Anda di halaman 1dari 23

Universitas Kristen Krida Wacana

Fakultas Kedokteran

Laporan Kunjungan Rumah Pasien di Puskesmas Kelurahan Grogol 3

Oleh:

Herlin Indah Bangalino

Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas


Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jakarta, November 2019


Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan
Dengan melakukan kunjungan ke rumah salah seorang pasien, diharapkan kita
dapat melakukan analisa kasus Osteoatritis dengan pendekatan keluarga, yakni:
- Meningkatkan kesadaran pasien dan keluarganya mengenai pentingnya
kesehatan.
- Memantau perkembangan penyakit pasien serta kepatuhan pasien menjalani
terapi.
- Memberikan penjelasan mengenai pentingnya kepatuhan minum obat
- Menciptakan komunitas masyarakat yang sehat dan bebas dari penyakit.

1.3 Sasaran
Pasien beserta anggota keluarganya.
Bab II

Tinjauan Pustaka

2.1 Osteoarthritis
Osteoatritis (OA) merupakan suatu penyakit degeneratif akibat kegagalan sendi
yang bersifat kronis dan menyerang persendian, terutama kartilago sendi. Predileksi
sendi terkena ialah weight-bearing joint : sendi leher, vertebra lumbosacral,panggul,
lutut, pergelangan kaki, dan sendi metatarsal fakangeal pertama, serta sendi tangan
CMC, PIP, dan DIP.Osteoatritis termasuk masalah kesehatan dengan angka
morbiditas dan disabilitas yang tinggi, terutama pada pasien usia lanjut.4

2.2 Epidemiologi
World Health Organization (WHO) pada tahun 2011, penderita osteoarthritis
di dunia mencapai angka 151 juta dan 24 juta jiwa pada kawasan Asia Tenggara.
Sedangkan National Centers for Health Statistics, memperkirakan terdapat 15,8 juta
(12%) orang dewasa antara rentang usia 25-74 tahun memiliki keluhan
osteoarthritis. Prevalensi OA berdasarkan usia di Indonesia cukup tinggi yaitu 5%
pada usia 40 tahun, 30% pada usia 40 - 60 tahun, dan 65% pada usia tua (lansia)
lebih dari 61 tahun.2

2.3 Etiopatofisiologi
Osteoatritis timbul akibat gangguan metabolism kartilago dan kerusakan
proteoglikan dengan etiologi beragam, salah satunya jejas mekanis dan kimiawi
pada synovial sendi. Ketika sendi mengalami jejas, akan terjadi replikasi kondrosit
dan produksi matriks baru. Kondrosit akan mensintesis DNA dan kolagen serta
proteoglikan. Akan tetapi, terjadi ketidakseimbangan antara sintesis dengan
degradasi kolagen dan protein tersebut. Peningkatan produk hasil degradasi matriks
kartilago akan berkumpul disendi sehingga mengakibatkan inflamasi. Pada
kartilago penderita OA ditemukan pula peningkatan aktivitas fibrinogen dan
penurunan aktivitas fibrinolitik. Akibatnya terjadi akumulasi
thrombus dan lipid di pembuluh darah subkondral sehingga terjadi iskemia dan
nekrosis jaringan. Adanya proses inflamasi mengakibatkan pengeluaran mediator
kimiawi sehingga timbul rasa nyeri.4

2.4 Faktor Risiko Osteoartritis


Faktor intrinsik yaitu usia yang semakin menua fungsi kondrosit menurun
dengan bertambahnya usia, jenis kelamin (perempuan lebih sering terkena OA lutut,
laki-laki lebih sering terkena OA panggul), genetik.Sedangkan faktor ekstrinsik
yaitu obesitas, faktor pekerjaan, aktivitas fisik, dan olahraga yang sering dilakukan.4

2.5 Gejala klinis


Gejala klinis pada pasien OA Nyeri sendi yang bertambah saat beraktivitas dan
berkurang dengan istirahat, gangguan ROM akibat nyeri, kekakuan sendi pada
pagihari umunya setelah imobilisasi yang cukup lama ( biasanya <30
menit),krepitasi dapat ditemukan pada sendi yang nyeri, deformitas sendi yang
permanen, perubahan gaya berjalan dan gangguan fungsi sendi, pembengkakan
sendi yang asimetris akibat adanya efusi dan osteofit,tanda inflamasi akut sendi:
peningkatan suhu, nyeri tekan, gangguan gerak, kemerahan.4

