Anda di halaman 1dari 15

Tugas Mata Kuliah Organisasi dan Lingkungan

Pentingnya Regulasi dalam Bisnis “Jastip”

Ditulis Oleh:

Amal Akbar Yasser Arafat/447379

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIERSITAS GAJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
A. Pendahuluan

Siapa yang tak suka jalan-jalan? Siapa yang tak suka belanja? Terlebih lagi siapa yang
tak suka jalan-jalan dan belanja yang menghasilkan uang? Pastinya semua orang suka
jalan-jalan dan berbelanja, terlebih lagi jika bisa menghasilkan uang dari kegiatan
menyenangkan tersebut.

Hampir semua orang suka jalan-jalan atau traveling, terlebih kaum millenial.
Traveling sekarang sudah menjadi trend masyakat. Sebagaimana disampaikan oleh Gaery
Undarsa, Co-founder & Chief Marketing Officer tiket.com dalam laman
travel.dream.co.id, bahwa penjualan tiket keluar negri meningkat 5 kali lipat jika
dibandingkan tahun lalu. Ini menandakan bahwa kegiatan traveling ke luar negri
mengalami kenaikan yang luar biasa. Namun demikian, menurut Gaery Undarsa saat ini
penerbangan domestik masih mendominasi 85-90 persen penjualan tiket. Destinasi favorit
jatuh pada Surabaya disusul oleh Bali, Medan, Makassar dan Yogyakarta. Hal ini
menunjukan bahwa traveling berliburan di dalam negri juga masih sangat diminati oleh
masyarakat kita.

Sama halnya dengan traveling, belanja juga menjadi lifestyle (gaya hidup) masyarakat
kita. Masyarakat kita suka sekali berburu barang-barang branded atau bermerek dalam
ataupun luar negeri. Apalagi jika ada diskon besar, banyak orang rela berdesak-desakan
dan mengantri demi mendapatkan barang branded dengan diskon besar. Dulu hobi
belanja identik dengan kaum hawa, tapi sekarang tidak hanya wanita, pria juga suka
berbelanja.

Menjalani hobi traveling dan belanja pasti menyenangkan, tapi akan lebih
menyenangkan lagi jika mendapat penghasilan dari hobi-hobi tersebut dan itulah
fenomena yang terjadi sekarang. Seiring perkembangan zaman dan teknologi serta
kejelian melihat peluang-peluang bisnis, lahirlah fenomena dan peluang bisnis baru.
Dahulu ketika orang berlibur atau melakukan traveling mereka juga menyempatkan untuk
berbelanja barang-barang unggulan yang lebih murah di tempat yang dikunjungi atau
sekedar membeli oleh-oleh untuk keluarga atau titipan teman-teman. Jadi dahulu ketika
orang berlibur atau tamasya harus mempersiapkan budget yang besar, selain itu mereka
harus repot-repot membelikan oleh-oleh untuk keluarga atau titipan teman-teman
menggunakan dana sendiri yang berarti harus disiapkan biayanya. Namun, sekarang para

1
traveler itu tidak melihat belanjaaan atau titipan rekan kerja atau teman-teman mereka
sebagai beban tapi mereka melihat hal tersebut sebagai peluang bisnis.

Mereka sekarang berpikir bagaimana mereka dapat berlibur dan berbelanja tapi
menghasilkan uang dengan menawarkan kepada rekan-rekan kerja dan teman-teman
mereka untuk berbelanja di tempat mereka berlibur atau berbelanja. Mereka mengubah
mindset mereka sendiri dan rekan rekan mereka mengubah kebiasanaan memesan oleh-
oleh gratis menjadi peluang bisnis baru yang sama-sama menguntungkan. Di satu sisi,
bagi traveler tidak terbebani dengan permintaan oleh-oleh gratis dari rekan meraka
bahkan mengubah beban tersebut menjadi pendapatan jasa. Di sisi lain, bagi pemesan
atau customer bisa mendapatkan barang-barang yang tidak tersedia di daerahnya dengan
harga yang lebih murah dengan memesan kepada traveler yang sedang berlibur.
Konsekuensi dari pemesanan ini, pihak traveler akan mendapatkan imbalan atas jasa
membelikan barang yang dipesan atau dititip oleh customer (jastip). Besaran imbalan jasa
ini tergantung harga barang dan sudah diketahui oleh kedua belah pihak dari awal
sebelum barang dibeli. Fenomena bisnis pemeberian jasa inilah yang dinamakan “jastip”
atau jasa titipan. Jastip merupakan peluang usaha untuk membelikan barang pesanan yang
diminta oleh pengguna jasa/ customer-nya.

