Anda di halaman 1dari 7

Warta Kebun Raya 13(1), Mei 2015

TUMBUHAN AIR BERPOTENSI OBAT


KOLEKSI KEBUN RAYA BOGOR

Mahat Magandhi
Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya - LIPI
email: mgandhi38@gmail.com
Foto: Wisnu H.A.

Bunga Seroja (Nelumbo nucifera Gaertn.)


ABSTRACT

Bogor Botanic Gardens, ex situ conservation institute, has 154 number of 52 species aquatic plants. Some
of them known as materials of medicinal herb like jeruju (Acanthus ilicifolius Linn.), daruju (Acanthus
montanus T. Anderson), lotus (Nelumbo nucifera Gaertn.), teratai (Nymphaea lotus L.) and jaringau
(Acorus calamus L.). These plants contain bioactive compounds such as alkaloids, steroids, flavonoids,
terpenoids and saponins. Pharmacological activities of these plants are including antioxidant,
anticarcinogenic, anti-osteoporotic, hepatoprotective, immunomodulatory, anti-inflammatory,
anticancer, antiviral, antibacterial, antipyretic, anti-obesity, anti-diabetic, analgesic, and diuretic. Parts
of these plants are used as medicine such as roots, stems, leaves, flowers, fruits and seeds.

PENDAHULUAN Cyperus papirus yang digunakan untuk bahan


kertas di Cina, bahkan saat ini tengah
Tumbuhan air berperan besar bagi kelangsungan dikembangkan sumber energi alternatif
hidup manusia. Keberadaannya telah menjadi (biofuel) menggunakan Lemna spp., Hydrilla
bagian penting di dalam kehidupan manusia. spp., Alternanthera spp. dan beberapa alga
Mulai dari sumber pangan, pakan dan obat- (Wersal dan Madsen, 2012). Namun demikian,
obatan. Sebagai contoh padi (Oryza sativa) yang beberapa jenis tumbuhan air juga menjadi
menjadi makanan pokok bagi sebagian besar masalah yang penting bagi manusia, terutama
orang Asia, genjer (Limnocharis flava) dan jenis-jenis yang bersifat invasif dan menjadi
kangkung rawa (Ipomoe aquatica) yang gulma bagi areal pertanian dan perikanan,
merupakan sayuran populer di Indonesia, contohnya eceng gondok (Eichhornia crassipes).

30
Warta Kebun Raya 13(1), Mei 2015

Tumbuhan air dapat didefinisikan sebagai kandungan kimia yang ada di dalam jeruju.
tumbuhan yang hidup di atau dekat air; hidup Penelitian menunjukkan bahwa jeruju kaya akan
bergantung pada lingkungan berair; atau steroid, triterpenoid, saponin, flavonoid,
sebagian besar siklus hidup berada di lingkungan alkaloid, dan tannin (Singh dan Aeri, 2013).
berair. Menurut Giesen (1991), setidaknya Penelitian secara laboratorium pada ekstrak
sekitar 623 jenis dari 105 famili tumbuhan air tumbuhan ini menunjukkan signifikan aktifitas
yang ada di Indonesia, termasuk jenis farmakologis seperti antioksidan,
introduksi, dan 39 diantaranya merupakan antikarsinogenik, antiosteoporotik dan
endemik. Kebun Raya Bogor sebagai lembaga hepatoprotektif (Singh et al., 2009), serta
konservasi ex situ tumbuhan tropika memiliki antiinflamasi (anti radang) (Kumar et al., 2008).
154 nomor koleksi dari sejumlah 52 jenis Hasil penelitian lainnya juga menunjukkan
tumbuhan air. Beberapa diantaranya telah jeruju mampu membatasi secara efektif
diketahui memiliki potensi untuk dikembangkan pertumbuhan sel degeneratif kanker hati
menjadi bahan obat-obatan seperti jeruju, (www.phys.org/news119699929.html).
daruju, seroja, teratai dan jaringau.
Secara tradisional jeruju digunakan untuk
JERUJU (Acanthus ilicifolius Linn.) mengobati gangguan pencernaan, kelumpuhan,
asma, sakit kepala, rematik, dan penyakit kulit.
Tumbuhan herba rendah ini termasuk dalam Semua bagian tumbuhan jeruju dapat digunakan
kelompok mangrove yang banyak tersebar di sebagai obat, mulai dari akar, batang hingga
pantai-pantai kawasan Asia dan Afrika tropis, buah dan biji. Buah ditumbuk dan digunakan
hingga ke Australia bagian utara. Di Indonesia, untuk “pembersih” darah serta mengatasi kulit
jeruju dapat ditemukan di Sumatra, Jawa dan terbakar. Daun untuk mengobati reumatik.
Madura. Tumbuhan yang termasuk keluarga Perasan buah atau akar kadang-kadang
Acanthaceae ini tumbuh terutama di hutan digunakan untuk mengatasi racun gigitan ular
bakau yang airnya payau hingga pada ketinggian atau terkena panah beracun. Biji dipercaya
500mdpl. (Hidayat et al., 2004). Beberapa dapat mengatasi serangan cacing dalam
penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pencernaan. Pohon juga dapat digunakan
sebagai makanan ternak (www.wetlands.or.id).