2.6 Pemeriksaan Penunjang


2.6.1 Pemeriksaan Radiologis
Pada penderita OA, dilakukannya pemeriksaan radiografi pada sendi
yang terkena sudah cukup untuk memberikan suatu gambaran diagnostik.
Gambaran Radiografi sendi yang menyokong diagnosis OA adalah
penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris lebih berat pada bagian
yang menanggung beban seperti lutut,peningkatan densitas tulang subkondral
( sklerosis ), osteofit pada pinggir sendi perubahan struktur anatomi sendi. 4,5
2.6.2 Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA biasanya tidak banyak
berguna. Pemeriksaan darah tepi masih dalam batas – batas normal.
Pemeriksaan imunologi masih dalam batas – batas normal. Pada OA yang
disertai peradangan sendi dapat dijumpai peningkatan ringan sel peradangan (
< 8000 / m ).4,5

2.7 Diagnosis
Diagnosis osteoarthritis lutut berdasarkan klinis, klinis dan radiologis, serta
klinis dan laboratoris (JH Klippel, 2001) :4,5
2.7.1 Diagnosis berdasarkan gejala klinis yaitu terdapat nyeri sendi lutut dan 3
dari kriteria sebagai berikut : umur > 50 tahun, kaku sendi < 30 menit, krepitus,
nyeri tekan tepi tulang
pembesaran tulang sendi lutut,tidak teraba hangat pada sendi. Sensitivitas 95%
dan spesifisitas 69%.
2.7.2 Diagnosis berdasarkan klinis, dan radiologis terdapat nyeri sendi dan
paling sedikit 1 dari 3 kriteria sebagai berikut : umur > 50 tahun, kaku sendi
<30 menit, krepitus disertai osteofit. Sensitivitas 91% dan spesifisitas 86%.
2.7.3 Diagnosis berdasarkan klinis dan laboratoris terdapat nyeri sendi
ditambah adanya 5 dari kriteria sebagai berikut : usia >50 tahun
kaku sendi <30 menit, krepitus, nyeri tekan tepi tulang, pembesaran tulang,
tidak teraba hangat pada sendi terkena, LED<40 mm/jam,RF <1:40, analisis
cairan sinovium sesuai osteoarthritis. Sensitivitas 92% dan spesifisitas 75%.

2.8 Differential Diagnosis


2.8.1 Reumatoid Artritis (RA)
Suatu penyakit autoimun dimana persendian secara simetris mengalami
peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya
menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi. Reaksi autoimun dalam jaringan
sinovial yang melakukan proses fagositosis yang menghasilkan enzim–enzim
dalam sendi untuk memecah kolagen sehingga terjadi edema proliferasi
membran sinovial dan akhirnya membentuk pannus. Pannus tersebut akan
menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang sehingga akan
berakibat menghilangnya permukaan sendi yang akan
mengganggu gerak sendi. Reumatoid artritis kira-kira 2½ kali lebih sering
menyerang perempuan dari pada laki-laki. Insidens meningkat dengan
bertambahnya usia, terutama pada perempuan, insidens puncak adalah antara
usia 40 hingga 60 tahun. Gejala yang ditimbulkan : kekakuan pagi hari
(lamanya paling tidak 1 jam) arthritis pada tiga atau lebih sendi,arthritis sendi-
sendi jari-jari tangan, arthritis yang simetris,nodul reumatoid, faktor reumatoid
dalam serum,perubahan-perubahan radiologic (erosi atau dekalsifikasi
tulang),pada RA juga bisa disertai dengan demam, lemah, dan nafsu makan
berkurang.4
2.8.2 Artritis Pirai (Gout)
Secara klinis, gout ditandai dengan timbulnya artritis, tofi, dan batu
ginjal yang disebabkan karena terbentuk dan mengendapnya kristal
monosodium urat. Tofi seringkali terbentuk pada daerah telinga, siku, lutut,
dorsum pedis, dekat tendo Achilles pada metatasofalangeal digiti I, dan
sebagainya. Serangan seringkali terjadi pada malam hari. Daerah khas yang
paling sering mendapat serangan adalah pangkal ibu jari kaki sebelah dalam,
disebut podagra. Bagian ini tampak membengkak, kemerahan, dan nyeri sekali
bila disentuh. Rasa nyeri berlangsung beberapa hari sampai satu minggu
namun kemudian menghilang. Sendi lutut sendiri juga merupakan predileksi
kedua untuk serangan ini. Manifestasi klinik selanjutnya adalah tofi, tofi
merupakan penimbunan asam urat yang dikelilingi reaksi radang pada sinovia,
tulang rawan, bursa, dan jaringan lunak. Tofi itu sendiri tidak sakit tapi dapat
merusak tulang. Sering timbul di tulang rawan telinga sebagai benjolan keras.
Tofi ini merupakan manifestasi lanjut dari gout yang timbul 5-10 tahun setelah
serangan arthritis pertama. Tofi sering pecah dan agak sulit disembuhkan
dengan obat sehingga dapat menyebabkan infeksi sekunder.4

