A. Pengertian Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil ( Bobak, 2010). Postpartum adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Siti Saleha, 2009). B. Etiologi Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori menghubungkan dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011) 1. Teori penurunan hormone 1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot –otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone turun. 2. Teori placenta menjadi tua Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim. 3. Teori distensi rahim Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta. 4. Teori iritasi mekanik Di belakang servik terlihat ganglion servikale. Bila ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus. 5. Induksi partus Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus. C. Periode Masa Nifas 1. Periode Immediate Postpartum Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri.Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran loche, tekanan darah, dan suhu. 2. Periode Early Postpartum (24 jam-1 minggu) Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik. 3. Periose Late Postpartum (1 minggu-5 minggu) Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari- hari serta konseling KB (Siti Saleha, 2009). D. Patofisiologi Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh hormon laktogen dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamae. Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2- 5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia kala. E. Adaptasi Fisiologi Post Partum 1. Involusio uterus Secara berangsur – angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil, setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan retraksi otot-ototnya. Fundus uteri 3 jari dibawah pusat. Selama 2 hari berikutnya, besarnya tidak seberapa berkurang tetapi sesudah 2 hari ini uterus mengecil dengan cepat sehingga pada hari ke-10 tidak teraba dari luar. Setelah 6 minggu tercapainya lagi ukurannya yang normal.Epitelerasi siap dalam 10 hari, kecuali pada tempat plasenta dimana epitelisasi memakan waktu tiga minggu. 2. Serviks Setelah persalinan, bentuk serviks agak mengganggu seperti corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari. 3. Payudara Konsentrasi hormone yang menstimulasi perkembangan payudara selama wanita hamil (estrogen, progesterone, HCG, prolaktin, kortisol dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Waktu yang dibutuhkan hormone- hormon ini untuk kembali ke kadar sebelum hamil sebagian ditentukan oleh apakah ibu menyusui atau tidak. 4. Sistem Urinary Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu, tergantung pada (1) Keadaan/status sebelum persalinan (2) lamanya partus kala II dilalui (3) besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan. Disamping itu, dari hasil pemeriksaan sistokopik segera setelah persalinan tidak menunjukkan adanya edema dan hyperemia diding kandung kemih, akan tetapi sering terjadi exstravasasi (extravasation, artinya keluarnya darah dari pembuluh-pembuluh darah di dalam badan) kemukosa. (Suherni, 2009). 5. Sistem Endokrin Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam proses tersebut. 6. Sistem gastrointestinal Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan.Hal ini umumnya karena makan padat dan kurangnya berserat selama persalinan. Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap makanannya dua jam setelah persalinan. Kalsium sangat penting untuk gigi pada kehamilan dan masa nifas, dimana pada masa ini terjadi penurunan konsentrasi ion kalsium karena meningkatnya kebutuhan kalsium pada ibu, terutama pada bayi yang dikandungnya untuk proses pertumbuhan juga pada ibu dalam masa laktasi (Saleha, 2009). 7. Sistem muskuloskeletal Beberapa gejala sistem muskuloskeletal yang timbul pada masa pasca partum antara lain: a. Nyeri punggung bawah Nyeri punggung merupakan gejala pasca partum jangka panjang yang sering terjadi.Hal ini disebabkan adanya ketegangan postural pada sistem muskuloskeletal akibat posisi saat persalinan.Penanganan: Selama kehamilan, wanita yang mengeluh nyeri punggung sebaiknya dirujuk pada fisioterapi untuk mendapatkan perawatan. Anjuran perawatan punggung, posisi istirahat, dan aktifitas hidup sehari-hari penting diberikan.Pereda nyeri elektroterapeutik dikontraindikasikan selama kehamilan, namun mandi dengan air hangat dapat menberikan rasa nyaman pada pasien. b. Sakit kepala dan nyeri leher Pada minggu pertama dan