Anda di halaman 1dari 60

DEMAM > 7 HARI

Disusun Oleh:
Natasha Angel Ariana 17 650 50 009
Elshaddai Sahempa 18 650 50 015
Hana Maria 19 650 50 026

Pembimbing :
dr.Christine, Sp.A
DEMAM

• Demam (pireksia) keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat


peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus yang dipengaruhi oleh IL-1.
pengaturan suhu pada keadaan sehat atau demam merupakan keseimbangan
antara produksi dan pelepasan panas.
• Hiperpireksi : demam yang sangat tinggi, sama atau diatas 41 C
Suatu zat yang
ETIOLOGI menyebabkan demam

Pirogen

Pirogen Pirogen
eksogen endogen

Endotoksin Peptidoglikan Interleukin TNF INF


PERUBAHAN FISIOLOGIS AKIBAT
PENINGKATAN SUHU TUBUH

• Sistem kardio-respirasi
• pasien demam umumnya mengalami takikardi, terjadi peningkatan denyut jantung
untuk setiap kenaikan suhu tubuh 1oC. Pada anak dengan demam juga ditemukan
peningkatan frekuensi nafas sebesar 2,5 untuk setiap kenaikan suhu tubuh 1oC.
• Peningkatan denyut jantung dan laju nafas membuat asupan dan pengeluaran CO2
menjadi tidak efesien, padahal konsumsi oksigen dan produksi CO2 meningkat. Untuk
mengurangi efek tersembut dipertimbangkan pemberian oksigen.
• Cairan
• Anak dengan demam tinggi dapat mengalami dehidrasi akibat peningkatan pengeluaran cairan
melalui IWL, muntah ataupun asupan cairan yang kurang akibat anoreksia. Setiap kenaikan 1oC
terjadi peningkatan 10% dari IWL.
• Kadar gula darah
• Pada keadaaan demam untuk menyesuaikan dengan set point baru dibutuhkan peningkatan energi
sebesar 10% untuk setiap kenaikan 1oC .
• Beberapa mekanisme tubuh untuk mengurangi pemaikaian glukosa melalui:
• Pengalihan sumber energi dari glukosa ke metabolisme yang berasa dari sumber energi lain
• Pengurangan aktifitas lokomotor mengurangi kebutuhan otot akan glukosa
• Anoreksi dan somnolen akan mengurangi asupan glukosa
POLA DEMAM

Demam kontinua (contununous or sustained fever)


• Demam persisten terus menerus selama 24 jam dengan perbedaan suhu tertinggi dengan
terendah kurang dari 1oC
Demam remiten (remittent fever)
• Demam naik turun namun suhu terendah tidak mencapai suhu tubuh normal, fluktuasi
antara suhu tertinggi dengan terendah > 1oC
Demam intermiten (intermittent fever)
• demam naik turun dengan suhu terendah mencapai suhu tubuh normal, fluktuasi antara
suhu tertinggi dengan terendah > 1oC
Demam hektik (hectic or septic fever)
• berupa demam intermiten atau remiten namun perbedaan suhu tertinggi dengan suhu
terendah sangat besar
POLA DEMAM

Demam Bifasik (saddle back fever)


• Demam untuk beberapa hari kemudia demam turun sekitar satu haru, kemudian
demam muncul kembali.
Demam tertian
• Demam terjadi setiap 3 hari, ditemukan pada malaria tertiana

Demam kuartana
• Demam terjadi setiap 4 hari, ditemukan pada malaria kuartana

Demam tifus inversus


• Temperatur lebih tinggi pada pagi hari dibandungkan waktu sore atau malam hari
(kebalikan dari pola suhu diurnal)
POLA DEMAM

Demam berkepanjangan (prolonged fever)


• Demam yang disebabkan oleh satu jenis penyakit dengan lama sakit lebih lama dari
biasanya
Demam rekuren
• Demam yang timbul kembali setelah mengalami fase tubuh normal untuk beberapa waktu
tanpa dapat diprediksi kapan timbulnya lagi
Demam periodik
• Demam berulang selama beberapa hari atau minggu disusul fase afebris dengan lama uang
tidak teratur, kemudian demam timbul kembali
Demam relapsing
• Terjadi pengulangan dari siklus demam tinggi yang berlangsung 3-10 hari atau beberapa
minggu diikuti oleh fase afebris dalam waktu yang sama kemudian demam timbul kembali
untuk waktu yang sama.
TUBERKULOSIS PARU
TUBERKULOSIS

• Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB


(Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.

