Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI Ny.

N DENGAN DIAGNOSA
MEDIS ASFIKSIA NEONATUS DI RUANG NEONATAL
INTENSIVE CARE UNIT ( NICU ) RSUD PROF.DR.
H.ALOEI SABOE KOTA GORONTALO

OLEH:
KELOMPOK I B

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan seminar
akhir Stase Keperawatan Anak ini walaupun secara sederhana, baik bentuknya
maupun isinya.
Laporan ini disusun dalam rangka pemenuhan tugas akhir stase
keperawatan anak profesi ners yang mungkin dapat membantu teman-teman
dalam mempelajari hal-hal penting dalam asuhan keperawatan pada anak di ruang
NICU. Laporan ini dapat di selesaikan karena bantuan berbagai pihak. Karena itu
pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu.
Tak ada gading yang tak retak, begitu juga dengan laporan ini, kami
menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna,oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya laporan ini,
kami juga mengharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Gorontalo, Oktober 2019


Penyusun

Kelompok I B
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2
1.3. Manfaat Penulisan ................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Konsep Dasar Medis Asfiksia Neonatus .............................................. 3
2.2. Konsep Dasar Keperawatan Asfiksia Neonatus ................................... 11

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN .............................................................. 20

BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................... 37

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 38
5.2 Saran .......................................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu penyebab utama kematian bayi yang baru lahir adalah asfiksia
bayi baru lahir. Faktor yang berkaitan dengan terjadinya asfiksia yaitu faktor ibu,
faktor persalinan, faktor janin dan faktor plasenta. Faktor ibu meliputi usia ibu
waktu hamil, umur kehamilan saat melahirkan, status kesehatan, status paritas dan
riwayat obstetrik (Kartiningsih 2015).
Ketika dilahirkan bayi biasanya aktif dan segera setelah tali pusat dijepit
bayi menangis yang merangsang pernafasan. Denyut jantung akan menjadi stabil
pada frekuensi 120-140x/menit dan sianosis sentral menghilang dengan cepat.
Akan tetapi beberapa bayi mengalami depresi saat dilahirkan dan menunjukkan
gejala tonus otot yang menurun dan mengalami kesulitan mempertahankan
pernafasan yang wajar (Saifuddin 2016).
Bayi yang mengalami depresi saat lahir dapat mengalami apneu atau
menunjukkan upaya pernafasan yang tidak cukup untuk kebutuhan ventilasi paru-
paru. Kondisi ini menyebabkan kurangnya pengambilan oksigen dan pengeluaran
karbondioksida. Penyebab depresi bayi pada saat lahir mencakup asfiksia
intrauterin, bayi kurang bulan, obat-obat yang diberikan atau diminum oleh ibu,
penyakit neuromuskular bawaan, cacat bawaan, dan hipoksia intrapartum.
Kematian bayi di Indonesia sebesar 47% meninggal pada masa neonatal.
Penyebab kematian bayi di Indonesia BBLR (29%), asfiksia (27%). Trauma lahir,
tetanus neonatorum, infeksi lain dan kelainan kongenital (Depkes, 2016). Data
diatas menunjukkan bahwa asfiksia merupakan salah satu penyebab kematian
bayi. Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir (Prawirohardjo,2017).
1.1 Tujuan
1.1.1 Tujuan umum
Diketahui Asuhan keperawatan pada By Ny.N dengan diagnosa medis
asfiksia neonatus di ruang Neonatal Intensive Care Unit ( NICU ) RSUD Prof. Dr.
Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo
1.1.2 Tujuan khusus
1. Melakukan Pengkajian keperawatan pada By Ny.N dengan diagnosa medis
asfiksia neonatus di ruang Neonatal Intensive Care Unit ( NICU ) RSUD Prof.
Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo
2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada By Ny.N dengan diagnosa medis
asfiksia neonatus di ruang Neonatal Intensive Care Unit ( NICU ) RSUD Prof.
Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo
3. Merencanakan Intervensi keperawatan pada By Ny.N dengan diagnosa medis
asfiksia neonatus di ruang Neonatal Intensive Care Unit ( NICU ) RSUD Prof.
Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo
4. Melakukan implementas keperawatan pada By Ny.N dengan diagnosa medis
asfiksia neonatus di ruang Neonatal Intensive Care Unit ( NICU ) RSUD Prof.
Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo
5. Melakukan evaluasi keperawatan pada By Ny.N dengan diagnosa medis
asfiksia neonatus di ruang Neonatal Intensive Care Unit ( NICU ) RSUD Prof.
Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo
1.2 Manfaat
1.2.1 Teoritis
Laporan ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih berupa informasi
tentang asuhan keperawatan By Ny.N dengan diagnosa medis asfiksia neonatus
di ruang Neonatal Intensive Care Unit ( NICU ) RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe
Kota Gorontalo
1.2.2 Praktis
1. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan informasi bagi Rumah Sakit untuk melakukan asuhan
keperawatan dengan Asfiksia Neonatus.
2. Bagi mahasiswa
Laporan ini diharapkan sebagai acuan untuk menambah dan
mengembangkan pengetahuan untuk melakukan asuhan keperawatan
dengan Asfiksia Neonatus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Medis


1. Pengertian dan Klasifikasi Asfiksia
Asfiksia Neonatus adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang megalami
gangguan tidak segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia
dapat terjadi selama kehamilan atau persalinan (Nurafif dan Kusuma. 2015).
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila
proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau
kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya.
(Manuaba, 2016).
Klasifikasi Asfiksia
Tabel penilaian APGAR SCORE
Skor APGAR
Tanda
0 1 2
Frekuensi Jantung Tidak ada < 100 x/menit > 100 x/menit
Usaha bernafas Tidak ada Lambat tak teratur Menangis kuat
Tanus otot Lumpuh Ekstremitas agak Gerakan aktif
fleksi
Refleks Tidak ada Gerakan sedikit Gerakan kuat/melawan
Warna kulit Biru/pucat Tubuh kemerahan, Seluruh tubuh
eks biru kemerahan
Klasifikasi klinis APGAR SCORE :
a. Asfiksia berat (Nilai APGAR 0-3)
Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung tidak ada atau < 100 x/ menit,
tonus otot buruk/lemas, sianosis berat, tidak ada reaksi, respirasi tidak ada.
b. Asfiksia ringan – sedang (Nilai APGAR 4 – 6)
Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung < 100 / menit, tonus otot
kurang baik atau baik , sianosis (badan merah, anggota badan biru), menangis.
Respirasi lambat, tidak teratur.
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia 7 – 9
Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung > 100 / menit, tonus otot baik/
pergerakan aktif , seluruh badan merah, menangis kuat. Respirasi baik.
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
Bayi dianggap sehat, tidak perlu tindakan istimewa.

2. Etiologi Asfiksia
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi
berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang
dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia
pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat dan bayi berikut ini:
a. Faktor ibu
1) Preeklampsia dan eklampsia
2) Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
3) Partus lama atau partus macet
4) Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
5) Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
b. Faktor Tali Pusat
1) Lilitan tali pusat
2) Tali pusat pendek
3) Simpul tali pusat
4) Prolapsus tali pusat
c. Faktor Bayi
1) Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
2) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
3) Kelainan bawaan (kongenital)
4) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang
berpotensi untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor
risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya
tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya
faktor risiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak
dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu
siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan.

3. Manifesttasi Klinik Asfiksia


a. Pernapasan terganggu
b. Detik jantung menurun
c. Refleks/ respons bayi melemah
d. Tonus otot menurun
e. Warna kulit biru atau pucat
f. Kejang
g. Penurunan kesadaran

4. Patofisiologi Asfiksia
Pada penderita asfiksia telah dikemukakan bahwa gangguan pertukaran gas
serta transport 02 akan menyebabkan berkurangnya penyediaan 02 dan kesulitan
pengeluaran C02. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan tergantung
dari berat dan lamanya asfiksia fungsi tadi dapat reversibel atau menetap, sehingga
menimbulkan komplikasi, gejala sisa, atau kematian penderita.
Pada tingkat permulaan, gangguan ambilan 02 dan pengeluaran C02 tubuh ini
mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik. Apabila keadaan tersebut
berlangsung terus, maka akan terjadi metabolisme anaerobik berupa glikolisis
glikogen tubuh. Asam organik yang terbentuk akibat metabolisme ini menyebabkan
terjadinya keseimbangan asam basa berupa asidosis metabolik. Keadaan ni akan
menganggu fungsi organ tubuh, sehingga mungkin terjadi penurunan sirkulasi
kardiovaskuler yang ditandai oleh penurunan tekanan darah dan frekwensi denyut
jantung.

5. Pathways Asfiksia

Bersihan
Jalan Nafas
Tidak Efektif
Pola nafas
tidak
efektif

Gangguan Pertukaran Gas


6. Pemeriksaan Diagnostik Asfiksia
a. Foto polos dada
b. USG kepala
c. Laboratorium : darah rutin, analisa gas darah, serum elektrolit
d. PH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status parasidosis,
tingkat rendah menunjukkan asfiksia bermakna.
e. Hemoglobin/ hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb 15-20 gr dan Ht 43%-61%.
f. Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya kompleks
antigen-antibodi pada membran sel darah merah, menunjukkan kondisi
hemolitik.