tiga bulan setelah melahirkan, sakit kepala dan migrain bisa terjadi. Gejala ini dapat mempengaruhi aktifitas dan ketidaknyamanan pada ibu post partum. Sakit kepala dan nyeri leher yang jangka panjang dapat timbul akibat setelah pemberian anestasi umum. c. Nyeri pelvis posterior Nyeri pelvis posterior ditunjukan untuk rasa nyeri dan disfungsi area sendi sakroiliaka.Gejala ini timbul sebelum nyeri punggung bawah dan disfungsi simfisis pubis yang ditandai nyeri di atas sendi sakroiliaka pada bagian otot penumpu berat badan serta timbul pada saat membalikan tubuh di tempat tidur.Nyeri ini dapat menyebar ke bokong dan paha posterior.Penanganan: pemakaian ikat (sabuk) sakroiliaka penyokong dapat membantu untuk mengistirahatkan pelvis. Mengatur posisi yang nyaman saat istirahat maupun bekerja, serta mengurangi aktifitas dan posisi yang dapat memacu rasa nyeri. d. Disfungsi simfisis pubis Merupakan istilah yang menggambarkan gangguan fungsi sendi simfisis pubis dan nyeri yang dirasakan di sekitar area sendi.Fungsi sendi simfisis pubis adalah menyempurnakan cincin tulang pelvis dan memindahkan berat badan melalui pada posisis tegak. Bila sendi ini tidak menjalankan fungsi semestinya, akan terdapat fungsi/stabilitas pelvis yang abnormal, diperburuk dengan terjadinya perubahan mekanis, yang dapat mrmpengaruhi gaya berjalan suatu gerakan lembut pada sendi simfisis pubis untuk menumpu berat badan dan disertai rasa nyeri yang hebat. Penanganan: tirah baring selama mungkin; pemberian pereda nyeri; perawatan ibu dan bayi yang lengkap; rujuk ke ahli fisioterapi untuk latihan abdomen yang tepat; latihan meningkatkan sirkulasi; mobilisasi secara bertahap; pemberian bantuan yang sesuai. e. Diastasis rekti Diastasis rekti adalah pemisahan otot rektus abdominis lebih dari 2,5 cm pada tepat setinggi umbilikus (Noble, 1995) sebagai akibat pengaruh hormon terhadap linea alba serta akibat perenggangan mekanis dinding abdomen. Kasus ini sering terjadi pada multi paritas, bayi besar, poli hidramnion, kelemahan otot abdomen dan postur yang salah.Selain itu, juga disebabkan gangguan kolagen yang lebih ke arah keturunan, sehingga ibu dan anak mengalami diastasis. Penanganan: melakukan pemeriksaan rektus untuk mengkaji lebar celah antara otot rektus; memasang penyangga tubigrip (berlapis dua jika perlu), dari area xifoid sternum sampai di bawah panggul; latihan transversus dan pelvis dasar sesering mungkin, pada semua posisi, kecuali posisi telungkup-lutut; memastikan tidak melakukan latihan sit-up atau curl-up; mengatur ulang kegiatan sehari–hari, menindaklanjuti pengkajian oleh ahli fisioterapi selama diperlukan. f. Osteoporosis akibat kehamilan Osteoporosis timbul pada trimester ketiga atau pasca natal.Gejala ini ditandai dengan nyeri, fraktur tulang belakang dan panggul, serta adanya hendaya (tidak dapat berjalan), ketidakmampuan mengangkat atau menyusui bayi pasca natal, berkurangnya tinggi badan, postur tubuh yang buruk. . 8. Lochea Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Pada hari pertama dan kedua lochea rubra atau lochea cruenta, terdiri atas darah segar bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa verniks kaseosa, lanugo dan mekonium. a. Lochea Rubra (cruenta) : Berisi darah segar dan sisa selaput ketuban, sel-sel dari desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium. b. Lochea Sanguinolenta : Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari ke 3-7 pasca persalinan c. Lochea Serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan. d. Lochea Alba : cairan putih setelah 2 minggu. e. Lochea Purulenta : terjadi infeksi, keluaran cairan seperti nanah berbau busuk. f. Lochea stasis : lochea tidak lancar keluarnya. 9. Pembuluh Darah Rahim Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh-pembuluh darah yang besar, karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak. Bila pembuluh darah yang besar, tersunbat karena perubahan pada dindingnya dan diganti oleh pembuluh-pembuluh yang kiri. 10. Vagina dan perineum Setelah persalinan dinding perut longgar karena disebabkan lama, tetapi biasanya akan pulih kembali dalam 6 minggu. Pada wanita yang asthenis menjadi diastasis dari otot-otot rectus abnominis sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah terdiri dari perineum, fascia tipis dan kulit.Tempat yang lemah dan menonjol kalau berdiri atau mengejan. Perubahan vagina, vagina mengecil dan timbul rugae (lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan) kembali. Terjadi robekan perineum pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya.Bila ada laserasi jalan lahir atau luka bekasepisiotomi (penyayatan mulut serambi kemaluan untuk mempermudah kelahiran bayi) lakukanlah penjahitan dan perawatan dengan baik (Suherni, 2009). 