DARUJU (Acanthus montanus T. Anderson)

Daruju merupakan tumbuhan terna semi akuatik


yang termasuk dalam keluarga Acanthaceae
dengan tinggi hingga mencapai 2 m, berbatang
basah tegak dan kulit batang licin. Daunnya
berhadapan dengan tangkai pendek, berbentuk
panah, bagian ujung runcing dan tepinya
bercuping dalam dengan duri tebal, kaku dan
tajam. Daruju tumbuh di tanah-tanah berawa,
tepian sungai, hutan bakau atau danau pada
ketinggian 500 m dpl. (Hidayat et al., 2004).
Daruju berasal dari Afrika Barat dan menyebar
luas hingga ke Asia.
Gambar 1. Jeruju (Acanthus ilicifolius Linn.), lokasi
vak II.Q.D Kebun Raya Bogor

31
Warta Kebun Raya 13(1), Mei 2015

Seroja atau nama ilmiah Nelumbo nucifera


termasuk dalam family Nelumbonaceae, ordo
Proteales, sedangkan teratai atau nama ilmiah
Nymphaea lotus termasuk dalam family
Nymphaeaceae, ordo Nymphaeales.

Seroja berasal dari daratan Asia kemudian


menyebar hampir ke seluruh daerah tropika dan
sub tropika. Umumnya tumbuh di tanah
berlumpur dan tergenang air seperti rawa dan
kolam. Tumbuhan ini berbunga sepanjang tahun
dengan membutuhkan sinar matahari penuh
Gambar 2. Daruju (Acanthus montanus T. Anderson), untuk pertumbuhan optimalnya. Seroja dapat
lokasi vak II.Q Kebun Raya Bogor
diperbanyak melalui akar rimpang atau biji
(Hidayat et al., 2004).
Di daerah asalnya daruju banyak dimanfaatkan
sebagai obat tradisional. Diantaranya di Nigeria,
masyarakat mengkonsumsi batang muda dengan
penambahan garam untuk mengobati penyakit
liver dan meminum rebusan daun untuk
mengobati hipertensi (www.globinmed.com).
Masyarakat Kamerun menggunakan rebusan
daun untuk mengobati sakit limpa, dan gerusan
daunnya digunakan sebagai obat luar untuk
bisul, luka dan luka bakar (Ndah et al., 2012).

