Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Pancasila merupakan dasar yang fundamental bagi Negara Indonesia. Kehidupan
NKRI ini tergantung kepada seberapa besar penghargaan warga negara terhadap Pancasila,
baik dari segi pengkajian dan pengalaman pancasila itu sendiri dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Pancasila yang berkedudukan sebagai dasar Negara Indonesia hingga saat
ini telah mengalami perjalan waktu yang tidak sebentar, dalam interfal waktu tersebut
banyak hal atau peristiwa yang terjadi seiring perjalanan pancasila sehingga berdirilah
pancasila seperti sekarang ini didepan semua bangsa Indonesia sejak dicetuskannya
pancasila pertama kali telah dituai banyak konflik internal para pencetusnya, hingga
sekarang pun dieara reformasi dan globalisasi, pancasila masih hangat diperbincangkan
oleh banyak kalangan berpendidikan, terutama kalangan politik dan mahasiswa. Secara
mayoritas, topic yang diperbincangkan ialah menganai awal di cetuskannya pancasila
tentang sila pertama. Berdasarkan sejarah, pada awal perkembangan bangsa Indonesia,
masyarakat terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok agamais dan nasionalis,
diamana kedua kelompok tersebut memegang peran besar dalam perancangan dasar
Negara Indonesia. Setelah sekian banyak perbincangan mengenai pancasila sebagai
Negara, pancasila juga dijadikan bahan perbincangan sebagai paradigm dalam kehidupan
berbagai elemen masyarakat, salah satunya ialah pancasila sebagai paradigm kehidupan
mahasiswa di kampus. Dimana di dalam kampus tersebut, mahasiswa akan di didik
mengenai berbagai hal mengenai pancasila, terutama penerapan nilai-nilainya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Paradigma?
2. Apa saja aspek pembangunan dalam Pancasila?

C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui pengertian dari paradigm.
2. Untuk mengetahui aspek pembangunan dalam pancasila.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PARADIGMA
Istilah paradigma meurut kamus bahasa Indonesia memiliki beberapa pengertian, yaitu :

1. Dafatar dari semua pembentukan dari sebuah kata yang memperlihatkan konjugasi dan
deklinasi kata tersebut,
2. Model dalam teori ilmu pengetahuan,
3. Kerangka berfikir. Dalam konteks ini pengertian paradigma adalah pengertian kedua
dan ketiga, khusunya ketiga, yaitu kerangka berfikir.

Secara terminologis tokoh yang mngembangkan istilah paradigma sebagai ilmu


pengetahuan terutama dalam kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan adalah Thomas
S. Khun. Pengertia paradigm adalah suatu asumsi-asumsi dan asumsi-asumsi teoritas yang
umum, sehingga merupakan sumber hukum, metode, serta penerapan dalam ilmu
pengetahuan yang menentukan sifat, ciri, serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.1

Awalnya istilah paradigma berkembang dalam dunia ilmu pengetahuan terutama yang
kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan. Tokoh yang mengembangkan istilah tersebut
dalam dunia ilmu pengetahuan adalah Thomas S. Khun dalam bukunya yang berjudul The
Structure of Scientific Revolution. Dengan adanya kajian paradigma ilmu pengetahuan
sosial kemudian dikembangkanlah metode baru yang brdasar pada hakikat dan sifat
paradigm ilmu, yaitu manusia yang disebut metode kualitatif. Kemudian berkembanglah
istilah ilmiah tersebut dalam bidang manusia serta ilmu pengetahuan lain misalnya politik,
hukum, ekonomi, budaya, serta bidang-bidang lainnya.

B. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN


Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka mencapai masyarakat adil dan
makmur. Pembangunan nasional merupakan perwujudan nyata dalam meningkatkan
harkat dan mertabat manusia Indonesia sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan tujuan
Negara yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 dengan rincian sebagai berikut :

1
Zahriah, Anis. 2019. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi. Banten : Medina Madani.

2
1. Tujuan Negara hukum formal, adalah melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia.
2. Tujuan Negara hukum material dalam hal ini merupakan tujuan khusus atau nasional,
adalah memajukan kesejahteraan umum,dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
3. Tujuan Internasional adalah ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi,dan keadilan sosial. Yang perwujudannya terletak
pada tatanan pergaulan masyarakat Internasional.

Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional mengandung suatu konsekuensi


bahwa dalam segala aspek pembangunan nasional kita harus berdasar pada hakikat nilai
sila-sila Pancasila yang didasari oleh ontologies manusia sebagai subjek pendukung pokok
Negara. Dalam memujudkan tujuan Negara melalui pembangunan nasional yang
merupakan tujuan seluruh warganya maka dikembalikanlah pada dasar hakikat manusia
“monopluralis” yang unsurnya meliputi : kodrat manusia yaitu rohani (jiwa) dan raga, sifat
kodrat manusia sebagai mahluk individu dan mahluk sosial, dan kedudukan kodrat manusia
sebagai mahluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai mahluk Tuhan YME.

Sebagai upaya peningkatan harkat dan martabat manusia maka pembangunan nasional
harus meliputi aspek jiwa, seperti akal, rasa dan kehendak, raga (jasmani), pribadi, sosial,
dan aspek ketuhanan yang terkristalisasi dalam nilai-nilai pancasila.2

1. Pancasila sebagai pradigma pembangunan iptek


Pembangunan nasional adalah upaya bangsa untuk mencapai tujuan nasionalnya
sebagaimana dinyatakan dalam Pembukaan UUD 1945. Pada hakikatnya pancasila
sebagai pradigma pembangunan nasional mengandung arti bahwa segala aspek
pembangunan harus mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Pembangunan nasional
adalah untuk manusia Indonesia diamana manusia secara kodratnya memiliki
kedudukan sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Manusia tidak hanya mengejar
kepentingan pribadi, tetapi juga memperhatikan kepentingan masyarakat. Manusia
tidak hanya mengutamakan tercapainya kebutuhan material, tetapi juga kebahagian
spiritual. Manusia memiliki fungsi monodualistis tidak hanya mengejar kepentingan

2
Endris, Atma dkk. 2018. Buku Pintar Kewarganegaraan dan Pancasila. Depok : Alta Utama.

3
dunia, tetapi mendapatkan kebahgiaan diakhirat kelak. Oleh karena itu, pembangunan
nasional hendaklah memuwujdkan tujuan tersebut.

Keberhasilan manusia mencapai tujuan dan hakikat hidupnya untuk mewujudkan


kesejahteraan lahir dan batin, maka manusia menggunakan ilmu pengetahuan dan
teknologi (iptek) sebagai usaha kreativitas manusia melalui proses akal dan pikirannya.
Berdasarkan kreativitas akal dan pikiran manusia dalam mengembangkan iptek
manusia mampu mengolah kekayaan alam yang disediakan oleh Tuhan Yang Maha
Kuasa untuk kepentingan kesejahteraan manusia. Fungsi Iptek hanyalah sebagai
pengolah kekayaan yang merupakan milik Tuhan Yang Maha Kuasa itu untuk
kepentingan kesejahteraan manusia, maka oleh karena itu usaha-usaha iptek harus
mengikuti nilai-nilai dalam moral ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan beradab.3

Pancasila merupakan satu kesatuan dari sila silanya harus merupakan sumber nilai,
kerangka piker serta asas moralitas bagi pembangunan iptek. Sebagai bangsa yang
memiliki pandangan hidup pancasila, maka tidak berlebihan apabila pengembangan
iptek harus didasarkan atas paradigm pancasila.
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, mengklomplementasikan ilmu pengetahuan,
mencipta, penimbangan antara rasional dan irasional, antara akal, rasa dan
kehendak. Sila ini menempatkan manusia di alam semesta bukan merupakan
pusatnya melainkan sebagai bagian yang sistematik dari alam yang diolahnya,
dapat disimpulakan berdasarkan sila ini iptek selalu mempertimbangkan dari apa
yang ditemukan, dibuktikan, dan diciptakan, adakah kerugian bagi manusia.
2. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, menekankan bahwa iptek haruslah
bersifat beardab dan bermoral, sehingga terwujud hakikat tujuan iptek yaitu, demi
kesejahteraan umat manusia. Bukan untuk kesombongan dan keserakahan manusia
melainkan harus diabdikan demi peningkatan harkat dan martabat manusia.
3. Sila Persatuan Indonesia, memberikan kesadaran kepada bangsa Indonesia akibat
dari adanya kemajuan iptek, dengan iptek persatuan dan kesatuan bangsa dapat
terwujud dan terpelihara, persaudaraan dan persahabatan antar daerah dberbagai