11. Sistem Kardiovaskuler a. Volume Darah Perubahan volume darah tergantung pada beberapa factor misalnya kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan ekstravaskuler. Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume darah total yang cepat tetapi terbatas. Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun sampai mencapai volume sebelum hamil.Hipervolemia yang diakibatkan kehamilan menyebabkan kebanyakan ibu bisa mentoleransi kehilangan darah saat melahirkan. Pasca melahirkan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitum cordia. Hal ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala.Pada umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga sampai kelima post patum. Tiga perubahan fisiologis pascapartum yang melindungi wanita : 1) Hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang mengurangi ukuran pembuluh darah maternal 10%-15%. 2) Hilangnya fungsi endokrin plasenta yang menghilangkan stimulus vasodilatasi 3) Terjadinya mobilisasi air ekstravaskuler yang disimpan selama wanita hamil. b. Curah Jantung Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung meningkat selama masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini akan meningkat bahkan lebih tinggi selama 30-60 menit karena darah yang biasanya melintasi sirkuit uteroplasenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum. 12. Tanda-tanda Vital Selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkat menjadi 38ºC, sebagai akibat meningkatnya kerja otot, dehidrasi dan perubahan hormonal jika terjadi peningkatan suhu 38ºC yang menetap 2 hari setelah 24 jam melahirkan, maka perlu dipikirkan adanya infeksi seperti sepsis puerperalis (infeksi selama post partum), infeksi saluran kemih, endometritis (peradangan endometrium), pembengkakan payudara, dan lain-lain. Dalam periode waktu 6-7 jam sesudah melahirkan, sering ditemukan adanya bradikardia 50-70 kali permenit (normalnya 80-100 kali permenit) dan dapat berlangsung sampai 6-10 hari setelah melahirkan. Takhikardia kurang sering terjadi, bila terjadi berhubungan dengan peningkatan kehilangan darah dan proses persalinan yang lama. Selama beberapa jam setelah melahirkan, ibu dapat mengalami hipotensi orthostatik (penurunan 20 mmHg) yang ditandai dengan adanya pusing segera setelah berdiri, yang dapat terjadi hingga 46 jam pertama. Hasil pengukuran tekanan darah seharusnya tetap stabil setelah melahirkan. Peningkatan tekanan sisitolik 30 mmHg dan penambahan diastolik 15 mmHg yang disertai dengan sakit kepala dan gangguan penglihatan, bisa menandakan ibu mengalami preeklamsia dan ibu perlu dievaluasi lebih lanjut. Fungsi pernafasan ibu kembali ke fungsi seperti saat sebelum hamil pada bulan ke enam setelah melahirkan (Maryunani, 2009). 13. Endometrium Timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis, di tempat implantasi plasenta. Pada hari-hari pertama, endometrium setebal 12,5 mm akibat pelepasan desidua dan selaput janin. F. Perubahan Psikologis Adaptasi psikologis post partum menurut teori rubin dibagi dalam 3 periode yaitu sebagai berikut ; 1. Periode Taking In a. Berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan b. Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga komunikasi yang baik. c. Ibu menjadi sangat tergantung pada orang lain, mengharapkan segala sesuatru kebutuhan dapat dipenuhi orang lain. d. Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan perubahan tubuhnya e. Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika melahirkan secara berulang-ulang f. Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu dapat tidur dengan tenang untuk memulihkan keadaan tubuhnya seperti sediakala. g. Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan peningkatan nutrisi, dan kurangnya nafsu makan menandakan ketidaknormalan proses pemulihan 2. Periode Taking Hold a. Berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan b. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dalam merawat bayi c. Ibu menjadi sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung. Oleh karena itu, ibu membutuhkan sekali dukungan dari orang-orang terdekat d. Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya. Dengan begitu ibu dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya. e. Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalkan buang air kecil atau buang air besar, mulai belajar untuk mengubah posisi seperti duduk atau jalan, serta belajar tentang perawatan bagi diri dan bayinya 3. Periode Letting Go a. Berlangsung 10 hari setelah melahirkan. b. Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah c. Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya d. Keinginan untuk merawat bayi meningkat e. Ada kalanya ibumengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya, keadaan ini disebut baby blues(Herawati Mansur, 2009). G. Perawatan Masa Nifas 1. Mobilisasi Jelaskan bahwa latihan tertentu sangat membantu seperti : a. Dengan tidur terlentang dengan lengan disamping, menarik otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas ke dalam dan angkat dagu ke dada : tahan satu hitungan sampai 5, rileks dan ulangi 10 x. b. Untuk memperkuat tonus otot vagina (latihan kegel). c. Berdiri dengan tungkai dirapatkan kencangkan otot-otot, pantat dan pinggul dan tahan sampai 5 hitungan kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali. d. Mulai mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan setiap minggu naikkan 5 kali. Dan pada 6 minggu setelah persalinan ibu harus mengerjakan sebanyak 30 kali. 2. Diet Ibu menyusui harus mengkonsumsi tambahan kalori 500 tiap hari. Makanan harus diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup. Pil besi harus diminum minimal 40 hari pasca melahirkan.Minum sedikitnya 3 liter, minum zat besi, minum kapsul vitamin A dengan dosis 200.000 unit. 3. Miksi hendaknya dapat dilakukan sendiri mungkin karena kandung kemih yang penuh dapat menyebabkan perdarahan. 4. Defekasi Buang air besar harus dapat dilakukan 3-4 hari pasca persalinan, bila tidak bisa maka diberi obat peroral atau perektal atau klisma. 5. Perawatan Payudara a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama puting susu b. Menggunakan BH yang menyokong payudara c. Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dari puting susu yang tidak lecet. d. Apabila lecet berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminum dengan menggunakan sendok. e. Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum parasetamol 1 tab setiap 4-6 jam. f. Apabila payudara bengkok akibat pembendungan ASI, lakukan : 1) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit. 2) Urut payudara dari arah pangkal menuju puting atau menggunakan sisir untuk mengurut arah Z pada menuju puting. 3) Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting susu menjadi lunak. 4) Susukan bayi setiap < 3 jam. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI sisanya dikeluarkan dengan tangan. 5) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui. 6. Laktasi ASI mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih dan siap untuk diminum.Tanda ASI cukup : a. Bayi kencing 6 kali dalam 24 jam. b. Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan c. Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan tidur cukup. d. Bayi menyusui 10-11 kali dalam 24 jam. e. Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali menyusui. f. Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI. g. Bayi bertambah berat badannya. ASI tidak cukup : a. Jarang disusui. b. Bayi diberi makan lain. c. Payudara tidak dikosongkan setiap kali habis menyusui (Sarwono, 2002). H. Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas 1. Perdarahan pervaginam yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak (lebih dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan pergantian pembalut-pembalut 2 kali dalam setengah jam). 2. Pengeluaran cairan vagina yang berbau busuk. 3. Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung. 4. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri ulu hati, atau masalah penglihatan. 5. Pembengkakan diwajah atau ditangan. 6. Demam, muntah, rasa sakit sewaktu BAK atau jika merasa tidak enak badan. 7. Payudara yang bertambah atau berubah menjadi merah panas dan atau terasa sakit. 8. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama. 9. Rasa sakit merah, lunak dan atau pembengkakan dikaki. 10. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya atau dirinya sendiri. 11. Merasa sangat letih dan nafas terengah-engah. (Siti Saleha,2009) II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Biodata klien Biodata klien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian. 2. Keluhan utama Hal-hal yang dikeluhkan saat ini dan alasan meminta pertolongan. 3. Riwayat haid Umur Menarche pertama kali, Lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi, siklus haid, hari pertama haid terakhir, perkiraan tanggal partus. 4. Riwayat perkawinan Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa ? Apakah perkawinan sah atau tidak, atau tidak direstui orang tua ? 5. Riwayat obstetri a. Riwayat kehamilan Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, Hasil Laboratorium : USG, Darah, Urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang diperoleh. b. Riwayat persalinan 1) Riwayat persalinan lalu : Jumlah Gravida, jumlah partal, dan jumlah abortus, umur kehamilan saat bersalin, jenis persalinan, penolong persalinan, BB bayi, kelainan fisik, kondisi anak saat ini. 2) Riwayat nifas pada persalinan lalu : Pernah mengalami demam, keadaan lochia, kondisi perdarahan selama nifas, tingkat aktifitas setelah melahirkan, keadaan perineal, abdominal, nyeri pada payudara, kesulitan eliminasi, keberhasilan pemberian ASI, respon dan support keluarga. 3) Riwayat persalinan saat ini : Kapan mulai timbulnya his, pembukaan, bloody show, kondisi ketuban, lama persalinan, dengan episiotomi atau tidak, kondisi perineum dan jaringan sekitar vagina, dilakukan anastesi atau tidak, panjang tali pusat, lama pengeluaran placenta, kelengkapan placenta, jumlah perdarahan. 4) Riwayat New Born : apakah bayi lahir spontan atau dengan induksi/tindakan khusus, kondisi bayi saat lahir (langsung menangis atau tidak), apakah membutuhkan resusitasi, nilai APGAR skor, Jenis kelamin Bayi, BB, panjang badan, kelainan kongnital, apakah dilakukan bonding attatchment secara dini dengan ibunya, apakah langsung diberikan ASI atau susu formula. 6. Riwayat KB & perencanaan keluarga Kaji pengetahuan klien dan pasangannya tentang kontrasepsi, jenis kontrasepsi yang pernah digunakan, kebutuhan kontrasepsi yang akan datang atau rencana penambahan anggota keluarga dimasa mendatang. 7. Riwayat penyakit dahulu Penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan yang dijalani, dimana mendapat pertolongan. Apakah penyakit tersebut diderita sampai saat ini atau kambuh berulang-ulang ? 8. Riwayat psikososial-kultural Adaptasi psikologi ibu setelah melahirkan, pengalaman tentang melahirkan, apakah ibu pasif atau cerewet, atau sangat kalm. Pola koping, hubungan dengan suami, hubungan dengan bayi, hubungan dengan anggota keluarga lain, dukungan social dan pola komunikasi termasuk potensi keluarga untuk memberikan perawatan kepada klien. Adakah masalah perkawinan, ketidak mampuan merawat bayi baru lahir, krisis keluarga. Blues : Perasaan sedih, kelelahan, kecemasan, bingung dan mudah menangis. Depresi : Konsentrasi, minat, perasaan kesepian, ketidakamanan, berpikir obsesif, rendahnya emosi yang positif, perasaan tidak berguna, kecemasan yang berlebihan pada dirinya atau bayinya. Kultur yang dianut termasuk kegiatan ritual yang berhubungan dengan budaya pada perawatan post partum, makanan atau minuman, menyendiri bila menyusui, pola seksual, kepercayaan dan keyakinan, harapan dan cita-cita. 9. Riwayat kesehatan keluarga Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara genetic, menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah diderita oleh keluarga. 10. Profil keluarga Kebutuhan informasi pada keluarga, dukungan orang terdekat, sibling, type rumah, community seeting, penghasilan keluarga, hubungan social dan keterlibatan dalam kegiatan masyarakat. 11. Kebiasaan sehari-hari a. Pola nutrisi : pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan (Kalori, protein, vitamin, tinggi serat), freguensi, konsumsi snack (makanan ringan), nafsu makan, pola minum, jumlah, freguensi,. b. Pola istirahat dan tidur : Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman yang mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu atau remang-remang atau gelap, apakah mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum). c. Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol blas, terjadi over distensi blass atau tidak atau retensi urine karena rasa talut luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB, freguensi, konsistensi, rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan penggunaan toilet. d. Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tatarias rambut dan wajah. e. Aktifitas : Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan, kemampuan merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja dan menyusui. f. Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang membuat fresh dan relaks. 12. Sexual Bagaimana pola interaksi dan hubungan dengan pasangan meliputi freguensi koitus atau hubungan intim, pengetahuan pasangan tentang seks, keyakinan, kesulitan melakukan seks, continuitas hubungan seksual. Pengetahuan pasangan kapan dimulai hubungan intercourse pasca partum (dapat dilakukan setelah luka episiotomy membaik dan lochia terhenti, biasanya pada akhir minggu ke 3). Bagaimana cara memulai hubungan seksual berdasarkan pengalamannya, nilai yang dianut, fantasi dan emosi, apakah dimulai dengan bercumbu, berciuman, ketawa, gestures, mannerism, dress, suara. Pada saat hubungan seks apakah menggunakan lubrikasi untuk kenyamanan. Posisi saat koitus, kedalaman penetrasi penis. Perasaan ibu saat menyusui apakah memberikan kepuasan seksual. Faktor-faktor pengganggu ekspresi seksual : bayi menangis, perubahan mood ibu, gangguan tidur, frustasi yang disebabkan penurunan libido. 13. Konsep Diri Sikap penerimaan ibu terhadap tubuhnya, keinginan ibu menyusui, persepsi ibu tentang tubuhnya terutama perubahan-perubahan selama kehamilan, perasaan klien bila mengalami opresi SC karena CPD atau karena bentuk tubuh yang pendek. 14. Peran Pengetahuan ibu dan keluarga tentang peran menjadi orangtua dan tugas- tugas perkembangan kesehatan keluarga, pengetahuan perubahan involusi uterus, perubahan fungsi blass dan bowel. Pengetahan tentang keadaan umum bayi, tanda vital bayi, perubahan karakteristik faces bayi, kebutuhan emosional dan kenyamanan, kebutuhan minum, perubahan kulit. Ketrampilan melakukan perawatan diri sendiri (nutrisi dan personal hyhiene, payu dara) dan kemampuan melakukan perawatan bayi (perawatan tali pusat, menyusui, memandikan dan mengganti baju/popok bayi, membina hubungan tali kasih, cara memfasilitasi hubungan bayi dengan ayah, dengan sibling dan kakak/nenek). Keamanan bayi saat tidur, diperjalanan, mengeluarkan secret dan perawatan saat tersedak atau mengalami gangguan ringan. Pencegahan infeksi dan jadwal imunisasi. 15. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan Umum : Tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran. b. BB, TB, LLA, Tanda Vital normal (RR konsisten, Nadi cenderung bradi cardy, suhu 36,2-38, Respirasi 16-24) c. Kepala : Rambut, Wajah, Mata (conjunctiva), hidung, Mulut, Fungsi pengecapan; pendengaran, dan leher. d. Breast : Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola dan puting susu, stimulation nepple erexi. Kepenuhan atau pembengkakan, benjolan, nyeri, produksi laktasi/kolostrum. Perabaan pembesaran kelenjar getah bening diketiak. e. Abdomen : teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal), musculus rectus abdominal utuh (intact) atau terdapat diastasis, distensi, striae. Tinggi fundus uterus, konsistensi (keras, lunak, boggy), lokasi, kontraksi uterus, nyeri, perabaan distensi blas. f. Anogenital : Lihat struktur, regangan, udema vagina, keadaan liang vagina (licin, kendur/lemah) adakah hematom, nyeri, tegang. Perineum : Keadaan luka episiotomy, echimosis, edema, kemerahan, eritema, drainage. Lochia (warna, jumlah, bau, bekuan darah atau konsistensi , 1-3 hr rubra, 4-10 hr serosa, > 10 hr alba), Anus : hemoroid dan trombosis pada anus. g. Muskoloskeletal : Tanda Homan, edema, tekstur kulit, nyeri bila dipalpasi, kekuatan otot. 16. Pemeriksaan Laboratorium a. Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb < 10 g% dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit. b. Klien dengan Dower Kateter diperlukan culture urine. B. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan. 2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan laserasi dan proses persalinan. 3. Gangguan pola eliminasi bowel berhubungan dengan adanya konstipasi. 4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan darah dan intake ke oral. 5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal psikologis, proses persalinan dan proses melelahkan. 6. Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan cara perawatan payudara bagi ibu menyusui. C. Rencana Keperawatan / Intervensi 1. Nyeri Akut
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil Nyeri akut berhubungan NOC : NIC : dengan: Pain Level, Lakukan pengkajian nyeri secara Agen injuri (biologi, pain control, komprehensif termasuk lokasi, kimia, fisik, psikologis), comfort level karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas kerusakan jaringan Setelah dilakukan dan faktor presipitasi DS: tinfakan keperawatan Observasi reaksi nonverbal dari - Laporan secara verbal selama …. Pasien tidak ketidaknyamanan DO: mengalami nyeri, dengan Bantu pasien dan keluarga untuk - Posisi untuk menahan kriteria hasil: mencari dan menemukan dukungan nyeri Mampu mengontrol Kontrol lingkungan yang dapat - Tingkah laku berhati- nyeri (tahu penyebab mempengaruhi nyeri seperti suhu hati nyeri, mampu ruangan, pencahayaan dan kebisingan - Gangguan tidur (mata menggunakan tehnik Kurangi faktor presipitasi nyeri sayu, tampak capek, nonfarmakologi untuk Kaji tipe dan sumber nyeri untuk sulit atau gerakan mengurangi nyeri, menentukan intervensi kacau, menyeringai) mencari bantuan) Ajarkan tentang teknik non farmakologi: - Terfokus pada diri Melaporkan bahwa napas dala, relaksasi, distraksi, kompres sendiri nyeri berkurang dengan hangat/ dingin - Fokus menyempit menggunakan Berikan analgetik untuk mengurangi (penurunan persepsi manajemen nyeri nyeri: ……... waktu, kerusakan Mampu mengenali nyeri Tingkatkan istirahat proses berpikir, (skala, intensitas, Berikan informasi tentang nyeri seperti penurunan interaksi frekuensi dan tanda penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan dengan orang dan nyeri) berkurang dan antisipasi lingkungan) Menyatakan rasa ketidaknyamanan dari prosedur - Tingkah laku distraksi, nyaman setelah nyeri Monitor vital sign sebelum dan sesudah contoh : jalan-jalan, berkurang pemberian analgesik pertama kali menemui orang lain Tanda vital dalam dan/atau aktivitas, rentang normal aktivitas berulang- Tidak mengalami ulang) gangguan tidur - Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil) - Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku) - Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah) - Perubahan dalam nafsu makan dan minum 2. Resiko Tinggi Infeksi
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil Risiko infeksi NOC : NIC : Faktor-faktor risiko : Immune Status Pertahankan teknik aseptif - Prosedur Infasif Knowledge : Infection Batasi pengunjung bila perlu - Kerusakan jaringan dan control Cuci tangan setiap sebelum dan peningkatan paparan Risk control sesudah tindakan keperawatan lingkungan Setelah dilakukan Gunakan baju, sarung tangan sebagai - Malnutrisi tindakan keperawatan alat pelindung - Peningkatan paparan selama…… pasien tidak Ganti letak IV perifer dan dressing lingkungan patogen mengalami infeksi dengan sesuai dengan petunjuk umum - Imonusupresi kriteria hasil: Gunakan kateter intermiten untuk - Tidak adekuat pertahanan Klien bebas dari tanda menurunkan infeksi kandung kencing sekunder (penurunan Hb, dan gejala infeksi Tingkatkan intake nutrisi Leukopenia, penekanan Menunjukkan Berikan terapi respon inflamasi) kemampuan untuk antibiotik:................................. - Penyakit kronik mencegah timbulnya Monitor tanda dan gejala infeksi - Imunosupresi infeksi sistemik dan lokal - Malnutrisi Jumlah leukosit dalam Pertahankan teknik isolasi k/p - Pertahan primer tidak batas normal Inspeksi kulit dan membran mukosa adekuat (kerusakan kulit, Menunjukkan perilaku terhadap kemerahan, panas, drainase trauma jaringan, hidup sehat Monitor adanya luka gangguan peristaltik) Status imun, Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gastrointestinal, gejala infeksi genitourinaria dalam Kaji suhu badan pada pasien batas normal neutropenia setiap 4 jam 3. Konstipasi
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil Konstipasi berhubungan NOC: NIC : dengan Bowl Elimination Manajemen konstipasi - Fungsi:kelemahan otot Hidration - Identifikasi faktor-faktor yang abdominal, Aktivitas fisik Setelah dilakukan menyebabkan konstipasi tidak mencukupi tindakan keperawatan - Monitor tanda-tanda ruptur - Perilaku defekasi tidak selama …. konstipasi bowel/peritonitis teratur pasien teratasi dengan - Jelaskan penyebab dan rasionalisasi - Perubahan lingkungan kriteria hasil: tindakan pada pasien - Toileting tidak adekuat: Pola BAB dalam - Konsultasikan dengan dokter posisi defekasi, privasi batas normal tentang peningkatan dan penurunan - Psikologis: depresi, stress Feses lunak bising usus emosi, gangguan mental Cairan dan serat - Kolaburasi jika ada tanda dan gejala - Farmakologi: antasid, adekuat konstipasi yang menetap antikolinergis, Aktivitas adekuat - Jelaskan pada pasien manfaat diet antikonvulsan, antidepresan, Hidrasi adekuat (cairan dan serat) terhadap eliminasi kalsium karbonat,diuretik, - Jelaskan pada klien konsekuensi besi, overdosis laksatif, menggunakan laxative dalam waktu NSAID, opiat, sedatif. yang lama - Mekanis: ketidakseimbangan - Kolaburasi dengan ahli gizi diet elektrolit, hemoroid, tinggi serat dan cairan gangguan neurologis, - Dorong peningkatan aktivitas yang obesitas, obstruksi pasca optimal bedah, abses rektum, tumor - Sediakan privacy dan keamanan - Fisiologis: perubahan pola selama BAB makan dan jenis makanan, penurunan motilitas gastrointestnal, dehidrasi, intake serat dan cairan kurang, perilaku makan yang buruk DS: - Nyeri perut - Ketegangan perut - Anoreksia - Perasaan tekanan pada rektum - Nyeri kepala - Peningkatan tekanan abdominal - Mual - Defekasi dengan nyeri DO: - Feses dengan darah segar - Perubahan pola BAB - Feses berwarna gelap - Penurunan frekuensi BAB - Penurunan volume feses - Distensi abdomen - Feses keras - Bising usus hipo/hiperaktif - Teraba massa abdomen atau rektal - Perkusi tumpul - Sering flatus 4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil Defisit Volume Cairan NOC: NIC : Berhubungan dengan: Fluid balance Pertahankan catatan intake dan - Kehilangan volume Hydration output yang akurat cairan secara aktif Nutritional Status : Monitor status hidrasi ( kelembaban - Kegagalan mekanisme Food and Fluid Intake membran mukosa, nadi adekuat, pengaturan Setelah dilakukan tekanan darah ortostatik ), jika DS : tindakan keperawatan diperlukan - Haus selama….. defisit volume Monitor hasil lab yang sesuai dengan DO: cairan teratasi dengan retensi cairan (BUN , Hmt , - Penurunan turgor kriteria hasil: osmolalitas urin, albumin, total kulit/lidah Mempertahankan protein ) - Membran mukosa/kulit urine output sesuai Monitor vital sign setiap 15menit – 1 kering dengan usia dan BB, jam - Peningkatan denyut nadi, BJ urine normal, Kolaborasi pemberian cairan IV penurunan tekanan darah, Tekanan darah, nadi, Monitor status nutrisi penurunan suhu tubuh dalam Berikan cairan oral volume/tekanan nadi batas normal Berikan penggantian nasogatrik - Pengisian vena menurun Tidak ada tanda tanda sesuai output (50 – 100cc/jam) - Perubahan status mental dehidrasi, Elastisitas Dorong keluarga untuk membantu - Konsentrasi urine turgor kulit baik, pasien makan meningkat membran mukosa Kolaborasi dokter jika tanda cairan - Temperatur tubuh lembab, tidak ada rasa berlebih muncul meburuk meningkat haus yang berlebihan Atur kemungkinan tranfusi - Kehilangan berat badan Orientasi terhadap Persiapan untuk tranfusi secara tiba-tiba waktu dan tempat baik Pasang kateter jika perlu - Penurunan urine output Jumlah dan irama Monitor intake dan urin output setiap - HMT meningkat pernapasan dalam 8 jam - Kelemahan batas normal Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas normal pH urin dalam batas normal Intake oral dan intravena adekuat 5. Gangguan Pola Tidur
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil Gangguan pola tidur NOC: NIC : berhubungan dengan: Anxiety Control Sleep Enhancement - Psikologis : usia tua, Comfort Level Determinasi efek-efek medikasi kecemasan, agen biokimia, Pain Level terhadap pola tidur suhu tubuh, pola aktivitas, Rest : Extent and Jelaskan pentingnya tidur yang depresi, kelelahan, takut, Pattern adekuat kesendirian. Sleep : Extent ang Fasilitasi untuk mempertahankan - Lingkungan : kelembaban, Pattern aktivitas sebelum tidur (membaca) kurangnya privacy/kontrol Setelah dilakukan Ciptakan lingkungan yang nyaman tidur, pencahayaan, medikasi tindakan keperawatan Kolaburasi pemberian obat tidur (depresan, selama …. gangguan stimulan),kebisingan. pola tidur pasien - Fisiologis : Demam, mual, teratasi dengan kriteria posisi, urgensi urin. hasil: DS: Jumlah jam tidur - Bangun lebih awal/lebih dalam batas normal lambat Pola tidur,kualitas - Secara verbal menyatakan dalam batas normal tidak fresh sesudah tidur Perasaan fresh DO : sesudah - Penurunan kemempuan tidur/istirahat fungsi Mampu - Penurunan proporsi tidur mengidentifikasi REM hal-hal yang - Penurunan proporsi pada meningkatkan tidur tahap 3 dan 4 tidur. - Peningkatan proporsi pada tahap 1 tidur - Jumlah ti dur kurang dari normal sesuai usia DAFTAR PUSTAKA
Bobak,M.Irene.2004. Perawatan Maternitas dan Gynekologi.Bandung: VIA PKP
Mansur, Herawati.2009.Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan.Jakarta : Salemba
Medika.
Manuaba,Ida Bagus.2007.Ilmu Kebidanan,Penyakit kandungan, dan keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan.Jakarta:EGC
Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Postpartum). Jakarta: TIM.