2.9 Penatalaksanaan
2.9.1 Terapi Medikamentosa
Analgesik oral non opiate, OAINS, analgesik topical, agen kondroprotektid.4
2.9.2 Terapi Non Medikamentosa
Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai penyakit,fisioterapi dan
rehabilitasi untuk melatih persendian dan mengurangi rasa sakit, menghindari
terjadinya obesitas dengan menjaga berat badan maupun menurunkan berat
badan hingga berat ideal,mengurangi aktivitas yang merangsang sendi secara
berlebihan karena dapat menyebabkan timbulnya nyeri.4

2.10 Pencegahan
Saat berjalan atau beraktivitas, pakai sepatu yang nyaman. Gunakan sepatu
lari atau sepatu yang solnya tebal. Sepatu jenis ini dapat mengurangi impact nyeri
sendi yang menyiksa. Jaga berat badan dengan mengatur pola makan yang benar.
Disebutkan para ahli, orang yang gemuk lebih rentan menderita osteoarthritis.
Postur tubuhnya sulit menyanggah bagian punggung akibat kelebihan lemak.
Kurangi makanan yang merangsang inflamasi, terutama di bagian punggung.
Jangan terlalu berlebihan makan kacang-kacangan, jeroan, dan makanan dengan
bumbu MSG. Hindari minuman berkafein karena dapat menghambat elektrolit yang
dibutuhkan tubuh. Seseorang yang terlalu banyak minum kopi dan teh juga sulit
menyerap kalsium secara alami. Akibatnya, tulang, sendi dan otot rentan
mengalami kelemahan. Pilih olahraga yang tepat. Lebih baik jalan kaki, bersepada
atau berenang untuk mendukung kekuatan otot panggul.4

2.11 Prognosis
Pasien dengan osteoartritis (OA) dapat dibagi dalam dua kategori. Mayoritas
dari mereka (70-90%) akan mengalami perkembangan penyakit ringan / sedang,
menyebar lebih dari 10 tahun. Di sisi lain, sisa pasien OA (10-30%) akan
mengembangkan penyakit yang agresif, merusak artikulasi mereka hanya dalam
beberapa tahun.4

2.12 Komplikasi
Osteonekrosis spontan sendi lutut, bursitis, artropi mikrokristal(sendi lutut dan
tangan).4
2.13 Upaya Kesehatan Puskesmas
Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas, yakni
terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, puskesmas bertanggung
jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan
pelayanan kesehatan tingkat pertama.6

2.14 Upaya Kesehatan Wajib

Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan


komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi
untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus
diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya
kesehatan wajib tersebut adalah program pengobatan (kuratif dan rehabilitatif)
yaitu bentuk pelayanan kesehatan untuk mendiagnosa, melakukan tindakan
pengobatan pada seseorang pasien dilakukan oleh seorang dokter secara ilmiah
berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan.
Promosi Kesehatan yaitu program pelayanan kesehatan puskesmas yang
diarahkan untuk membantu masyarakat agar hidup sehat secara optimal melalui
kegiatan penyuluhan (induvidu, kelompok maupun masyarakat). Pelayanan KIA
dan KB yaitu program pelayanan kesehatan KIA dan KB di Puskesmas yang
ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada PUS (Pasangan Usia Subur) untuk
ber KB, pelayanan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan bayi dan balita.
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dan tidak menular yaitu
program pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan
penular penyakit menular/infeksi (misalnya TB, DBD, Kusta). Kesehatan
Lingkungan yaitu program pelayanan kesehatan lingkungan di puskesmas untuk
meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya sanitasi dasar,
pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum termasuk pengendalian
pencemaran lingkungan dengan peningkatan peran serta masyarakat. Perbaikan
Gizi Masyarakat yaitu program kegiatan pelayanan
kesehatan, perbaikan gizi masyarakat di Puskesmas yang meliputi peningkatan
pendidikan gizi, penanggulangan Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi,
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A, Keadaan zat
gizi lebih, Peningkatan Survailans Gizi, dan Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi
Keluarga/Masyarakat.7

2.15 Dokter Keluarga

Kedokteran keluarga adalah dokter praktek umum yang dalam prakteknya


melayani pasien menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga.Kompetensi
dokter keluarga tercermin dalam profile the five stars doctor. Pelayanan kedokteran
yang menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga meliputi: komprehensif
(pelayanan kedokteran yang menyeluruh/integral yaitu meliputi usaha promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif) dengan mengutamakan pencegahan, kontinyu
(dalam proses dan waktu), kolaboratif dan koordinatif dengan pasien dalam
menentukan keputusan untuk kepentingan pasien, berdasarkan evidence based
medicine misalnya dengan cara mengikuti seminar/pendidikan kedokteran
berkelanjutan. Pasien yang dilayani adalah peribadi/perorangan seutuhnya (bio-
psiko-sosial) yang unik (berbeda satu dengan lainnya) serta harus dipandang
sebagai satu kesatuandengan keluarganya dalam segala aspek (keturunan, ideology,
politik, ekonomi, social, budaya,agama, keamanan dan lingkungannya). Pelayanan
dokter keluarga menunjang setiap orang sadar,mau dan mampu hidup sehat dalam
arti sejahtera jasmani, rohani dan sosial yang memungkinkan setiap orang bekerja
produktif secara sosial dan ekonomi (UU no. 23/92 tentang kesehatan). Seorang
dokter berkompetensi dengan profil yang direkomendasikan WHO yaitu ‘five stars
doctor’ yang dijabarkan sebagai berikut health provider: Memberikan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan pasien sebagaimanusia yang utuh (holistic) baik
individu, maupun sebagai bagian integral keluarga danmasyarakat, layanan
berkualitas, menyeluruh, berkesinambungan dan layanan secara perseorangan
jangka panjang dan hubungan saling percaya. Decision maker: Mampu membuat
keputusan
secara ilmiah berkaitan dengan pemeriksaan, pengobatan, dan penggunaan
teknologi tepat guna sesuai dengan harapan pasien, etis, pertimbangan cost effective
dan adanya kemungkinan layanan yang terbaik. Communicator: Mampu
menjelaskan dan memberikan nasehat untuk berperilaku sehat dengan cara yang
efektif sehingga kelompok atau individu dapat meningkatkan dan melindungi
kesehatan mereka. Community leader: Sebagai orang yang dipercaya oleh
masyarakat ditempat bekerjanya, dan dapat mempersatukan kebutuhan- kebutuhan
akan kesehatan baik pada perseorangan maupun kelompok, melakukan sesuatu
dengan mengatasnamakan masyarakat. Manager: Dapat bekerja sacara harmonis
dengan individu dan organisasi baik di dalam maupun diluar system kesehatan
untuk mempertemukan kebutuhan pasien secara individu dan masyarakat,
menggunakan data-data kesehatan secara tepat. Prinsip pokok dari dokter keluarga
adalah untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kedokteran menyeluruh. Oleh
karena itu perlu diketahui berbagai latar belakang pasien yang menjadi
tanggungannya. Untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan seperti itu
diperlukan adanya kunjungan rumah (home visit). Manfaat yang didapatkan dari
kunjungan ke rumah pasien antara lain: meningkatkan pemahaman dokter tentang
pasien,meningkatkan hubungan dokter pasien, menjamin terpenuhinya kebutuhan
dan tuntutan kesehatan pasien,m anfaat kunjungan ke puskesmas dan bertemu
sendiri dengan pasien adalah agar mahasiswadapat menerapkan atau
mengaplikasikan sendiri praktek pendekatan kedokteran keluarga.8