Tingkat penularan

• Faktor risiko penularan


Lama pajanan
Daya tahan tubuh
PATOGENESIS
GEJALA SISTEMIK/UMUM

• Berat badan turun atau tidak naik dalam 2 bulan sebelumnya atau terjadi gagal
tumbuh (FTT) meskipun telah diberikan upaya perbaikan gizi yang baik dalam
waktu 1-2 bulan
• Demam lama (≥ 2 minggu) dan atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan
demam tifoid, isk, malaria dan lain-lain). Demam umumnya tidak tinggi. Keringat
malam saja bukan merupakan gejala spesifik TB pada anak apaibila tidak disertai
dengan gejala-gejala sistemik/umum lain.
• Batuk lama ≥ 2 minggu, batuk bersifat non-remitting
• Lesu/malaise, anak kurang aktif bermain
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Uji tuberkulin
• Tuberkulin adalah komponen protein kuman TB yang mempunyai sifat antigen yang
kuat. Jika disuntukan secara intrakutan kepada seseorang yang telah terinfeksi TB
(telah ada kompleks primer dalam tubuhnya dan telah terbentuk imunitas seluler
terhadap TB), maka akan terjadi reaksi berupa indurasi di lokasi suntikan.

• Indurasi terjadi karena vasodilatasi lokal, edema, endapan fibrin dan bentuk reaksi
tuberkulin tidak dapat menentukan tingkat aktivitas dan beratnya proses penyakit
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Uji Tuberculin
• Cara: menyuntikkan 0,1ml tuberculin PPD secara IC di
volar lengan bawah. Dilihat 48-72 jam setelahnya
• Pengukuran dilakukan terhadap indurasi yang timbul,
bukan hiperemi/eritema
• Hasil uji tuberculin dengan diameter indurasi:
• ≥10mm → Positif
• 5-9mm → Meragukan
• 0-4mm → Negatif
• Pada keadaan immunocompromised, hasil positif ≥ 5
mm
RADIOLOGI

• Secara umum gambaran radiologis yag sugestif TB adalah:


• Pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal dengan/tanpa infiltrat
• Konsolidasi segmental/lobar
• Miller
• Kalsifikasi dengan infiltrat
• Atelektasis
• Kavitas
• Efusi pleura
• Tuberkuloma
MIKROBIOLOGI

• Diagnosis kerja TB biasanya dibuat berdasarkan gambaran klinis, uji tuberkulin


dan gambaran radiologis paru.
• Diagnosis pasti ditegakkan bila ditemukan kuman TB pada pemeriksaan
mikrobiologis Mikroskopis apusan
langsung untuk
menemukan BTA
• Pemeriksaan
Biakan kuman M.
Tuberculosis
• Jika skor lebih dari sama dengan 6 -> diagnosis TB dan obati dengan OAT
• jika skor tpta; < 6 -> diagnosis uji tuberkulin positif atau ada kontak erat -> diagnosis TB dan obati
dengan OAT
• Jika skor total < 6 dan uji tuberkulin negatif atau tidak ada kontak erat -> observasi gejala selama 2-4
minggu, bila menetap evaluasi ulang kemungkinan diagnosis TB atau tujuk ke fasilitias pelayanan
kesehatan yang lebih tinggi
TATALAKSANA TB

Mencegah
Menyembuhkan Mencegah kematian Mencegah TB terjadinya dan
pasien TB akibat TB relaps transmisi resistensi
obat

Mencapai seluruh
Mencegah reservasi
Menurukan tujuan pengobatan
sumber infeksi di
transmisi TB dengan toksisitas
masa mendatang
seminimal mungkin
FEVER OF UNKNOWN ORIGIN (FUO)
FEVER OF UNKNOWN ORIGIN (FUO)

• FUO adalah keadaan temperatur tubuh minimal 37,8 – 38o C terus menerus
untuk periode waktu paling sedikit selama 3 minggu tanpa diketahui sebabnya
setelah dilakukan pemeriksaan medis lengkap.