Seiring dengan perkembangan kebutuhan dan teknologi, jastip telah berkembang dari
sekedar membelikan barang pesanan ketika traveling. Sebagai bisnis untuk mendapatkan
penghasilan, jastip saat ini telah berkembang dengan memanfaatkan perkembangan
teknologi atau media sosial untuk memperluas penawaran dan meningkatkan keuntungan.

Bisnis jatip ini menawarkan keuntungan-keuntungan baik bagi penyedia jastip


maupun pengguna jastip. Namun, disisi lain terdapat juga kelemahan-kelemahan atau
risiko-risiko dalam binis jastip yang bisa merugikan baik bagi penyedia jastip ataupun
pengguna jastip. Risiko-risiko ini juga muncul karena ada kekosongan regulasi untuk
melindungi hak penyedia jastip dan pengguna jastip agar tidak ada yang dirugikan.

B. Pembahasan

1. Mengenal jastip.
Jastip atau jasa titip merupakan peluang usaha untuk membelikan barang pesanan
yang diminta oleh pengguna jasa. Biasanya, Jastip memanfaatkan teknologi atau
media sosial untuk menawarkan jasa pembelian barang. Berbeda dengan berdagang

2
barang yang menawarkan barang daganganya kepada pembeli, penyedia jastip
menawarkan jasa kepada para pengguna jastip untuk melakukan pembelian barang-
barang yang dinginkan pengguna jastip. Munculnya jastip ini salah satunya
diakibatkan karena adanya penghalang bagi pengguna jastip untuk membeli barang
yang diinginkan, misalkan barang yang diinginkan tidak tersedia di kota pengguna
jastip tinggal, atau barang terdia di kota pengguna jastip tetapi harganya sangat tinggi
jika dibandingkan dengan tempat lain. Kemunculan jastip juga bisa dikarenakan
pengguna jastip tidak mempunyai waktu untuk berburu diskon besar yang terkadang
hanya tersedia di toko offline dan tidak berlaku di toko online.

2. Potensi Penghasilan dari Jastip

Sebagaimana pekerjaan dan usahan yang lain, jastip juga sangat berpotensi
menghasilkan pendapatan yang cukup, apalagi jika dilakukan dengan rutin dan serius.
Banyak contoh penggiat usaha jastip yang sukses dan bisa mendapakan penghasilan
yag cukup dari usaha ini.

Salah satunya pelaku usaha jastip yang cukup sukses adalah Asti. Sebagaimana
diberitakan di finance.detik.com, Astie sudah memulai bisnis jastip sejak 2013. Pada
awalnya Asti membuka jastip harian berbelanja ke mal-mal di kawasan Bandung,
Jawa Barat untuk membeli barang-barang titipan khusus anak. Seiring berjalannya
waktu, Astie juga cukup fokus dan lebih profesional dalam menjalani bisnis ini. Dia
memiliki strategi marketing dan promo melalui media sosial, hingga endorsment.
Kini, setiap bulan Astie rutin membuka Jastip ke luar negeri mulai dari Singapura,
Thailand, hingga Jepang. Dari bisnis jastip ke luar negeri ini, Astie bisa mendapat
omzet hingga Rp 40-50 juta dalam sekali belanja ke luar negeri. Untuk profitnya
sendiri cukup besar yaitu kurang lebih setengah dari omset tersebut.

Sama halnya dengan Asti, Pipit juga termasuk pelaku jastip yang sukses.
Sebagaimana diberitakan dalam elsinta.com, Pipit memulai bisnis ini pada 2015.
Usaha Pipit dimulai dari kegiatan jalan-jalan ke IKEA yaitu sebuah toko penjual
perabot rumah tangga asal Swedia yang sangat besar dan terkenal. Pipit melihat ada
peluang untuk menjual Produk IKEA yang diminati oleh banyak orang tapi terkendala
jarak.

3
Perkembangan bisnis jastip IKEA yang dilakukan oleh Pipit sangat bagus. Saat ini,
konsumen yang telah memakai jaatip IKEA Pipit berasal dari Sabang sampai
Merauke bahkan ada yang berasal dari luar negri.

Sebenarnya keuntungan yang diambil Pipit dari usaha jastip ini juga tidak terlalu
besar dari setiap yang dijualnya, namun frekuensi penjulan Pipit Besar sehingga jasa
yang diterima cukup besar. Saat ini, dari salah satu marketplace Pipit, dalam dua
tahun, omzet penjualannya mencapai Rp3,5 M. Omset tersebut belum termasuk dari
dari watsapp, instagram dan lainnya. Dari usaha jastip IKEA ini, Pipit sudah bisa beli
mobil dan keinginan lainnya. Bahkan suami Pipit juga berhenti bekerja/resign dari
kantornya dan ikut terjun ke bisnis ini.