Hasil penelitian pendahuluan fitokimia pada


daruju menunjukkan adanya alkaloid, tannin, Gambar 3. Seroja (Nelumbo nucifera Gaertn.), lokasi
glikosida, karbohidrat, flavonoid dan steroid. kolam gunting Kebun Raya Bogor
Beberapa penelitian menunjukkan adanya
Di Indonesia, masyarakat lebih banyak
aktifitas farmakologis yang beragam pada
mengenal seroja sebagai tanaman rawa atau
daruju, diantaranya antimikroba, antiinflamasi,
dimanfaatkan sebagai tanaman hias kolam
analgesik, antipiretik dan relaksasi,
maupun pot karena keindahan bunganya.
hepatoprotektif, serta antidiabetes (Asongalem
Namun di Cina, India dan beberapa negara Asia
et al., 2004; Okoli et al., 2008, Udoh dan
lainnya seperti Thailand, Jepang dan Korea
Ezugwu, 2013).
sudah sejak lama memanfaatkan seroja sebagai
sumber pangan dan obat tradisional.
SEROJA (Nelumbo nucifera Gaertn.)
Rimpangnya enak dimakan, sebagai sayur
ataupun masakan lainnya (mengandung pati).
Seroja atau juga dikenal dengan nama Padma,
Biji nya yang muda dapat dimakan segar seperti
Lotus Cina, Lotus India, merupakan suatu jenis
kacang atau diolah menjadi tepung untuk bahan
tumbuhan air tahunan yang indah. Seroja
makanan. Daun yang muda dapat diolah
terkadang juga disebut teratai karena kemiripan
menjadi sayur. Buah yang muda (kering maupun
mahkota bunganya dengan teratai pada
basah) dapat digunakan sebagai bahan sup.
umumnya, padahal keduanya berkerabat jauh.

32
Warta Kebun Raya 13(1), Mei 2015

Dalam pengobatan tradisional, seluruh bagian


seroja dapat digunakan mulai dari akar hingga
bunga dan biji baik penggunaan tunggal maupun
dikombinasikan dengan bahan obat tradisional
yang lain. Beberapa penyakit yang dapat diobati
menggunakan seroja diantaranya biji untuk
mengobati gangguan penyerapan makanan,
diare, radang usus kronis, hepatitis, muntah-
muntah, kanker, lesu, insomnia, sakit buang air
kecil, keputihan dan pendarahan pada wanita.
Gambar 4. Teratai (Nymphaea lotus L.), lokasi vak
Tunas biji teratai dapat digunakan untuk II.Q.B Kebun Raya Bogor
mengobati demam, jantung berdebar,
hipertensi, ejakulasi dini, insomnia, muntah daerah tropika dan sub tropika. Tumbuhan herba
darah, mata merah dan bengkak. Akar rimpang menahun ini memiliki akar rimpang yang
digunakan untuk mengobati demam, hipertensi, menjalar dan terendam di bawah permukaan air,
sakit jantung, gangguan lambung, anemia, sedangkan daunnya mengapung di permukaan
batuk darah, muntah darah, mimisan, kencing air, dan bunganya menyembul di atas permukaan
darah, gangguan menopause, neurosis dan air. Bunganya yang putih dan indah menjadikan
wasir. Daun dan batangnya digunakan untuk teratai ini cocok juga ditanam sebagai tanaman
mengobati vertigo, diare, beri-beri, pendarahan hias kolam.
seperti mimisan dan muntah darah, pendarahan
dan keputihan pada wanita dan sesak dada. Dan Dalam pengobatan tradisional, batang bawah
bunga dapat digunakan untuk mengobati luka, teratai digunakan untuk mengobati dispepsia
pendarahan, dan radang kulit bernanah (nyeri perut bagian atas), enteritis (radang usus
(www.khasiat-tumbuhan.blogspot.com). halus), diare, disentri, demam, wasir, masalah
kencing, dipsia (sering haus), dan insomnia.
Adapun secara farmakologis, beberapa Bunga mengandung astrigent yang baik untuk
penelitian menunjukkan bahwa seroja memiliki peremajaan kulit, dan kardiotonik yang baik
aktivitas farmakologis yang beragam seperti untuk mengobati palpitasi (denyut jantung tidak
diantaranya yang penting yaitu antioksidan, teratur). Buah yang dijus bersama jewawut
hepatoprotektif, antiinflamasi, antifertilitas, (Setarica italica) dan garam digunakan untuk
antivirus, antipiretik (penurun demam), sistem mengobati racun (bisa) gigitan ular. Biji nya
kekebalan, antibakteri, sistem peredaran sedikit manis, mendinginkan, dan untuk
darah, antiobesitas, antikanker, antidiabetes mengobati sembelit, sakit perut dan
dan antiproliferatif (Mehta et al., 2013; Park et memulihkan tenaga. Daun teratai biasanya
al., 2009). Beberapa kandungan fitokimia pada digunakan untuk perawatan kulit dan mata,
seroja diantaranya norsesquiterpenes, serta mencegah infeksi subkutan (lapisan bawah
flavonoid, triterpenes dan alkaloid (Kim et al., kulit) (www.prcupcc.com/herbs/herbse/-
2009). egyptianlotus.html; www.motherherbs.com/-
nymphaea-lotus.html).
TERATAI (Nymphaea lotus L.)
Hasil analisis fitokimia dari ekstrak daun teratai
Teratai tumbuh di tempat yang tergenang air menunjukkan adanya kehadiran bahan bioaktif
seperti rawa, danau, selokan dan kolam. Teratai seperti tanin, flavonoid, alkaloid,
berasal dari Mesir, Afrika Tengah dan Afrika anthraquinones, saponin, kardiak glikosida dan
Barat kemudian menyebar ke hampir seluruh