• Pada umumnya penyebab FUO pada anak secara relatif merupakan penyakit
yang biasa ditemukan, suatu adagium yang menyatakan bahwa manifestasi yang
tidak biasa dari penyakit-penyakit yang biasa ditermukan.
DIAGNOSIS DEFERENSIAL FUO PADA
ANAK
Penyebab Infeksi
Sistemik Tuberkulosis, demam tifoid, EBV, CMV,
HIV, leptospirosis, toksoplasmosis, visceral
larva migrans
Fokal ISK, abses gigim abses perirektal, abses
ginjal, abses perinefrik, sinusitis,
osteomielitis, SBE
Penyebab non infeksi Leukimia, limfoma, neuroblastoma, SLE,
kawasaki, IBD, drug fever
PENDEKATAN UNTUK DIAGNOSA
DEMAM TANPA SEBAB YANG JELAS

• Tahap pertama : Anamnesis, Pemeriksaan fisik dan Pemeriksaan penunjang


• Tahap kedua :
- Bila ada tanda dan gejala yang khas lakukkan pemeriksaan tambahan yang
spesifik
- Bila tidak ada tanda dan gejala yang khas lakukkan pemeriksaan darah lengkap
• Tahap ketiga : Pemeriksaan yang lebih kompleks dan terarah, konsultasi ke
bagian lain & dilakukan tindakan invasif selanjutnya
ANAMNESIS

1. Umur
Umur diperhatikan oleh karena pada anak dibawah 6 tahun sering menderita ISK,
infeksi lokal (abses, ostemielitis) dan juvenille rheumatoid arthtritis (JRA). Sedangkan
anak yang lebih besar sering menderita tuberkulosis, radang usus besar, penyakit auto-
imun dan keganasan.
2. Karakteristik demam
Demam (saat timbul, lama dan pola/tipe) dan gejala non-spesifik seperti anoreksia, rasa
lelah, mengigil, nyeri kepala, nyeri perut ringan dapat membantu diagnosis
3. Data epidemiologi
Riwayat kontak dengan binatang atau pergi ke daerah tertentu
LABORATORIUM
PENGOBATAN

• Risiko terapi percobaan

Kegunaan terapi percobaan: apabila dugaan diagnosis terhadap infeksi yang spesifik, maka terapi
percobaan dapat dibenarkan; dengan memberikan antibiotik spektrum sempit tetapi relevan
untuk mikroorganisme patogen yang diduga.
DEMAM TIFOID
Penyakit demam tifoid merupakan infeksi akut pada usus halus dengan gejala
demam lebih dari satu minggu, mengakibatkan gangguan pencernaan dan dapat
menurunkan tingkat kesadaran
ETIOLOGI

Manusia adalah satu-satunya reservoir untuk Salmonella


Typhi dengan penularan penyakit yang terjadi melalui
rute fecal-oral, biasanya melalui konsumsi makanan atau
air yang terkontaminasi oleh kotoran manusia.

Antigen somatik
(O) yang terdiri
dari oligosakarida,
flagelar antigen
(H) yang terdiri
Bakteri Gram- dari protein dan
negatif, mempunyai envelope antigen
flagela, tidak (K) yang terdiri
membentuk spora. polisakarida.
S. typhi, S. fakultatif anaerob.
paratyphi A, S.
paratyphi B
(S.Schotmuelleri)
dan S. paratyphi C
(S.Hirschfeldii).
PATOGENESIS

Salmonella typhi Sebagian bakteri lolos Bakteri menginvasi dan


Fecal oral dari
menular dari manusia dari asam lambung menembus dinding
makanan atau minuman
melalui feses, urine menuju ileum dan usus, dimana terdapat
yang terkontaminasi
atau muntahan jeujenum plak Peyeri

bakteri mengikuti aliran


bakteri yang mencapai
Bakteri bertahan hidup kelenjar limfe
folikel limfe dan Terjadi perdarahan dan
dan bermultiplikasi mesenterika, ada juga
mukosa usus perforasi usus
dalam plak peyeri sampai pada RES di hati
menimbulkan tukak
dan limpa

Bakteremia
primer
Bakteremia sekunder

ke sirkulasi sistemik
salmonella typhi keluar dari
mencapai hati limpa sumsum
Periode inkubasi habitat melalui duktus
tulang, kandung emoedu dan
torasikus
plak peyeri di ilium terminal

endotoksin merangsang
atau dikeluarkan melalui makrofag dihati limpa dan
eskresi bakteri pada empedu
feses kelenjar limfoid intestinal
menginvasi ulang dinding
dan mesenterika untuk
usus
melepaskan produknya
secara lokal

Terjadi nekrosis intestinal


ataupun sel hati secara
sistemik menyebabkan gejala
klinis demam tifoid
MANIFESTASI KLINIS

• Menyerang kelompok umur 5-30 tahun


• Masa inkubasi 3-60 tahun
• Keluhan utama demam > 7 hari
• Demam bertahap dan makin naik setiap hari (step ladder) pada minggu pertama lalu
menetap atau remiten pada minggu kedua
• Demam meningkat terutama sore/ malam hari
• Sakit kepala, nyeri otot, mual, muntah obtipasi dan diare
demam Gangguan saluran cerna Gejala lain

• Step ladder temperature • - Nafas berbau tidak sedap • Rose spot (bercak
chart → demam naik secara • - Bibir kering & pecah2 makulopapular) pada kulit
bertahap tiap harinya dan (ragaden) dada, abdomen, punggung &
mencapai titik tertinggi pd • - Lidah ditutupi selaput putih ekstremitas → minggu I
minggu I, setelah itu demam kotor (coated tongue), demam tapi berlangsung
akan bertahan tinggi dan pada ujung & tepinya kemerahan, singkat 2-3 hari
minggu ke-4 demam turun jarang disertai tremor
perlahan
• - Perut kembung
• Suhu ↑ sore/malam hari, ↓ pagi (meteorismus)
hari
• - Hati & limpa membesar
disertai nyeri tekan
• - Konstipasi →pd anak besar
lbh mencolok
• - Diare → bayi dan balita
PENUNJANG

 Pemeriksaan darah
• Leukopenia, leukosit normal atau leukositosisi
• Anemia ringan dan trombositopenia
• Peningkatan LED
• SGOT dan SGPT seringkali meningkat
 Pemeriksaan urin
• Biakan kuman tinggi pda minggu 2-3
 Pemeriksaan Tinja
 Uji Widal

• Prinsip : serum penderita dengan pengenceran yang berbeda ditambah dengan antigen
dalam jumlah yang sama
• Aglutinin O (tubuh kuman)
• Aglutinin H (flagel kuman)
• Aglutinin Vi (simpai kuman)

• pembentukan aglutinin meningkat diakhir minggu pertama dan memuncak di minggu


keempat
• Positid bila titer O widal I 1/320 atau Titer O widal II naik 4x lipat
TATALAKSANA

Non Medikamentosa :
Istirahat tirah baring

Diet:
Makanan lunak rendah serat

Medikamentosa:
Antibiotik
- Kloramfenikol 4x500mg selama 7 hari
- Tiamfenikol 4x500mg
- Kotrimoksasol 2x2tab selama 2 minggu
- Ampisilin dan amoksisilin 50-150 mg/kgbb selama 2 minggu

Antipiretik
-Paracetamol 7,5-15mg/kg bb
-ibuprofen 4-10mg/kgbb (dosis max 40 mg/hari)
DEMAM REMATIK
• Demam reumatik adalah demam yang didahului dengan faringitis akut sekitar
20 hari sebelumnya, yang merupakan periode laten (asimtomatik), rata-rata
onset sekitar 3 minggu sebelum timbul gejala.
• Penyakit jantung reumatik adalah gejala sisa berupa cacat pada katup akibat
demam reumatik sebelumnya
• Demam rematik terjadi sebagai sekuele lambat radang non supuratif sistemik
yang dapat melibatkan sendi, jantung, susunan saraf pusat, jaringan subkutan dan
kulit dengan frekuensi yang bervariasi.
ETIOLOGI

• Streptococcus beta hemolytic group A


Merupakan bakteri gram negatif dan dapat melisiskan sel darah
PATOFISIOLOGI
Ada 2 teori utama tentang terjadinya DRAakut
1. Merupakan efek dari toksin streptokokus grup A pada target organ seperti
otot jantung, katub jantung, synovium dan otak.
2. Merupakan respon abnormal sistem imun tubuh dimana respon sistem imun
tubuh gagal membedakan antara kuman dengan jaringan tubuh sendiri
Klasifikasi derajat penyakit (berhubungan dengan tatalaksana)
1. Artritis tanpa karditis
2. Artritis + karditis, tanpa kardiomegali
3. Artritis + kardiomegali
4. Artritis + kardiomegali + gagal jantung
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Kultur tenggorok
• Pemeriksaan titer antibodi menggunakan antistreptolisin O (ASO),
antistreptococcal DNAse B (ADB) dan antistreptococcal hyaluronidase (AH).
• Rontgen Thorax
• Elektrokardiografi
TATALAKSANA

• Pengobatan manifestasi akut, pencegahan kekambuhan dan pencegahan endokarditis pada


pasien dengan kelainan katup.
Antibiotik: penisilin, atau eritromisin 40 mg/kgBB/hari selama 10 hari bagi pasien dengan
alergi penisilin.
Tirah baring bervariasi tergantung berat ringannya penyakit.

• Anti inflamasi: dimulai setelah diagnosis ditegakkan:


Bila hanya ditemukan artritis diberikan asetosal 100 mg/kgBB/hari sampai 2 minggu, kemudian
diturunkan selama 2-3 minggu berikutnya.
Pada karditis ringan-sedang diberikan asetosal 90-100 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4-6 dosis
selama 4-8 minggu bergantung pada respons klinis. Bila ada perbaikan, dosis diturunkan
bertahap selama 4-6 minggu berikutnya.
Pada karditis berat dengan gagal jantung ditambahkan prednison 2 mg/kgBB/hari diberikan
selama 2-6 minggu.
INFEKSI SALURAN KEMIH
• Infeksi saluran kemih (urinary tract infection=UTI) adalah bertumbuh dan
berkembang biaknya kuman atau mikroba dalam saluran kemih dalam jumlah
bermakna.
ETIOLOGI

• Escherichia coli (E.coli)


• Proteus mirabilis
• Klebsiella pneumonia, Klebsiella oksitoka,
• Proteus vulgaris, Pseudomonas aeroginosa, Enterobakter aerogenes,
• Morganella morganii, Stafilokokus, dan Enterokokus
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS

• Neonatus : apatis, anoreksia, ikterus atau kolestatis, muntah, diare, demam,


hipotermia, tidak mau minum, oliguria, iritabel, atau distensi abdomen.
Peningkatan suhu tidak begitu tinggi dan sering tidak terdeteksi.

• <1 tahun : gejala klinik dapat berupa demam, penurunan berat badan, gagal
tumbuh, nafsu makan berkurang, cengeng, kolik, muntah, diare, ikterus, dan
distensi abdomen. Pada palpasi ginjal anak merasa kesakitan. Demam yang tinggi
dapat disertai kejang.
• 1 - 4 tahun : demam yang tinggi hingga menyebabkan kejang, muntah dan diare
bahkan dapat timbul dehidrasi, polakisuria, disuria, urgency, frequency, ngompol,
sedangkan keluhan sakit perut, sakit pinggang, atau pireksia lebih jarang
ditemukan
• Pada pielonefritis : demam tinggi disertai menggigil, gejala saluran cerna seperti
mual, muntah, diare. Tekanan darah pada umumnya masih normal, dapat
ditemukan nyeri pinggang. Gejala neurologis dapat berupa iritabel dan kejang.

• Pada sistitis : demam jarang melebihi 380 C, biasanya ditandai dengan nyeri pada
perut bagian bawah, serta gangguan berkemih berupa frequensi, nyeri waktu
berkemih, rasa diskomfort suprapubik, urgensi, kesulitan berkemih, retensio
urin, dan enuresis
PEMERIKSAAN LAB

• Urinalisis
• Darah lengkap
• Biakan urin
TATALAKSANA

• antibiotik diberikan secara empirik selama 7-10 hari untuk eradikasi infeksi
akut.
• Berikan kotrimoksazol oral (24 mg/kgBB setiap 12 jam) selama 5 hari.
• Jika respons klinis kurang baik atau kondisi anak memburuk, berikan gentamisin
(7.5 mg/kg IV sekali sehari) ditambah ampisilin (50 mg/kg IV setiap 6 jam) atau
sefalosporin generasi ke-3 parenteral
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai