Ditulis Oleh:
MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIERSITAS GAJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
A. Pendahuluan
Siapa yang tak suka jalan-jalan? Siapa yang tak suka belanja? Terlebih lagi siapa yang
tak suka jalan-jalan dan belanja yang menghasilkan uang? Pastinya semua orang suka
jalan-jalan dan berbelanja, terlebih lagi jika bisa menghasilkan uang dari kegiatan
menyenangkan tersebut.
Hampir semua orang suka jalan-jalan atau traveling, terlebih kaum millenial.
Traveling sekarang sudah menjadi trend masyakat. Sebagaimana disampaikan oleh Gaery
Undarsa, Co-founder & Chief Marketing Officer tiket.com dalam laman
travel.dream.co.id, bahwa penjualan tiket keluar negri meningkat 5 kali lipat jika
dibandingkan tahun lalu. Ini menandakan bahwa kegiatan traveling ke luar negri
mengalami kenaikan yang luar biasa. Namun demikian, menurut Gaery Undarsa saat ini
penerbangan domestik masih mendominasi 85-90 persen penjualan tiket. Destinasi favorit
jatuh pada Surabaya disusul oleh Bali, Medan, Makassar dan Yogyakarta. Hal ini
menunjukan bahwa traveling berliburan di dalam negri juga masih sangat diminati oleh
masyarakat kita.
Sama halnya dengan traveling, belanja juga menjadi lifestyle (gaya hidup) masyarakat
kita. Masyarakat kita suka sekali berburu barang-barang branded atau bermerek dalam
ataupun luar negeri. Apalagi jika ada diskon besar, banyak orang rela berdesak-desakan
dan mengantri demi mendapatkan barang branded dengan diskon besar. Dulu hobi
belanja identik dengan kaum hawa, tapi sekarang tidak hanya wanita, pria juga suka
berbelanja.
Menjalani hobi traveling dan belanja pasti menyenangkan, tapi akan lebih
menyenangkan lagi jika mendapat penghasilan dari hobi-hobi tersebut dan itulah
fenomena yang terjadi sekarang. Seiring perkembangan zaman dan teknologi serta
kejelian melihat peluang-peluang bisnis, lahirlah fenomena dan peluang bisnis baru.
Dahulu ketika orang berlibur atau melakukan traveling mereka juga menyempatkan untuk
berbelanja barang-barang unggulan yang lebih murah di tempat yang dikunjungi atau
sekedar membeli oleh-oleh untuk keluarga atau titipan teman-teman. Jadi dahulu ketika
orang berlibur atau tamasya harus mempersiapkan budget yang besar, selain itu mereka
harus repot-repot membelikan oleh-oleh untuk keluarga atau titipan teman-teman
menggunakan dana sendiri yang berarti harus disiapkan biayanya. Namun, sekarang para
1
traveler itu tidak melihat belanjaaan atau titipan rekan kerja atau teman-teman mereka
sebagai beban tapi mereka melihat hal tersebut sebagai peluang bisnis.
Mereka sekarang berpikir bagaimana mereka dapat berlibur dan berbelanja tapi
menghasilkan uang dengan menawarkan kepada rekan-rekan kerja dan teman-teman
mereka untuk berbelanja di tempat mereka berlibur atau berbelanja. Mereka mengubah
mindset mereka sendiri dan rekan rekan mereka mengubah kebiasanaan memesan oleh-
oleh gratis menjadi peluang bisnis baru yang sama-sama menguntungkan. Di satu sisi,
bagi traveler tidak terbebani dengan permintaan oleh-oleh gratis dari rekan meraka
bahkan mengubah beban tersebut menjadi pendapatan jasa. Di sisi lain, bagi pemesan
atau customer bisa mendapatkan barang-barang yang tidak tersedia di daerahnya dengan
harga yang lebih murah dengan memesan kepada traveler yang sedang berlibur.
Konsekuensi dari pemesanan ini, pihak traveler akan mendapatkan imbalan atas jasa
membelikan barang yang dipesan atau dititip oleh customer (jastip). Besaran imbalan jasa
ini tergantung harga barang dan sudah diketahui oleh kedua belah pihak dari awal
sebelum barang dibeli. Fenomena bisnis pemeberian jasa inilah yang dinamakan “jastip”
atau jasa titipan. Jastip merupakan peluang usaha untuk membelikan barang pesanan yang
diminta oleh pengguna jasa/ customer-nya.
Seiring dengan perkembangan kebutuhan dan teknologi, jastip telah berkembang dari
sekedar membelikan barang pesanan ketika traveling. Sebagai bisnis untuk mendapatkan
penghasilan, jastip saat ini telah berkembang dengan memanfaatkan perkembangan
teknologi atau media sosial untuk memperluas penawaran dan meningkatkan keuntungan.
