Anda di halaman 1dari 30

PEMANFAATAN GEOMETRI JALAN RAYA SEBAGAI

SOLUSI KEMACETAN DI KECAMATAN COBLONG

KARYA TULIS ILMIAH

ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Tata Tulis Karya Ilmiah

Disusun Oleh:

Fadi 16616279

Ahmad Zulkifli 16616400

M. Ananda Admaja 16616412

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

BANDUNG

2017

i
ii

PRAKATA

Puji serta syukur kami sembahkan kepada Allah SWT atas segala rahmat

dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.

Penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu Linda Handayani Sukaemi,

M.Hum selaku dosen dalam mata kuliah TTKI yang telah memberikan arahan

kepada sehingga kami dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Tak lupa kami

ucapkan terima kasih dalam kepada kedua orang tua, serta seluruh keluarga yang

telah memberikan dukungan penuh terhadap kami baik secara moril maupun

materil.

Tema yang dipilih dalam kegiatan praktik ialah budidaya ayam bibit,

dengan judul Pemanfaatan Geometri Jalan Raya Sebagai Solusi Kemacetan di

Kecamatan Coblong. Kami menyadari bahwa sering terjadi kemacetan di daerah

Kecamatan Coblong. Kami mencoba mengaitkan penyebab kemcetan yang terjadi

dengan geometri-geometri jalan raya bagian-bagian wilayah di Kecamatan

Coblong.

Karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna karena di dunia ini tidak ada

yang sempurna. Maka dari itu kritik beserta saran yang membangun sangat kami

harapkan untuk menjadi lebih baik. Semoga laporan ini dapat memberikan

manfaat bagi pembaca. Terima kasih.

ii
iii

ABSTRAK

Pada masa ini teknologi pada jalan raya terus dikembangkan untuk

memudahkan sistem transportasi, salah satunya melalui geometri jalan raya.

Dengan adanya geometri jalan raya maka jalan raya semakin mudah untuk diatur

dalam kontur, lebar, serta pengamanan keselamatan jalan raya. Namun selama ini

geometri jalan raya sering tidak diatur dengan baik sehingga kemacetan masih

terus saja terjadi khususnya di Kecamatan Coblong.

Geometri jalan raya menggunakan prinsip matematika dalam

pengaturannya yang meliputi lebar jalan, elevasi, serta kemampuan jalan dalam

menampung volume kendaraan setiap harinya. Lebar dan bentuk jalan sangat

berpengaruh untuk menampung volume kendaraan yang melintas di jalan raya,

perhitungan geometri jalan raya yang terlalu sempit membuat jalan yang ada

menjadi titik kemacetan setiap harinya serta perhitungan geometri yang terlalu

luas membuat anggaran yang ada menjadi boros.

Dari hasil observasi didapatkan data bahwa pada jam-jam sibuk, jalan raya

di Kecamatan Coblong tidak mampu menampung volume kendaraan yang terlalu

banyak yang berakibat pada kepadatan lalu lintas yang mengganggu aktivitas

masyarakat.

iii
iv

DAFTAR ISI

PRAKATA .............................................................................................................. ii
ABSTRAK ............................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ……………..………………………………………………………iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah .................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan dan Manfaat ................................................................. 3
1.3 Ruang Lingkup Kajian ............................................................................. 3
1.4 Anggapan Dasar ....................................................................................... 4
1.5 Hipotesis ................................................................................................... 4
1.6 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ................................................... 4
1.7 Sistematika Penulisan ............................................................................... 5
BAB II TEORI DASAR GEOMETRI JALAN RAYA DAN KEMACETAN
LALU LINTAS ....................................................................................................... 7
2.1 Pengertian Jalan Raya .............................................................................. 7
2.2 Pengertian Geometri Jalan Raya .............................................................. 7
2.3 Pengertian Kemacetan .............................................................................. 8
2.4 Fungsi Geometri Jalan Raya ..................................................................... 9
2.5 Perkembangan Geometri Jalan Raya ........................................................ 9
BAB III ANALISIS PEMANFAATAN GEOMETRI JALAN RAYA SEBAGAI
SOLUSI KEMACETAN LALU LINTAS DI KECAMATAN COBLONG ........ 12
3.1 Kondisi Geometri Jalan Raya di Kecamatan Coblong ........................... 12
3.2 Volume Kendaraan di Jalan Raya Kecamatan Coblong......................... 14
3.3 Faktor-faktor Penyebab Kemacetan di Kecamatan Coblong ................. 17
3.4 Hubungan Geometri Jalan Raya Terhadap Kemacetan Lalu Lintas ...... 18
3.5 Pemanfaatan Geometri Jalan Raya Sebagai Solusi Kemacetan Lalu
Lintas di Kemacatan Coblong ........................................................................... 19
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN.................................................................... 20
4.1 Simpulan ................................................................................................. 20
4.2 Saran ....................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... XXII

iv
v

SANWACANA ................................................................................................ XXIII

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Volume Kendaraan Jalan Cihampelas ..................................................... 15


Tabel 2 Volume Kendaraan Jalan Ir. H.Djuanda .................................................. 17

v
vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Jalan Cihampelas .................................................................................. 12


Gambar 2 Jalan Cihampelas dilihat dari Teras Cihampelas ................................. 13
Gambar 3 Jalan Ir. H.Djuanda............................................................................... 13
Gambar 4 Kepadatan Jalan Cihampelas ................................................................ 15
Gambar 5 Kondisi Kemacetan Jalan Ir.H.Djuanda ............................................... 16

vi
vii

DAFTAR LAMPIRAN

Sisa foto

Hasil asistensi

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah

1.1.1 Latar Belakang

Di era modern seperti sekarang ini, kebutuhan manusia akan transportasi semakin

meningkat. Manusia membutuhkan transportasi untuk berpindah dari satu tempat ke

tempat lain untuk menyelesaikan segala urusannya. Pada awalnya, manusia

menggunakan hewan sebagai alat transportasi seperti kuda dan unta. Dengan canggihnya

teknologi, semakin banyak alat transportasi yang diciptakan agar manusia dapat

berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dalam waktu yang singkat baik melalui

jalur darat, laut, maupun udara. Perkembangan ilmu pengetahuan turut berperan dalam

transportasi, manusia berlomba-lomba untuk membuat alat transportasi yang canggih

dengan kecepatan atau ketahanan tertentu agar kegiatan transportasi semakin efektif dan

efisien. Saat ini manusia sudah mengenal alat transportasi dengan bantuan mesin canggih

karena dianggap lebih efektif dan efisien dibanding dengan kuda atau hewan lainnya.

Perkembangan alat transportasi yang ada membuat manusia berpikir untuk

melakukan sesuatu agar proses transportasi dapat berjalan lebih cepat. Manusia membuat

suatu area untuk alat transportasi melakukan mobilisasi yang disebut sebagai jalan. Jalan

dibuat agar aktivitas transportasi bisa berjalan dengan lebih baik. Pembangunan jalan

diiringi dengan semakin banyaknya kebutuhan manusia akan kendaraan serta aktivitas

transportasi sering terhambat dengan aktivitas manusia yang lain. Hal ini memunculkan

1
2

ide untuk merencanakan suatu jalan dengan peraturan tertentu dengan area yang semakin

diperluas dan dikhususkan hanya untuk kendaraan yang disebut sebagai jalan raya.

Kebutuhan manusia yang semakin berbeda tiap individunya membuat manusia memilih

menggunakan alat transportasi sendiri agar bisa sampai ke tujuan lebih cepat. Akibatnya,

jalan raya yang telah dibangun semakin tidak bisa menampung karena kuantitas

kendaraan yang ada di jalan raya terus menerus bertambah. Hal inilah yang disebut

sebagai kemacetan.

Kemacetan menjadi masalah utama dalam kegiatan transportasi manusia di dunia

khususnya di Indonesia. Padatnya volume kendaraan di jalan raya membuat proses

transportasi menjadi terhambat dan waktu yang diperlukan untuk sampai ke tujuan

menjadi lebih lambat dari biasanya. Selain itu, kemacetan juga membuat jalan raya

menjadi lebih rentan dengan kerusakan yang mengharuskan negara untuk mengeluarkan

uang untuk memperbaiki jalan raya yang ada.

Permasalahan kemacetan hampir menjangkau seluruh wilayah di Indonesia, salah

satunya di Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat. Kemacetan di Bandung disebabkan

banyaknya kendaraan yang melintas baik dari luar kota maupun dari dalam kota itu

sendiri. Salah satu jalan di Kota Bandung yang mengalami kemacetan yang cukup parah

adalah Kecamatan Coblong. Kecamatan ini sering mengalami kelumpuhan akibat terlalu

banyak kendaraan yang melintas di jalan raya. Setiap harinya, kecamatan ini menerima

kendaraan yang akan menuju ke Kecamatan Cihampelas yang merupakan pusat oleh-oleh

dari kota bandung atau kendaraan yang akan menuju Kecamatan Dago.

2
3

Untuk mencegah terjadinya kemacetan banyak solusi yang sudah ditawarkan,

salah satunya dengan merencanakan suatu jalan raya dengan pendekatan matematika

yang dinamakan sebagai perencanaan geometri jalan raya.

1.1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang kami kemukakan

adalah sebagai berikut:

1) Bagaimana kondisi geometri jalan raya di Kecamatan Coblong?

2) Bagaimana kondisi kemacetan lalu lintas di Kecamatan Coblong?

3) Bagaimana pengaruh kondisi geometri jalan raya terhadap kemacetan lalu

lintas di Kecamatan Coblong?

4) Bagaimana rancangan geometri jalan raya yang tepat untuk diterapkan di

Kecamatan Coblong?

1.2 Tujuan Penulisan dan Manfaat

Tujuan yang hendak kami capai melalui penilitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui kondisi geometri jalan raya di Kecamatan Coblong.

2) Untuk mengetahui kondisi kemacetan lalu lintas di Kecamatan Coblong.

3) Untuk mengetahui hubungan kondisi geometri jalan raya terhadap kemacetan lalu

lintas di Kecamatan Coblong.

4) Untuk menentukan rancangan geometri jalan raya yang tepat dalam mengatasi

kemacetan lalu lintas di Kecamatan Coblong.

1.3 Ruang Lingkup Kajian

Untuk menjawab rumusan masalah di atas, kami akan mengkaji hal-hal berikut:

3
4

1) Pengertian jalan raya.

2) Pengertian geometri jalan raya.

3) Pengertian kemacetan.

4) Fungsi geometri jalan raya.

5) Perkembangan geometri jalan raya.

1.4 Anggapan Dasar

Menurut Shirley L Herdasin (2010 :88) perencanaan geometri jalan adalah perencanaan

route dari suatu ruas jalan secara lengkap, meliputi beberapa elemen yang disesuaikan dengan

kelengkapan dan data dasar yang ada atau tersedia dari hasil survei lapangan dan telah dianalisis,

serta mengacu pada ketentuan yang berlaku (Shirley L. Herdasin, 2010 : 88).

1.5 Hipotesis

Dugaan kami sehubungan dengan anggapan dasar di atas. Perancangan geometri jalan

raya yang lebih baik dapat menjadi solusi bagi kemacetan di daerah Kecamatan Coblong

1.6 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

1.6.1 Metode

Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu mendeskripsikan data baik dari literatur

maupun dari observasi lapangan kemudian di analisis. Sehubungan dengan metode yang

digunakan dalam penilitian kali ini adalah metode deskriptif analitis.

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Pada penilitian ini kami menggunakan teknik pengumpulan data, berupa:

1) Studi literatur.

2) Observasi.

4
5

1.7 Sistematika Penulisan

Penulisan laporan penilitian ini terbagi menjadi empat bab, yaitu pendahuluan, teori dasar

geometri jalan raya dan kemacetan lalu lintas, analisis pemanfaatan geometri jalan raya sebagai

solusi kemacetan di Kecamatan Coblong, dan simpulan serta saran. Pada bab satu akan dibahas

mengenai latar elakang pengangkatan aspek laporan penilitian ini, rumusan masalah, tujuan

penilitian, ruang lingkup kajian, metode dan teknik pengumpulan data, dan sistem penulisan

laporan penilitian ini. Pada bab dua akan disajikan penjelasan umum tentang jalan raya, geometri

jalan raya, kemacetan, fungsi dari geometri jalan raya, dan perkembangan geometri jalan raya.

Bab tiga akan menjelaskan dan menganalisis masalah-masalah yang telah dirumuskan secara

lengkap tentang kondisi geometri jalan raya, kondisi kemacetan lalu lintas, pengaruh kondisi

geometri jalan raya terhadap kemacetan, dan perancangan geometri jalan raya yang tepat untuk

diterapkan di Kecamatan Coblong. Bab empat berisi tentang simpulan dan saran dari penulis

mengenai permasalahan yang kami angkat terkait perancangan pemanfaatan geometri jalan raya

sebagai solusi kemacetan yang khususnya untuk daerah Kecamatan Coblong.

5
6

6
BAB II

TEORI DASAR GEOMETRI JALAN RAYA DAN KEMACETAN LALU LINTAS

2.1 Pengertian Jalan Raya

Jalan raya adalah keseluruhan bagian perkerasan jalan yang diperuntukkan untuk lalu

lintas kendaraan. Jalan raya terdiri dari beberapa lajur kendaraan. Lajur kendaraan yaitu bagian

dari jalan raya yang khusus diperuntukkan untuk dilewati oleh satu rangkaian kendaraan beroda

empat atau lebih dalam satu arah. jadi Jumlah lajur minimal untuk jalan dua arah adalah dua, dan

pada umumnya disebut sebagai jalan dua lajur dua arah (Sukirman, 1999:13).

Untuk membangun ruas jalan baru maupun peningkatan yang diperlukan sehubungan

dengan penambahan kapasitas jalan raya, tentu akan memerlukan metoda efektif dalam

perancangan maupun perencanaan agar diperoleh hasil yang terbaik dan ekonomis, tetapi

memenuhi unsur keselamatan pengguna jalan dan tidak menganggu ekosistem. (Herdasin,

2000:2).

Perkembangan kapasitas maupun kuantitas kendaraan yang menghubungkan kota-kota

antar provinsi dan terbatasnya sumber dana untuk pembangunan jalan raya serta belum

optimalnya pengoperasi prasarana lalu-lintas yang ada, merupakan persoalan utama di Indonesia

dan di banyak negara, terutama negara-negara yang sedang berkembang (Herdasin, 2000:17).

2.2 Pengertian Geometri Jalan Raya

Geometri jalan raya adalah desain yang berupa perhitungan dan analisis untuk

menyesuasikan jalan raya dengan topografi dari suatu tempat sementara memenuhi keselamatan,

standar layanan dan kinerja. Berfokus kepada elemen-elemen jalan raya yang terlihat oleh

7
8

pengendara atau pengguna jalan raya tersebut. Tetapi, rekayasawan harus mengambil

pertimbangan dari dampak lingkungan dan dampak sosial dari desain geometri terhadap fasilitas

dan lingkungan sekitarnya. (T. F. Fwa, 2006:151).

Di Amerika Serikat, American Association of State Highway and Transportation

Officials (AASHTO) sudah menerbitkan rangkaian dari standar dan garis pedoman untuk desain

geometri jalan raya (T. F. Fwa, 2006:152).

2.3 Pengertian Kemacetan

Kemacetan adalah kondisi dimana arus lalu lintas yang lewat pada ruas jalan yang

ditinjau melebihi kapasitas rencana jalan tersebut yang mengakibatkan kecepatan bebas ruas

jalan tersebut mendekati atau melebihi 0 km/jam sehingga menyebabkan terjadinya antrian. Pada

saat terjadinya kemacetan, nilai derajat kejenuhan pada ruas jalan akan ditinjau dimana

kemacetan akan terjadi bila nilai derajat kejenuhan mencapai lebih dari 1 (MKJI, 1997:6).

Jika arus lalu lintas mendekati kapasitas, kemacetan mulai terjadi. Kemacetan semakin

meningkat apabila arus begitu besarnya sehingga kendaraan sangat berdekatan satu sama lain.

Kemacetan total terjadi apabila kendaraan harus berhenti atau bergerak sangat lambat (Ofyar Z

Tamin, 2000:46).

Kemacetan lalu lintas biasanya meningkat sesuai dengan meningkatnya mobilitas

manusia pengguna transportasi, terutama pada saat-saat sibuk. Kemacetan terjadi karena

berbagai sebab diantaranya disebabkan oleh kelemahan sistem pengaturan lampu lalu lintas,

banyaknya persimpangan jalan, banyaknya kendaraan yang turun ke jalan, musim, kondisi jalan,

dan lain-lain. Berbagai usaha untuk menanggulangi kemacetan lalu lintas yang dilakukan adalah

dengan penambahan sarana jalan, pembangunan jalan tol, jalan layang, terowongan, sistem

8
9

pengaturan lampu ATCS (Area Traffic Control System), dan lain-lain. (Sudradjat, Sumartono,

Asropi, 2011:2)

2.4 Fungsi Geometri Jalan Raya

Desain Geomteri jalan raya biasanya memenuhi beberapa tujuan yaitu:

1) Menentukan, mengacu kepada perizinan dari standar desain dan right-of-way, untuk

jalan raya yang diusulkan.

2) Menggabungkan, mengacu pada standar desain, berbagai fitur fisik dari keselarasan

jalan untuk memastikan bahwa pengemudi mempunyai pandangan terhadap jalan

(dan hambatan) di depan mereka yang cukup untuk mengatur kecepatan perjalanan

mereka supaya menjaga keselamatan dan kualitas perjalanan.

3) Menyediakan sebuah dasar untuk rekayawasan jalan raya untuk merencanakan dan

mengevaluasi konstruksi dari bagian jalan raya yang diusulkan (T. F. Fwa, 2006:151).

2.5 Perkembangan Geometri Jalan Raya

Perkembangan geometri jalan raya sangat diperlukan supaya jalan raya dapat digunakan

dalam jangka waktu yang lama dalam kondisi apapun. Umumnya, pemerintah pusat yang

bertanggung jawab dalam perkembangan standar nasional geometri jalan raya (Martin Rodgers,

2003). Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, geometri jalan raya adalah desain yang berupa

perhitungan dan analisis untuk menyesuasikan jalan raya dengan topografi dari suatu tempat.

Dengan demikian, perkembangan geometri jalan raya hanya sebatas topografi saja, namun jika

kita melihat dari aspek lain, geometri jalan dapat dikembangan lebih lanjut.

Seperti jumlah pengguna kendaraan yang semakin hari semakin banyak menyebabkan

padatnya lalu lintas sehingga terjadi kemacetan, akan timbul perkembangan geometri jalan raya

yang menyesuaikan banyaknya jumlah kendaraan. Padatnya jumlah penduduk di kota-kota besar

9
10

mendorong perkembangan geometri jalan raya. Sebagai contohnya adalah di kota-kota besar

yaitu dibangunnya jalan layang. Jalan layang adalah jalan yang dibangun melayang menghindari

daerah/kawasan yang selalu menghadapi permasalahan kemacetan lalu lintas. Pembangunan

jalan layang ini tidak dibuat ditanah sehingga topografi tidak berpengaruh pada jalan layang.

Banyaknya penduduk yang tinggal di pinggiran kota besar atau di kota-kota kecil saat

bekerja di dalam atau dekat pusat kota mengakibatkan banyak yang menggunakan mobil pribadi

untuk perjalanan ke tempat kerja. Hal ini telah menyebabkan kemacetan di jalan dan kebutuhan

untuk akan ruang jalan meningkat. Oleh karena itu, perkembangan geometri jalan harus

dilakukan seperti penambahan jalur bebas kemacetan atau yang disebut dengan jalan Tol (Martin

Rodgers, 2003).

Aspek lainnya yaitu, dalam mengantisipasi kemacetan dan kebutuhan akan jalan raya di

masa yang akan datang. Hal ini dapat ditanggulangi dengan pembangunan jalan raya yang baru,

namun cara yang lebih efektif dapat dilakukan yaitu mengembangkan jaringan jalan raya

daripada membangun jalan baru (Martin Rodgers, 2003).

10
11

11
BAB III

ANALISIS PEMANFAATAN GEOMETRI JALAN RAYA SEBAGAI SOLUSI


KEMACETAN LALU LINTAS DI KECAMATAN COBLONG

3.1 Kondisi Geometri Jalan Raya di Kecamatan Coblong

3.1.1 Jalan Cihampelas

Gambar 1 Jalan Cihampelas


Sumber : Google Maps

Jalan Cihampelas merupakan jalan satu arah dengan dua lajut tak terbagi dengan

proporsi jalur yang sama besar (50-50). Median jalan berupa marka garis putus-putus.

Kelengkapan jalan yang ada meliputi rambu dilarang berhenti, papan penunjuk arah

jalan, area penyebrangan, lampu forbidden, lampu pengatur lalu lintas, dan lampu jalan.

Keadaan fisik koridor wilayah pada Ruas 1 (penggal jalan antara Jalan Husen dan

Jalan Prof. Eyckman) adalah sebagai berikut

12
13

1. Panjang jalan kurang lebih 675 meter.

2. Lebar badan jalan rata-rata 7 meter.

3. Lebar efektif jalan rata-rata dibawah 0,5 meter.

4. Lebar trotoar sebelah timur jalan rata-rata 1 meter.

5. Lebar trotoar sebelah barat jalan rata rata 1,5 meter.

Gambar 2 Jalan Cihampelas dilihat dari Teras Cihampelas


3.1.2 Jalan Ir. H. Djuanda

Gambar 3 Jalan Ir. H.Djuanda

13
14

Sumber : Google Maps

3.1.2.1 Kondisi Geometri Jalan Ir. H. Djuanda

Jalan Ir. H. Djuanda atau yang biasa disebut Jalan Dago adalah jalan dua arah

dengan dua lajur terbagi pada masing masing arahnya. Median jalan berupa pembatas

jalan dari semen yang ditanami rumput. Kelengkapan jalan yang ada meliputi rambu

dilarang berhenti, papan penunjuk arah jalan, area penyebrangan, lampu forbidden, lampu

pengatur lalu lintas, dan lampu jalan.

Keadaan geometrik Jalan Ir. H. Djuanda adalah sebagai berikut

1. Panjang jalan kurang lebih 2,1 kilometer.

2. Lebar badan jalan rata-rata 7 meter.

3. Lebar efektif jalan rata-rata 2 meter.

4. Lebar trotoar sebelah timur jalan sampai simpang dago rata-rata 2,5 meter.

5. Lebar trotoar sebelah barat jalan sampai simpang dago rata rata 3,5 meter.

6. Lebar trotoar sebelah barat jalan dekat pasar simpang dago rata-rata 0.5 meter.

7. Lebar bahu jalan sebelah timur pasar simpang dago rata-rata 1 meter.

3.2 Volume Kendaraan di Jalan Raya Kecamatan Coblong

3.2.1 Volume Kendaraan Jalan Cihampelas

14
15

Gambar 4 Kepadatan Jalan Cihampelas


Sumber : Dokumentas Pribadi

Dalam pengukuran volume kendaraan, kami mengambil data di Jalan Cihampelas

dari pertigaan sampai Teras Cihampelas yang kami anggap sebagai titik kemacetan.

Waktu yang kami tetapkan adalah tanggal 23 April 2017, jam 09.30-10.30 dan 11.30-

12.00. Kami menghitung banyaknya mobil yang melintas dalam 1 menit ketika kondisi

jalan lancar, serta menghitung banyaknya mobil yang antre ketika kondisi jalan sedang

macet. Data yang kami dapatkan sebagai berikut,

Tabel 1 Volume Kendaraan Jalan Cihampelas

Waktu (WIB) Banyaknya Sepeda Motor per Banyaknya Total

30 menit Mobil

09.30 – 10.00 1110 1260 2370

10.00 – 10.30 1080 660 1740

11.30 – 12.00 2910 2850 5760

15
16

Dari tabel diatas, terlihat pada pukul 09.30 – 10.00 WIB jumlah kendaraan yang

melintas dalam 30 menit sebanyak 2370 kendaraan. Pada pukul 10.00 – 10.30 WIB

jumlah kendaraan yang melintas dalam 30 menit sebanyak 1740 kendaraan, pada waktu

ini jalan terlihat cukup lengang. Pada pukul 11.30 – 12.00 WIB jumlah kendaraan

sebanyak 5760, angka ini sangat jauh berbeda dibanding waktu sebelumnya dikarenakan

terjadi kemacetan yang cukup parah pada waktu ini.

3.2.1 Volume Kendaraan Jalan Ir.H.Djuanda

Gambar 5 Kondisi Kemacetan Jalan Ir.H.Djuanda

Dalam pengukuran volume kendaraan, kami mengambil data di Jalan

Ir.H.Djuanda dari Simpang Dago sampai Jalan Layang Pasupati. Waktu yang kami

tetapkan adalah tanggal 23 April 2017, jam 08.30-09.30 dan 11.30-12.00. Kami

menghitung banyaknya mobil yang melintas dalam 1 menit ketika kondisi jalan lancar,

16
17

serta menghitung banyaknya mobil yang antre ketika kondisi jalan sedang macet. Data

yang kami dapatkan sebagai berikut,

Tabel 2 Volume Kendaraan Jalan Ir. H.Djuanda

Waktu (WIB) Banyaknya Sepeda Motor per Banyaknya Total

30 menit Mobil

08.30 – 09.00 1560 1080 2640

09.00 – 09.30 1260 1110 2370

11.30 – 12.00 1810 1750 3560

Dari tabel diatas, terlihat pada pukul 08.30 – 09.00 WIB jumlah kendaraan yang

melintas dalam 30 menit sebanyak 2640 kendaraan pada waktu ini lalu lintas cukup

lengang. Pada pukul 09.00 – 09.30 WIB jumlah kendaraan yang melintas dalam 30 menit

sebanyak 2370 kendaraan, pada waktu ini lalu lintas padat lancar. Pada pukul 11.30 –

12.00 WIB jumlah kendaraan sebanyak 3560, pada waktu ini kemacetan mulai terjadi,

terlihat dari antrian kendaraan akibat lampu merah yang cukup panjang baik dari arah

pasar atau dari arah tamansari.

3.3 Faktor-faktor Penyebab Kemacetan di Kecamatan Coblong

Secara garis besar faktor yang memepengaruhi kemacetan lalu lintas adalah besarnya

volume lalu lintas dan besarnya kapasitas jalan yang dilalui. Semakin besar volume lalu lintas

dan semakin kecil kapasitas jalannya maka kemacetan tak dapat dihindari lagi. Terutama di

jalan-jalan yang umum menjadi jalan utama bagi para pengguna kendaraan. Meskipun begitu

17
18

masih banyak faktor-faktor yang mempengaruhi kemacetan lalu lintas yang tidak dapat

diabaikan seperti jam padat pengguna kendaraan, pengurangan lebar jalan akibat aktivitas

masyarakat, manajemen lalu lintas yang kurang baik, kondisi jalan yang rusak, para pengguna

jalan yang seenaknya, dan sebagainya.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan penyebab kemacetan lalu lintas di

beberapa jalan di Kecamatan Coblong sangat dipengaruhi oleh waktu, aktivitas masrayakat.

Seperti pada Jalan Ir. H. Djuanda, jumlah volume mobil yang melintas pada waktu libur lebih

sedikit dari pada waktu kerja terutama pagi dan sore. Sebaliknya, pada Jalan Cihampelas jumlah

volume mobil yang melintas pada waktu lebih banyak dari pada waktu kerja. Ini dikarenakan

Jalan Ir. H. Djuanda merupakan jalan besar yang digunakan untuk perjalanan jauh dan Jalan Ir.

H. Djuanda juga merupakan salah satu jalan akses menuju Jalan Layang Pasupati.

Kemacetan lalu lintas di Jalan Cihampelas lebih dipengaruhi oleh aktivitas

masyarakatanya seperti pedagang, parkir dipikir jalan, dan sejenisnya. Karena Jalan Cihampelas

merupakan salah satu pusat perdagangan di Bandung, jalan ini akan ramai di waktu libur karena

jalan ini merupakan akses utama untuk mengunjungi toko-toko yang tersebar di sepanjang Jalan

Cihampelas, dengan begitu volume kendaraan yang melintas akan meningkat secara pesat pada

waktu libur. Tapi tidak menutup faktor-faktor lain yang menyebabkan kemacetan pada jalan di

Kecamatan Coblong hanya dipengaruhi hal-hal tersebut.

3.4 Hubungan Geometri Jalan Raya Terhadap Kemacetan Lalu Lintas

Perencanaan awal geometrik jalan raya sangat berpengaruh dalam kelancaran lalu lintas

untuk sekarang maupun beberapa tahun kedepan. Lebar jalan utama, dan jalur trotoar akan

sangat mempengaruhi besarnya kapasitas jalan yang dapat dilalui, semakin sempit lebar jalan

18
19

utama maka akan mengurangi kapasitas jalan yang dapat dilalui dan sebaliknya, walaupun begitu

jika lebar jalan yang sempit ditambah dengan volume kendaraan yang melalui cukup kecil

kemacetan pun dapat dihindari, maka dari itu perancaanaan geometrik jalan sebaiknya juga

menganalisis volume kendaraan yang akan melalui jalan tersebut.

Pada Jalan Ir. H. Djuanda, walaupun volume kendaraan yang melalui cukup tinggi tapi

diimbangi dengan lebar jalan yang cukup besar dan kapasitas jalan yang dapat dilalui pun tinggi

maka kemacetan pun dapat dihindari. Lebih dari itu traffic control di Jalan Ir. H. Djuanda pun

cukup baik, ditunjukkan dengan banyak polisi lalu lintas yang selalu mengontrol arus lalu lintas

di Jalan Ir. H. Djuanda. Jalur trotoar di Jalan Ir. H. Djuanda pun baik sehingga akses jalan bagi

pejalan kaki semakin nyaman.

Sebaliknya pada Jalan Cihampelas, kapasitas jalan yang dapat dilalui tidak dapat

mengimbangi volume kendaraan yang melalui karena lebar jalan ini yang pas-pasan. ditambah

dengan jalur trotoar yang digunakan para pedangan sehingga tidak hanya merugikan para

pengendara tetapi juga merugikan bagi para pejalan kaki.

3.5 Pemanfaatan Geometri Jalan Raya Sebagai Solusi Kemacetan Lalu Lintas di Kemacatan
Coblong

Dari data yang telah didapatkan di lapangan, terlihat bahwa penampang jalan yang sempit

serta median jalan yang tidak teratur dapat membuat masalah kemacetan semakin bertambah.

Salah satu cara untuk mengatasi kemacetan tersebut adalah dengan memperbaiki median jalan

agar kendaraan yang melintas lebih tertib.

Selain itu memperbaiki sarana pendukung seperti rambu lalu lintas. Terutama pada

persimpangan yang cukup padat diberikan lampu lalu lintas untuk mengatur antrean kendaraan

yang melinta
19
BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian kami, dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Kondisi geometri jalan raya di Kecamatan Coblong sudah cukup baik, namun jika

volume kendaraan terus bertambah setiap harinya maka kondisi geometri yang

sekarang tidak akan mampu menampung volume kendaraan.

2. Kondisi geometri jalan raya memengaruhi kemacetan, lebar jalan yang kecil tidak

akan mampu menampung volume kendaraan pada jam sibuk.

3. Kondisi kemacetan di Kecamatan Coblong sibuk pada pukul 11.30-12.00, waktu ini

adalah waktu makan siang bagi para karyawan. Arus kendaraan pada jam tersebut

terlihat padat merayap.

4. Rancangan geometri jalan raya yang tepat adalah dengan cara menambah median

jalan pada lajur agar kendaraan bisa melintas dengan teratur sehingga tidak

menambah antrean kendaraan yang melintas. Jika memungkinkan, sebaiknya

dilakukan pelebaran jalan untuk tempat-tempat yang biasanya menjadi titik

kemacetan

20
21

4.2 Saran

1. Sebaiknya masyarakat menggunakan transportasi umum untuk mengurangi volume

kendaraan yang melintas.

2. Dilakukan penertiban arus lalu lintas di jam-jam sibuk pada jalan yang padat

penggunanya.

3. Memperbaiki median jalan yang rusak agar kendaraaan yang melintas dapat lebih

teratur.

4. Melakukan penutupan sementara pada tempat berputar lajur pada jam-jam sibuk

agar tidak terjadi antrean kendaraan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Fwa, T. F., & Group, F. (2006). The Handbook Engineering of Highway.


Herdasin, S. L. (2000). Penuntun Praktis Perencanaan Teknik Jalan Raya.
MKJI. (1997). Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 7802112(264), 564.

Munzir, Said Ramli, Marwan. (2015). SIMULATION OF ONE-WAY TRAFFIC FLOW WITH
DATA OF ROAD CHARACTERISTICS, 7(1), 21–38.

Ramli, M. (2015). SIMULATION OF ONE-WAY TRAFFIC FLOW WITH DATA OF ROAD


CHARACTERISTICS, 7(1), 21–38.
O’Glesby, C. H., & Hicks, R. G. (1982). Highway Engineering.
Sukirman, S. (1999). Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan.
Sumadi. (2006). KEMACETAN LALULINTAS PADA RUAS JALAN VETERAN. Universitas
Diponegoro.
Sumartono, T. (2010). Model Jalan Lalulintas Jalan Tol, 1–8.
Tamin, O. Z. (2000). Perencanaan & Pemodelan Transportasi (Second Edition).

Fwa, T. F., & Group, F. (2006). of Highway Edited by. Washington DC : Taylor & Francis
Group

MKJI. (1997). Manual Kapasitas Jalan Indonesia,

Herdasin, S. L. (2000). Penuntun Praktis Perencanaan Teknik Jalan Raya. Bandung : Politeknik
Negeri Bandung

Rogers, Martin. (2003). An Introduction to Highway Engineering. Blackwell : Blackwell


Publishing Ltd

Sukirman, S. (1999). Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan. Bandung : Nova

XXII
SANWACANA

Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam karya ilmiah ini karena

keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki. Kami menyampaikan ucapan

terimakasih yang setulusnya kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam

menyelesaikan karya ilmiah ini.

Pertama, termikasih kepada Allah SWT, atas berkat dan rahmat nya kami diberikan

kesehatan sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Sekali lagi kami berterimakasih

kepada Ibu Linda Handayani Sukaemi, M.Hum, selaku dosen mata kuliah TTKI. Terimakasih

atas semua pengarahan yang telah diberikan selama proses perkuliahan serta saran, revisi,

masukan serta bimbingannya yang telah banyak membantu kami dalam menyelesaikan skripsi

ini. Mohon maaf atas segala kesalahan.

XXIII

Anda mungkin juga menyukai