33
Warta Kebun Raya 13(1), Mei 2015

fenolik. Efek farmakologis yang terdapat pada


teratai diantaranya yaitu antibakteri,
antimikroba dan hepatoprotektif (Hossain et
al., 2014; Akinjogunla et al., 2010; Hassan et
al., 2009; Yisa, 2009), serta antioksidan
(Afolayan et al., 2013).

Selain sebagai sumber bahan obat tradisional,


teratai juga dikenal sebagai tanaman sakral oleh
sebagian umat. Dalam prosesi ritual agama Gambar 5. Jaringau (Acorus calamus L.), lokasi vak

Hindu, khususnya di Bali, teratai dipandang II.Q.D Kebun Raya Bogor

memiliki makna yang dalam. Teratai dilukiskan


sebagai padma astadala, yang merupakan Sreejaya dan Santhy, 2013). Di Cina, akar
simbol alam semesta Istana Hyang Widhi Wasa. rimpang jaringau digunakan untuk mengatasi
Teratai lebih dikenal dengan nama bunga radang selaput lambung, kolik (sakit perut), dan
tunjung oleh umat Hindu di Bali. Selain itu meningkatkan selera makan. Di Afrika Selatan,
Teratai juga dilambangkan sebagai Dewa Tri jaringau digunakan untuk mengatasi perut
Murti (Budiwati dan Kriswiyanti, 2014). kembung dan diare, sebagai tonik dan bubuk
gigi, serta meningkatkan libido. Di Rusia, akar
JARINGAU (Acorus calamus L.) rimpang jaringau digunakan untuk
menyembuhkan demam tifus, kolera, sifilis,
Jaringau atau daringo merupakan tumbuhan dan kebotakan. Di Indonesia, jaringau
terna mirip rumput yang tumbuh di tanah basah digunakan sebagai pembersih darah wanita
dan rawa dengan daun dan rimpang yang pasca melahirkan dan meningkatkan ASI, serta
beraroma kuat. Tumbuhan yang termasuk ke mengatasi diare dan membersihkan tubuh dari
dalam famili Acoraceae ini diperkirakan berasal kuman (Motley, 1994). Selain digunakan sebagai
dari anak benua India dan menyebar ke berbagai obat, akar rimpang jaringau dapat diaplikasikan
penjuru dunia melalui perdagangan rempah- sebagai bio pestisida (pestisida organik) pada
rempah, dan di Indonesia didapati tumbuh liar di takaran tertentu karena mengandung
hutan-hutan berawa (Pakasi dan Salaki, 2013; komponen utama minyak esensial yaitu β-
www.proseanet.org). asarone yang dapat menghambat pertumbuhan
fungi, bakteri dan nematoda, serta mematikan
Jaringau sudah sejak lama dikenal di Asia, Afrika beberapa hama serangga (Liu et al., 2013;
hingga Eropa karena kegunaan dan manfaatnya Mungkornasawakul et al., 2012).
sebagai obat tradisional maupun ritual
keagamaan. Di India, jaringau merupakan salah Selain β-asarone, kandungan fitokimia lainnya
satu tanaman yang terpopuler yang masuk yang terdapat pada jaringau diantaranya
dalam daftar pengobatan tradisional India choline, flavone, acoradin, galangin,
(Ayurveda). Beberapa penyakit yang diobati acolamone, isocolamone dan lutcolin-6,8-c-
diantaranya insomnia, neurosis, demam, keram diglucoside. Beberapa aktifitas farmakologis
perut dan kolat. Rimpang jaringau digunakan yang terdapat pada jaringau diantaranya
untuk mengobati sakit dan ngilu gigi, asma, analgesik, antiinflamasi, anticonvulsant,
bronchitis dan sebagai penenang. Selain itu immunosuppressive, antidiarrhoeal,
jaringau dipercaya dapat meningkatkan daya antiproliferatif, antidiabetes, hypolipidemic,
ingat dan kecerdasan (Divya et al., 2011; nephroprotective, antioksidan,