B. Pembahasan
1. Mengenal jastip.
Jastip atau jasa titip merupakan peluang usaha untuk membelikan barang pesanan
yang diminta oleh pengguna jasa. Biasanya, Jastip memanfaatkan teknologi atau
media sosial untuk menawarkan jasa pembelian barang. Berbeda dengan berdagang
2
barang yang menawarkan barang daganganya kepada pembeli, penyedia jastip
menawarkan jasa kepada para pengguna jastip untuk melakukan pembelian barang-
barang yang dinginkan pengguna jastip. Munculnya jastip ini salah satunya
diakibatkan karena adanya penghalang bagi pengguna jastip untuk membeli barang
yang diinginkan, misalkan barang yang diinginkan tidak tersedia di kota pengguna
jastip tinggal, atau barang terdia di kota pengguna jastip tetapi harganya sangat tinggi
jika dibandingkan dengan tempat lain. Kemunculan jastip juga bisa dikarenakan
pengguna jastip tidak mempunyai waktu untuk berburu diskon besar yang terkadang
hanya tersedia di toko offline dan tidak berlaku di toko online.
Sebagaimana pekerjaan dan usahan yang lain, jastip juga sangat berpotensi
menghasilkan pendapatan yang cukup, apalagi jika dilakukan dengan rutin dan serius.
Banyak contoh penggiat usaha jastip yang sukses dan bisa mendapakan penghasilan
yag cukup dari usaha ini.
Salah satunya pelaku usaha jastip yang cukup sukses adalah Asti. Sebagaimana
diberitakan di finance.detik.com, Astie sudah memulai bisnis jastip sejak 2013. Pada
awalnya Asti membuka jastip harian berbelanja ke mal-mal di kawasan Bandung,
Jawa Barat untuk membeli barang-barang titipan khusus anak. Seiring berjalannya
waktu, Astie juga cukup fokus dan lebih profesional dalam menjalani bisnis ini. Dia
memiliki strategi marketing dan promo melalui media sosial, hingga endorsment.
Kini, setiap bulan Astie rutin membuka Jastip ke luar negeri mulai dari Singapura,
Thailand, hingga Jepang. Dari bisnis jastip ke luar negeri ini, Astie bisa mendapat
omzet hingga Rp 40-50 juta dalam sekali belanja ke luar negeri. Untuk profitnya
sendiri cukup besar yaitu kurang lebih setengah dari omset tersebut.
Sama halnya dengan Asti, Pipit juga termasuk pelaku jastip yang sukses.
Sebagaimana diberitakan dalam elsinta.com, Pipit memulai bisnis ini pada 2015.
Usaha Pipit dimulai dari kegiatan jalan-jalan ke IKEA yaitu sebuah toko penjual
perabot rumah tangga asal Swedia yang sangat besar dan terkenal. Pipit melihat ada
peluang untuk menjual Produk IKEA yang diminati oleh banyak orang tapi terkendala
jarak.
3
Perkembangan bisnis jastip IKEA yang dilakukan oleh Pipit sangat bagus. Saat ini,
konsumen yang telah memakai jaatip IKEA Pipit berasal dari Sabang sampai
Merauke bahkan ada yang berasal dari luar negri.
Sebenarnya keuntungan yang diambil Pipit dari usaha jastip ini juga tidak terlalu
besar dari setiap yang dijualnya, namun frekuensi penjulan Pipit Besar sehingga jasa
yang diterima cukup besar. Saat ini, dari salah satu marketplace Pipit, dalam dua
tahun, omzet penjualannya mencapai Rp3,5 M. Omset tersebut belum termasuk dari
dari watsapp, instagram dan lainnya. Dari usaha jastip IKEA ini, Pipit sudah bisa beli
mobil dan keinginan lainnya. Bahkan suami Pipit juga berhenti bekerja/resign dari
kantornya dan ikut terjun ke bisnis ini.
2. Calon pembeli bisa mencari produk yang disediakan penyedia jastip pada
postingan atau Insta Story penyedia jasa jastip disertai aturan jasa besaran jasa
yang ditawarkan untuk setiap pembelian barang.
4. Setelah itu penyedia jastip menerima pembayaran dari pembeli dan membeli
barang sesuai pesanan, setelah itu penyedia jastip melakukan packing barang
selanjutnya dikirimkan kepada pembeli.
5. Dalam hal pembayaran dilakukan setelah barang diterima, maka penyedia jasa
jastip melakukan belanja dan melakukan packing barang dan mengirimkannya
kepada kembali. Setelah barang diterima baru pembeli membayarkan harga
barang, biaya jastip dan biaya pengirimannya.
4
Selain dengan Instagram, bisa digunakan juga media sosial lain seperti Facebook
dan Watsapp. Cara kerja dengan dua aplikasi ini hampir sama dengan aplikasi
Instagram, hanya berbeda pada cara promosi penggunaan aplikasinya. Tertama, pada
aplikasi facebook, fitur yang digunakan hampir sama dengan instagram, yaitu dengan
melakukan promosi dengan memposting produk di halaman facebook atau
memposting dengan fitur Facebook Story. Sedangkan watsapp, hanya melalui fitur
pembuatan status watsapp saja karena aplikasi ini lebih berfkus untuk komunikasi,
aplikasu ini tidak mempunyai halaman status statis seperti halnya pada instagram
maupun facebook. Selebihnya, cara kerja jastip pada aplikasi watsapp dan facebook
sama seperti cara kerja jastip pada Instagram.
Mungkin beberapa orang mengangap bahwa bisnis jastip sama dengan jual beli
barang, atau yang paling dekat adalah penjualan ritail atau eceran. Dari cara kerja
jastip yang tela dijelaskan sebelumnya, bisnis jastip ini berbeda dengan jual beli
barang , karena jastip ini yang ditawarkan adalah jasa untuk membelikan barang yang
diinginkan oleh customer dengan meminta imbalan jasa yang transparan, sedangkan
jual beli eceran menjual barang miliknya kepada konsumen tanpa menginformasikan
berapa biaya produk tersebut dan berapa margin keuntungan yang didapatkan.
5
yang dipesan oleh pembeli sehingga penyedia jasa jastip tidak menyetok atau
menumpuk persediaan bisa berisiko pada persediaan tersebut rusak ketika disimpan
atau tidak laku dijual.
Ketiga, pengguna jastip bisa mengetahui informasi barang yang lebih baik
daripada jika berbelanja di toko online. Dengan cara kerja jastip, penyedia jastip akan
mencari barang yang diminta pengguna jastip, memfotonya dan juga memvideokan
barang yang akan dibeli oleh pengguna jastip. Komunikasi yang baik dan intens
antara penyedia jastip dan pengguna jastip dapat memberikan detail produk,
merasakan bahan produk yang akan dibeli dan memberi informasi lainnya yang tidak
dapat diberikan melalui penjualan di toko online.
Keempat, terjadi transparansi harga produk antara penyedia jasa dan pengguna
jastip. Dalam memberikan jastip, pemberi akan mengnformasikan harga yang
sebeneranya dari produk, serta menginformasikan juga besaran biaya jastip. Hal
tersebut berbeda dengan jika transaksi penjualan dilakukan oleh toko online atau
perdagangan konvensional, dimana penjual tidakakan memberikan informasi biaya
produknya dan margin keuntungan yang diperolehnya. Transparansi harga ini tentu
saja menguntungkan bagi pengguna jastip dalam mengambil keputusan sehingga tidak
terjadi asimetris informasi yang menguntungkan penjual untuk mendapatkan
keuntungan berlebih.
8
penyedia jastip yang dipilih mempunyai ijin dari pemerintah, akan memberikan rasa
aman bahwa penyedia jastip yang dipilih adalah pihak yang bisa dipercaya.
Kendala keempat yaitu ketiadaan pengaturan hukum yang khusus mengatur bisnis
jastip. pengaturan hukum yang ada sekarang hanya mengatur perdagangan atau jual
beli barang secara umum dan jual beli barang secara online, yaitu melalui:
1. Undang-Undang no. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan yang mengatur segala
sesuatu tentang perdagangan termasuk juga perdagangan yang dilakukan dengan
media internet.
Ayat 1
“Setiap Pelaku Usaha yang memperdagangkan barang dan/atau jasa
dengan menggunakan sistem elektronik wajib menyediakan data dan/atau
informasi secara lengkap dan benar”
Ayat 2
“Setiap Pelaku Usaha dilarang memperdagangkan barang dan/atau jasa
dengan menggunakan sistem elektronik yang tidak sesuai dengan data
dan/atau informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Ayat 3
“Penggunaan sistem elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
memenuhi ketentuan yang diatur dalam Undang Undang Informasi dan
Transaksi Elektronik.”
Ayat 4
“Data dan/atau informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
sedikit memuat:
9
a. Identitas dan legalitas Pelaku Usaha sebagai produsen dan Pelaku
Usaha Distribusi;
b. Persyaratan teknis barang yang ditawarkan;
c. Persyaratan teknis atau kualifikasi jasa yang ditawarkan;
d. Harga dan cara pembayaran barang dan/atau jasa;
e. Cara penyerahan barang”
Ayat 5
“Dalam hal terjadi sengketa terkait dengan transaksi dagang melalui sistem
elektronik, orang atau badan usaha yang mengalami sengketa dapat
menyelesaikan sengketa tersebut melalui pengadilan atau melalui
mekanisme penyelesaian sengketa lainnya.