3
Zahriah, Anis. 2019. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi. Banten : Medina Madani.

4
daerah terjalin karena tidak lepas dari factor kemajuan iptek. Oleh sebab itu iptek
harus dikembangkan untuk memperkuat rasa persatuan dan kesatuan bangsa dan
selanjutnya dapat dikembangkan dalam hubungan manusia Indonesia dengan
masyarakat internasional.
4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan, mendasari pengembangan iptek secara demokratis. Disini ilmuan tidak
hanya ditempatkan untuk memiliki kebebasan dalam perkembangan iptek, namun
juga harus ada saling menghormati dan menghargai kebebasan orang lain dan
bersikap terbuka untuk menerima kritikan, atau dikaji ulang dan menerima
perbandingan dengan penuman teori lainnya.
5. Sila Keadian sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, iptek didasarkan pada
keseimbangan keadilan dalam kehidupan kemanusian, yaitu keseimbangan
keadilan dalam hubungannya dengan dirinya sendiri, manusia dengan Tuhannya,
manusia dengan manusia lain, manusia dengan masyarkat bangsa dan negara, serta
manusia dengan alam lingkungannya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa sila-sila pancasila harus merupakan sumber nilai,
kerangka piker serta basis moralitas bagi pengambangan iptek.

2. Pancasia sebagai Paradigma Pembangunan Poleksosbudhanisme


Dalam bidang kenegaraan, penjabaran pembangunan dituangkan dalam GBHN
yang dirinci dalam bidang-bidang operasional serta target pencpainya, bidang tersebut
meliputi poleksosbud hankam. Dalam mewujudkan tujuan seluruh warga harus
kembali berdasar pada hakikat manusia yaitu monopluralis. Maka hakikat manusia
merupakan sumber nilai bagi pengembangan poleksosbud hankam, guna membangun
martabat manusia itu sendiri.
a. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Bidang Politik
Politik sangat berperan penting dalam peningkatan harkat dan martabat
manusia, karena system politik negara harus berdasarkan hak dasar kemanusiaan,
atau yang lebih dikenal dengan hak asasi manusia. Sehingga system politik Negara
pancasila mampu memberikan dasar-dasar moral, diharapkan supaya para elit
politik dan penyelenggaranya memiliki budi pekerti yang luhur, dan berpegang

5
pada cita-cita moral rakyat yang luhur. Sebagai warga Negara Indonesia manusia
harus ditempatkan sebagai subjek atau pelaku politik, bukan sekedar objek politik
yang diharapkan kekuasaan tertinggi ada pada rakyat. Kekuasaan adalah dari
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Karena pancasila sebagai paradigma dalam
berpolitik, maka system politik di Indonesia berdasarkan demokrasi, bukan otoriter.

Berdasar pada hal diatas, pengembangan politik di Indonesia harus


berdasarkan atas moral ketuhanan, moral kemanusiaan, moral persatuan, moral
kerakyatan, dan moral keadilan, apabila pelaku politik baik warga Negara maupun
penyelenggaranya berkembang atas dasar moral tersebut maka akan menghasilkan
perilaku politik yang santun dan bermoral yang baik.
b. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Ekonomi
Sesuai dengan paradigma pancasila dalam pembangunan ekonomi, maka
system dan pembangunan ekonomi berpijak pada nilai moral daripada pancasila.
Secara khusus, system ekonomi harus mendasarkan pada moralitas ketuhanan dan
kemanusian.

Ekonomi yang humanistik mendasarkan pada tujuan demi menyejahterakan


rakuay luas, yang tidak hanya mengejar pertumbuhan saja melainkan demi
kemanusian dan kesejahteraan seluruh bangsa. Tujuan ekonomi adalah memenuhi
kenutuhan manusia, agar manusia menjadi lebih sejahtera, oleh sebab itu kita harus
menghindarkan diri dari persaingan bebas, monopoli dan yang lainnya yang
berakibat pada penderitaan manusia dan penindasan atas manusia satu dengan
lainnya.
c. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Sosial Budaya
Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistic karena memang pancasila
berdasar pada hakikat dan kedudukan kodrat manusia itu sendiri. Hal ini
sebagaimana tertuang dalam sila “kemanusiaan yang adil dan beradab”. Yang
diharapkan menghasilkan manusia yang berbudaya dan beradab.