2.16 Kriteria Rumah Sehat

2.16.1 Menurut Winslow dan APHA

Permukiman sehat dirumuskan sebagai suatu tempat untuk tinggal


secara permanen. Berfungsi sebagai tempat untuk bermukim, beristirahat,
berekreasi (bersantai) dan sebagai tempat berlindung dari pengaruh
lingkungan yang memenuhi persyaratan fisiologis, psikologis, dan bebas dari
penularan penyakit. Rumusan yang dikeluarkan oleh American Public Health
Association (APHA), syarat rumah sehat harus memenuhi kriteria
sebagai berikut : (1) Memenuhi kebutuhan fisiologis. Antara lain,
pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari
kebisingan yang mengganggu. (2) Memenuhi kebutuhan psikologis. Antara
lain, privacy yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan
penghuni rumah. (3) Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit
antarpenghuni rumah, yaitu dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja
dan air limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan
hunian yang berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan
dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan
yang cukup. (4) Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan,
baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain
persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak
mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh
tergelincir.8

2.16.2 Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


829/Menkes/SK/VII/1999
Ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal adalah sebagai
berikut: (1) Bahan bahan bangunan Tidak terbuat dari bahan yang dapat
melepaskan zat yang dapat membahayakan kesehatan, antara lain debu total
kurang dari 150 mg per meter persegi, asbestos kurang dari 0,5 serat per kubik,
per 24 jam, timbal kurang dari 300 mg per kg bahan, tidak terbuat dari bahan
yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme patogen. (2)
Komponen dan penataan ruangan yaitu lantai kedap air dan mudah
dibersihkan, dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar
cuci kedap air dan mudah dibersihkan, langit-langit rumah mudah dibersihkan
dan tidak rawan kecelakaan, bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir,
ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya, dapur harus memiliki
sarana pembuangan asap (3) Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung
maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan dengan intensitas
penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan
mata.(4) Kualitas udara yaitu Suhu udara nyaman, antara 18 – 30 oC,
kelembaban udara, antara 40 – 70 %.
Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm per 24 jam, pertukaran udara 5 kali 3 per menit
untuk setiap penghuni, gas CO kurang dari 100 ppm per 8 jam, gas
formaldehid kurang dari 120 mg per meter kubik. (5) Ventilasi Luas yaitu
lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai. (6) Vektor
penyakit yaitu tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam
rumah. (7) Penyediaan air yaitu tersedia sarana penyediaan air bersih dengan
kapasitas minimal 60 liter per orang setiap hari, kualitas air harus memenuhi
persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum menurut Permenkes 416
tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002.(8) Pembuangan Limbah yaitu
limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah, limbah padat harus
dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak mencemari
permukaan tanah dan air tanah.(9) Kepadatan hunian luas kamar tidur
minimal 8 meter persegi, dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang tidur.8
Bab III
Hasil dan Laporan Kunjungan Rumah

Alamat : Jl.Tanjung Duren Utara, Jakarta barat


Tanggal kunjungan : 22 Agustus 2019

3.1 Identitas Pasien

a. Nama : Ny. M
b. Umur :67 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Pekerjaan : Pensiun
e. Pendidikan : S1
f. Alamat : Jln.Tanjung Duren Utara RT 003/Rw.02

3.2 Riwayat Biologis Keluarga


a. Keadaan kesehatan sekarang : Baik
b. Kebersihan perorangan : Baik
c. Penyakit yang sering diderita : Tidak ada
d. Penyakit keturunan : Ibu ps OA
e. Penyakit kronis/menular : Tidak ada
f. Kecacatan anggota keluarga : Tidak ada
g. Pola makan : Sedang
h. Pola istirahat : Baik
i. Jumlah anggota keluarga : 4 orang

