Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh Tingkat Pengangguran dan Dependency Ratio

terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sumatera Utara

1. Latar Belakang Masalah


Pertumbuhan ekonomi merupakan perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara
berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan
ekonomi dapat diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Pertumbuhan ekonomi
juga memacu meningkatnya pemerataan pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan
rakyatnya secara adil dan merata. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan
merupakan kondisi utama yang menjadi suatu kewajiban dalam rangka peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Jumlah penduduk yang bertambah setiap tahun mengakibatkan
kebutuhan konsumsi sehari-hari juga turut bertambah setiap tahunnya, maka dibutuhkan
penambahan pendapatan setiap tahun (Tambunan, 2009).
Pertumbuhan ekonomi tanpa disinergiskan dengan penambahan kesempatan kerja akan
mengakibatkan ketimpangan dalam pembagian dari penambahan pendapatan tersebut (ceteris
paribus). Pertumbuhan ekonomi ialah proses kenaikan output perkapita yang terus menerus
dalam jangka panjang, menurut (Sukirno, 1996). Perekonomian dikatakan tumbuh apabila
mengalami suatu perubahan akan perkembangan apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi
daripada yang dicapai pada masa sebelumnya, hal tersebut dapat di lihat dari peningkatan Gross
Domentic Product (GDP) yang signifikan.
Dalam konsep ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi sama halnya dengan penambahan
GDP. Tolak ukur yang penting untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi daerah, karena
jumlah penduduk terus bertambah berarti kebutuhan ekonomi juga bertambah. Pertumbuhan
ekonomi sebuah negara dapat dilihat dari beberapa indikator perekonomian yang mempengaruhi
keberhasilan pertumbuhan ekonomi disuatu wilayah, diantaranya adalah tingkat pengangguran
dan depedency ratio.
Sumatera Utara merupakan Provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Pulau
Sumatera, namun jika dibandingkan dengan Provinsi lainnya di Indonesia, Provinsi Sumatera
Utara menempati peringkat keempat dengan jumlah penduduk terbesar setelah Jawa Barat, Jawa
Timur, dan Jawa Tengah. Kepadatan penduduk pada tahun 1990 di Provinsi Sumatera Utara
adalah 143 jiwa per km2 kemudian pada tahun 2000 meningkat menjadi 161 jiwa per km2 dan
selanjutnya pada tahun 2010 menjadi 188 jiwa per km2. Laju pertumbuhan penduduk selama
kurun waktu tahun 1990-2000 adalah 1,20 persen per tahun, dan pada tahun 2000-2010 menjadi
1,22 persen per tahun. Pada Tahun 2018 penduduk Sumatera Utara berjumlah 14.415.391 jiwa
yang terdiri dari 7.193.200 jiwa penduduk laki-laki dan 7.222.191 jiwa perempuan atau dengan
ratio jenis kelamin/sex ratio sebesar 99,60.
Jumlah penduduk yang sangat besar di Sumatera Utara masih menimbulkan masalah
umum, yaitu pengangguran. Pengangguran merupakan masalah makro jangka panjang terutama
di wilayah-wilayah yang ada di negara berkembang. Masalah pengangguran secara terbuka
maupun terselubung, menjadi pokok permasalahan dalam pertumbuhan ekonomi negara-negara
berkembang, menurut Sumitro Djojohadikusumo (1994). Pengangguran yang terjadi akibat dari
tingginya tingkat perubahan angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan adannya lapangan
pekerjaan yang cukup luas serta penyerapan tenaga kerja yang cenderung kecil. Hal ini di
sebabkan rendahnya tingkat pertumbuhan pencipta lapangan pekerjaan untuk menampung
tenaga kerja.
Data pengangguran yang akan digunakan pada penelitian ini adalah tingkat pengangguran
terbuka. Pengangguran terbuka dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang
yang termasuk dalam kelompok penduduk usia kerja tidak bekerja selama periode tertentu, dan
berusaha untuk mencari pekerjaan atau bersedia menerima pekerjaan.
Berdasarkan data BPS, diketahui bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (kota dan desa)
Sumatera Utara 3 tahun terakhir di Tahun 2017, 2018, dan Triwulan-I 2019 secara total sebesar
6.41%, 5.59%, dan 5.56%. Meskipun secara total TPT menurun, tetapi angka TPT di kota
meningkat di bandingkan di desa. Bulan Februari tahun 2017 menunjukkan bahwa pada saat
TPT total sebesar 6,41%, jumlah TPT di kota sebesar 7,46% dan TPT di desa sebesar 5,36%.
Kemudian, pada bulan Februari tahun 2018, saat TPT total sebesar 5,59%, jumlah TPT di kota
sebesar 7,35% dan TPT di desa sebesar 3,57%. Terakhir, pada bulan Februari tahun 2019, saat
TPT total turun menjadi 5,56%, jumlah TPT di kota naik menjadi 7,86% dan TPT di desa turun
menjadi 3,02%. Hal tersebut disebabkan oleh faktor urbanisasi, yaitu perpindahan masyarakat
dari desa ke kota tidak berdampak positif dari sisi ketenagakerjaan karena masyarakat yang
pindah tidak bisa diserap dunia kerja. Dengan demikian, jumlah TPT di desa cenderung
menurun karena perpindahan masyarakat pencari pekerjaan yang berasal di desa berpindah ke
kota. Kemudian, penyaluran dana desa juga turut berpengaruh dalam penurunan pengangguran
di desa.
Pengangguran terjadi karena ketidakseimbangan pasar tenaga kerja, yakni jumlah tenaga
kerja yang ditawarkan melebihi jumlah tenaga kerja yang diminta. Dalam setiap periode,
bagian (s) dari orang-orang yang bekerja kehilangan pekerjaan mereka, dan sebagaian (f )
dari para penganggur memperoleh pekerjaan. Tingkat pemutusan kerja dan perolehan kerja
inilah yang menentukan tingkat pengangguran (Mankiw, 2003).