34
Warta Kebun Raya 13(1), Mei 2015

hepatoprotektif, antispasmodic, antimikroba, Hassan, A., S. Rahman, F. Deeba and S. Mahmud.


antibakteri dan antifungi, antikanker, 2009. Antimicrobial activity of some plant
antitumor, neurotoxicity, carminative, extracts having hepatoprotective effects.
anthelmintic, dan antimutagenic/antiradiasi J. Med. Plant. Res. 3(1): 020-023.
(Singh et al., 2011; Balakumbahan et al., 2010). Hidayat, S., Yuzammi, S. Hartini, I.P. Astuti.
2004. Seri Koleksi Tanaman Air Kebun Raya
DAFTAR PUSTAKA Bogor. Vol. I No 5. Pusat Konservasi
Tumbuhan Kebun Raya Bogor – LIPI. Bogor
Afolayan, A.J., O.J. Sharaibi and M.I. Kazeem. Hossain, M.A., J.Y. Park, J.Y. Kim, J.W. Suh and
2013. Phytochemical analysis and in vitro S.C. Park. 2014. Synergistic effect and
antioxidant activity of Nymphaea lotus L. antiquorum sensing activity of Nymphaea
Int. J. Pharmacol. 9(5):297-304. tetragona (water lily) extract. BioMed
Akinjogunla, O.J., C.S. Yah, N.O. Eghafona and Research International , 2014:1-10.
F.O. Ogbemudia. 2010. Antibacterial Kim, K.H, S.W. Chang, S.Y. Ryu, S.U. Choi and
activity of leave extracts of Nymphaea K.R. Lee. 2009. Phyochemical constituents
lotus (Nymphaeaceae) on Methicillin of Nelumbo nucifera. Natural Product
resistant Staphylococcus aureus (MRSA) Sciences 15(2): 90-95.
and Vancomycin resistant Staphylococcus Kumar, M.S.K.T., Gorain B., Roy D.K., Samanta
aureus (VRSA) isolated from clinical S.K., Pal M., Biswas P., Roy A., Adhikari D.,
samples. Annals of Biological Research 1 Karmakar. 2008. Anti-inflammatory
(2) :174-184. activity of Acanthus ilicifolius. J
Asongalem, E.A., H.S. Foyet, S. Ekobo, T. Dimo Ethnopharmacol 120:7-12.
and P. Kamtchouing. 2004. Liu, X.C., L.G. Zhou, Z.L. Liu and S.S. Du. 2013.
Antiinflammatory, lack of central analgesia Identification of insecticidal constituents
and antipyretic properties of Acanthus of the essential oil of Acorus calamus
montanus ( N e s s ) T. A n d e r s o n . J rhizomes against Liposcelis bostrychophila
Ethnopharmacol 95(1):63-68. Badonnel. Molecules 18: 5684-5696.
Balakumbahan, R., K. Rajamani and K. Mehta, N.R., E.P.P.P.V. Patani and B. Shah. 2013.
Kumanan. 2010. Acorus calamus: An Nelumbo Nucifera (Lotus): A Review on
overview. J. Med. Plant. Res. 4(25):2740- ethanobotany, phytochemistry and
2745. pharmacology. Indian J.Pharm.Biol.Res.
Budiwati, G.A.N dan E. Kriswiyanti. 2014. 1(4):152-167.
Manfaat tanaman teratai (Nymphaea sp., Motley, T.J. 1994. The ethnobotany of sweet
Nymphaeaceae) di Desa Adat Sumampan, flag, Acorus calamus (Araceae). Economic
Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Botany 48(4):397-412.
Bali. Jurnal Simbiosis II(1):122-134. Mungkornasawakul, P., D. Supyen, C. Jatisatienr
Divya, G., S. Gajalakshmi, S. Mythili and A. and A. Jatisatienr. 2012. Proc. Int. Conf. on
Sathiavelu. 2011. Pharmacological MAP Eds. J. Bernáth et al. p 341-345.
Activities of Acorus calamus: A Review. Ndah, N.J., A.E. Egbe, E. Bechem, S. Asaha, T.
Asian Journal of Biochemical and Yengo, E.L. Chia and N.M. Eyenieh. 2012.
Pharmaceutical Research 4(1):57-64. Ethnobotanical study of commonly used
Giesen, W. 1991. Checklist of Indonesian medicinal plants of the Takamanda
Freshwater Aquatic Herbs. Asian Wetland Rainforest South West, Cameroon. Afr. J.
Bureau-Indonesia. Plant Sci. 7(1): 21-34.