3.3 Psikologis Keluarga


a. Kebiasaan buruk : Jarang berolahraga
b. Pengambilan keputusan : Kepala keluarga
c. Ketergantungan obat : Tidak ada
d. Tempat mencari pelayanan kesehatan : Puskesmas
e. Pola rekreasi : Baik
3.4 Keadaan Rumah / Lingkungan
a. Jenis bangunan : Permanen
b. Lantai rumah : Keramik

c. Luas rumah : 140 m2


d. Penerangan : Baik
e. Kebersihan : Baik
f. Ventilasi : Sedang
g. Dapur : Ada
h. Jamban keluarga : Ada
i. Sumber air minum : Air sumur
j. Sumber pencemaran air : Tidak ada

k. Pemanfaatan pekarangan : Ada tanaman bunga di pekarangan


rumah
l. Sistem pembuangan air limbah : Ada
m. Tempat pembuangan sampah : Ada
n. Sanitasi lingkungan : Baik

3.5 Spiritual Keluarga

a. Ketaatan beribadah : Baik


b. Keyakinan tentang kesehatan : Baik

3.6 Keadaan Sosial Keluarga


a. Tingkat pendidikan : S1
b. Hubungan antar anggota keluarga: Baik
c. Hubungan dengan orang lain: Baik
d. Kegiatan organisasi social : Kurang
e. Keadaan ekonomi: Cukup

3.7 Kultural Keluarga


a. Adat yang berpengaruh : Jawa
b. Lain-lain: Tidak ada
3.8 Daftar Anggota Keluarga

No Nama Hubungan Umur Pendidikan Pekerjaan Agama Keadaan Status


dengan KK Kesehatan Gizi
1. Tn. A Kepala 70 S1 Pensiun Kristen Baik Lebih
Keluarga tahun

2. Ny. M Istri (Pasien) 67 S1 Pensiun Kristen Baik Lebih


tahun

3. An. R Anak 41 S1 Karyawan Kristen Baik Normal


tahun

An. Anak 38 S1
D
4. tahun Karyawa Kristen Baik
n

3.9. Anamnesis

3.9.1 Keluhan Utama


Nyeri lutut kanan dan kiri sejak 1 minggu yang lalu.

3.9.2 Keluhan Tambahan : kaku pada kedua lutut

3.9.3 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Puskesmas tanjung duren utara dengan keluhan nyeri
pada lutut kedua lutut sejak 1 minggu yang lalu. nyeri terasa seperti ditusuk-
tusuk. Nyeri dirasakan hilang timbul. Nyeri biasanya timbul pada saat naik
turun tangga, saat perpindahan posisi dari duduk lalu berdiri ataupun
sebaliknya, dan saat olahraga. Nyeri hilang jika istirahat beberapa saat.Keluhan
nyeri ini sudah dirasakan pasien selama + 1 tahun ini. Selain nyeri pasien
mengeluh kaku pada lutut, biasanya sehabis bangun tidur dan berlangsung 5
menit. Nyeri dirasakan tidak menjalar dan terasa panas pada lutut kirinya. Tidak
ada bengkak pada kedua lutut Keluhan nyeri pada sendi lain disangkal oleh
pasien.
3.9.4 Riwayat Penyakit Dahulu : riwayat trauma disangkal, riwayat Hipertensi
dan DM disangkal, riwayat terkena penyakit kronis lain seperti penyakit
jantung, paru-paru disangkal.
3.9.5 Riwayat Penyakit Keluarga: Ibu pasien juga menderita OA.
3.9.6 Riwayat Pengobatan : Pasien mengobati keluhan nya
sebelumnya dengan counterpain, tetapi tidak membaik.
3.9.7 Riwayat Alergi : Pasien menyangkal memiliki riwayat
alergi terhadap makanan minuman, udara, cuaca, debu, maupun obat obatan
3.9.8 Riwayat sosial : Pasien jarang berolahraga, pasien tidak
merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, pasien menopause 18 tahun yang lalu
3.9.9Riwayat Hubungan dengan Keluarga : Pasien tinggal bersama suami,
kedua anaknya sudah berumah tangga dan tinggal di tempat lain. Hubungan
pasien dengan suami maupun anak-anak dalam keadaan baik.
3.9.10 Pergaulan social : Pasien mengatakan dia tidak aktif di kegiatan sosial.
3.9.11 Kerohanian : Setiap hari minggu pasien dan suami ke gereja.

