Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Meningkatnya tuntutan konsumen akan sebuah produk, menyebabkan


kegiatan produksi dan operasi dunia industri turut meningkat. Kebutuhan akan alat
yang efisien dan fleksibel semakin tinggi demi kelancaran kegiatan produksi, salah
satu alat yang dibutuhkan yakni alat penukar panas atau biasa disebut Heat Exchanger
sehingga alat penukar kalor ini mempunyai peran yang penting dalam suatu proses
produksi maupun operasi.

Alat penukar panas atau Heat Exchanger adalah peralatan yang digunakan
untuk melakukan proses pertukaran kalor antara dua fluida, baik cair (panas atau
dingin) maupun gas, dimana fluida ini mempunyai temperatur yang berbeda
(Awwaluddin,2007). Secara umum fungsi dari heat exchanger adalah mendinginkan
hasil pengolahan dengan media pendingin umpan atau hasil pengolahan lainnya.
Secara khusus fungsi heat exchanger adalah memanfaatkan sejumlah panas dari zat
alir hasil dari pengolahan yang akan didinginkan dengan memanaskan umpan yang
akan masuk ke dapur atau ke kolom, pada proses ini tidak terjadi perubahan fase.
Keuntungan dari penggunaan Heat Exchanger yaitu :
1. Untuk menghemat panas yang berarti dapat mengurangi pemakaian bahan
bakar didapur.
2. Mengurangi beban alat pendingin dan sebaliknya mengurangi beban alat
pemanas untuk memanaskan.
Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar fluida
dapat berlangsung secara efisien. Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak, baik

1
antara fluida terdapat dinding yang memisahkannya maupun keduanya bercampur
langsung (direct contact).

Tipe aliran di dalam alat penukar panas ini ada 4 macam aliran yaitu :

• Parallel flow/co current /flow (aliran searah)

• Cross flow (aliran silang)

• Cross counter flow (aliran silang berlawanan)

• Counter current flow (aliran berlawanan arah)

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Heat Exchanger dan Heat Exchanger Network?
2. Apa saja tipe-tipe dan klasifikasi dari Heat Exchanger ?
3. Bagaimana prinsip kerja Heat Exchanger ?
1.3. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui yang dimaksud Heat Exchanger dan Heat Exchanger
Network
2. Untuk mengetahui tipe serta klasifikasi dari Heat Exchanger
3. Untuk mengetahui prinsip kerja dari Heat Exchanger
1.4. Manfaat Makalah
1. Dapat mengetahui yang dimaksud Heat Exchanger dan Heat Exchanger
Network
2. Dapat mengetahui tipe dan klasifikasi Heat Exchanger
3. Dapat mengetahui prinsip kerja dari Heat Exchanger
1.5. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam makalah ini hanya membahas mengenai Heat
Exchanger secara umum dan mengenai diagram alir dari Heat Exchanger
Network.

BAB II

PEMBAHASAN

2
2.1. Unjuk Kerja Heat Exchanger

Menurut Kern, 1950, Alat penukar panas (Heat Exchanger) merupakan suatu
peralatan yang dapat memindahkan panas dari suatu fluida ke fluida yang
lainnya. Alat penukar panas menggunakan dua fluida dimana antara fluida
tersebut tidak terjadi pencampuran. Prinsip dari perpindahan panas pada dasarnya
adalah mengalirnya energi panas dari fluida yang bersuhu tinggi ke fluida yang
bersuhu lebih rendah, sehingga fluida panas menurun suhunya dan fluida dingin
suhunya akan naik.

Dari segi media pemanas atau pendingin dapat dipergunakan dengan


memanfaatkan suatu fluida yang panasnya akan dikurangi atau ditambah, bisa
juga dilakukan dengan membuat fluida baru untuk menambah ataupun
mengurangi panas. Secara umum fungsi heat exchanger adalah mendinginkan
hasil dari pengolahan dengan media pendingin umpan atau hasil pengolahan
lainnya. Secara khusus fungsi heat exchanger adalah memanfaatkan sejumlah
panas dari zat alir hasil pengolahan yang akan didinginkan dengan memanaskan
umpan yang akan masuk ke dapur atau ke kolom, pada proses ini tidak terjadi
perubahan fase. Keuntungan dari penggunaan Heat Exchanger yaitu :

1. Untuk menghemat panas yang berarti dapat mengurangi pemakaian


bahan bakar didapur.
2. Mengurangi beban alat pendingin dan sebaliknya mengurangi beban alat
pemanas untuk memanaskan.

Heat Exchanger juga merupakan salah satu alat penukar panas dalam sistem
hidrolik. Alat penukar panas adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan
panas dari suatu fluida yang mempunyai temperature lebih tinggi ke fluida yang
temperature lebih rendah. Prinsip dasar dari heat exchanger merupakan pertukaran
panas antara zat panas dengan zat yang lebih rendah temperature nya, pada umumnya

3
tanpa terjadi persinggungan langsung antara kedua zat tersebut. Oleh karena itu
dalam heat exchanger terjadi dua fungsi sekaligus, yaitu :

1. Memanaskan fluida yang dingin


2. Mendinginkan Fluida yang panas

Menurut Setiadi (2013), Perpindahan panas pada Heat Exchanger dipengaruhi oleh :

1. Perbedaan Temperature kedua zat, semakin besar perbedaan temperature zat


tersebut akan semakin besar perpindahan panasnya.
2. Luas permukaan yang dipengaruhi oleh jumlah banyaknya plate atau tube dan
turbulensi aliran. Semakin luas permukaan bersinggungan (Heat Contact)
maka perpindahan akan semakin besar.
3. Kecepatan aliran kedua zat. Kecepatan aliran fluida yang tinggi menyebabkan
Contact Time berkurang sehingga perpindahan panas berkurang. Kecepatan
fluida yang rendah akan menyebabkan kerak (Fouling).
4. Thermal Conductivity, setiap material memiliki penghantar panas yang
berbeda-beda. Logam merupakan konduktor yang baik.

Kapasitas, semakin besar kapasitas umpan yang akan di panaskan maka perpindahan
panas akan semakin sedikit apabila jumlah kapasitas pemanas lebih rendah.

2.2. Kemampuan Heat Exchanger


Berikut beberapa sebab kemampuan dari Heat Exchanger akan menurun, ada
beberapa cara untuk memperbesar atau menjaga Performance Heat Exchanger,
antara lain sebagai berikut:
1. Membersihkan secara periodik
2. Menutup bagian isolasi yang rusak
Adapun beberapa hal yang dapat mempengaruhi menurunnya Performance pada
Heat Exchanger antara lain :

4
1. Pengotor (Foulling)
2. Pressure Drop
3. Kebocoran
4. Corrosive

2.3. Alat Penukar Panas Berdasarkan Arah Aliran


Berdasarkan arah alirannya Heat Exchanger dapat digolongkan menjadi tiga
(Rumahorbo, 2018) :
a. Aliran Paralel atau Searah (Co-Current)
Fluida panas dalam tube mengalir searah dengan fluida yang dipanaskan
di luar tube (Shell Side). Perpindahan panas pada jenis ini relatif kecil
karena kedua fluida yang telah berbeda suhunya akan mengalir pada
posisi tempat dan arah yang sama.

b. Aliran Berlawanan Arah (Counter Current)


Arah aliran jenis ini fluida panas dalam tube mengalir berlawanan arah
dengan fluida yang dipanaskan diluar tube. Perpindahan panas jenis ini
sangat baik sebab kedua fluida saling menukar panas sepanjang aliran
dalam peralatan tersebut. Jenis aliran ini yang paling banyak
dipergunakan pada alat penukar panas.

5
Aliran berlawanan arah memberikan perpindahan panas yang lebih
baik dibandingkan dengan aliran searah. Di dalam kenyataannya tidak
mungkin membuat aliran berlawanan arah murni, yang ada adalah aliran
campuran berlawanan arah. Tetapi dalam perhitungan kemampuan heat
exchanger selalu dianggap aliran berlawanan arah, kemudian dikoreksi.
Membuat aliran kedua fluida turbulen.

c. Arah Aliran Melintang (Cross Flow)


Arah aliran ini fluida dalam tube didinginkan dengan arah melintang
oleh fluida yang didinginkan, untuk jenis aliran ini biasanya
menggunakan “Finned Tube” dan banyak dipakai Fin-Fan dengan
pendingin udara. Perpindahan panas yang terjadi lebih kecil bila
dibandingkan dengan arah aliran berlawanan.

2.4 Heat Exchanger Berdasarkan Fungsinya


Menurut Karniavip, 2015. Berdasarkan fungsinya alat penukar panas terdiri dari:
a. Cooler
Fungsi Cooler untuk mendinginkan fluida (cairan ataupun gas) tanpa terjadi
perubahan phase, sedangkan media pendinginnya berupa air atau udara.
b. Condenser
Berfungsi untuk mengembunkan fluida yang berbentuk uap atau campuran
uap, sebagai media pendingin biasanya air. Umumnya condensor

6
mempunyai shell dan tube serta dapat dipasang secara tegak lurus maupun
mendatar.
c. Chiller
Berfungsi untuk mendinginkan fluida pada suhu rendah, sebagai media
pendingin biasa digunakan air, propana freon atau amoniak.
d. Air Cooler Exchanger
Berfungsi untuk mendinginkan fluida pada suhu kamar, dengan media
pendingin udara.
e. Heater
Berfungsi untuk memanaskan atau memberikan panas dengan menggunakan
steam atau nyala api.
d. Evaporator
Berfungsi untuk menguapkan fluida cair dengan menggunakan steam
atau media pemanas lainnya.
e. Reboiler
Digunakan untuk menaikkan kembali suhu fluida sampai fluida
tersebut mencapai suhu didihnya. Reboiler dapat berupa shell dan tube atau
tipe dapur, biasanya dihubungkan dengan dasar kolom distilasi.

2.4. Komponen Utama dari Heat Exchanger


Komponen utama dari heat exchanger antara lain : Tube, Baffle, Tie Rods,
Tube Sheet, Channel, Partition Pass, Shell Cover dan Channel Cover.
a. Tube
Tube dapat dikatakan sebagai urat nadi alat penukar kalor karena
merupakan media penghantar antar fluida panas dan fluida dingin, kedua
jenis fluida itu mempunyai kapasitas, temperature, tekanan serta jenis
yang berbeda. Ada dua macam tipe tube, yaitu tube polos dan bersirip
(finned tube) sejumlah tube dirangkai menjadi satu kesatuan yang disebut
tube bundle.Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi ialah :
1)Kemampuan panas yang tinggi
2)Daya tahan terhadap panas
3) Daya tahan terhadap korosi
4) Daya tahan terhadap erosi
Tata letak pemasangan tube (Tube lay out) ada 4 (empat) macam yaitu:
1. In Line Square Pitch

7
Sumbu tube saling membentuk 90o segi empat bujur sangkar. Pengaturan
cara ini baik untuk pressure drop yang rendah dan mempunyai koefisien
perpindahan panas lebih rendah dari pada triaguler pitch.
2. Diamond Square Pitch
Pada pengaturan cara ini sumbu tube saling membentuk 90o segi empat bujur
sangkar melintang terhadap arah aliran. Cara ini terkenal untuk pengaturan
pressure drop rendah namun tidak serendah in line square pitch.
3. Triangular Pitch
Sumbu tube saling membentuk 60o segi tiga sama sisi searah dengan arah
aliran. Cara ini sering digunakan baik untuk pressure drop yang sedang
hingga tinggi. Trianguler pitch juga mempunyai koefisien perpindahan panas
lebih baik dari pada in line triangular pitch.
4. In Line Triangular Pitch
Sumbu Tube saling membentuk 60o segi tiga sama sisi melintang terhadap
arah aliran. Koefisien perpindahan panas tidak begitu tinggi namun lebih
baik dari pada in line square pitch. Penggunaan untuk pressure drop yang
sedang hingga tinggi.
b. Baffle
Baffle adalah sekat-sekat yang terdapat pada bagian shell alat
penukar panas.
1) Tujuan Penggunaan Baffle
a) Menambah / membuat aliran turbulen pada bagian luar tube
b) Memperkuat tube bundle
c) Mencegah benturan antar tube akibat vibrasi aliran fluida.
d) Meratakan aliran fluida di dalam shell.
e) Membagi shell menjadi 2 (dua) atau beberapa bagian

2) Macam – Macam Baffle, yaitu :


a) Segmental baffle
b) Disc & Doughnut baffle
c) Orifice baffle
d) Longitudinal baffle
c. Tie Rods
Tie rods berupa sebatang besi bulat yang mempunya ulir pada kedua
ujungnya dipasang pada bagian tube.
Tujuan dari pemasangan Tie Rods antara lain :
a) Mempertahankan panjang tube.

8
b) Mempertahankan jarak antara baffle plate.
c) Mempertahankan dan menjaga agar rangkaian tube tidak berubah
untuk sewaktu dilakukan pengangkatan atau perbaikan.
d. Tube Sheet
Berfungsi sebagai dudukan tube bundle pada shell.
e. Channel
Berfungsi sebagai tempat masuk keluarnya fluida bagian tube.
f. Partition Pass
Berfungsi sebagai pembatas antara aliran masuk dan aliran keluar yang
dipasang pada channel.

g. Shell Cover dan Chanel Cover


Berfungsi sebagai penutup shell dan channel yang dapat dibuka pada
waktu dilakukan perbaikan atau pembersihan tube dan dinding dalam shell.

2.5. Fluida yang Dilewatkan pada Shell dan Tube

Alat penukar akan berfungsi dengan baik apabila masih dalam keadaan
baru atau baru dibersihkan. Adanya kotoran atau kerak yang melekat pada
dinding dalam dan luar dari tube dapat menyebabkan menurunnya proses
perpindahan panas. Dengan dasar itu perlu pertimbangan dan perhatian
khusus agar mempermudah dalam membersihkan serta memperkecil
terjadinya fouling atau pembentukan kerak Rumahorbo, (2018).

Tidak ada ketentuan yang pasti tentang penentuan zat alir yang mana yang
harus dilewati pada tube atau shell, tetapi ada pandangan yang memudahkan
untuk memilih zat alir mana yang harus dilewatkan tube dan shell. Hal ini
berdasarkan bahwa tube mudah dibersihkan, mudah diganti dan untuk
tekanan yang tinggi kenaikan tebal dinding tube tidak terlalu besar
diameternya kecil dibandingkan shell.

a. Kemampuan Untuk Dibersihkan (Clean ability)


Jika dibandingkan cara membersihkan antara tube dan shell, maka
pembersihan sisi shell (luar tube) jauh lebih sulit.
b. Korosi

9
Masalah korosi atau kebersihan sangat dipengaruhi oleh penggunaan dari
paduan logam. Paduan logam itu mahal, karena itu fluida dialirkan
melalui tube untuk meghemat biaya yang terjadi karena kerusakan shell.
c. Tekanan kerja
Shell yang bertekanan tinggi, diameter, akan diperlukan dinding yang
tebal, ini akan mahal. Untuk mengatasi hal itu apabila fluida bertekanan
tinggi, lebih baik dialirkan melalui tube.
d. Temperatur
Fluida bertemperatur tinggi lebih baik dialirkan melalui tube. Fluida
bertemperatur tinggi juga akan menurunkan tegangan yang diperbolehkan
(allowable stress) pada material peralatan, hal ini mempunyai pengaruh
yang sama seperti fluida bertekanan tinggi yang memerlukan dinding
shell yang tebal. Keamanan dari para pekerja harus diutamakan, dan ini
akan menimbulkan biaya tambahan untuk isolasi peralatan, apalagi kalau
fluida panas dialirkan pada sisi shell atau diluar tube.
e. Jumlah aliran fluida
Suatu perencanaan yang baik akan diperoleh aliran fluida yang kecil
jumlahnya dilakukan pada sisi shell. Ini akan mempengaruhi jumlah pass
aliran, tetapi konsekuensinya ialah kerugian dan penurunan tekanan.
f. Viskositas
Batas angka kritis bilangan Reynolds untuk aliran turbulent pada sisi shell
adalah 200. Karena itu aliran laminar dalam tube dapat menjadi turbulent
apabila aliran melalui shell. Aliran tetap laminar dialirkan melalui shell,
maka lebih baik aliran itu dialirkan melalui tube.
g. Penurunan tekanan
Apabila masalah penurunan tekanan (pressure drop) merupakan hal yang
kritis dan harus ditinjau secara teliti, maka sebaiknya fluida tersebut
dialirkan melalui sisi tube.

2.6. Deposit pada Heat Exchanger


Deposit yang terbentuk pada permukaan dinding luar maupun dinding dalam
akan memperbesar tahanan daya hantar panas (resintance) yang akan
mengakibatkan kemampuan heat exchanger menurun. Kecepatan

10
terbentuknya endapan / kerak pada heat exchanger dipengaruhi oleh jenis,
kecepatan dan suhu fluida. Adapun berbagai macam deposit antara lain :
a) Hard deposit misalnya : Kerak dan coke
b) Porous deposit, terdiri dari material yang sama dengan pembentukan
hard deposit tetapi porous.
c) Loose deposit, misalnya endapan lumpur, ganggam, daun-daunan.
Beberapa faktor yang dapat menimbulkan pengotoran alat penukar kalor
ialah:
a) Temperature fluida.
b) Temperature dinding tube.
c) Material tube serta ketelitian pengerjaan.
d) Kecepatan aliran fluida.
e) Waktu atau lamanya beroperasi sejak pembersihan yang terakhir.
2.7. Unjuk kerja Crude Preheater
Umpan Crude Oil sebelum masuk ke kolom fraksinasi terlebih dahulu
memerlukan pemanasan sampai 355oC, sehingga pemanasan memegang peranan
penting dalam proses pengolahan pada Plant CDU. Pemanasan umpan dilakukan
dalam sistem gabungan antara alat penukar panas dan dapur dengan temperatur
operasi hingga keluar dari dapur/furnace (1-F-01) 355OC.

Gambar 3.1 Crude Preheater System CDU Pertamina RU-VII Kasim


Sumber : PT. Pertamina RU-VII Kasim (2018)

Crude preheater pada CDU merupakan serangkaian Heat Exchanger


yang disusun dan ditempatkan sebelum memasuki Furnace(I-F-01). Tujuan
dipasangnya Crude Preheater Exchanger disamping dalam rangka untuk
pemanfaatan energi yang sebesar-besarnya dan untuk menjaga agar beban panas

11
yang diberikan oleh dapur tidak melampaui batas maksimalnya dan agar tidak
dapur bekerja terlalu berat untuk mencapai suhu yang diinginkan. Karena adanya
crude preheater exchanger, kemudian beban dari furnace untuk mencapai
temperature yang di inginkan akan turun karena adanya crude preheater
exchanger tersebut, Sehingga dapat meminimasi pemakaian refinery fuel pada
dapur dan dapat dioperasikan selama mungkin sesuai desain umur
pemakaiannya. Penurunan unjuk kerja crude preheater diikuti dengan kenaikan
pemakaiaan bahan bakar di dapur. Salah satu dari crude preheater adalah Crude
Preheater 1-E-01.

2.8. Crude Preheater 1-E-01

Konstruksinya dari crude preheater 1-E-01 adalah tipe Shell and Tube, pada
bagian Tube mengalir fluida produk dari heavy naphtha sebagai pemanas, yang
mana heavy naphta akan melepaskan panas agar temperatur tidak terlalu tinggi
ketika heavy naphtha disimpan pada tangki. Dibagian Tube mengalir Crude Oil
yang harus dipanaskan terlebih dahulu sebelum masuk kolom fraksinasi untuk
mengurangi beban kerja pada furnace I-F-01.

Gambar 3.2 Diagram alir Crude Preheater System CDU Pertamina RU-VII Kasim

12
Pada heavy naphta yang digunakan sebagai pemanas, heavy naphta masuk
tube yang awalnya memiliki temperature 146,3oF, setelah mengalir melewati
tube,kemudian temperature heavy naphta turun menjadi 100,58 oF. Pelepasan
kalor heavy naphta kemudian berpindah ke crude oil yang dialirkan pada shell,
crude oil yang awalnya memiliki temperature sekitar 93,8 oF kemudian setelah
keluar dari shell temperature daripada crude oil bertambah menjadi 104,54oF.
yang artinya panas dari heavy naphta yang memiliki temperature yang lebuh
tinggi kemudian di serap oleh crude oil, seperti bunyi hukum termodinamika 2 “
kalor mengalir secara spontan dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang
bersuhu rendah, dan tidak mengalir secara spontan dalam arah kebalikannya.

2.9. Rumus Perhitungan Heat Exchanger

1) Rumus Perhitungan Heat Balance pada Heat Exchanger


Dalam perhitungan besarnya perpindahan panas yang ditransfer dapat
dilakukan dengan mengasumsikan jumlah panas yang dilepas sama dengan
jumlah panas yang diterima. Untuk menghitung neraca panas pada dasarnya
menggunakan persamaan :

Q = W x Cp x Δt………………………………….………...(1)

Dimana :
Q = Jumlah panas yang dipindahkan (BTU/jam)
W = Jumlah aliran massa fluida, Flow Rate (lb/jam)
Cp = Spesific heat fliuda (BTU/lb⁰F)
∆t = Perbedaan temperatur masuk dan keluar (oF)
(Budiman dkk, 2014).

2) Temperatur rata-rata
Untuk mencari nilai dari rata-rata temperature yang terdapat pada peralatan
Heat Exchanger 1-E-01 maka diperoleh persamaan sebagai berikut :

13
Tr = ………………………………………….…….(2)

Dimana :

Tr = Temperature rata-rata (⁰F)

T1 = Temperature masuk (⁰F)

T2 = Temperature keluar (⁰F) (Budiman dkk, 2014)

3) Efisiensi Efektif dari Heat Exchanger 1-E-01


(a) Panas Jenis Fluida Dingin
Untuk dapat menghitung panas jenis panas jenis Fluida Dingin dapat
menggunakan persamaan sebagai berikut :

Cc = Wc × Cpc ………………………………………….…….(3)

Dimana :
Wc = Laju alir Crude Oil (lb/jam)
Cpc = Specific Heat Crude Oil (BTU/lb °F)
Cc = Panas jenis fluida dingin (BTU/jam °F) (Kern, 1950).

Panas Jenis Fluida Panas

(b) Berikut adalah persamaan yang digunakan untuk menghitung panas


jenis Fluida panas :

Ch = Wh × Cph……………………….………………….…….(4)
Dimana :
Wh = Laju alir Heavy Naptha (lb/jam)
Cph = Specific heat Heavy Naptha (BTU/lb °F)
Ch = Panas jenis fluida panas (BTU/jam °F) (Kern, 1950).

14
4) Laju Perpindahan Panas Actual dari Heat Exchanger
Qact = Cc × t2 − t1…………………………..……………..…….(5)

Dimana :
Qact = Laju perpindahan panas actual (BTU/jam)
Cc = Panas jenis fluida dingin (BTU/jam °F)
t2 – t1 = Beda temperature pada tube (°F) (Kern, 1950)

(a) Laju Perpindahan Panas Maxsimal dapat di peroleh dapat di hitung


dengan persamaan sebagai berikut :

qmax = Ch × T1 − t1…………………………..…….…………(6)

Dimana :
qmax = Laju perpindahan panas maxsimal(BTU/jam)
Ch = Panas jenis fluida panas (BTU/jam °F)
T1 – t1 = Beda temperature fluida tinggi di tube dan temperature fluida
rendah di shell (°F) (Budiman dkk, 2014).

5) Perhitungan Efesiensi Heat Excahanger


Untuk mengetahui, presentase unjuk kerja dari Heat Exchanger maka
diperoleh persamaan sebagai berikut ; (Budiman dkk, 2014).

ηeff = × 100% ………………………………………….…….(7)

6) Untuk menghitung Qloss (Panas yang tidak dapat dimanfaatkan)

15
Agar dapat mengetahui, Panas yang tidak dapat dimanfaatkan dari
peratalatan 1-E-01 maka diperoleh dari persamaan sebagai berikut ;

Qloss = × 100%.…………………….………………….…….(8)

Dimana :
Q = Panas yang dilepaskan (ke lingkungan) BTU/jam
qc = Panas yang diterima (Crude Oil) BTU/jam (Budiman dkk, 2014).

BAB III
Kesimpulan Dan Saran

16
3.1 Kesimpulan
Dalam Makalah ini dapat ditarik kesimpulan bahwa:
Heat Exchanger adalah peralatan yang digunakan untuk melakukan proses
pertukaran kalor antara dua fluida, baik cair (panas atau dingin) maupun gas, dimana
fluida ini mempunyai temperatur yang berbeda. Dan memliki berbagai macam jenis
serta aliran nya yang beragam
Heat Exchanger sangat diperlukan bagi industri terutama industri yang
membutuhkan adanya panas dan dingin dalam suatu prosesnya. Bahkan dalam suatu
proses industri membutuhkan beberapa Heat Exchanger agar prosesnya sesuai dengan
yang di harapkan atau yang disebut sebagai HEN (Heat Exchanger Network).

3.2 Saran

Dalam penggunaan heat exchanger dalam suatu industri lebih baik dilakukan
maintenance lebih sering agar heat exchanger dapat digunakan secara maksimal dan
bertahan lebih lama

Daftar Pustaka

17
Awwaluddin, Muhammad, Analisis Perpindahan Kalor Pada Heat
Exchanger Pipa Ganda dengan Sirip Berbentuk Delta Wing,
Universitas Negeri Semarang, 2007.
Budiman, Ahmad dkk, Analisa Perpindahan Panas Dan Efisiensi Efektif
High Pressure Heater (HPH), 2014.

Kern D.Q, Process Heat transfer, International Student Edition. Me. Graw
Hill Book Compeni Imk, New York, 1950.

Kurniavip. R, Evaluasi Kinerja Cooling Water Heat Exchanger (CWHE),


Jawa Timur Tuba. PhD Thessis, 2015.

R, Setiadi, Studi Perhitungan Alat Penukar Kalor Tipe Shell and Tube dengan
Program Heat Transfer Research Inc. ( HTRI )

Rumahorbo, Matius Waris, Evaluasi Kinerja Heat Exchanger 1-E-14 A/B/C


Area Crude Destilation Unit (CDU), Fakultas Teknik Industri
Uneversitas Pembangunan Nasional Yogyakarta, 2018.

18

Anda mungkin juga menyukai