Pemutusan Kerja (s)

Orang yang bekerja Pengangguran

Perolehan Pekerjaan (f)

Gambar 1. Diagram Transisi Antara Pekerja dan Penganggur

Salah satu perubahan dinamika demografi yang terjadi karena adanya perubahan struktur
penduduk menurut umur dinamakan bonus demografi. Fenomena transisi demografi terjadi
akibat berkurangnya angka kelahiran yang dibarengi oleh tingginya angka kematian dalam
jangka panjang. Kondisi bonus demografi terjadi disebabkan penurunan angka kelahiran dalam
jangka panjang, akan berakibat pada pengurangan jumlah penduduk berusia muda (< 15 tahun),
akan tetapi di satu sisi jumlah penduduk usia produktif (15 – 64 tahun) akan meningkat secara
drastis sebagai akibat angka kelahiran yang tinggi di masa lalu. Disisi lain jumlah penduduk
dengan umur di atas 64 tahun akan meningkat secara perlahan dan kemudian meningkat cepat
akibat terjadinya peningkatan usia harapan hidup, menurut Rosmika (2018). Dengan demikian,
saat jumlah penduduk usia produktif melebihi jumlah penduduk usia nonproduktif itulah yang
disebut dengan bonus demografi.
Pada tahun 2009, dependecy ratio Sumatera Utara sebesar 56% dan pada tahun 2018
masih tetap sebesar 56%. Sisi demografi Provinsi Sumatera Utara masih belum mengalami
perubahan atau stagnan pada angka 56%. Berdasarkan data tersebut, Provinsi Sumatera Utara
belum mendapatkan bonus demografi karena angka dependency ratio nya masih tinggi. Namun,
berdasarkan data hasil Survei Penduduk Antar Sensus (Supas) BPS terkait proyeksi penduduk
2015-2025, diketahui bahwa pada tahun 2025 dependecy ratio Sumatera Utara menurun
menjadi 49,02%. Meskipun tahun 2018 Provinsi Sumatera Utara belum sepenuhnya
mendapatkan bonus demografi, namun dengan proyeksi dependency ratio yang diproyeksikan
menurun pada tahun 2025, Provinsi Sumatera Utara perlu mempersiapkan dengan bijak terkait
bonus demografi yang akan didapat untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.
Berdasarkan uraian permasalahan tersebut, maka perlu dikaji dan diteliti secara
mendalam tentang “Pengaruh Tingkat Pengangguran dan Dependency Ratio terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Sumatera Utara”.

2. Rumusan Masalah
Provinsi Sumatera Utara dengan karakteristik jumlah penduduk terbesar di Pulau
Sumatera jika tidak dikelola dengan baik penciptaan lapangan pekerjaannya akan menghasilkan
tingkat pengangguran yang besar. Disamping itu, dependency ratio juga perlu diperhatikan agar
bisa mengoptimalkan bonus demografi. Berdasarkan hal tersebut, rumusan masalah yang akan
dibahas dalam penelitian ini antara lain:
1. Bagaimana pengaruh Jumlah Penduduk terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi
Sumatera Utara ?
2. Bagaimana pengaruh Dependency Ratio terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi
Sumatera Utara?
3. Bagaimana pengaruh Tingkat Pengangguran dan Dependency Ratio terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Provinsi Sumatera Utara?
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder dari BPS kota Medan
yang terdiri dari Tingkat Pengangguran dan Dependency Ratio secara time-series selama 10
tahun (2009 – 2018)
Tujuan penelitian yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh Tingkat Pengangguran terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Provinsi Sumatera Utara
2. Untuk mengetahui pengaruh Dependency Ratio terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Provinsi Sumatera Utara
3. Untuk mengetahui pengaruh Tingkat Pengangguran dan Dependency Ratio terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sumatera Utara
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Secara akademis, diharapkan sebagai bahan informasi dan dapat dijadikan referensi bagi
penelitian-penelitian selanjutnya tentang pengaruh Tingkat Pengangguran dan dependecy
ratio terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara; dan
2. Secara praktis, diharapkan sebagai bahan pertimbangan bagi pembuat kebijakan khususnya
Pemerintah Sumatera Utara dalam menentukan arah dan strategi pembangunan dalam
menghadapi bonus demografi di masa mendatang.

3. Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan metode
pendekatan kuantitatif dengan mengambil data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota
Medan. Jenis data yang digunakan adalah data time-series dengan menggunakan data 5 tahun
(2009-2018) di Kota Medan. Data tersebut dianalisis dengan regresi linier berganda antara
variabel tingkat Tingkat Pengangguran dan dependency ratio terhadap pertumbuhan ekonomi
menggunakan IBM SPSS Statistic v.20.
Adapun model yang digunakan adalah model regresi linier berganda pada penelitian ini
sebagai berikut :
Model Penelitian (Regresi Linier Berganda)
𝒀 = 𝜷 + 𝜷𝑿𝟏 + 𝜷𝑿𝟐 + 𝜷𝑿𝟑 + 𝒆
Y = Pertumbuhan Ekonomi
𝛽 = Slope atau Koefisien Estimate
𝑋1 = Variabel Tingkat pengangguran
𝑋2 = Variabel Dependency Ratio
𝑒 = error
Kerangka berpikir yang dibentuk dalam model regresi linier berganda pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:

Tingkat Pengangguran
(X1 )
Pertumbuhan Ekonomi
(Y)

Dependency Ratio
(X 2 )

Model Regresi Linier Berganda:


Keterangan: 1. Uji t
- - - - - - - - : Berpengaruh secara parsial 2. Uji F
: Berpengaruh secara simultan 3. Koefisien Korelasi (r)
4. Koefisien Determinasi (R)
1
.
Uji
t
2
.
Uji t dan Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-varibel independen (X1) dan
(X 2) secara parsial (untuk Uji t) dan simultan (untuk Uji F) berpengaruh signifikan (sig) atau
tidak terhadap variabel dependen (Y) dengan tingkat kepercayaan 95% atau α = 5% dengan
ketentuan jika sig < 0,05 maka H0 ditolak dan jika sig >0,05 maka H0 tidak ditolak.
Koefisien korelasi (r) digunakan untuk mengetahui kuat-lemahnya hubungan antara
variabel bebas dan terikat serta hubungan antar variabel komponen produksi. Hubungan antar
variabel dapat dilihat pada tabel 1.
Koefisien determinasi (R) digunakan untuk mengetahui seberapa besar perubahan atau
variasi suatu variabel yang dijelaskan oleh perubahan atau variasi pada variabel lainnya. Jika
nilai R semakin mendekati nol berarti model tidak baik atau variasi model dalam menjelaskan
amat terbatas, sebaliknya semakin mendekati satu, model semakin baik untuk menerangkan
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Hipotesis
1. Ho : Tingkat pengangguran tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi
Riau
H1 : Tingkat pengangguran berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Riau

2. Ho : Dependency Ratio tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Riau


H1 : Dependency Ratio berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Riau

3. Ho : Tingkat pengangguran dan Dependency Ratio tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan


Ekonomi di Provinsi Riau
H1 : Tingkat pengangguran dan Dependency Ratio berpengaruh terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Provinsi Riau

4. Pembahasan

5. Kesimpulan dan Implikasi Kebijakan


Kesimpulan
Implikasi Kebijakan
Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2009, Kota Medan Dalam Angka 2009. Medan
. 2010 Kota Medan Dalam Angka 2010. Medan
. 2011 Kota Medan Dalam Angka 2011. Medan
. 2012 Kota Medan Dalam Angka 2012. Medan
. 2013 Kota Medan Dalam Angka 2013. Medan
. 2014 Kota Medan Dalam Angka 2014. Medan
. 2015 Kota Medan Dalam Angka 2015. Medan
. 2016 Kota Medan Dalam Angka 2016. Medan
. 2017 Kota Medan Dalam Angka 2017. Medan
. 2018 Kota Medan Dalam Angka 2018. Medan
Novriansyah, Moh. Arif. 2018. Pengaruh Pengangguran dan Kemiskinan terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Provinsi Gorontalo
Tambunan, Tulus. 2001. Perekonomian Indonesia, Teori dan Temuan Empiris. Ghalia ; Jakarta
Anggoro, Moch Heru. 2015. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan Angkatan Kerja
terhadap Tingkat Pengangguran di Kota Surabaya.
Jati, Wasisto Raharjo. 2015. Bonus Demografi Sebagai Mesin Pertumbuhan Ekonomi : Jendela
Peluang atau Jendela Bencana Di Indonesia?

Anda mungkin juga menyukai