35
Warta Kebun Raya 13(1), Mei 2015

Noiarsa, P., S. Ruchirawat and T. Kanchanapoom. Sreejaya, S.B. and K.S. Santhy. 2013. Cytotoxic
2010. Acanmontanoside, a New properties of Acorus calamus in MCF -7
Phenylethanoid Diglycoside from Acanthus b r e a s t c a n c e r c e l l s .
montanus. Molecules 15: 8967-8972. Int.J.Curr.Res.Aca.Rev. 1(1):106-111.
Okoli, C.O., P.A. Akah, N.J. Onuoha, T.C. Okeye, Udoh, U.E., C.O. Ezugwu. 2013.
A.C. Nwoye and C.S. Nworu. 2008. Chromatographic and anti-diabetic studies
Acanthus montanus: An experimental on root extract of Acanthus montanus
evaluation of the antimicrobial, anti- (Acanthaceae). International Journal of
inflammatory and immunological Current Research 5(12): 3719-3722.
properties of a traditional remedy for Wersal, R.M. and J.D. Madsen. 2012. Aquatic
furuncles. BMC Complementary and Plants: Their Uses and Risks, A review of the
Alternative Medicine 8:27. global status of aquatic plants.
Pakasi, S.E. dan C.L. Salaki. 2013. Budidaya yang International Plant Protection Convention,
baik tanaman karumenga (Acorus FAO, Rome.
calamus). Fakultas Pertanian Universitas Yisa, J. 2009. Phytochemical analysis and
Sam Ratulangi. Manado. antimicrobial activity Of Scoparia dulcis
Park, Y.S., K. Towantakavanit, T. Kowalska, S.T and Nymphaea lotus. Australian Journal of
Jung, K.S. Ham, B.G. Heo, J.Y. Cho, J.G. Basic & Applied Sciences 3(4): p3975.
Yun, H.J. Kim and S. Gorinstein. 2009. www.globinmed.com. Diakses tanggal 22
Bioactive compounds and antioxidant and September 2014.
antiproliferative activities of Korean White www.khasiat-tumbuhan.blogspot.com. Diakses
Lotus cultivars. J Med Food 12 tanggal 22 September 2014.
(5):1057–1064. www.motherherbs.com/nymphaea-lotus.html.
Singh, A., S. Duggal and A. Suttee. 2009. Diakses tanggal 22 September 2014.
Acanthus ilicifolius Linn. - Lesser Known www.phys.org/news119699929.html. Diakses
Medicinal Plants with Significant tanggal 22 September 2014.
Pharmacological Activities. Ethnobotanical www.prcupcc.com/herbs/herbse/egyptianlotu
Leaflets 13: 431-36. s.html. Diakses tanggal 22 September
Singh, D. and V. Aeri. 2013. Phytochemical and 2014.
pharmacological potential of Acanthus www.proseanet.org. Diakses tanggal 22
ilicifolius. J Pharm Bioallied Sci. 5(1): September 2014.
17–20. www.wetlands.or.id. Diakses tanggal 22
Singh, R., P.K. Sharma and R. Malviya. 2011. September 2014.
Pharmacological properties and ayurvedic
value of Indian buch plant (Acorus
calamus): A short review. Advan. Biol. Res.
5 (3): 145-154

36

Anda mungkin juga menyukai