3. Cara Kerja Jastip


Dengan berkembangnya teknologi, bisnis jastip berkembang semakin
professional dengan hadirnya media sosial dan platform market place. Perubahan
tenologi juga merubah cara kerja jastip. Banyak cara yang dilakukan para pebisnis
jastip ini, tapi yang umumnya digunakan adalah media social, salah satunya melalui
Instagram. Terdapat beberapa fitur yang bisa digunakan pelaku jastip untuk
mempromosikan jasa layanan yang ditawarkan.
1. Promosi bisa diawali dari posting produk hingga penggunaan fitur InstaStory
untuk memperkenalkan produk yang akan ditawarkan untuk jastip.

2. Calon pembeli bisa mencari produk yang disediakan penyedia jastip pada
postingan atau Insta Story penyedia jasa jastip disertai aturan jasa besaran jasa
yang ditawarkan untuk setiap pembelian barang.

3. Pembeli akan melakukan pemesanan sesuai barang produk yang ditawarkan.

4. Setelah itu penyedia jastip menerima pembayaran dari pembeli dan membeli
barang sesuai pesanan, setelah itu penyedia jastip melakukan packing barang
selanjutnya dikirimkan kepada pembeli.

5. Dalam hal pembayaran dilakukan setelah barang diterima, maka penyedia jasa
jastip melakukan belanja dan melakukan packing barang dan mengirimkannya
kepada kembali. Setelah barang diterima baru pembeli membayarkan harga
barang, biaya jastip dan biaya pengirimannya.

4
Selain dengan Instagram, bisa digunakan juga media sosial lain seperti Facebook
dan Watsapp. Cara kerja dengan dua aplikasi ini hampir sama dengan aplikasi
Instagram, hanya berbeda pada cara promosi penggunaan aplikasinya. Tertama, pada
aplikasi facebook, fitur yang digunakan hampir sama dengan instagram, yaitu dengan
melakukan promosi dengan memposting produk di halaman facebook atau
memposting dengan fitur Facebook Story. Sedangkan watsapp, hanya melalui fitur
pembuatan status watsapp saja karena aplikasi ini lebih berfkus untuk komunikasi,
aplikasu ini tidak mempunyai halaman status statis seperti halnya pada instagram
maupun facebook. Selebihnya, cara kerja jastip pada aplikasi watsapp dan facebook
sama seperti cara kerja jastip pada Instagram.

4. Bisnis jastip merupakan pemberian jasa bukan aktivitas


perdagangan jual beli barang

Mungkin beberapa orang mengangap bahwa bisnis jastip sama dengan jual beli
barang, atau yang paling dekat adalah penjualan ritail atau eceran. Dari cara kerja
jastip yang tela dijelaskan sebelumnya, bisnis jastip ini berbeda dengan jual beli
barang , karena jastip ini yang ditawarkan adalah jasa untuk membelikan barang yang
diinginkan oleh customer dengan meminta imbalan jasa yang transparan, sedangkan
jual beli eceran menjual barang miliknya kepada konsumen tanpa menginformasikan
berapa biaya produk tersebut dan berapa margin keuntungan yang didapatkan.

5. Keunggulan bisnis jastip


Bisnis jastip mempunyai beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan
berjualan barang secara online atau berdagang barang secara konvensional.
Pertama, bisnis jastip tidak memerlukan modal yang terlalu besar, sehingga semua
orang bisa melakukan bisnis ini. Hal ini berbeda dengan bisnis berjualan/berdagang
secara online atau bisnis berdagang konvensional seperti berjualan di toko yang
memerlukan banyak modal besar. Pada bisnis jastip, penyedia jasa jastip tidak perlu
mendirikan toko secara fisik yang memakan biaya ang sangat besar. Selain itu
penyedia jastip tidak perlu menyetok barang persediaan untuk dijual yang pastinya
membuat modal untuk berbisnis ini menjadi kecil.
Kedua, penyedia tidak menangung risiko barang persidiaan rusak atau persediaan
tidak laku. Dalam cara kerja jastip, penyedia jastip hanya akan membelikan barang

