N DENGAN DIAGNOSA
MEDIS ASFIKSIA NEONATUS DI RUANG NEONATAL
INTENSIVE CARE UNIT ( NICU ) RSUD PROF.DR.
H.ALOEI SABOE KOTA GORONTALO
OLEH:
KELOMPOK I B
Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan seminar
akhir Stase Keperawatan Anak ini walaupun secara sederhana, baik bentuknya
maupun isinya.
Laporan ini disusun dalam rangka pemenuhan tugas akhir stase
keperawatan anak profesi ners yang mungkin dapat membantu teman-teman
dalam mempelajari hal-hal penting dalam asuhan keperawatan pada anak di ruang
NICU. Laporan ini dapat di selesaikan karena bantuan berbagai pihak. Karena itu
pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu.
Tak ada gading yang tak retak, begitu juga dengan laporan ini, kami
menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna,oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya laporan ini,
kami juga mengharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Kelompok I B
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2
1.3. Manfaat Penulisan ................................................................................ 2
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 38
5.2 Saran .......................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
2. Etiologi Asfiksia
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi
berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang
dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia
pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat dan bayi berikut ini:
a. Faktor ibu
1) Preeklampsia dan eklampsia
2) Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
3) Partus lama atau partus macet
4) Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
5) Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
b. Faktor Tali Pusat
1) Lilitan tali pusat
2) Tali pusat pendek
3) Simpul tali pusat
4) Prolapsus tali pusat
c. Faktor Bayi
1) Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
2) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
3) Kelainan bawaan (kongenital)
4) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang
berpotensi untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor
risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya
tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya
faktor risiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak
dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu
siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan.
4. Patofisiologi Asfiksia
Pada penderita asfiksia telah dikemukakan bahwa gangguan pertukaran gas
serta transport 02 akan menyebabkan berkurangnya penyediaan 02 dan kesulitan
pengeluaran C02. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan tergantung
dari berat dan lamanya asfiksia fungsi tadi dapat reversibel atau menetap, sehingga
menimbulkan komplikasi, gejala sisa, atau kematian penderita.
Pada tingkat permulaan, gangguan ambilan 02 dan pengeluaran C02 tubuh ini
mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik. Apabila keadaan tersebut
berlangsung terus, maka akan terjadi metabolisme anaerobik berupa glikolisis
glikogen tubuh. Asam organik yang terbentuk akibat metabolisme ini menyebabkan
terjadinya keseimbangan asam basa berupa asidosis metabolik. Keadaan ni akan
menganggu fungsi organ tubuh, sehingga mungkin terjadi penurunan sirkulasi
kardiovaskuler yang ditandai oleh penurunan tekanan darah dan frekwensi denyut
jantung.
5. Pathways Asfiksia
Bersihan
Jalan Nafas
Tidak Efektif
Pola nafas
tidak
efektif
7. Komplikasi Asfiksia
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :
a. Edema otak & Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut
sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan
menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang
berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan
otak.
b. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan
ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai
dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak
mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan
terjadinya hipoksemia padapembuluh darah mesentrium dan ginjal yang
menyebabkan pengeluaran urine sedikit.
c. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas
dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan
pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena
perfusi jaringan tak efektif.
d. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan
koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak.
8. Penatalaksanaan Asfiksia
Sebelum bayi lahir dicatat data penyakit ibu, obat yang didapat ibu, tanda-
tanda gawat janin (bila ada) keadaan air ketuban. Segera setelah lahir, bayi
diletakkan diatas meja resusitasi yang datar, kemudian keringkan dengan kain
secara cepat (kurang dari 20 menit) resusitasi bayi asfiksia tergantung dari hasil
evaluasi : pernafasan, denyut jantung dan warna kulit bayi.
Tindakan-tindakan yang digunakan untuk mencegah asfiksia pada bayi :
a. Tindakan Umum
Tindakan ini dikerjakan pada setiap bayi tanpa memandang nila APGAR.
Segera setelah bayi lahir, diusahakan agar bayi mendapat pemanasan yang baik.
Harus dicegah atau dikurangi kehilangan panas dari tubuhnya. Penggunaan sinar
lampu untuk pemanasan luar dan untuk mengeringkan tubuh bayi mengurangi
evaporasi.
