PENDAHULUAN
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Paradigma?
2. Apa saja aspek pembangunan dalam Pancasila?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui pengertian dari paradigm.
2. Untuk mengetahui aspek pembangunan dalam pancasila.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PARADIGMA
Istilah paradigma meurut kamus bahasa Indonesia memiliki beberapa pengertian, yaitu :
1. Dafatar dari semua pembentukan dari sebuah kata yang memperlihatkan konjugasi dan
deklinasi kata tersebut,
2. Model dalam teori ilmu pengetahuan,
3. Kerangka berfikir. Dalam konteks ini pengertian paradigma adalah pengertian kedua
dan ketiga, khusunya ketiga, yaitu kerangka berfikir.
Awalnya istilah paradigma berkembang dalam dunia ilmu pengetahuan terutama yang
kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan. Tokoh yang mengembangkan istilah tersebut
dalam dunia ilmu pengetahuan adalah Thomas S. Khun dalam bukunya yang berjudul The
Structure of Scientific Revolution. Dengan adanya kajian paradigma ilmu pengetahuan
sosial kemudian dikembangkanlah metode baru yang brdasar pada hakikat dan sifat
paradigm ilmu, yaitu manusia yang disebut metode kualitatif. Kemudian berkembanglah
istilah ilmiah tersebut dalam bidang manusia serta ilmu pengetahuan lain misalnya politik,
hukum, ekonomi, budaya, serta bidang-bidang lainnya.
1
Zahriah, Anis. 2019. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi. Banten : Medina Madani.
2
1. Tujuan Negara hukum formal, adalah melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia.
2. Tujuan Negara hukum material dalam hal ini merupakan tujuan khusus atau nasional,
adalah memajukan kesejahteraan umum,dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
3. Tujuan Internasional adalah ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi,dan keadilan sosial. Yang perwujudannya terletak
pada tatanan pergaulan masyarakat Internasional.
Sebagai upaya peningkatan harkat dan martabat manusia maka pembangunan nasional
harus meliputi aspek jiwa, seperti akal, rasa dan kehendak, raga (jasmani), pribadi, sosial,
dan aspek ketuhanan yang terkristalisasi dalam nilai-nilai pancasila.2
2
Endris, Atma dkk. 2018. Buku Pintar Kewarganegaraan dan Pancasila. Depok : Alta Utama.
3
dunia, tetapi mendapatkan kebahgiaan diakhirat kelak. Oleh karena itu, pembangunan
nasional hendaklah memuwujdkan tujuan tersebut.
Pancasila merupakan satu kesatuan dari sila silanya harus merupakan sumber nilai,
kerangka piker serta asas moralitas bagi pembangunan iptek. Sebagai bangsa yang
memiliki pandangan hidup pancasila, maka tidak berlebihan apabila pengembangan
iptek harus didasarkan atas paradigm pancasila.
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, mengklomplementasikan ilmu pengetahuan,
mencipta, penimbangan antara rasional dan irasional, antara akal, rasa dan
kehendak. Sila ini menempatkan manusia di alam semesta bukan merupakan
pusatnya melainkan sebagai bagian yang sistematik dari alam yang diolahnya,
dapat disimpulakan berdasarkan sila ini iptek selalu mempertimbangkan dari apa
yang ditemukan, dibuktikan, dan diciptakan, adakah kerugian bagi manusia.
2. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, menekankan bahwa iptek haruslah
bersifat beardab dan bermoral, sehingga terwujud hakikat tujuan iptek yaitu, demi
kesejahteraan umat manusia. Bukan untuk kesombongan dan keserakahan manusia
melainkan harus diabdikan demi peningkatan harkat dan martabat manusia.
3. Sila Persatuan Indonesia, memberikan kesadaran kepada bangsa Indonesia akibat
dari adanya kemajuan iptek, dengan iptek persatuan dan kesatuan bangsa dapat
terwujud dan terpelihara, persaudaraan dan persahabatan antar daerah dberbagai
3
Zahriah, Anis. 2019. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi. Banten : Medina Madani.
4
daerah terjalin karena tidak lepas dari factor kemajuan iptek. Oleh sebab itu iptek
harus dikembangkan untuk memperkuat rasa persatuan dan kesatuan bangsa dan
selanjutnya dapat dikembangkan dalam hubungan manusia Indonesia dengan
masyarakat internasional.
4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan, mendasari pengembangan iptek secara demokratis. Disini ilmuan tidak
hanya ditempatkan untuk memiliki kebebasan dalam perkembangan iptek, namun
juga harus ada saling menghormati dan menghargai kebebasan orang lain dan
bersikap terbuka untuk menerima kritikan, atau dikaji ulang dan menerima
perbandingan dengan penuman teori lainnya.
5. Sila Keadian sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, iptek didasarkan pada
keseimbangan keadilan dalam kehidupan kemanusian, yaitu keseimbangan
keadilan dalam hubungannya dengan dirinya sendiri, manusia dengan Tuhannya,
manusia dengan manusia lain, manusia dengan masyarkat bangsa dan negara, serta
manusia dengan alam lingkungannya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sila-sila pancasila harus merupakan sumber nilai,
kerangka piker serta basis moralitas bagi pengambangan iptek.
5
pada cita-cita moral rakyat yang luhur. Sebagai warga Negara Indonesia manusia
harus ditempatkan sebagai subjek atau pelaku politik, bukan sekedar objek politik
yang diharapkan kekuasaan tertinggi ada pada rakyat. Kekuasaan adalah dari
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Karena pancasila sebagai paradigma dalam
berpolitik, maka system politik di Indonesia berdasarkan demokrasi, bukan otoriter.
6
Dalam rangka melakukan reformasi disegala bidang, hendaknya Indonesia
berdasar pada system nilai yang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia itu sendiri yaitu nilai pancasila yang merupakan sumber
normative bagi peningkatan humanisasi khususnya dalam bidang sosia budaya.
Sebagai kerangka kesadaran pancasila dapat merupakan dorongan untuk :
a. Universalisasi, yaitu melepaskan simbol-simbol dari keterkaitan struktur.
b. Transendentalisasi, yaitu meningkatkan derajat kemerdekaan manusia dan
kebebasan spiritual.
7
IV) dan akhirnya pertahanan dan keamanan haruslan diperuntukkan demi
terwujudnya suatu keadilan-keadilan dalam hidup masyarakat atau terwujudnya
suatu keadilan sosial, dan diharapkan negara benar-benar meletakkan pada fungsi
yang sebenarnya atas kekuasaan sehingga mengakibatkan suatu pelanggaran
terhadap hak asasi manusia.
Awal mula tragedi di Ambon adalah 19 Januari 1999 dimana pertikaian antar dua
kelompok di terminal Batumerah di pusat kota Ambon, pertikaian itu dalam waktu
singkat berhasil membentuk dua kelompok yaitu kelompok Batumerah dan Mardika.
Pertikaian itu secara mengejutkan menjadi meluas, tanpa bisa dibendung. Bahkan pada
hari kedua pertikaian mulai membawa unsur agama. Dalam waktu empat hari
pertikaian itu menewaskan 22 orang, yang mengejutkan adalah aparat keamanan sperti
telambat dalam menanggulanginya. Baru pada hari keempat Komandan Kodam
Trikora Maluku memerintahkan untuk menembak para perusuh. Jelas perintah itu
datang terlamabat bahkan terkesan setengah hati. Korban sudah berjatuhan dan lebih
lagi suasana marah dan dendam sudah menyebar ke daerah lain seperti Pulau Seram,
Haruku, Saparau, dan Manima. Salah satu yang mendukung menyebarnya konflik
Ambon dalah para pengungsi yang ikut menyebarkan rumor bahwa konflik akan segera
menyebar. Ketakutan langsung marajalela, apalagi aparat negara gagal memberikan
rasa aman kepada penduduk kota Ambon pada waktu itu.
Tetapi perlulah dipahami bahwa konflik Ambon tidak lahir dari faktor tunggal saja.
Konflik Ambon memuncak pada era pemerintahan Gus Dur. Pengaruh asing juga ikut
terlibat, dalam kesaksiannya di depan Komisi Amerika International untuk Kebebasan
Beragama, pendeta John A. Titaley mengatakan bahwa konflik Maluku adalah usaha
8
untuk mengusir Umat Kristen dari Indonesia. Pernyatan itu membawa konflik Maluku
ke dalam proses Kristen International. Mustahil untuk merumuskan satu penyebab
tunggal konflik Ambon, cara yang paling ideal untuk melihat konflik Ambon adalah
dengan memandangnya tidak disebabkan oleh faktor tunggal. Konflik itu multidimensi
sangat kompleks dari menyimpan sebuah keunikannya sendiri dalam sejarah. Dalam
kasus ini, yang terlihat adalah semakin melemahnya toleransi dalam kehidupan
beragama sehingga menyimpang dari asas kemanusian yang adil dan beradab.
Pancasila telah memberikan dasar-dasar nilai fundamental bagi umat bangsa untuk
dapat hidup secara damai dalam kehidupan beragama di negara Indonesia tercinta ini.
Negara menegaskan bahwa, Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.atas
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, hal ini berarti bahwa kehidupan dalam
negara berdasar pada nilai-nilai ketuhanan, dengan memberikan kebebasan atas
kehidupan beragama atau dengan menjamin atas demokrasi dibidang agama. Setiap
agama memiliki dasar-dasar ajaran yang sesuai dengan keyakinan masing-masing
dengan mendasarkan pergaulan khidupan dalam beragama atas nilai-nilai kemanusiaan
yang beradab dan berdasar bahwa pemeluk agama adalah bagian dari umat manusia di
dunia. Maka sudah seharusnya negara Indonesia mengembangkan kehidupan beragama
ke arah terciptanya kehidupan bersama yang penuh tolaransi, saling menghargai
berdasar pada nilai kemanusiaan yang beradab.4
4
Endris, Atma dkk. 2018. Buku Pintar Kewarganegaraan dan Pancasila. Depok : Alta Utama
9
Pancasila, baik dalam makna nilai dasar maupun nilai instrumental. Sebagai nilai dasar
kelima sila Pancasila terkandung dalam cita-cita, tujuan, serta nilai-nilai yang baik dan
benar. Sebagai nilai instrumental, berarti pancasila merupakan arahan, kebijakan, dan
strategi yang mengispirasi aspirasi masyarakat dan peraturan perundangan.
Dengan demikian kelima sila Pancasila menjadi paradigma atau cara pandang yang
menjadi pedoman bersikap dan berperilaku, acuan berinteraksi dengan orang lain, acuan
menilai suatu tindakan baik atau buruk, sebagai filter terhadap nilai-nilai negatif, dan
sebagai dasar bagi penerbitan kehidupan sosial.
10
keharmonisan dalam kehidupan bersama; dan e. mewujudkan keadilan dan peradaban
yang kuat.
3. Sla Persatuan Indonesia
Dalam sila Persatuan Indonesia terkandung makna bahwa negara merupakan
persekutuan hidup bersama diantara elemen-elemen yang membentuk negara yang
berupa suku, ras,kelompok, golongan, maupun agama. Konsekuensinya negara
menjamin pertsatuan, meskipu elemen-elemen tersebut berbeda-beda, tetapi tetap satu
sebagai Bangsa Indonesia. Pembangunan karakter bangsa berpersatuan Indonesia,
mengarah kepada: a. negara melindungin segenap warganya dan seluruh tumpah
darahnya; b. Nasionalisme yang tangguh, ditandai komitmen cinta bangsa dan tanah
air; c. Menggalang persatuan dan kesatuan bangsa; d. Menghilangkan penonjolan
kekuatan atau kekuasaan; dan e. Menumbuhkan rasa senasib dan sepenanggungan.
4. Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Nilai filosofis yang terkandung dalam sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, bahwa rakyat adalah merupakan
sekelompok manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang bersatu yang
bertujuan mewujudkan harkat dan martabat manusia dalam suatu wilayah suatu negara.
Pembangunan karakter bangsa mengacu pada sila ini adalah mewujudkan bangsa
Indonesia yang berkarakter dengan dicirikan: a. Menghargai adanya kebebasan dan
tanggung jawab; b. Menjunjung tinggi musyawarah sebagai moral kemanusiaan yang
beradab; c. Menjunjung tinggi niai demokrasi, konstitusi, kedaulatan negara,
keterbukaan dan keadila; dan d. Mengakui adanya persamaan hak yang melekat pada
semua individu.
5. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Pada sla kelima ini terkandung nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan
sosial (kehidupan bersama). Hakikat keadilan sosial adalah keadilan dalam hubungan
manusia dngan dirinya sendiri, dengan manusia lain, masyarakat, bangsa dan negara,
serta dengan Tuhannya. Pembangunan karakteryang bertujuan untuk membentuk
bangsa yang berkeadilan sosial, mencakup hal-hal sebagai berikut: a. Kmeakmuran
merata bagi seluruh rakyat; b. Seluruh kekayaan alam dipergunakan bagi kesejahteraan
11
rakyat; c. Keadilan yang didasarkan atas keseimbangan hak dan kewajiban; dan d.
Menciptakan ketertiban hidup bersama.
5
Tifatul, S., Basuki, Y.I., & Ahmad, M.M. (2013). Penguatan Pancasila Sebagai Fondasi Negara Kesatuan Republik
Indonesi. Jurnal Dialog Kebijakan Publik, 10, 21-23.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah paradigma meurut kamus bahasa Indonesia memiliki beberapa pengertian, yaitu :
1. Dafatar dari semua pembentukan dari sebuah kata yang memperlihatkan konjugasi dan
deklinasi kata tersebut,
2. Model dalam teori ilmu pengetahuan
3. Kerangka berfikir. Dalam konteks ini pengertian paradigma adalah pengertian kedua
dan ketiga, khusunya ketiga, yaitu kerangka berfikir.
1. Tujuan Negara hukum formal, adalah melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia.
2. Tujuan Negara hukum material dalam hal ini merupakan tujuan khusus atau nasional,
adalah memajukan kesejahteraan umum,dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
3. Tujuan Internasional adalah ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi,dan keadilan sosial. Yang perwujudannya terletak
pada tatanan pergaulan masyarakat Internasional.
13
Kondisi faktual dimasyarakat yang menyebabkan pembangunan karakter berbasis
nilai-nilai Pancasila mendesak atau urgen dilaksanakan adalah : Kurangnya pemahaman
dan pelaksanaan makna inti sila-sila Pancasila, sering dilupakannya nilai-nilai kejujuran,
seringnya terjadi pelanggaran disiplin, kurang menghargai perbedaan, rendahnya semangat
pengembangan diri, dan menurunnya integrasi antara kata dan tindakan, menurunnya
nasionalisme dan patriotisme. Fakta dimasyarakat menunjukkan seringnya terjadi tawuran
pelajar, pelanggaran hak asasi manusia, pelanggaran hukum dan sebagainya, semuanya
menegaskan bahwa pembangunan karakter bangsa berdasarkan nilai-nilai Pancasila
mendesak dan penting untuk dilaksanakan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Endris, Atma dkk. 2018. Buku Pintar Kewarganegaraan dan Pancasila. Depok : Alta Utama.
Tifatul, S., Basuki, Y.I., & Ahmad, M.M. (2013). Penguatan Pancasila Sebagai Fondasi Negara
Kesatuan Republik Indonesi. Jurnal Dialog Kebijakan Publik, 10, 21-23.
Zahriah, Anis. 2019. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi. Banten : Medina Madani
15