6
Dalam rangka melakukan reformasi disegala bidang, hendaknya Indonesia
berdasar pada system nilai yang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia itu sendiri yaitu nilai pancasila yang merupakan sumber
normative bagi peningkatan humanisasi khususnya dalam bidang sosia budaya.
Sebagai kerangka kesadaran pancasila dapat merupakan dorongan untuk :
a. Universalisasi, yaitu melepaskan simbol-simbol dari keterkaitan struktur.
b. Transendentalisasi, yaitu meningkatkan derajat kemerdekaan manusia dan
kebebasan spiritual.

Dengan demikian proses humanisasi universal akan dehumanisasi serta


aktualisasi nilai hanya demi kepentingan kelompok social tertentu yang diharapkan
mampu menciptakan sistem social budaya yang beradab.

Berdasarkan sila Persatuan Indonesia pembangunan social budaya


dikembangkan atas dasar penghargaan terhadap nilai social dan budaya-budaya
yang beragam diseluruh wilayah nusantara menuju pada tercapainya rasa persatuan
sebagai bangsa. Pengakuan serta penghargaan terhadap budaya dan kehidupan
sosial berbagai kelompok bangsa sangat diperlukan sehingga mereka merasa
dihargai dan diterima sebagai warga bangsa, dengan demikian pembangunan sosial
budaya tidak akan menciptakan kesenjangan, kecemburuan, diskriminasi, dan
ketidakadilan sosial.

d. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Hankam


Dasar-dasar kemanusian yang beradab merupakan basis moralitas
pertahanan dan keamanan Negara. Maka dari itu pertahanan dan keamanan negara
harus berdasarkan pada tujuan demi terjaminya harkat dan martabat manusia,
terutama secara rinci terjaminya hak-hak asasi manusia. Dengan adanya tujuan
tersebut maka pertahanan dan keamanan Negara harus dikembangkan berdasarkan
nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila, guna mencapai tujuan yaitu demi
tercapainya kesejahteraan hidup manusia sebagai mahluk Tuhan YME (Sila II),
pertahanan dan keamanan juga harus mendasarkan pada tujuan demi kepentingan
warga sebagai warga negara (Sila III), pertahanan dan keamanan harus mampu
menjamin hak-hak dasar, persamaan derajat serta kebebasan kemanusiaan (Silla

7
IV) dan akhirnya pertahanan dan keamanan haruslan diperuntukkan demi
terwujudnya suatu keadilan-keadilan dalam hidup masyarakat atau terwujudnya
suatu keadilan sosial, dan diharapkan negara benar-benar meletakkan pada fungsi
yang sebenarnya atas kekuasaan sehingga mengakibatkan suatu pelanggaran
terhadap hak asasi manusia.

3. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Kehidupan Beragama


Tidak dapat dipungkiri bahwa bangsa Indonesia mengalami adanya suatu
kemunduran, yaitu kehidupan beragama yang tidak berkemanusiaan. Hal ini dapat kita
lihat adanya suatu kenyataan banyak terjadinya konflik sosial pada masalah-masalah
SARA, terutama pada masalah agama, sebagai contoh tragedi di Ambon.

Awal mula tragedi di Ambon adalah 19 Januari 1999 dimana pertikaian antar dua
kelompok di terminal Batumerah di pusat kota Ambon, pertikaian itu dalam waktu
singkat berhasil membentuk dua kelompok yaitu kelompok Batumerah dan Mardika.
Pertikaian itu secara mengejutkan menjadi meluas, tanpa bisa dibendung. Bahkan pada
hari kedua pertikaian mulai membawa unsur agama. Dalam waktu empat hari
pertikaian itu menewaskan 22 orang, yang mengejutkan adalah aparat keamanan sperti
telambat dalam menanggulanginya. Baru pada hari keempat Komandan Kodam
Trikora Maluku memerintahkan untuk menembak para perusuh. Jelas perintah itu
datang terlamabat bahkan terkesan setengah hati. Korban sudah berjatuhan dan lebih
lagi suasana marah dan dendam sudah menyebar ke daerah lain seperti Pulau Seram,
Haruku, Saparau, dan Manima. Salah satu yang mendukung menyebarnya konflik
Ambon dalah para pengungsi yang ikut menyebarkan rumor bahwa konflik akan segera
menyebar. Ketakutan langsung marajalela, apalagi aparat negara gagal memberikan
rasa aman kepada penduduk kota Ambon pada waktu itu.

Tetapi perlulah dipahami bahwa konflik Ambon tidak lahir dari faktor tunggal saja.
Konflik Ambon memuncak pada era pemerintahan Gus Dur. Pengaruh asing juga ikut
terlibat, dalam kesaksiannya di depan Komisi Amerika International untuk Kebebasan
Beragama, pendeta John A. Titaley mengatakan bahwa konflik Maluku adalah usaha

8
untuk mengusir Umat Kristen dari Indonesia. Pernyatan itu membawa konflik Maluku
ke dalam proses Kristen International. Mustahil untuk merumuskan satu penyebab
tunggal konflik Ambon, cara yang paling ideal untuk melihat konflik Ambon adalah
dengan memandangnya tidak disebabkan oleh faktor tunggal. Konflik itu multidimensi
sangat kompleks dari menyimpan sebuah keunikannya sendiri dalam sejarah. Dalam
kasus ini, yang terlihat adalah semakin melemahnya toleransi dalam kehidupan
beragama sehingga menyimpang dari asas kemanusian yang adil dan beradab.

Pancasila telah memberikan dasar-dasar nilai fundamental bagi umat bangsa untuk
dapat hidup secara damai dalam kehidupan beragama di negara Indonesia tercinta ini.
Negara menegaskan bahwa, Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.atas
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, hal ini berarti bahwa kehidupan dalam
negara berdasar pada nilai-nilai ketuhanan, dengan memberikan kebebasan atas
kehidupan beragama atau dengan menjamin atas demokrasi dibidang agama. Setiap
agama memiliki dasar-dasar ajaran yang sesuai dengan keyakinan masing-masing
dengan mendasarkan pergaulan khidupan dalam beragama atas nilai-nilai kemanusiaan
yang beradab dan berdasar bahwa pemeluk agama adalah bagian dari umat manusia di
dunia. Maka sudah seharusnya negara Indonesia mengembangkan kehidupan beragama
ke arah terciptanya kehidupan bersama yang penuh tolaransi, saling menghargai
berdasar pada nilai kemanusiaan yang beradab.4

C. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA


Pancasila sebagai hasil karya bangsa Indonesia, merupakan kulminasi ciri khas,
identitas, jati diri, dan karakter bangsa yang dapat membedakan dengan bangsa lain,
sehingga menjadi tugas seluruh anak bangsa untuk mengkaji dan mengimplementasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, Pancasila perlu dimantapkan kedudukan dan
fungsinya yang utama, yaitu sebagai Dasar Negara Republik Indonesia dan sebagai
Pandangan Hidup Bangsa Indonesia. Giliran berikutnya nilai-nilai Pancasila harus
dipahami dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, sihingga dapat menjadi
acuan proses pembangunan karakter bangsa, yaitu karakter mulai berbasis nilai-nilai

4
Endris, Atma dkk. 2018. Buku Pintar Kewarganegaraan dan Pancasila. Depok : Alta Utama

9
Pancasila, baik dalam makna nilai dasar maupun nilai instrumental. Sebagai nilai dasar
kelima sila Pancasila terkandung dalam cita-cita, tujuan, serta nilai-nilai yang baik dan
benar. Sebagai nilai instrumental, berarti pancasila merupakan arahan, kebijakan, dan
strategi yang mengispirasi aspirasi masyarakat dan peraturan perundangan.

Dengan demikian kelima sila Pancasila menjadi paradigma atau cara pandang yang
menjadi pedoman bersikap dan berperilaku, acuan berinteraksi dengan orang lain, acuan
menilai suatu tindakan baik atau buruk, sebagai filter terhadap nilai-nilai negatif, dan
sebagai dasar bagi penerbitan kehidupan sosial.

1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa


Menempatkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai paradigma pembangunan
karakter bangsa, mengandung makna bahwa karakter mulia yang hendak diwujudkan
harus sesuai dengan makna inti sila Ketuhanan Yang Maha Esa, bahwa Negara
Indonesia adalah sebagai penegjawantahan tujuan kodrati manusia sebagai mahluk
Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, pembangunan karakter bangsa yang
berkebutuhan yang Maha Esa perlu mengarah kepada hal-hal mencakup : a. pengakuan
adanya kuasa prima (sebab pertama) yaitu Tuhan Yang Maha Esa; b. Menjamin
penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agamnya; c.
Atheisme dilarang di Indonesia; d. Menjamin kehidupan beragama dan toleransi; dan
e. Keharmonisan dan kerukunan antar-umat beragama.
2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Berdab
Nilai kemanusiaan yang Adil dan Beradab bersumber pada dasar filosofis dan
sosiologis, bahwa hakikat manusia adalah susunan kodrat jasmani dan rohani, kodrat
sebagai mahluk individu dan sosial, kedudukan kodrat sebagai mahluk pribadi mahluk
Tuhan Yang Maha Esa. Karakter bangsa berkemanusiaan yang adil dan beradab, dapat
ditunjukan dengan hal-hal sebagai berikut : a. menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia sebagai makhluk yang beradab, berbudaya, bermoral, dan beragama; b.
menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk tuhan yang harus
saling menghargai, tolong menolong, dan bekerja sama; c. menjujung tinggi
kemerdekaan sebagai hak segala bangsa; d. menghargai perbedaan dan menjaga

10
keharmonisan dalam kehidupan bersama; dan e. mewujudkan keadilan dan peradaban
yang kuat.
3. Sla Persatuan Indonesia
Dalam sila Persatuan Indonesia terkandung makna bahwa negara merupakan
persekutuan hidup bersama diantara elemen-elemen yang membentuk negara yang
berupa suku, ras,kelompok, golongan, maupun agama. Konsekuensinya negara
menjamin pertsatuan, meskipu elemen-elemen tersebut berbeda-beda, tetapi tetap satu
sebagai Bangsa Indonesia. Pembangunan karakter bangsa berpersatuan Indonesia,
mengarah kepada: a. negara melindungin segenap warganya dan seluruh tumpah
darahnya; b. Nasionalisme yang tangguh, ditandai komitmen cinta bangsa dan tanah
air; c. Menggalang persatuan dan kesatuan bangsa; d. Menghilangkan penonjolan
kekuatan atau kekuasaan; dan e. Menumbuhkan rasa senasib dan sepenanggungan.
4. Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Nilai filosofis yang terkandung dalam sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, bahwa rakyat adalah merupakan
sekelompok manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang bersatu yang
bertujuan mewujudkan harkat dan martabat manusia dalam suatu wilayah suatu negara.
Pembangunan karakter bangsa mengacu pada sila ini adalah mewujudkan bangsa
Indonesia yang berkarakter dengan dicirikan: a. Menghargai adanya kebebasan dan
tanggung jawab; b. Menjunjung tinggi musyawarah sebagai moral kemanusiaan yang
beradab; c. Menjunjung tinggi niai demokrasi, konstitusi, kedaulatan negara,
keterbukaan dan keadila; dan d. Mengakui adanya persamaan hak yang melekat pada
semua individu.
5. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Pada sla kelima ini terkandung nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan
sosial (kehidupan bersama). Hakikat keadilan sosial adalah keadilan dalam hubungan
manusia dngan dirinya sendiri, dengan manusia lain, masyarakat, bangsa dan negara,
serta dengan Tuhannya. Pembangunan karakteryang bertujuan untuk membentuk
bangsa yang berkeadilan sosial, mencakup hal-hal sebagai berikut: a. Kmeakmuran
merata bagi seluruh rakyat; b. Seluruh kekayaan alam dipergunakan bagi kesejahteraan

11
rakyat; c. Keadilan yang didasarkan atas keseimbangan hak dan kewajiban; dan d.
Menciptakan ketertiban hidup bersama.

Kondisi faktual dimasyarakat yang menyebabkan pembangunan karakter berbasis


nilai-nilai Pancasila mendesak atau urgen dilaksanakan adalah : Kurangnya pemahaman
dan pelaksanaan makna inti sila-sila Pancasila, sering dilupakannya nilai-nilai kejujuran,
seringnya terjadi pelanggaran disiplin, kurang menghargai perbedaan, rendahnya semangat
pengembangan diri, dan menurunnya integrasi antara kata dan tindakan, menurunnya
nasionalisme dan patriotisme. Fakta dimasyarakat menunjukkan seringnya terjadi tawuran
pelajar, pelanggaran hak asasi manusia, pelanggaran hukum dan sebagainya, semuanya
menegaskan bahwa pembangunan karakter bangsa berdasarkan nilai-nilai Pancasila
mendesak dan penting untuk dilaksanakan.

Penerapan Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan karakter memiliki berbagai


fungsi penting, meliputi : sebagai pedoman bersikap dan berprilaku, acuan berinteraksi
dengan orang lain, acuan menilai suatu tindakan baik atau buruk, sebagai filter terhadap
nilai-nilai negative, sebagai dasar bagi pemahaman dan penertiban kehidupan berbangsa
dan bernegara.5

5
Tifatul, S., Basuki, Y.I., & Ahmad, M.M. (2013). Penguatan Pancasila Sebagai Fondasi Negara Kesatuan Republik
Indonesi. Jurnal Dialog Kebijakan Publik, 10, 21-23.

12
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Istilah paradigma meurut kamus bahasa Indonesia memiliki beberapa pengertian, yaitu :

1. Dafatar dari semua pembentukan dari sebuah kata yang memperlihatkan konjugasi dan
deklinasi kata tersebut,
2. Model dalam teori ilmu pengetahuan
3. Kerangka berfikir. Dalam konteks ini pengertian paradigma adalah pengertian kedua
dan ketiga, khusunya ketiga, yaitu kerangka berfikir.

Secara terminologis tokoh yang mngembangkan istilah paradigma sebagai ilmu


pengetahuan terutama dalam kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan adalah Thomas
S. Khun. Pengertia paradigm adalah suatu asumsi-asumsi dan asumsi-asumsi teoritas yang
umum, sehingga merupakan sumber hukum, metode, serta penerapan dalam ilmu
pengetahuan yang menentukan sifat, ciri, serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN

Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka mencapai masyarakat adil dan


makmur. Pembangunan nasional merupakan perwujudan nyata dalam meningkatkan
harkat dan mertabat manusia Indonesia sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan tujuan
Negara yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 dengan rincian sebagai berikut :

1. Tujuan Negara hukum formal, adalah melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia.
2. Tujuan Negara hukum material dalam hal ini merupakan tujuan khusus atau nasional,
adalah memajukan kesejahteraan umum,dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
3. Tujuan Internasional adalah ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi,dan keadilan sosial. Yang perwujudannya terletak
pada tatanan pergaulan masyarakat Internasional.

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA

13
Kondisi faktual dimasyarakat yang menyebabkan pembangunan karakter berbasis
nilai-nilai Pancasila mendesak atau urgen dilaksanakan adalah : Kurangnya pemahaman
dan pelaksanaan makna inti sila-sila Pancasila, sering dilupakannya nilai-nilai kejujuran,
seringnya terjadi pelanggaran disiplin, kurang menghargai perbedaan, rendahnya semangat
pengembangan diri, dan menurunnya integrasi antara kata dan tindakan, menurunnya
nasionalisme dan patriotisme. Fakta dimasyarakat menunjukkan seringnya terjadi tawuran
pelajar, pelanggaran hak asasi manusia, pelanggaran hukum dan sebagainya, semuanya
menegaskan bahwa pembangunan karakter bangsa berdasarkan nilai-nilai Pancasila
mendesak dan penting untuk dilaksanakan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Endris, Atma dkk. 2018. Buku Pintar Kewarganegaraan dan Pancasila. Depok : Alta Utama.

Tifatul, S., Basuki, Y.I., & Ahmad, M.M. (2013). Penguatan Pancasila Sebagai Fondasi Negara
Kesatuan Republik Indonesi. Jurnal Dialog Kebijakan Publik, 10, 21-23.

Zahriah, Anis. 2019. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi. Banten : Medina Madani

15

Anda mungkin juga menyukai