Bayi diletakkan dengan kepala lebih rendah dan penghisapan saluran
pernapasan bagian atas segera dilakukan. Hal ini harus dikerjakan dengan hati-hati
untuk menghindari timbulnya kerusakan-kerusakan mukosa jalan napas, spasmus
laring, atau kolaps paru-paru. Bila bayi belum memperlihatkan usaha bernapas,
rangsangan terhadapnya harus segera dikerjakan. Hal ini dapat berupa rangsangan
nyeri dengan cara memukul kedua telapak kaki, menekan tendon Achilles, atau
pada bayi-bayi tertentu diberi suntikan vitamin K.
b. Tindakan Khusus
Tindakan ini dikerjakan setelah tindakan umum diselenggarakan tanpa hasil
prosedur yang dilakukan disesuaikan dengan beratnya asfiksia yang timbul pada
bayi, yang dinyatakan oleh tinggi-rendahnya Apgar.
1) Asfiksia berat (nilai Apgar 0 – 3)
Resusitasi aktif dalam keadaan ini harus segera dilakukan. Langkah utama
ialah memperbaiki ventilasi paru-paru dengan memberikan O2 secara tekanan
langsung dan berulang-ulang. Cara yang terbaik ialah melakukan intubasi
endotrakeal dan setelah kateter dimasukkan ke dalam trakea, O2 melalui kateter
tadi. Untuk mencapai tekanan 30 ml air peniupan dapat dilakukan dengan
kekuatan kurang lebih 1/3 – ½ dari tiupan maksimal yang dapat dikerjakan.
Secara ideal napas buatan harus dilakukan dengan terlebih dahulu
memasang manometer. Dapat digunakan pompa resusitasi. Pompa ini
dihubungkan dengan kateter trakea, kemudian udara dengan O2 dipompakan
secara teratur dengan memperhatikan gerakan-gerakan dinding toraks, bila
bayi telah memperlihatkan pernapasan spontan, kateter trakea segera
dikeluarkan.
Keadaan asfiksia berat ini hampir selalu disertai asidosis yang
membutuhkan perbaikan segera; karena itu, bikarbonas natrikus 7,5% harus
segera diberikan dengan dosis 2 – 4 ml/kg berat badan. Obat-obatan ini harus
diberikan secara berhati-hati dan perlahan-lahan. Untuk menghindari efek
samping obat, pemberian harus diencerkan dengan air steril atau kedua obat
diberikan bersama-sama dalam satu semprit melalui pembuluh darah
umbilikus.
Bila setelah beberapa waktu pernapasan spontan tidak timbul dan
frekuensi jantung menurun (kurang dari 100 permenit) maka pemberian obat-
obatan lain serta massage jantung sebaiknya segera dilakukan. Massage
jantung dikerjakan dengan melakukan penekanan diatas tulang dada secara
teratur 80-100 kali permenit. Tindakan diikuti dengan satu kali pemberian
napas buatan. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan kemungkinan timbulnya
komplikasi pneumotoraks atau pneumomediastinum apabila tindakan
dilakukan secara bersamaan. Disamping massage jantung ini obat-obat yang
dapat diberikan antara lain ialah larutan 1/10.000 adrenalin dengan dosis 0.5 –
1cc secara intravena / intrakardial (untuk meningkatkan frekuensi jantung) dan
kalsium glukonat 50 – 100 mg/kg berat badan secara perlahan-lahan melalui
intravena berupa plasma, darah atau cairan pengganti lainnya (volume
expander) harus segera diberikan.
Bila tindakan-tindakan tersebut diatas tidak memberi hasil yang
diharapkan, keadaan bayi harus dinilai lagi karena hal ini mungkin disebabkan
oleh gangguan keseimbangan asam dan basa yang belum diperbaiki secara
semestinya, adanya gangguan organik seperti hernia diafragmatika, atresia atau
stenosis jalan napas, dan lain-lain.
2) Asfiksia ringan – sedang (nilai Apgar 4 – 6)
Disini dapat dicoba melakukan rangsangan untuk menimbulkan refleks
pernapasan. Hal ini dapat dikerjakan selama 30 – 60 detik setelah penilaian
menurut Apgar 1menit. Bila dalam waktu tersebut pernapasan tidak timbul,
pernapasan buatan harus segera dimulai. Pernapasan aktif yang sederhana
dapat dilakukan secara pernapasan kodok (frog breathing). Cara ini dikerjakan
dengan memasukkan pipa ke dalam hidung, dan O2 dialirkan dengan
kecepatan 1 – 2 liter dalam satu menit. Agar saluran napas bebas, bayi
diletakkan dengan kepala dalam dorsofleksi. Secara teratur dilakukan gerakan
membuka dan menutup lubang hidung dan mulut dengan disertai
menggerakan dagu ke atas dan kebawah dalam frekuensi 20 kali semenit.
Tindakan ini dilakukan dengan memperhatikan gerakan dinding toraks dan
abdomen. Bila bayi mulai memperlihatkan gerakan pernapasan, usahakanlah
supaya gerakan tersebut diikuti. Pernapasan ini dihentikan bila setelah 1 – 2
menit tidak juga dicapai hasil yang diharapkan. Dan segera dilakukan
pernapasan buatan dengan tekanan positif secara tidak langsung. Pernapasan
ini dapat dilakukan dahulu dengan pernapasan dari mulut ke mulut. Sebelum
tindakan dilakukan, kedalam mulut bayi dimasukkan pharyngeal airway yang
berfungsi mendorong pangkal lidah ke depan, agar jalan napas berada dalam
keadaan sebebas-bebasnya. Pada pernapasan dari mulut ke mulut, mulut
penolong diisi terlebih dahulu dengan O2 sebelum peniupan. Peniupan
dilakukan secara teratur dengan frekuensi 20 -30 kali semenit dan diperhatikan
gerakan pernapasan yang mungkin timbul. Tindakan dinyatakan tidak berhasil
bila setelah dilakukan beberapa saat, terjadi penurunan frekuensi jantung atau
pemburukan tonus otot. Dalam hal demikian bayi harus diperlakukan sebagai
penderita asfiksia berat.
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN ASFIKSIA
1. Pengkajian
a. Biodata atau identitas pasien (Bayi) meliputi nama, tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, Orangtua; meliputi nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau
kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat, Riwayat
kesehatan, Riwayat antenatal, Riwayat natal, komplikasi persalinan, Riwayat
post natal, Pola eliminasi, Latar belakang sosial budaya, Kebiasaan ibu
merokok, ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis psikotropika,
Kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol, Hubungan psikologis.
b. Keadaan umum Tanda-tanda Vital, Untuk bayi preterm beresiko terjadinya
hipothermi. bila suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu
tubuh < 37 ?C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5 C – 37,5 C, nadi
normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali
permenit.
c. Pemeriksaan fisik.
1) Kulit; warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru,
pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
2) Kepala; kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal
haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung.
3) Mata; warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi
terhadap cahaya.
4) Hidung terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan
lendir.
5) Mulut; Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
6) Telinga; perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan Leher;
perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
7) Thorax; bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara
wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per
menit.
8) Abdomen, bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus
costaae pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti
adanya asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising
usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat
retensi karena GI Tract belum sempurna. Umbilikus, tali pusat layu,
perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda-tanda infeksi pada
tali pusat.
9) Genitalia; pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan
letak muara uretra pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat
labia mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang
perdarahan
10) Anus; perhatikan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar
serta warna dari faeses.
11) Ekstremitas; warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya
patah tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan
serta jumlahnya.
12) Refleks; pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan
sucking lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai
keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang.
2. Penyimpangan KDM
Bersihan
Jalan Nafas
Tidak Efektif
Pola nafas
tidak
efektif
2 Bersihan jalan napas tidak efektif Setelah dilakukan intervensi Manajemen jalan napas
(D.0001) Tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam maka
Kategori : fisiologi Observasi :
Subkategori : Respirasi bersihan jalan napas meningkat 1. Monitor pola napas (Frekuensi,
Definisi : ketidakmampuan membersihan kedalaman, usaha napas )
dengan criteria hasil
secret atau obstruksi jalan nafas untuk 2. Monitor bunyi napas tambahan
mempertahankan jalan nafas tetap paten. 1. Batuk efektif meningkat ( mis, gurgling, mengi, wheezing,
Penyebab : 2. Produksi sputum menurun ronkhi kering )
16. Spasme jalan napas 3. Mengi menurun 3. Monitor sputum ( jumlah, warnah,
17. Hipersekresi jalan napas 4. Wheezing menurun aroma)
18. Disfungsi neuromuskuler 5. Mekonium (pada neonatus)
19. Benda asing dalam jalan nafas menurun Teraupeutik
20. Adanya jalan nafas buatan 6. Dispnea menurun 1. Pertahankan kepatenan jalan napas
21. Sekresi yang tertahan 7. Ortopnea menurun dengan head-tilt dan chin-lift ( jaw-
22. Hyperplasia dinding jalan napas 8. Sulit bicara menurun thrust jika curiga trauma servikal )
23. Proses infeksi 9. Sianosis menurun 2. Posisikan semi-fowler atau fowler
24. Respon alergi 10. Gelisah menurun 3. Berikan minum hangat
25. Efek agen farmakologis ( mis. 11. Frekuensi napas membaik 4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Anastesi). 12. Pola napas membaik 5. Lakukan penghisapan lendir kurang
dari 15 detik
Gejala dan tanda mayor : 6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum
Subjektif : penghisapan endotrakeal
2. Tidak tersedia 7. Keluarkan sumbatan benda padat
Objektif : dengan forsep McGill
9. Batuk tidak efektif atau tidak 8. Berikan oksigen, jika perlu
mampu batuk
10. Sputum berlebih/obstruksi di jalan Edukasi
napas / mekonium di jalan napas 1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
(neonates) jika tidak kontaindikasi
11. Mengi, wheezing dan atau ronkhi 2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
Kondisi Klinis Terkait : Kolaborasi pemberian bronkodilator,
9. Gulian barre syndrome
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
10. Sklerosis multiple
11. Myasthemia gravis
12. Prosedur diagnostic ( mis.
Bronkoskopi, transesophangeal
echocardiogravi [TEE]
13. Depresi Sistem saraf pusat
14. Cedera kepala
15. Stroke
16. Kuadriplegia
17. Sindrom aspirasi mekonium
18. Infeksi saluran napas
Asma
3. Gangguan pertukaran gas (D.0003) Setelah dilakukan intervensi Pemantauan respirasi
keperawatan selama …3x24jam maka Tindakan
Definisi
pertukaran gas meningkat dengan Observasi
Kelebihan atau kekurangan oksigenasi kriteria hasil : 11. Monitor frekwensi, irama, kedalaman
1. Tingak kesadaran meningkat dan upaya napas
dan/atau eliminasi karbondioksida pada 2. Dispnea menurun 12. Monitor pola napas ( seperti
3. Bunyi napas tambahan bradipnea, takipnea, heperventilasi,
membrane alveolus-kapiler
menurun kusmaul, chyne-stokes, biot, ataksik)
4. Pusing menurun 13. Monitor kemamouan batuk efektif
5. Penglihatan kabur menurun 14. Monitor adanya produksi sputum
Penyebab :
6. Diaphoresis menurun 15. Monitor adanya sumbatan jalan
1. Ketidaksamangan ventilasi-perfusi 7. Gelisah menurun napas
8. Napas cuping hidung menurun 16. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
2. Perubahan membrane alveolus-kapiler
9. PCO2 membaik 17. Auskultasi bunyi napas
Gejala dan Tanda Mayor 10. PO2 membaik 18. Monitor saturasi oksigen
11. Takikardia membaik 19. Monitor nilai AGD
Subjektif :
12. Ph arteri membaik 20. Monitor hasil x-ray thoraks
1. Pusing 13. Sianosis membaik
14. Pola napas membaik
2. Penglihatan kabur
15. Warnah kulit membaik Terapeutik
Objektif 3. Atur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
1. Sianosis
4. Dokumentasi hasil pemantauan
2. Diaforosis
Edukasi
3. Gelisa
3. Jelaskan tujuan dan prosedur
4. Nafas cuping hidung pemantauan
4. Informasikan hasil pemantauan, jika
5. Pola nafas abnormal
perlu
6. Warna kulit abnormal
7. Kesadaran menurun
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Identitas Klien
Pekerjaan : Tani
Panjang badan : 50 cm
HR :140 x / menit
Suhu : 37 oC
No Tanda 0 1 2 JUMLAH
1 Frekuensi Tidak ada < 100
>100 4-6
jantung
Asfiksia
2 Usaha Napas Tidak Ada Lambat Menangis Sedang
kuat
Tindakan resusitasi :-
D. Pengakjian fisik
Umur : 4 hari
Panjang : 50 cm
Antopometri
BBL : 3080 gr
PB : 50 cm
LK : 35,5 cm
LP : 32,5 cm
LD :33,5 cm
LILA :12 cm
Tanda-tanda Vital
Suhu badan : suhu badan fluktuatif dari 35,9 o C sampai dengan 37o C,
kulit dingin/ hangat
E. Kepala dan Leher
F. Tubuh
1) Warna :pink, tidak terdapat luka
2) Pergerakan : bebas
3) Dada :simetris antara kiri dan kanan, tidak ada tarikan
dinding dada, pergerakan simetris pada saat inspirasi dan ekspirasi. Ada
penggunaan otot bantu pernapasan
4) Vernik kaseosa : tidak terdapat Vernik kaseosa
I. Punggung
1) Keadaan punggung : tampak normal, tidak ada kelainan
2) Lanugo : tidak terdapat lanugo
J. Genetalia
1) Anus : tidak terdapat luka, dan tidak lecet
2) Keadaan : baik dan tidak terdapat luka
K. Ekstermitas
1) Jumlah jari tangan : lengkap, 5 jari tangan kiri dan 5 jari tangan
kanan
2) Jari kaki : lengkap masing-masing 5 jari dengan toatal
10 jari
3) Pergerakan : bebas
4) Garis telapak kaki : terdapat garis pada telapak kaki
5) Poisi kaki dan tangan : posisi kaki dan tangan normal dan tidak
ada kelainan
L. Status Neurologis
Refleks-refleks
1) Tendon : Tidak dilakukan pemeriksaan
2) Moro : bayi refleks ketika mendengar suara berisik atau
suara yang tiba-
tiba
3) Meghisap : refleks menghisap (+)
4) Babinski : saat diberi rangsangan refleks jari kaki ekstensi
5) Menggenggam : saat diberi rangsangan meletakan jari telunjuk
pada tangan bayi, reflekes menggenggam
6) Menangis : bayi menangis saat lapar dan BAB
7) Tonus Leher : ekstensi
M. Nutrisi
1) Jenis makanan : ASI dan Susu Formula
2) Diberikan dengan : botol susu
3) Jumlah yang diberikan : 5-10 cc/3 jam
N. Tindakan Keperawatan
1) Pemberian ASI / PASSI 8 x5-10 cc
2) Pemberian terapi obat
3) Telah dilakukan pemasangan oksigen 1/2 liter / menit
4) Telah dilakukan pemasangan NGT
O. Pemeriksaan Diagnostik
Tanggal 17-09-19
A. Identifikasi Data
1) Data Subjektif
2) Data Objektif :
- Tampak terpasang oksigen ½ liter
- Terpasang NGT
- Terpasang IVFD dextrose 10 % di umbilikus
- Diberikan ASI pasi 5-10 cc / 3 jam
- Frekuensi nadi 143 x / menit
- Frekuensi napas 64 x / menit
- Saturasi oksigen 96%
- suhu badan fluktuatif dari 35,9 o C sampai dengan 37o C
- Refleks menghisap (+)
- Refleks menggenggam (+)
- Hasil pemeriksaan Laboratorium
Hb : 17.5 g%
Leukosit
19.000 / µ
Trombosit
447.000 jt / µ
Hematokrit
48.2%
Hb : 17.5 g%
Leukosit
19.000 / µ
Trombosit
447.000 jt / µ
Hematokrit
48.2%
Rencana Keperawatan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dx keperawatan Tangg Implementasi Evaluasi
al /
jam
Pola napas tidak 20 Pemanatauan respirasi 14.00
efektif septem 1. Monitor frekuensi kedalaman S :
ber dan upaya napas O : - Tampak terpasang binasal
oksigen ½ liter
2019 Dengan hasil : Frekuensi
- Tampak ada penggunaan
napas 64x menit, ada
otot bantu pernapasan
10.00 penggunaan otot bantu
- Frekuensi napas 64 x /
pernapasan
menit
2. Monitor pola napas
- Spo2 96%
Dengan hasil : pola napas
takipnea A : Masalah keperawatan pola
oksigen P : pertahankan
Inisial nama ibu bayI Ny. N dilakukan pengkajian pada Tanggal dan jam
pengkajian 21-09-19 / 10.06 Nama ayah Tn.M.S.D Pekerjaan Tani Alamat Kel.