5
yang dipesan oleh pembeli sehingga penyedia jasa jastip tidak menyetok atau
menumpuk persediaan bisa berisiko pada persediaan tersebut rusak ketika disimpan
atau tidak laku dijual.
Ketiga, pengguna jastip bisa mengetahui informasi barang yang lebih baik
daripada jika berbelanja di toko online. Dengan cara kerja jastip, penyedia jastip akan
mencari barang yang diminta pengguna jastip, memfotonya dan juga memvideokan
barang yang akan dibeli oleh pengguna jastip. Komunikasi yang baik dan intens
antara penyedia jastip dan pengguna jastip dapat memberikan detail produk,
merasakan bahan produk yang akan dibeli dan memberi informasi lainnya yang tidak
dapat diberikan melalui penjualan di toko online.
Keempat, terjadi transparansi harga produk antara penyedia jasa dan pengguna
jastip. Dalam memberikan jastip, pemberi akan mengnformasikan harga yang
sebeneranya dari produk, serta menginformasikan juga besaran biaya jastip. Hal
tersebut berbeda dengan jika transaksi penjualan dilakukan oleh toko online atau
perdagangan konvensional, dimana penjual tidakakan memberikan informasi biaya
produknya dan margin keuntungan yang diperolehnya. Transparansi harga ini tentu
saja menguntungkan bagi pengguna jastip dalam mengambil keputusan sehingga tidak
terjadi asimetris informasi yang menguntungkan penjual untuk mendapatkan
keuntungan berlebih.

6. Kelemahan Bisnis Jastip


Walaupun bisnis jastip memiliki keunggulan-keunggulan baik dari sisi penyedia
ataupun pengguna jastip, bisnis jastip memiliki kelemahan yang dapat merugikan baik
dari sisi penyedia jastip ataupun pengguna jastip.
Pertama, rawan terjadi risiko terjadi penipuan yang dapat merugikan baik
penyedia jastip ataupun pengguna jasa jastip. Bisnis ini merupakan bisnis
kepercayaan antara penyedia jastip dengan pengguna jastip dimana pengguna jastip
mempercayakan uangnya kepada untuk dibelikan barang yang diminta. Di sisi lain,
jika pembayaran dilakukan setelah barang dikirmkan, dalam hal ini penyedia jastip
mempercayakan barangnya untuk kemudian setelah barang diteriama pelanngan atau
pengguna jastip, baru uang ditransfer ke penyedia jastip. Bisnis kepercayaan ini
memunculkan risiko penipuan, terutama jika antara penyedia dan penguna jastip
adalah pihak yang tidak saling mengenal. Contoh risiko kerugian bagi pengguna
jastip yang mucul ketika pengguna jastip sudah membayarkan uang kepada penyedia
6
jastip untuk membelikan barang yang diminta tapi penyedia jastip memenuhi
kewajibannya untuk membelikan barang tersebut atau membawa kabur uang tersebut.
di sisi lain, penyedia jastip juga dapat mederita kerugian. Pada kasus pembayaran atas
produk dan biaya jastip oleh pengguna jastip dilakukan setelah barnag tersebut
diterima, penyedia jastip bisa merugi jika pengguna jastip tidak melakukan
pembayaran atas barang yang telah dikirim. Penyedia jastip pun bisa merugi jika
pelanggan yang sudah memesan untuk dibelikan barang tapi membatalkan sesukanya,
padahal barang tersebut sudah dibeli oleh penyedia jastip.
Kedua, kelemahan dari bisnis jastip yang timbul ialah ketidaksesuaian barang
yang dibeli penyedia jastip oleh dengan barang yang dipesan oleh pengguna jastip.
Ketidak sesuaian barang bisa saja terjadi, walaupun penyedia jastip sudah
memfotokan atau menjelaskan informasi detail barang, tetap saja ada informasi
yangmungkin tidak diinformasikan oleh penyedia jastip baik disengaja ataupun tidak
disengaja. Hal ini bisa menimbulkan perselisihan anatara penyedia jastip dengan
pengguna jastip yang dapat berujung pada kerugian salah satu pihak. Namun, pada
umumnya yang dirugikan adalah pengguna jasa jastip. Karena sudah membayar
barang yang tidak sesuai dengan yang diminta atau tidak sesuai ekspektasi.
Ketiga, perkembangan bisnis jastip bisa mengarah kepada penghindaran pajak
secara ilegal. Salah satu kegiatan bisnis jastip yang banyak peminatnya adalah
menawarkan jasa pembelian barang-barang bermerek di luar negri. Pembelian barang
dari luar negeri menimbulkan kewajiban yaitu kewajiban untuk membayar Bea Import
dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Selain itu, karena pendapatan atas jasa yang
diberika seharusnya juga dikenakan pajak penghasilan. Dalam hal ini, penyedia jastip
mempromosikan jasanya menggunakan media sosial seperti intagram, facebook atau
watsapp dan tidak mempunyai stok barang dan tempa usaha sehingga aparat pajak
mengalami kesulitan untuk mendeteksi pendapatan yang bisa dikenakan pajak
tersebut.

