Anda di halaman 1dari 8

Terdapat dua metode pembayaran rumah sakit yaitu pembayaran retrospektif dan

prospektif.

1. Retrospektif

Metode pembayaran yang dilakukan atas layanan kesehatan yang diberikan kepada pasien
berdasar pada setiap aktivitas layanan yang diberikan.

Contoh: Fee For Service

2. Prospektif

Metode pembayaran yang dilakukan atas layanan kesehatan yang besarnya sudah diketahui
sebelum pelayanan kesehatan diberikan.

Contoh: Global Budget, Perdiem, Kapitasi, dan Case based Grops (CBG) payment

Dalam pelaksanaan JKN, Indonesia Case Based Groups (INA CBG's) menjadi metode
pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL).

(Pasal 39 ayat (3) Perpres No 12 Tahun 2013)

INA-CBG’s

Pembayaran INA-CBGs adalah pembayaran yang didasarkan kepada pengelompokan


diagnosis penyakit (Pasal (1) PMK No 69 tahun 2013). Pembayaran ini dikembangkan
dari sistem bauran kasus (casemix) dengan mengelompokan diagnosis dan prosedur dengan
ciri klinis serta biaya yang sama/mirip. Pengelompokkannya dilakukan dengan
menggunakan grouper.

Implementasi pembayaran INA CBGs dilaksanakan di rumah sakit kelas A, B, C, D, serta


rumah sakit umum dan rumah sakit khusus rujukan nasional (Pasal 4 PMK No 69 tahun
2013) .
2.1.1 Metode Pembayaran di Rumah Sakit

Terdapat dua metode pembayaran yang digunakan di rumah sakit yaitu


metode pembayaran retrospektif dan metode pembayaran prospektif. Metode
pembayaran retrospektif adalah metode pembayaran yang dilakukan atas layanan
kesehatan yang diberikan kepada pasien berdasar pada setiap aktifitas layanan yang
diberikan, semakin banyak layanan kesehatan yang diberikan semakin besar tarif
yang harus dibayarkan. Contoh pola pembayaran retrospektif adalah Out of Pocket
(OOP) dan Fee For Services (FFS). (PMK. No. 27 Tahun 2014)
Metode pembayaran prospektif adalah metode pembayaran yang dilakukan
atas layanan kesehatan yang besarannya sudah diketahui sebelum pelayanan
kesehatan diberikan. Contoh pembayaran prospektif adalah global budget, Perdiem,
Kapitasi dan case based payment yaitu Indonesia Case Base Groups (INA-CBG’s)
(PMK. No. 27 Tahun 2014)

Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembayaran Prospektif

Kelebihan Kekurangan
Provider Pembayaran lebih adil sesuai Kurangnya kualitas Koding akan
dengan kompleksitas pelayanan menyebabkan ketidaksesuaian
Proses Klaim Lebih Cepat proses grouping
(pengelompokan kasus)
Pasien Kualitas Pelayanan baik Pengurangan Kuantitas
Pelayanan
Dapat memilih Provider dengan Provider merujuk ke luar / RS
pelayanan terbaik lain
Pembayar Terdapat pembagian resiko Memerlukan pemahaman
keuangan dengan provider mengenai konsep prospektif
dalam implementasinya
Tarif administrasi lebih rendah Memerlukan monitoring Pasca
Mendorong peningkatan sistem Klaim
informasi
Sumber : PERMENKES 27 Tahun 2014
Tabel 2.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembayaran Retrospektif

Kelebihan Kekurangan
Provider Risiko keuangan sangat Tidak ada insentif untuk yang
kecil memberikan Preventif Care
Pendapatan Rumah Sakit "Supplier induced-demand”
tidak terbatas
Pasien Waktu tunggu yang lebih Jumlah pasien di klinik sangat
singkat banyak "Overcrowded clinics"
Lebih mudah mendapat Kualitas pelayanan kurang
pelayanan dengan
teknologi terbaru
Pembayar Mudah mencapai Tarif administrasi tinggi untuk
kesepakatan dengan proses klaim
provider meningkatkan risiko keuangan
Sumber : PERMENKES 27 Tahun 2014

2.2 Indonesia Case Bases Groups (INA-CBG’s)

2.2.1 Pengertian Indonesia Base Case Groups (INA-CBG’s)

Rumah sakit merupakan organisasi yang kompleks yang memberikan


pelayan yang bersifat heterogen kepada pasien, keadaan ini cukup menyulitkan
dalam perhitungan besaran pembayaran baik secara langsung dari pasien yang
dilayani (out of pocket) maupun dari Badan Penyelenggara Asuransi. Sehingga
casemix merupakan salah satu solusi untuk pemecahan masalah ini. Casemix adalah
pembayaran dengan tarif per diagnosisi, bukan tarif/harga satuan jenis pelayanan
dalam rangka penyembuhan penyakit. Dalam pembayran casemix, rumah sakit
maupun pihak pembayar tidak lagi merinci tagihan pelayanan apa saja yang telah
diberikan kepada seorang pasien, akan tetapi rumah sakit hanya menyampaikan
diagnosis pasien waktu pulang dan memasukkan kode untuk kasus tersebut.
Menurut (Jacobs, 1997) casemix adalah suatu indeks atau alat ukur rata- rata
penggunaan sumber daya untuk kelompok khusus yang sejenis. Besaran yang
dihasilkan memperlihatkan perkiraan sumber daya yang digunakan untuk masing- masing
kasus.
Sistem casemix adalah pengelompokan diagnosis dan prosedur dengan
mengacu pada ciri klinis yang mirip/sama dan penggunaan sumber daya/tarif
perawatan yang mirip/sama, pengelompokan dilakukan dengan menggunakan
software grouper. Sistem casemix saat ini banyak digunakan sebagai dasar sistem
pembayaran kesehatan di negara-negara maju dan sedang dikembangkan di negara-
negara berkembang. (PMK. No 27 Tahun 2014)
2.2.2 Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pembayaran Indonesia Case Base
Groups (INA-CBG’s)

Menurut Thabrany (2014), pembayaran casemix ini membawa konsekuensi


rumah sakit dan tim dokter harus bekerja secara efisien agar surplus, lewat casemix
pendapatan sebuah rumah sakit ditentukan dari keberhasilan tim, bukan orang per
orang. Sehingga seluruh elemen rumah sakit harus bekerja sama dengan baik untuk
menghindari risiko. Adapun kelebihan dan kekurangan sistem pembayaran
Indonesia Case Base Groups (INA-CBG‟s) menurut Thabrany (2014), yaitu :
Kelebihan sistem pembayaran Indonesia Case Base Groups (INA-CBG‟s):

1. Memudahkan administrasi pembayaran bagi rumah sakit dan pihak


pembayar
2. Memudahkan pasien memahami besaran tarif yang harus dibayar

3. Memudahkan perhitungan pendapatan rumah sakit

4. Memberikan intensif kepada rumah sakit dan tenaga kesehatan untuk


menggunakan sumber daya seefisien mungkin
5. Mendorong kerja tim rumah sakit yang berpotensi meningkatkan kualitas
layanan dan menurunkan risiko kesalahan medis.
Kekurangan sistem pembayaran Indonesia Case Base Groups (INA-CBG’s) :

1. Penerapannya membutuhkan pembayar pihak ketiga yang cukup dominan

2. Penerapannya membutuhkan sistem informasi kesehatan, seperti rekam


medis, teknologi, jaringan computer, dll.
3. Membatasi dokter dari upaya coba-coba produk obat, medis, yang
ditawarkan oleh perusahaan farmasi atau alat kesehatan.
4. Menimbulkan goncangan bagi para dokter yang biasa menentukan sendiri
besaran jasa medisnya.
5. Membutuhkan komitmen yang kuat dari seluruh elemen rumah sakit.

2.2.3 Manfaat Indonesia Case Base Groups (INA-CBG’s)

Casemix memberikan informasi tentang klasifikasi kasus-kasus dengan


diagnosa yang sejenis disertai standar-standar pelayanan yang digunakan sehingga
memudahkan dalam perhitungan tarif yang tercermin pada casemix (unit cost per
jenis penyakit). Menurut Thabrany (2014), jika ditinjau dari beberapa aspek,
casemix mempunyai manfaat antara lain :
1. Dari aspek perencanaan, casemix dapat menyediakan informasi yang akurat
tentang tarif kesehatan yang dibutuhkan per penyakit.
2. Dari aspek pemtarifan, casemix dapat digunakan sebagai dasar persamaan
persepsi dan alat ukur untuk penetapan kerjasama dengan Bapel.
3. Dari aspek pemeliharaan, casemix dapat digunakan sebagai alat ukur dari
output rumah sakit dan menjadi dasar dari negosiasi tarif dengan pasien
ataupun badan penyelenggara
4. Dari mutu pelayanan kesehatan, casemix membantu meningkatkan mutu
melalui penyediaan informasi bagi para tenaga medis dan tenaga kesehatan
lain tentang jenis perawatan, rata-rata lama hari rawat serta tarif pelayanan
kesehatan.

Daftar pustaka

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/50451/Chapter%20II.pdf?sequence
=4&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai