Hasil Kelompok A Hasil Kelompok B
Uji Naftoresorsinol + —
Uji Barium Klorida + —
Uji Besi (III) Klorida — —

4.2.Pembahasan

Pada praktikum kali ini, dilakukan identifikasi kuantitatif dan kualitatif


suatu senyawa obat yang telah dimetabolisme oleh tubuh yang diekskresikan lewat
urin untuk mengetahui apakah parasetamol masih tersisa di dalam urin setelah
rentang waktu tertentu. Obat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
parasetamol. Telah diketahui bahwa Parasetamol adalah drivat p-aminofenol yang
mempunyai sifat antipiretik / analgesik. Paracetamol aman dalam dosis standar,
tetapi karena mudah didapati, overdosis obat baik sengaja atau tidak sengaja sering
terjadi. Parasetamol dapat diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna.
Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan massa paruh
plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar keseluruh cairan tubuh. Dalam plasma 25%
parasetamol sehingga identifikasinya pun akan lebih mudah, Kedua obat ini
dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati. Sebagian asetaminofen (80%)
dikonjugasikan dengan asam glukoronat dan sebagian kecil lainnya dengan dengan
asam sulfat. Selain itu kedua obat ini dapat mengalami hidroksilasi. Metabolit hasil
hidroksilasi ini dapat menimbulkan methemoglobinemia dan hemolisis eritrosit.
Kedua obat ini diekskresi melalui ginjal, sebagian kecil sebagai parasetamol (3%)
dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi. Parasetamol berikatan dengan sulfat
dan glukuronida terjadi di hati. Metabolisme utamanya meliputi senyawa sulfat
yang tidak aktif dan konjugat glukoronida yang dikeluarkan lewat ginjal.
Hal pertama yang dilakukan sebelum melakukan percobaan baik secara
kualitatif maupun kuantitatif adalah menimbang volume total sampel urin dan
mengambil sampel urin dari salah satu praktikkan di kelompok kami. Sampel urin
yang diambil berjumlah 6 tabung dan masing-masing tabung berbeda waktu
pengambilan. Tabung 1 berisi urin sebelum praktikkan tersebut mengkonsumsi
parasetamol dan diambil pada pukul 18.00 WIB sebanyak 198 ml. Tabung 2 berisi
urin praktikkan tersebut setelah mengkonsumsi parasetamol dan diambil pada pukul
20.00 WIB sebanyak 160 ml. Tabung 3 berisi urin dan diambil pada pukul 22.00
WIB sebanyak 332 ml. Tabung terakhir yaitu nomor 4 berisi urin yang diambil pada
pukul 24.00 WIB sebanyak 324 ml. Tabung 5 berisi urin dan diambil pada pukul
05.00 WIB sebanyak 529 ml. Tabung 6 berisi urin dan diambil pada pukul 09.00
WIB sebanyak 249 ml. Tabung 1 dijadikan blanko.

Pengujian kadar parasetamol dilakukan secara kuantitatif dengan


menghitung absorbansi urin dengan spektrofotometer UV-Vis tanpa penambahan
zat lain sebelumnya. Urin tanpa parasetamol merupakan blanko pada saat
pengukuran absorbansi, kemudian diukur absorbansi urin tabung ke 2, 3 dan 4,5,6.
Kemudian dari data absorbansi yang didapat selanjutnya dilakukan perhitungan
parameter farmakokinetik. Untuk pengujian kadar parasetamol secara kuantitatif
dilakukan dengan menghitung secara langsung absorbansi urin dengan
spektrofotometer UV-Vis tanpa penambahan zat apapaun sebelumnya. Urin tanpa
parasetamol dijadikan blanko pada saat pengukuran absorbansi, kemudian diukur
absorbansi urin tabung ke 2, 3 dan 4,5,6. Kemudian dari data absorbansi yang
didapat selanjutnya dilakukan perhitungan parameter farmakokinetik.