7. Penyebab Munculnya Risiko Bisnis Jastip

Terdapat beberapa penyebab munculnya risiko-risiko yang dapat merugikan baik


penyedia jastip dan pengguna jastip dalam bisnis ini. Beberapa penyebabnya yaitu
transaksi dalam bisnis jastip dilakukan atas dasar kepercayaan, tidak adanya wadah
atau sistem untuk mengamankan hak pembeli dan penjual, tidak adanya ijin usaha
serta tidak adanya pengaturan khusus dan tambahan terkait bisnis jastip ini.
7
Pertama, risiko penipuan atau kerugian karena sistem bisnis ini hanya
mengandalkan sistem kepercayaan. Seharusnya sistem kepercayaan ini dibangun
karena adanya hubungan pertemanan atau bahkan keluarga. Namun pada
kenyataannya antara penyediajastip dan pengguna jastip tidak saling mengenal. Para
pengguna jastip ini biasanya hanya mengetahui jasa yang ditawarkan oleh penyedia
jastip dari teman-teman mereka atau dari media sosial seperti instagram. Padahal
melakukan transaksi dengan orang yang belum dikenal berisiko sangat tinggi. Lain
halnya jika bertransaksi dengan orang yang dikenal seperti teman atau keluarga yang
pastinya lebih dapat dipercaya karena kita mengetahui latarbelakang, sifatnya dan
bahkan alamat tempat tinggalnya.
Dengan hanya mengandalkan sistem kepercayaan, tidak ada dapat yang menjamin
bahwa jika pengguna jastip membayar harga produk dan biaya jastip sebelum
menerima barang, dia akan mendapatkan barangyang sesuai dengan yang diminta atau
bahkan untuk sekedar mendapatkan barang tersebut. Hasilnya banyak prakek
penipuan jika transaksi ini dilakukan dengan ceroboh tanpa dilakukan penelusuran
terkait reputasi penyedia jastip, tingkat kepercayaannya dan tingkat keberhasilan
penyampaian jasa yang dia lakukan. Di sisi lain, dalam hal pembayaran dilakukan
setelah barang diterima, juga tidak ada yang bisa menjamin bahwa pengguna jastip
akan mentransfer harga produk dan biaya jastip kepada penyedia jastip setelah barang
diterima, atau bahkan tidak ada jaminan bahwa pelanggan tidak membatalkan pesanan
setelah membelikan barang yang minita pelanggan atau pengguna jastip.
Kedua, ketiadaan sistem atau mekanisme yang bisa mengamankan pengguna
jastip. Dalam mengamankan transaksi jastip yang mana antara penyedia dan
pengguna jastip tidak slaing mengenal dibutuhkan sistem sebagagai pengaman atau
pihak ketiga yang mengamankan masing-masing kepentingan agar tidak dirugkan
oleh pihak lain. Wadah atau sistem yang dimaksud harus bisa memastikan bahwa:
1) Penjual hanya akan menerima transfer jika barang yang diminta oleh pembeli
telah sampai ke pengguna jastip; dan memastikan
2) Pengguna membayar barang atau benda yang telah dipesan.
Dengan sistem tersebut diharapkan dapat mengurangi praktik penipuan.
Kendala ketiga yaitu tidak adanya ijin untuk melakukan bisnis jastip. tanpa adanya
ijin usaha ini, pemerintah tidak dapat memverifikasi data penyedia jastip sehingga
tidak dapat memberikan data kepada masyarakat terkait penyedia jastip yang dapat
dipercaya atau yang telah mengantongi ijin. Bagi pengguna jastip, dengan mengetahui

8
penyedia jastip yang dipilih mempunyai ijin dari pemerintah, akan memberikan rasa
aman bahwa penyedia jastip yang dipilih adalah pihak yang bisa dipercaya.
Kendala keempat yaitu ketiadaan pengaturan hukum yang khusus mengatur bisnis
jastip. pengaturan hukum yang ada sekarang hanya mengatur perdagangan atau jual
beli barang secara umum dan jual beli barang secara online, yaitu melalui:
1. Undang-Undang no. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan yang mengatur segala
sesuatu tentang perdagangan termasuk juga perdagangan yang dilakukan dengan
media internet.

2. Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

3. Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) yang mengatur


mengenai setiap penyebaran informasi dan transaksi yang dilakukan secara
elektronik.

Namun demikian, Undang-undang tersebut mengatur perlindungan tentang


perdagangan atau jual beli barang secara online tidak mengatur jasa untuk melakuka
pembelian barang untuk orang lain. Karena karekteristik jastip ini berbeda dengan jual
beli barang, dimana bisnis jasa titip online itu menjual jasa, sedangkan jual beli
barnag online memperjualberlikan barang.
Sebagai contoh, Undang-Undang no. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan pada pasal
65 melakukan pengaturan sebagai berikut:

Ayat 1
“Setiap Pelaku Usaha yang memperdagangkan barang dan/atau jasa
dengan menggunakan sistem elektronik wajib menyediakan data dan/atau
informasi secara lengkap dan benar”
Ayat 2
“Setiap Pelaku Usaha dilarang memperdagangkan barang dan/atau jasa
dengan menggunakan sistem elektronik yang tidak sesuai dengan data
dan/atau informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Ayat 3
“Penggunaan sistem elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
memenuhi ketentuan yang diatur dalam Undang Undang Informasi dan
Transaksi Elektronik.”
Ayat 4
“Data dan/atau informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
sedikit memuat:

9
a. Identitas dan legalitas Pelaku Usaha sebagai produsen dan Pelaku
Usaha Distribusi;
b. Persyaratan teknis barang yang ditawarkan;
c. Persyaratan teknis atau kualifikasi jasa yang ditawarkan;
d. Harga dan cara pembayaran barang dan/atau jasa;
e. Cara penyerahan barang”
Ayat 5
“Dalam hal terjadi sengketa terkait dengan transaksi dagang melalui sistem
elektronik, orang atau badan usaha yang mengalami sengketa dapat
menyelesaikan sengketa tersebut melalui pengadilan atau melalui
mekanisme penyelesaian sengketa lainnya.
Ayat 6
“Setiap Pelaku Usaha yang memperdagangkan barang dan/atau jasa
dengan menggunakan sistem elektronik yang tidak menyediakan data
dan/atau informasi secara lengkap dan benar sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikenai sanksi berupa pencabutan izin.”

Undang-undang tersebut melakukan pengaturan untuk melakukan melindungi


konsumen dalam transaksi perdagangan barang secara online. Namun demikian
undang-undang tersebut tidak mengatur transaksi jasa pembelian barang untuk orang
lain atau jasa titip jastip yang juga sangat dibutuhkan untuk melindungi pengguna
jastip dari kerugian atau penipuan.

Selain kekurangan hukum yang mengatur bisnis jastip, dalam penerapan bisnis ini
masih ada celah bagi penyedia jastip untuk melakukan penghindaran pajak.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 203 Tahun 2017 tentang Ketentuan
Ekspor dan Impor Barang yang Dibawa oleh Penumpang dan Awak Sarana
Pengangkut, menjelaskan terkait kategpri barang impor bawaan penumpang atau
import bawaan sarana pengangkut yaitu pasal 7 ayat (1) bahwa:

Barang impor bawaan Penumpang atau barang impor bawaan Awak Sarana
Pengangkut terdiri atas:
a. barang pribadi Penumpang atau barang pribadi Awak Sarana Pengangkut
yang dipergunakan/dipakai untuk keperluan pribadi termasuk sisa
perbekalan (personal use); dan/atau
b. barang impor yang dibawa oleh Penumpang atau barang impor yang
dibawa oleh Awak Sarana Pengangkut selain barang pribadi sebagaimana
dimaksud pada huruf a (non-personal use).
Selanjutnya pengaturan terhadap batasan bawaan pribadi penumpang dijelaskan
dalam pasal 12 yang dinyatakan bahwa:

“ (1) Terhadap barang pribadi Penumpang sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 7 ayat (1) huruf a yang diperoleh dari luar Daerah Pabean

10
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a, dengan nilai
pabean paling banyak FOB USD500.00 (lima ratus United States Dollar)
per orang untuk setiap kedatangan, diberikan pembebasan bea masuk.
(2) Dalam hal nilai pabean barang pribadi Penumpang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a yang diperoleh dari luar Daerah
Pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a melebihi
batas nilai pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1) , atas kelebihan
tersebut dipungut bea masuk dan pajak dalam rangka impor.”

Pengaturan terhadap besaran tarif terhadap barang impor pribadi selanjutnya diatur
dalam pasal 24 ayat (1), bahwa:

“Terhadap barang 1mpor bawaan Penumpang sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 7 ayat (1) huruf a yang memiliki nilai pabean melebihi FOB USD500.00
(lima ratus United States Dollar), berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. tarif bea masuk ditetapkan sebesar 10 % (sepuluh persen; dan
b. nilai pabean clitetapkan berdasarkan keseluruhan nilai pabean barang
impor bawaan Penumpang clikurangi clengan FOB USD500,00 (lima
ratus United States Dollar).”

Sedangkan pengaturan tarif terhadap barang impor selain pribadi selanjutnya diatur
dalam pasal 24 atat (3) bahwa:

“Terhadap barang impor sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 ayat (1) huruf
b, berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. tarif bea masuk atas barang yang bersangkutan ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai pembebanan tarif
bea masuk umum; dan
b. nilai pabean ditetapkan berdasarkan keseluruhan nilai pabean barang
impor.”

Berdasarkan pengaturan tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat dua kategori


barang impor bawaan yaitu barang untuk keperluan pribadi dan non pribadi.
Pengaturan pengenaan bea masuk terhadap impor barang pribadi yaitu barang
dikenakan bea masuk sebesar 10%, PPN 10%, PPh 7,5% untuk kelebihan nilai barang
pribadi seharga USD500. Sedangkan untuk impor barang non pribadi dikenakan bea
masuk sesuai ketentuan umum perundangan, PPN 10% dan PPh 7,5% yang dikenakan
untuk keseluruhan nilai (bukan atas kelebihan USD500).

Jika dilihat dari substansi barang jastip, barang jastip bukan merupakan barang
impor untuk kategori penggunaan pribadi tapi benar-benar murni bisnis yang harus
dikenakan dikenakan bea masuk sesuai ketentuan umum perundangan, PPN 10% dan
PPh 7,5% yang dikenakan untuk keseluruhan nilai (bukan atas kelebihan USD500).

11
Namun terdapat risiko barang tersebut, oleh penyedia jastip yang melakukan
pembelian barang dari luar negeri, diakui sebagai barang pribadi. Akibatnya, dasar
pengenaan tarif bea masuk dan pajak yang dipakai lebih rendah sebesar USD500. Hal
ini mengakibatkan potensi kerugian pendapatan negara dari bea masuk dan Pajak
Impor. Potensi kerugian yang lebih besar lagi jika barang jastip tersebut dilepas dari
bungkusnya atau dipakai sendiri untuk mengelabui petugas bea cukai agar diangap
bukan barang impor. Potensi penghindaran bea masuk dan pajak ini dapat
mengakibatkan risiko kerugian penerimaan negara dengan nilai yang lebih tinggi,
apalagi jika barang yang dipakai tersebut nilainya sangat tinggi sebagai contoh tas
bermerek atau jam tangan bermerek yang nilainya bisa mencapai puluhan juta bahkan
ratusan juta.

8. Pentingnya regulasi untuk mengurangi risiko dalam bisnis jastip.

Regulasi sangatlah penting untuk dapat mengurangi risiko-risiko yang merugikan


dalam bisnis jastip. Semua usaha untuk mengurangi risiko-risiko tersebut akan lemah
jika tidak ada peraturan yang mendasarinya.

Untuk mengurangi risiko-risiko yang merugikan dalam usaha jastip dapat


dilakuakn dengan cara membuat regulasi yang menganjurkan bahkan mewajibkan
penyedia jastip dan pelaku jastip melakukan transaksi jsatip melalui sebuah sistem
yang dapat melindungi konsumen. Sistem tersebut mensyaratkan penyedia jastip yang
akan menawarkan jasnya untuk mendaftar dan mengisi data pribadi ke dalam sistem
untuk selanjutnya sistem melakuakn verifikasi atas data tersebut misalkan dengan
mencocokan data dengan KTP, Nomor HP atau telpon. hal ini dilakukan untuk
memastikan bahwa penyedia jastip adalah orang yang dapat dipercaya.

Untuk memudahkan dan mempercepat bertransaksi jastip, sistem atau mekanisme


tersebut seharusnya dalam bentuk aplikasi yang terhubung dengan internet (online)
sehingga dapat diakses oleh semua orang. Pegembangan aplikasi tersebut seharusnya
bukan hanya untuk mengamankan dari tindak penipuan, tapi lebih jauh lagi untuk
mempertemukan penawaran penyedia jasa dan permintaan pengguna jastip.
Pengembangan ini seharusnya bisa menciptakan pasar baru dalam bisnis jastip, dan
mendorong pengelolaan bisnis jastip yang lebih profesional sehingga bisnis ini bukan
hanya menjadi bisnis sampingan saja, tetapi bisa menghasilkan pendapatan yang
besar. Selain itu pengembangan sistem tersebut seharusnya dapat menyediakan

12
perangkat pengloahan data, yaitu dapat menyediakan statistik atau laporan terkait jasa
yang telah diberikan untuk setiap penyedia jastip. Laporan ini sangat membantu untuk
mengathui omset, pendapatan, jenis barang apa saja yang dijadikan obyek jasa
sehingga dapat digunakan oleh penyedia jastip untuk pengembangan bisnisnya. Di sisi
pemerintah, data-data dalam sistem ini dapat digunakan juga untuk dapat menelusuri
transaksi yang dapat digunakan sebagai objek perpajakan dan bea cukai.

