Anda di halaman 1dari 6

rtbrtbrthr

PEMBAHASAN

Pada laporan kasus pasien merupakan seorang wanita dengan usia tahun.
Menurut kelompok umur, kejadian preeklampsia/eklampsia pada ibu kurang dari
20 dan lebih dari 35 tahun. Ibu usia muda atau tua berpengaruh 2 kali lipat
terhadap derajat preeklampsia/eklampsia dibandingkan dengan ibu usia
reproduktif. Preeklampsia sering terjadi pada masa awal dan akhir usia
reproduktif yang diduga berhubungan dengan proses imunologis pada ibu. Usia
wanita yang paling aman untuk hamil dan melahirkan adalah 20-35 tahun karena
merupakan usia reproduksi yang sehat. Risiko terjadinya preeklampsia meningkat
seiring dengan meningkatnya usia ibu. Umur ibu kurang dari 20 tahun dan lebih
dari 35 tahun merupakan faktor predisposisi dari preeklampsia serta risiko
komplikasi medis yang dapat membahayakan ibu dan janin.8
Proses pertama menuju respon adaptif tubuh seorang ibu terhadap keadaan
berbeda akan terjadi pada kehamilan pertama pada teori imunologik. Hal ini
terjadi karena kehamilan pertama akan menjadi pembeda antara keadaan ibu yang
sebelumnya tidak hamil menjadi hamil. Intoleransi plasenta dan janin pada
kehamilan pertama akan mendekatkan ibu pada resiko preeklampsia/eklampsia.
Pada multigravida proses menuju adaptif justru terjadi karena ibu harus
menghadapi proses pelemahan organ reproduksi akibat kehamilan dan persalinan
berulang sehingga beresiko terjadinya preeklampsia/eklampsia.9
Pada laporan kasus preklampsia berat pasien datang dengan keluhan utama
adanya tekanan darah tinggi, kemudian setelah dilakukan pemeriksaan fisik,
tekanan darah 180/130 mmHg dengan pemeriksaan EKG didapatkan normal sinus
rhytm, HR 80x/menit. Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan proteinuria
+4. Kriteria diagnosis preeklampsia yaitu adanya peningkatan tekanan darah >
140 mmHg sistol dan/atau > 90 mmHg diastol beserta proteinuria (0,3 g/L dalam
24 jam atau +1 dipstick) setelah 20 minggu kehamilan, sedangkan eklampsia
merupakan peningkatan tekanan darah sistol > 160 mmHg dan/atau diastol > 110
mmHg disertai proteinuria.10
Pada kasus, dari pemeriksaan laboratorium nilai leukosit 13500 hematokrit
sekitar 44.0% dan kadar asam urat tidak dilakukan pemeriksaan. Berdasarkan

1
penelitian yang dlakukan oleh Gana tahun 2010, terdapat hubungan kadar
hematokrit dan asam urat pada kejadian preeklampsia/eklampsia. Hal ini
menunjukkan bahwa kadar hematokrit akan meningkat pada
preeklampsia/eklampsia karena adanya hemokonsentrasi akibat volume plasma
yang menurun disebabkan oleh vasospasme. Hemokonsentrasi juga meningkatkan
viskositas darah yang menyebabkan perfusi jaringan semakin berkurang pada
seluruh organ baik ke otak, jantung, paru, ginjal, maupun jaringan fetoplasenta.11

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Noormartany dkk menyatakan


bahwa kadar asam urat serum pada preeklampsia lebih tinggi bila dibandingkan
dengan kehamilan normal. Pada preeklampsia/eklampsia terjadi perburukan
patologis fungsi sejumlah organ serta sistem yang diakibatkan vasospasme dan
iskemia. Hal ini menyebabkan perubahan fungsi ginjal dan penurunan aliran darah
ginjal, serta penurunan kecepatan filtrasi glomerulus. Akibatnya, akan
meningkatkan kadar asam urat serum yang dapat terjadi sebelum gejala klinis
timbul dan sebagai resiko penyulit kehamilan, baik pada ibu maupun pada janin.
Nilai hematokrit dan kadar asam urat dapat digunakan sebagai pemeriksaan serial
pada ibu hamil mulai trimester pertama disetiap pelayanan antenatal.12
Pada laporan kasus ini, pemeriksaan ANC dilakukan sebanyak 4 kali.
Trimester I dilakukan pemeriksaan sebanyak 1x di dokter spesialis obstetrik dan
ginekologi, trimester II 1x trimester, II 1x dan trimester III 1x dilakukan
pemeriksaan, hasil pemeriksaan pada trimester I, dan II dalam batas normal
namun pada trimester III terdapat meningkatnya tekanan darah. Menurut
kepustakaan, jadwal pemerikasaan kehamilan kunjungan antenatal untuk
pemantauan dan pengawasan kesejahteraan ibu dan anak minimal empat kali
selama kehamilan dalam waktu, yaitu sampai dengan kehamilan trimester I (<14
minggu) satu kali kunjungan, dan kehamilan trimester II (14-28 minggu) satu kali
kunjungan, dan kehamilan trimester III (28-36 minggu dan sesudah minggu ke-
36) dua kali kunjungan.13
Pada kasus ini penanganan yang dilakukan yaitu pemberian MgsO4 sesuai
protokol dan tindakan sectio saesarea. Pada pengbatan obstetrik semua kehamilan
dengan eklampsia harus diakhiri tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan

2
janin, dilakukan terminasi kehamilan dengan sikap dasar apabila sudah stabilisasi
(pemulihan) hemodinamika dan metabolisme ibu yaitu 4-8 jam.15
Pada kasus ini terdapat masalah pada bayi penderita yaitu hidrosefalus dan
congenital talipes equniovarus.
Pada kasus ini pasien dipulangkan pada tanggal 05/11/2019, dengan keluhan
(-), KU : Cukup, Kes : CM, TD : 140/80 mmhg. Preeklampsia dan eklampsia
merupakan komplikasi kehamilan yang berkelanjutan dengan penyebab yang
sama. Oleh karena itu, diperlukan pencegahan dan edukasi terhadap pasien
preeklampsia dan eklampsia pada kehamilan selanjutnya untuk mencegah
kejadian pada kehamilan berikutnya dapat dilakukan nasehat yang berkaitan
dengan pasien dianjurkan melakukan ANC secara rutin minimal 4x selama
kehamilan, dibutuhkan peran serta keluarga sebagai faktor pendukung akan
memberikan yang terbaik untuk calon anggota keluarga yang baru,
mempersiapkan segala kebutuhan ibu hamil termasuk gizi seimbang dengan status
gizi yang baik, dan beristirahat cukup.16,17

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pada kasus ini, pasien di diagnosa dengan G1P0A0 26 Tahun hamil
33-34 minggu dengan PEB + gagal konservatif janin intrauteri tunggal
hidup letak kepala. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan penunjang yaitu :

3
 Penderita mengalami tekanan darah tinggi .
 Pada pemeriksaan fisik ditemukan kenaikan tekanan darah diatas 180
sistol dan/atau 130 mmHg diastol.
 Pemeriksaan penunjang yang mendukung diagnosa adalah proteinuria
+4 pada urinalisa.
 Prognosis pada penderita ini adalah dubia ad bonam karena diagnosis
dan penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat serta keadaan ibu pada
saat rawat jalan pada tanggal 18/10/2018 dalam keadaan umum baik.
Pada preeklampsia berat dan eklampsia harus diobservasi keadaan ibu
dan bayi untuk mencegah komplikasi yang berat yaitu kematian ibu
dan janin.

B. SARAN
Preeklampsia dapat dengan cepat berkembang menjadi eklampsia
sehingga diperlukan pengetahuan terhadap gejala awal penyakit sebelum
berkembang dan mengalami perburukan. Diperlukan observasi yang baik
pada penderita preeklampsia sehingga dapat mencegah perburukan.
Progresifitas penyakit yang cepat, diperlukan penanganan yang cepat dan
tepat untuk mencegah progresifitas penyakit menjadi lebih buruk.
Diperlukan ketersediaan SDM dan sarana untuk menunjang penanganan
yang cepat dan tepat. Konseling pada keluarga mengenai progresifitas
penyakit dan komplikasi yang dapat terjadi karena eklampsia memiliki
prognosis yang buruk dan dapat menyebabkan kematian bagi ibu maupun
janin.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan RI. Pusat Data dan Informasi. Jakarta Selatan.


2014.
2. Bauserman M, Lokangka A, Thorsten V, Tshefu A, Goudar SS, Esamai F,
et al. Risk factors for maternal death and trends in maternal mortality in

4
low- and middle-income countries: a prospective longitudinal cohort
analysis. Reproductive Health. 2015;12:1-9.
3. Say L, Gemmill A, Tuncalp O, Moller AB, Daniels J, Gulmezoglu AM, et
al. Global causes of maternal death: A WHO systematic analysis. Lancet
Global Health. 2014;2:323-33.
4. Reece EA, Hobbins JC. Clinical Obstetrics, The Fetus & Mother. 3 rd ed.
Massachusetts: Blackswell Publishing; 2007. p. 683-99.
5. DeCherney AH, Nathan L, Goodwin TM, Laufer N. Current Diagnosis &
Treatment Obstetrics & Gynecology, Tenth Edition. 10 th ed. McGraw-Hill;
2007.
6. Gibbs RS, Karlan BY, Haney AF, Nygaard I. Danforth’s Obstetrics and
Gynecology. 10th ed. Lippincott Williams & Wilkins; 2008.
7. Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
8. Fatmawati L, Sulistyono A, Notobroto HB. Pengaruh Status Kesehatan Ibu
Terhadap derajat Preeklampsia/Eklampsia di Kabupaten Gresik. 2017;52-7.
9. Sumarni S. Hubungan Gravida Ibu dengan Kejadian Preeklampsia. Jurnal
Kesehatan Wiraraja Medika. 2013:3-7.
10. Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Edisi Kempat. Jakarta :
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
11. Gana VY. Hubungan Kadar Hematokrit dengan Derajat Preeklampsia.
2010:1-63.
12. Sumanti N, Noormartany, Alamsyah M, Rostini T. Kadar Asam Urat
Serum Sebagai Biomarker Preeklampsia MKB. 2013;45(2):98-104.
13. Rochjati, P. 2003. Skrining Antenatal pada Ibu Hamil. Surabaya: Pusat
safemotherhood
14. Census.gov. International Data Base. (Diakses pada 24September 2017);
Diunduh dari : http://www.census.gov/population/international/ /country.php
15. Putra An, Hasibuan HS, Fitriyanti Y. Hubungan Persalinan Preterm pada
Preeklampia Berat dengan Fetal Outcome di RSU Islam Harapan Anda
Tegal. JKKI;6(3):113-20.

5
16. Canzoneri BJ, Lewis DF, Groome L, Wang Y. Increased Neutrophil
Numbers Account for Leukocytosis in Women with Preeclampsia. American
Journal of Perinatology. 2009;26(10):729-32.
17. Sambas EK. Hubungan Antara karakteristik dan pengetahuan Mengenai
Hipertensi dalam Kehamilan dengan Perilaku mencegah Komplikasi
Hipertensi. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada. 2015;13(1):35-45.

Anda mungkin juga menyukai