Kemudian selanjutnya dilakukan perhitungan pada kurva eliminasi dengan


metode sigma minus, yang mana mencari persamaan antara waktu vs Ln(D-
Dkum). Didapatkan persamaan y = -0.262x + 8.512. Dari persamaan tersebut
didapatkan nilai K eliminasi adalah 0.262 dan t ½ eliminasi adalah 2,645 jam.
Parasetamol diketahui memiliki waktu paruh 1,5-3 jam (POM RI, 2015). Dan hasil
tersebut sesuai dengan hasil yang kami peroleh yaitu 2,645 jam. Kemudian dicari
persamaan untuk kurva absorbsi dari data dikarenakan praktikan yang diambil
sampel urinnya mengkonsumsi obat dengan rute oral sehingga dibutuhkan K
absorbsi. Kurva absorbsi didapatkan dengan metode wagner nelson dimana mencari
𝑨𝒃
kurva dengan menggunakan 1- 𝑨𝒃~ vs waktu. Didapatkan persamaan y = -0.0918x

+ 0.5414. Maka K absorbsinya adalah 0.2114 /jam karena dalam metode ini K
adalah 2.3 kali dari slope. Dan t ½ absorbsinya adalah 3,2821 jam, ketika sudah
didapatkan Keliminasi dan K absorbsi maka didapatkan T maks yaitu 4,2434 jam.

Dalam farmakokinetik, urin dapat digunakan sebagai salah satu objek


pemeriksaan selain plasma darah, untuk penentuan beberapa parameter
farmakokinetik. Parameter farmakokinetik data eksresi obat lewat urin dapat
digunakan untuk memperkirakan bioavailabilitas yang sahih, maka sari itu obat
harus dieksresi dengan jumlah yang bermakna di dalam urine dan cuplikan urine
harus dikumpulkan secara lengkap. Jumlah kumulatif obat yang dieksresi dalam
urin secara langsung berhubungan dengan jumlah total obat yang terabsorbsi.
Sampel urin umumnya digunakan jika kadar obat dalam darah terlalu kecil untuk
dapat dideteksi. Selain itu sampel urin juga digunakan apabila eliminasi obat dalam
bentuk utuh melalui ginjal cukup besar yaitu lebih dari 40%. Salah satu keuntungan
sampel urin jika digunakan dalam analisis adalah mudah dilakukan karena
pengambilan sampelnya lebih mudah daripada pengambilan sampel darah. Tetapi
pada praktikum ini sampel urin langsung dianalisa dan tidak dilakukan ekstraksi
dengan pelarut organik, sehingga hasil kurva yang didapatkan tidak terlalu baik.

Faktor-faktor tertentu dapat mempersulit untuk mendapatkan data eksresi


urin yang sahih. Beberapa faktor tersebut antara lain : Suatu fraksi yang bermakna
dari obat tidak berubah harus dieksresi dalam urin, teknik penetapan kadar harus
spesifik untuk obat tidak berubah, dan harus tidak dipengaruhi oleh metabolit-
metabolit obat obat yang mempunyai struktur kimia serupa diperlukan pengambilan
cuplikan yang sering untuk mendapatkan gambaran kurva yang baik. Cuplikan data
urin hendaknya dikumpulkan secara berkala sampai hampir semua obat dieksresi.
Suatu grafik dari kumulatif obat yang dieksresi vs waktu akan menghasilkan kurva
yang mendekati asimtot pada “waktu tak terhingga”. (Shargel, 2005)

(masukin hasil analisis kuanlitatif nya ya shel disini)


……
Daftar Pustaka :

- Shargel, Leon.2005. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan, Ed.II.


Surabaya: Air Langga University Press.
- Naid, T., Kasim, S., Pakaya, M.. 2011. Penetapan Kadar Parasetamol Dalam
Tablet Kombinasi Parasetamol Dengan Kofein Secara
SpektrofotometriUltraviolet-Sinar Tampak Majalah Farmasi dan
Farmakologi Vol. 15, No.2, Hal. 77 – 82.
- Rustiani, E., Rokhmah, NN., Fatmi, M., 2011, Penuntun Praktikum
Farmakokinetik. Bogor: Universitas Pakuan.

Anda mungkin juga menyukai