Bulotadaa barat Kec. Sipatana Keadaan Bayi saat Baru Lahir Lahir tanggal 17-09-
19 Jam 13.06 Jenis kelamin perempuan Riwayat Persalinan caesar Berat badan
lahir 3080 gr Panjang badan 50 cm HR 140 x / menit Pernapasan 64 x/ menit
Suhu 37 oC Frekuensi niali Apgar 4-6 dengan Frekuensi Jantung saat lahir < 100,
Usaha Napas lambat, Tonus Otot ekstermitas fleksi sedikit, Refleks gerakan
sedikit Warna kulit tubuh kemerahan tangan dan kaki biru Pengakjian fisik Umur
4 hari Berat badan 3080 gr, Panjang 50 cm, Antopometri BBL 3080 gr, PB 50
cm, LK 35,5 cmLK 35,5 cm LP 32,5 cm, LD 33,5 cm, LILA 12 cm, Tanda-
tanda VitalFrekuensi nadi 143 x / menitFrekuensi napas 64 x/ menit, Suhu badan
37,2o C pengakjian pada Kepala dan Leher Bentuk kepala normal, tekstur rambut
merata, tidak ada lesi,warna rambut hitam dan bersih, dan tidak terdapat lanugo,
Ubun-ubun teraba berdenyut Mata simetris antara kiri dan kanan, tidak terdapat
luka. Telinga simetris antara kri dan kanan, tidak ada luka dan cairan dalam
telinga,tidak ad luka Hidung bentuk hidung normal, tidak benkok, tidak terdapat
luka, terpasang NGT dan Oksigen Leher tidak ada luka, tidak ada distensi vena
jugularis, dan pembesaran kelenjar getah bening, Tubuh Warna tampak pucat,
tidak terdapat luka Pergerakan bebas, Dada simetris antara kiri dan kanan, ada
penggunaan otot bantu pernapasan , pergerakan simetris pada saat inspirasi dan
ekspirasi Jantung Dan ParuWaktu pengisisan kapiler< 3 detik, Frekuensi nadi 143
x/ menit Bunyi napas vesikuler Frekuensi pernapasan 64 x / GenetaliaAnus tidak
terdapat luka Keadaan baik dan tidak terdapat lukaEkstermitas Jumlah jari tangan
lengkap, 5 jari tangan kiri dan 5 jari tangan kanan Jari kaki lengkap masing-
masing 5 jari dengan toatal 10 jari Pergerakan bebasGaris telapak kakiterdapat
garis pada telapak kakiPoisi kaki dan tanganposisi kaki dan tangan normal dan
tidak ada kelainanStatus Neurologis, Refleks-refleksMoro bayi refleks ketika
mendengar suara berisik atau suara yang tiba- tiba Meghisap refleks menghisap
(+), Babinski saat diberi rangsangan refleks jari kaki ekstensi, Menggenggamsaat
diberi rangsangan meletakan jari telunjuk pada tangan bayi, reflekes
menggenggam, Menangis bayi menangis saat lapar,. Terapi Medis yang sudah
diberikanIVFD dextrose 10 %, Ceftazidine 2 x 150 g inj, Gentamicine 1x15 g inj,
ASI / PASSI 8 x5-10 cc.
Pengkajian keperawatan pada Pengkajian keperawatan pada By Ny.N
dengan diagnosa medis asfiksia neonatus di ruang Neonatal Intensive Care Unit (
NICU ) RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo telah memenuhi standar
pengkajian
diagnose keperawatan pada By Ny.N dengan diagnosa medis asfiksia
neonatus di ruang Neonatal Intensive Care Unit ( NICU ) RSUD Prof. Dr. Hi.
Aloei Saboe Kota Gorontalo adalah adalah Pola napas tidak efektif berhubungan
dengan hambatan upaya napas Dibuktikan dengan Ds : - Do : - Tampak terpasang
binasal oksigen ½ liter,Tampak penggunaan otot bantu pernapasan, Frekuensi
napas 64 x / menit. Dan kedua Termoregulasi tidak efektif berhubungan
peningkatan kebutuhan oksigen Dibuktikan dengan Ds : - Do: - kulit dingin/
oC
hangat, suhu badan fluktiatif dari 35,9 sampai dengan 37o C , frekuensi napas
64x/ menit
Implementasi Keperawatan telah sebagian besar dilakukan sesaui
intervensi untuk mengatasi masalah pada pasien By Ny. A. Yaitu Pemantauan
Respirasi (Monitor frekuensi dan upaya napas,Monitor pola napas ,Monitor
saturasi oksigen., Dokumentasikan hasil pemantauan) Regulasi temperature
(Monitor suhu bayi sampai stabil , Monitor frekuensi napas dan nadi, Pasang alat
pemantauan suhu kontinu , Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat,
Atur suhu inkubator sesuai kebutuhan
Evaluasi keperawatan pada By Ny N pada hari ke 3 pelaksanaan asuhan
keperawatan dengan kriteria hasil Pola napas membaik , termoregulasi membaik
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian, penegakkan diagnose kepearawatan,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi tentang asuhan keperawatan
pada pada By Ny.N dengan diagnosa medis asfiksia neonatus di ruang
Neonatal Intensive Care Unit ( NICU ) RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei
Saboe Kota Gorontalo maka dapat disimpulkan :
5.1.1 Hasil pengkajian pada By Ny N didapatkan data mengalami
asfiksia neonates dengan Tampak terpasang binasal oksigen ½
liter/menit, Tampak penggunaan otot bantu pernapasan, Frekuensi
napas 64 x / menit, Saturasi oksigen 96%, suhu badan fluktuatif
o
dari 35,9 C sampai dengan 37o C, Kulit dingin/ hangat ,
Terpasang IVFD dextrose 10 % di umbilicus, Frekuensi napas 64x
menit
5.1.2 Diagnosis keperawatan yang actual pada kasus By Ny N diagnose
keperawatan adalah pola napas tidak efektif dan termoregulasi
tidak efektif.
5.1.3 Rencana keperawatan untuk mengatasi masalah utama pasien By
Ny. N. Yaitu Pemantauan Respirasi (Monitor frekuensi dan upaya
napas,Monitor pola napas ,Monitor saturasi oksigen.,
Dokumentasikan hasil pemantauan) Regulasi temperature
(Monitor suhu bayi sampai stabil , Monitor frekuensi napas dan
nadi, Pasang alat pemantauan suhu kontinu , Tingkatkan asupan
cairan dan nutrisi yang adekuat, Atur suhu inkubator sesuai
kebutuhan)
5.1.4 Implementasi keperawatan dilakukan selama 3 hari, Implementasi
sesuai dengan intervensi..
5.1.5 Hasil evaluasi keperawatan pada Tn. B. pada hari ke 3
pelaksanaan asuhan keperawatan dengan kriteria hasil Pola napas
membaik , termoregulasi membaik
5.2 Saran
5.2.1 Bagi rumah Sakit
Promosi Kesehatan tentang diabetes Mellitus dapat dilakukan secara
terus menerus agar dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat ,
serta selalu meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan Khususnya
pada pasien dengan Asfiksia neonatus.
5.2.2 Bagi Mahasiswa
Dijadikan sebagai sumber referensi tentang perkembangan ilmu
keperawatan pada pasien dengann asfiksia neonatus .
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, 2016. Hubungan Gaya Hidup Ibu Hamil Dengan Upaya Pencegahan
Terjadinya Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir di Rumah Akit Umum Daerah
Dr. Zainol Abidin Banda Aceh. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan,
1(7), 1-13
Nurafif dan Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid .Jogyakarta: Mediaction Jogja
Prawirohardjo,2017. Hubungan Usia Ibu Hamil dan Kejadian Asfiksia Pada Bayi
Lahir di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Naskah Publikasi.
Yogyakarta: Universitas Aisyiyah
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: DPP PPNI.