3.10 Pemeriksaan Fisik


3.10.1 Status Generalis :
- Keadaan Umum : Baik
- Kesadaran : Compos mentis
- Nadi : 78 kali / menit
- Pernapasan : 18 kali / menit

- Suhu : 36,3 o C
- Berat badan : 70 kg
- Tinggi badan : 150 cm
3.10.2 Status Gizi
- IMT : 31. 1kg/m2 (Normal: 18–24 kg/m2)
- Status gizi : Lebih ( Obesitas II )
3.10.3 Keadaan Regional
-Kepala : normocephali, rambut hitam, merata,
-Kulit : ikterik (-), sianosis (-).
-Mata : kelopak mata tidak cekung, konjungtiva tidak anemis, sklera
tidak ikterik, refleks cahaya langsung dan tidak langsung +/+,
pupil bulat, isokor, air mata +/+.
-Telinga : bentuk simetris dan tidak ada kelainan, serumen -/-, membran
timpani sulit di nilai.

-Hidung : bentuk normal, deviasi septum (-), mukosa tidak hiperemis,


sekret (-), nafas cuping hidung (-), epistaksis (-).
-Mulut : bibir tidak pucat, sianosis (-), mukosa bibir basah, lidah tidak
kotor, tremor (-)
-Tenggorokan : faring tidak hiperemis, uvula di tengah, tonsil T1-T1
tenang. tidak terdapat bercak putih.
- Leher: tidak teraba kelenjar getah bening.
-Thorax
a. Paru
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis

Palpasi : tidak teraba massa

Perkusi : tidak dilakukan

Auskultasi : suara napas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-

b.Jantung
▪ Inspeksi : pulsasi iktus cordis tidak terlihat
▪ Palpasi : iktus cordis teraba pada ICS IV linea midclavicula
sinistra, tidak kuat angkat.
▪ Perkusi : tidak dilakukan
▪ Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-).
-Abdomen
▪ Inspeksi : membuncit
▪ Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-),
turgor baik.
▪ Perkusi : timpani
▪ Auskultasi: normoperistaltik
- - Ekstremitas: akral hangat, udem (-), sianosis (-), ROM terbatas pada
kedua lutut
- –Anus : Tidak dilakukan.
3.11 Diagnosis Penyakit
1. Bio : Osteoarthritis
2. Psiko-sosial : Tidak bersosialisai dengan lingkungan
3.Ekonomi : Status menengah
4. Lingkungan : Bersih
5. Kerohanian : Setiap hari minggu ke gereja

3.12 Diagnosis Keluarga


Tidak ada penyakit dalam keluarga

3.13 Anjuran Penatalaksanaan Penyakit


3.13.1 Health Promotion: kegiatan penjelasan mengenai
penyakit osteoarthritis, faktor risiko, cara pencegahan dan gaya
hidup yang baik.
3.13.2 Specific Protection: menghindari berbagai hal yang dapat menjadi
faktor risiko osteoarthritis, dengan cara: Mengatur pola makan yang baik,
agar tidak obesitas, olahraga.
3.13.3 Early diagnosis and Prompt Treatment: Pergi ke puskesmas secara
teratur untuk memeriksakan diri, segera berobat ke puskesmas jika
mengalami gejala OA,pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri, edukasi
kapan harus kembali (jika keadaan memburuk / belum ada perbaikan).
3.13.4 Disability Limitation: Keterbatasan aktivitas akibat nyeri, sehingga
pencegahan terhadap faktor risiko perlu ditingkatkan.
3.13.5 Rehabilitation: Fisioterapi.

3.14. Prognosis
 Penyakit : Dubia ad bonam
 Keluarga : Bonam
 Masyarakat : Bonam
Bab IV

Analisa Kasus

4.1 Analisa Kasus


Ny. M 67tahun,nyeri kedua lutut sejak 1 minggu ini, keluhan ini sudah
sering dirasakan + 1 tahun ini. Nyeri kedua lutut terutama saat pasien
beraktivitas, dan membaik ketika pasien beristirahat. Pasien mengobati keluhan
nya sebelumnya dengan counterpain tetapitidak membaik. Pemeriksaan fisik
didapatkan ROM kedua lutut terbatas.

4.2 Riwayat Keluarga

Ibu pasien menderita penyakit osteoarthritis.

4.3 Analisa Kunjungan Rumah

4.3.1 Kondisi pasien


Kondisi pasien baik tetapi pasien merasa nyeri kedua lutut.
4.3.2 Pendidikan
Pendidikan pasien terakhir adalah S1
4.3.3 Keadaan rumah
• Lokasi: Rumah pasien terdapat dalam gang, sudah rumah
permanen dan mengunakan air sumur.
• Kondisi: Jenis bangunan rumah pasien adalah permanen. Rumah
tersebut lantainya terbuat dari keramik, beratap genteng. Rumah
tampak bersih.

4.3.4 Ventilasi
Sirkulasi udara bagus.
4.3.5 Pencahayaan
Pencahayaan didalam rumah baik.

4.3.6 Kebersihan
Kebersihan dalam rumah baik.
4.3.7 Sanitasi dasar
Sumber air berasal dari air sumur.

4.4 Analisa Fungsi Keluarga

4.4.1 Keadaan Biologis


Keadaan biologis pasien cukup baik.
4.4.2 Keadaan Psikologis
Hubungan pasien dengan semua anggota keluarga terjalin dengan baik.
4.4.3 Keadaan Sosiologis
Pasien dan keluarga jarang mengikuti kegiatan di lingkungan
sekitar.
4.4.4 Keadaan ekonomi
Keadaan ekonomi pasien cukup untuk memenuhi kebutuhannya.
4.4.5 Keadaan kerohanian
Semua anggota keluarganya menjalankan ibadah mereka dengan baik.
Keluarga pasien tetap mengikuti kegiatan keagamaan.
Bab V

Penutup

5.1 Kesimpulan
Osteoatritis (OA) merupakan suatu penyakit 9egenerative akibat kegagalan
sendi yang bersifat kronis dan menyerang persendian, terutama kartilago sendi.
Penyakit osteoarthritis dapat dicegah dengan menghindari faktor risiko.

5.2 Saran
5.2.1 Puskesmas
Diharapkan dapat lebih sering melakukan pendekatan kepada masyarakat
melalui penyuluhan-penyuluhan dalam usaha promotif dan preventif kesehatan
masyarakat terutama dalam hal pencegahan penyakit Osteoartritis terutama
pada lansia.
5.2.2 Pasien
Diharapkan pasien dapat berusaha untuk lebih memahami penyakitnya
dan tetap menjaga kesehatan melalui pola hidup sehat dan minum obat
secara teratur. Tetap rajin mengontrol kesehatannya ke puskesmas secara
rutin.
Daftar Pustaka

1. Kaur et al. Prevalence of knee osteoarthritis and its determinants in 30-60


years old women of Gurdaspur, Punjab. Vol.7 (1). International Journal of
Medical Science and Public Health :2018
2. Global burden of disease study. Osteoarthritis in Indonesia: statistic on
overall impact and specific effect on demographic groups. Available from:
http://global-diseaseburden.healthgrove.com/1/76301/Osteoa rthritis-in-
Indonesia 27 Agustus 2019.
3. Medcom.Osteoarthritis kerap melanda usia produktif. Diunduh dari:
https://www.medcom.id/rona/kesehatan/nbwQXA5K-osteoarthritis- termasuk-
kategori-penyakit-yang-menghambat-aktivitas-bekerja 27Agustus 2019.
4. Buku ajar ilmu penyakit dalam.Ed ke VI. Jakarta : Interna publishing.
5. Daniel,et al. Radiographic Assessment of Osteoarthritis. Vol 64(2)
American Family Physician.2015

6. Departemen Kesehatan RI. Kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat


keputusan menteri kesehatan RI nomor 128/menkes/sk/II/2004. Jakarta:
Bakti Husada;2004.h.5-31.
7. Boelen C. Frontline doctors of tomorrow. World Health; 1994, 47:4–5.
8. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor : 829/MENKES/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan
Rumah Tinggal, Jakarta: Departemen Kesehatan: 1999.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai