Peraturan Pemerintah 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (PP 101/2014), adalah peraturan pelaksanaan pengelolaan limbah B3 pada tingkatan
yang lebih rinci. PP 101/2014 mendefinisikan lebih lanjut mengenai sistem pengelolaan limbah
B3 yang mencakup definisi tentang penghasil, pengumpul, pengangkut pemanfaat, pengolah,
dan penimbun limbah B3. PP 101/2014 ini juga mendefinisikan karakteristik limbah B3, di
mana selain terkait karakteristik limbah B3 lainnya, karakteristik utama dari limbah B3 adalah
infeksius.
Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dari Fasyankes di dalam PP 101/2014 termasuk pada
kategori limbah B3 dari sumber spesifik umum. Hal ini selanjutnya akan terkait mengenai
pengaturan penyimpanan limbah B3 dan perizinannya. Tabel 3 pada lampiran PP 101/2014
menyebutkan bahwa jenis industri/kegiatan Rumah Sakit dan Fasyankes memiliki sumber
limbah B3 yang berasal dari seluruh kegiatan rumah sakit dan laboratorium klinis, fasilitas
insinerator, dan dari IPAL yang mengolah efluen dari kegiatan rumah sakit dan laboratorium
klinis (kegiatan 37). Demikian pula pada kegiatan dengan kode 47 untuk jenis industri/kegiatan
pengoperasian insinerator limbah. Sebagian besar limbah dari industri/kegiatan ini masuk pada
kategori bahaya 1 (kode limbah A337-1 sd A337-5, A347-1, dan A347-2) dan lima limbah
termasuk pada kategori bahaya 2 (kode limbah B337-1, B337-2, B347-1, B347-2, dan B347-3).
Kategori bahaya didasarkan pada risiko limbah akut dan kronis yang akan membedakan cara
pengelolaannya. Catatan: Kode industri/kegiatan 37 dan 47 adalah kegiatan-kegiatan yang
menjadi fokus limbah B3 Fasyankes yang saat ini dikelola. Dalam perkembangannya bisa
mencakup kegiatan-kegiatan lain seperti kode 36 untuk kegiatan farmasi (misalnya obat
kadaluarsa) dan kode 39 untuk fotografi (pemeriksaan kesehatan).
Dalam rangka pengelolaan limbah B3 Fasyankes, tahapan pengelolaan limbah B3 dalam Pasal
5 Permen LHK P.56/2015 meliputi tahapan:
a. Pengurangan dan pemilahan;
b. Penyimpanan;
c. Pengangkutan;
d. Pengolahan;
e. Penguburan; dan/atau
f. Penimbunan.
Tahapan pengelolaan limbah B3 Fasyankes penting untuk dipahami untuk melaksanakan
keseluruhan siklus pengelolaan limbah B3 dan menjalankan sistem pengelolaan yang benar.
Kelemahan pada satu tahapan pengelolaan akan menggangu keseluruhan sistem dan
bukanlah tidak mungkin jika menimbulkan kasus-kasus pelanggaran pengelolaan limbah B3.
Pemilihan cara pemusnahan limbah B3 dengan menggunakan fasilitas kiln semen dipandang
aman dan cepat untuk mengatasi kondisi darurat. Beberapa alasannya adalah:
Suhu pembakaran mencapai 1.400 sampai 2.000oC.
Memiliki alat pemantau kualitas udara secara kontinyu.
Memiliki sistem peralatan pengumpan limbah yang baik.
Memiliki sumber daya yang baik dalam tanggap darurat dan analisa resiko yang baik di
semua tahap handling.
Menerapkan Sistem Manajemen Mutu & Lingkungan.
Memiliki pengujian kualitas semen yang ketat sesuai standar Indonesia maupun
Internasional.