Ayat 6
“Setiap Pelaku Usaha yang memperdagangkan barang dan/atau jasa
dengan menggunakan sistem elektronik yang tidak menyediakan data
dan/atau informasi secara lengkap dan benar sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikenai sanksi berupa pencabutan izin.”
Selain kekurangan hukum yang mengatur bisnis jastip, dalam penerapan bisnis ini
masih ada celah bagi penyedia jastip untuk melakukan penghindaran pajak.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 203 Tahun 2017 tentang Ketentuan
Ekspor dan Impor Barang yang Dibawa oleh Penumpang dan Awak Sarana
Pengangkut, menjelaskan terkait kategpri barang impor bawaan penumpang atau
import bawaan sarana pengangkut yaitu pasal 7 ayat (1) bahwa:
Barang impor bawaan Penumpang atau barang impor bawaan Awak Sarana
Pengangkut terdiri atas:
a. barang pribadi Penumpang atau barang pribadi Awak Sarana Pengangkut
yang dipergunakan/dipakai untuk keperluan pribadi termasuk sisa
perbekalan (personal use); dan/atau
b. barang impor yang dibawa oleh Penumpang atau barang impor yang
dibawa oleh Awak Sarana Pengangkut selain barang pribadi sebagaimana
dimaksud pada huruf a (non-personal use).
Selanjutnya pengaturan terhadap batasan bawaan pribadi penumpang dijelaskan
dalam pasal 12 yang dinyatakan bahwa:
10
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a, dengan nilai
pabean paling banyak FOB USD500.00 (lima ratus United States Dollar)
per orang untuk setiap kedatangan, diberikan pembebasan bea masuk.
(2) Dalam hal nilai pabean barang pribadi Penumpang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a yang diperoleh dari luar Daerah
Pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a melebihi
batas nilai pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1) , atas kelebihan
tersebut dipungut bea masuk dan pajak dalam rangka impor.”
Pengaturan terhadap besaran tarif terhadap barang impor pribadi selanjutnya diatur
dalam pasal 24 ayat (1), bahwa:
Sedangkan pengaturan tarif terhadap barang impor selain pribadi selanjutnya diatur
dalam pasal 24 atat (3) bahwa:
“Terhadap barang impor sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 ayat (1) huruf
b, berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. tarif bea masuk atas barang yang bersangkutan ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai pembebanan tarif
bea masuk umum; dan
b. nilai pabean ditetapkan berdasarkan keseluruhan nilai pabean barang
impor.”
Jika dilihat dari substansi barang jastip, barang jastip bukan merupakan barang
impor untuk kategori penggunaan pribadi tapi benar-benar murni bisnis yang harus
dikenakan dikenakan bea masuk sesuai ketentuan umum perundangan, PPN 10% dan
PPh 7,5% yang dikenakan untuk keseluruhan nilai (bukan atas kelebihan USD500).
11
Namun terdapat risiko barang tersebut, oleh penyedia jastip yang melakukan
pembelian barang dari luar negeri, diakui sebagai barang pribadi. Akibatnya, dasar
pengenaan tarif bea masuk dan pajak yang dipakai lebih rendah sebesar USD500. Hal
ini mengakibatkan potensi kerugian pendapatan negara dari bea masuk dan Pajak
Impor. Potensi kerugian yang lebih besar lagi jika barang jastip tersebut dilepas dari
bungkusnya atau dipakai sendiri untuk mengelabui petugas bea cukai agar diangap
bukan barang impor. Potensi penghindaran bea masuk dan pajak ini dapat
mengakibatkan risiko kerugian penerimaan negara dengan nilai yang lebih tinggi,
apalagi jika barang yang dipakai tersebut nilainya sangat tinggi sebagai contoh tas
bermerek atau jam tangan bermerek yang nilainya bisa mencapai puluhan juta bahkan
ratusan juta.
12
perangkat pengloahan data, yaitu dapat menyediakan statistik atau laporan terkait jasa
yang telah diberikan untuk setiap penyedia jastip. Laporan ini sangat membantu untuk
mengathui omset, pendapatan, jenis barang apa saja yang dijadikan obyek jasa
sehingga dapat digunakan oleh penyedia jastip untuk pengembangan bisnisnya. Di sisi
pemerintah, data-data dalam sistem ini dapat digunakan juga untuk dapat menelusuri
transaksi yang dapat digunakan sebagai objek perpajakan dan bea cukai.
C. Kesimpulan
13
- Regulasi yang menghimbau atau mewajibkan transaksi bisnis jastip dilakukan dengan
sistem yang dapat menjamin kepentingan konsumen dan menghindari bentuk
penipuan.
- Regulasi yang mengatur perijinan usaha penyedia jastip.
- Regulasi terkait perlindungan konsumen pada bisnis jastip.
- Regulasi terkait pengamanan pendapatan bea masuk dan pajak terkait impor jastip.
Daftar Pustaka
14