Untuk melindungi kepentingan konsumen, sebaiknya diperlukan juga pengaturan


yang mengharuskan penyedia jastip memiliki ijin usaha. Dengan adana ijin usaha ini,
pemerintah dapat memverifikasi data penyedia jastip dan hanya mengizinkan
penyedia jastip yang terpercaya untuk melakukan bisnis jastip. selanjutnya, dengan
data tersebut pemerintah jga bisa melakukan pengaturan kepada semua penyeda
jastip. bagi pengguna jastip, ijin tersebut memberikan rasa aman dan percaya bahwa
penyedia jastip yang dipilih adalah pihak yang bisa dipercaya.

Lebih lanjut diperlukan pengaturan undang-undang yang mengatur perlindungan


tentang atas jasa pembelian barang untuk orang lain yang dilakukan secara online
yang selama ini belum diatur oleh pemerintah. Hal ini penting untuk kepastian hukum
bisnis jasa online untuk menyelesaikan jika ada persengketaan yang timbul dari
transaksi bisni jastip ini. Penambahan pengaturan kepabeanan dan cukai serta
perpajakan juga diperlukan untuk mengantisipasi bisnis jastip ini yang semakin
berkembang agar tidak tidak merugikan pendapatan negara.

C. Kesimpulan

Bisnis jatip menawarkan keuntungan-keuntungan baik bagi penyedia jastip maupun


pengguna jastip. Namun, disisi lain terdapat juga kelemahan-kelemahan atau risiko-risiko
dalam binis jastip yang bisa merugikan baik bagi penyedia jastip ataupun pengguna jastip
bahkan merugikan pendapatan negara. Risiko risiko ini muncul karena transaksi dalam
bisnis jastip hanya dilakukan atas dasar kepercayaan, tidak adanya wadah atau sistem
untuk mengamankan hak pembeli dan penjual, tidak adanya ijin usaha serta tidak adanya
pengaturan khusus dan tambahan terkait bisnis jastip ini adanya beberapa faktor yaitu
Risiko-risiko ini juga muncul karena ada kekosongan regulasi.
Untuk dapat mengurangi risiko-risiko kerugian berbagai pihak dan mencipkatakan pasar
bisnis jastip yang efektif dan efisien serta pengamanan pendapatan pemerintah diperlukan
beberapa regulasi yang mengatur:

13
- Regulasi yang menghimbau atau mewajibkan transaksi bisnis jastip dilakukan dengan
sistem yang dapat menjamin kepentingan konsumen dan menghindari bentuk
penipuan.
- Regulasi yang mengatur perijinan usaha penyedia jastip.
- Regulasi terkait perlindungan konsumen pada bisnis jastip.
- Regulasi terkait pengamanan pendapatan bea masuk dan pajak terkait impor jastip.

Daftar Pustaka

Pemerintah Indonesia. 2008. Undang-Undang no. 7 Tahun 2014 tentang


Perdagangan. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR
45. Sekretariat Negara. Jakarta.
Pemerintah Indonesia. 2017. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 203 Tahun 2017
tentang Ketentuan Ekspor dan Impor Barang yang Dibawa oleh Penumpang dan Awak
Sarana Pengangkut. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2017 NOMOR
1900. Kementerian Keuangan, Jakarta
Asharini, Mutiara Annisa. 2019. Tren Wisata Luar Negeri Semakin Melesat, diakses
dari https://travel.dream.co.id/news/tren-wisata-luar-negeri-semakin-melesat-190712n.html,
di akses pada 6 September 2019.
Hendriyana, Cucun. 2019. Wow, 2 tahun bisnis jastip wanita ini hasilkan omzet
Rp3,5 M, diakses dari https://www.elshinta.com/news/179348/2019/07/04/wow-2-tahun-
bisnis-jastip-wanita-ini-hasilkan-omzet-rp35-m, pada tanggal 7 September 2019.
Rachman, Fadhly Fauzi. 2019. Wanita Ini Bisa Raup 40 Juta untuk Sekali Jastip,
diakses dari https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4451768/wanita-ini-bisa-raup-
40-juta-untuk-sekali-jastip, pada tanggal 7 September 2019.

14

Anda mungkin juga menyukai