7. Komplikasi Asfiksia
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :
a. Edema otak & Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut
sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan
menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang
berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan
otak.
b. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan
ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai
dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak
mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan
terjadinya hipoksemia padapembuluh darah mesentrium dan ginjal yang
menyebabkan pengeluaran urine sedikit.
c. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas
dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan
pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena
perfusi jaringan tak efektif.
d. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan
koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak.

8. Penatalaksanaan Asfiksia
Sebelum bayi lahir dicatat data penyakit ibu, obat yang didapat ibu, tanda-
tanda gawat janin (bila ada) keadaan air ketuban. Segera setelah lahir, bayi
diletakkan diatas meja resusitasi yang datar, kemudian keringkan dengan kain
secara cepat (kurang dari 20 menit) resusitasi bayi asfiksia tergantung dari hasil
evaluasi : pernafasan, denyut jantung dan warna kulit bayi.
Tindakan-tindakan yang digunakan untuk mencegah asfiksia pada bayi :
a. Tindakan Umum
Tindakan ini dikerjakan pada setiap bayi tanpa memandang nila APGAR.
Segera setelah bayi lahir, diusahakan agar bayi mendapat pemanasan yang baik.
Harus dicegah atau dikurangi kehilangan panas dari tubuhnya. Penggunaan sinar
lampu untuk pemanasan luar dan untuk mengeringkan tubuh bayi mengurangi
evaporasi.
Bayi diletakkan dengan kepala lebih rendah dan penghisapan saluran
pernapasan bagian atas segera dilakukan. Hal ini harus dikerjakan dengan hati-hati
untuk menghindari timbulnya kerusakan-kerusakan mukosa jalan napas, spasmus
laring, atau kolaps paru-paru. Bila bayi belum memperlihatkan usaha bernapas,
rangsangan terhadapnya harus segera dikerjakan. Hal ini dapat berupa rangsangan
nyeri dengan cara memukul kedua telapak kaki, menekan tendon Achilles, atau
pada bayi-bayi tertentu diberi suntikan vitamin K.
b. Tindakan Khusus
Tindakan ini dikerjakan setelah tindakan umum diselenggarakan tanpa hasil
prosedur yang dilakukan disesuaikan dengan beratnya asfiksia yang timbul pada
bayi, yang dinyatakan oleh tinggi-rendahnya Apgar.
1) Asfiksia berat (nilai Apgar 0 – 3)
Resusitasi aktif dalam keadaan ini harus segera dilakukan. Langkah utama
ialah memperbaiki ventilasi paru-paru dengan memberikan O2 secara tekanan
langsung dan berulang-ulang. Cara yang terbaik ialah melakukan intubasi
endotrakeal dan setelah kateter dimasukkan ke dalam trakea, O2 melalui kateter
tadi. Untuk mencapai tekanan 30 ml air peniupan dapat dilakukan dengan
kekuatan kurang lebih 1/3 – ½ dari tiupan maksimal yang dapat dikerjakan.
Secara ideal napas buatan harus dilakukan dengan terlebih dahulu
memasang manometer. Dapat digunakan pompa resusitasi. Pompa ini
dihubungkan dengan kateter trakea, kemudian udara dengan O2 dipompakan
secara teratur dengan memperhatikan gerakan-gerakan dinding toraks, bila
bayi telah memperlihatkan pernapasan spontan, kateter trakea segera
dikeluarkan.
Keadaan asfiksia berat ini hampir selalu disertai asidosis yang
membutuhkan perbaikan segera; karena itu, bikarbonas natrikus 7,5% harus
segera diberikan dengan dosis 2 – 4 ml/kg berat badan. Obat-obatan ini harus
diberikan secara berhati-hati dan perlahan-lahan. Untuk menghindari efek
samping obat, pemberian harus diencerkan dengan air steril atau kedua obat
diberikan bersama-sama dalam satu semprit melalui pembuluh darah
umbilikus.
Bila setelah beberapa waktu pernapasan spontan tidak timbul dan
frekuensi jantung menurun (kurang dari 100 permenit) maka pemberian obat-
obatan lain serta massage jantung sebaiknya segera dilakukan. Massage
jantung dikerjakan dengan melakukan penekanan diatas tulang dada secara
teratur 80-100 kali permenit. Tindakan diikuti dengan satu kali pemberian
napas buatan. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan kemungkinan timbulnya
komplikasi pneumotoraks atau pneumomediastinum apabila tindakan
dilakukan secara bersamaan. Disamping massage jantung ini obat-obat yang
dapat diberikan antara lain ialah larutan 1/10.000 adrenalin dengan dosis 0.5 –
1cc secara intravena / intrakardial (untuk meningkatkan frekuensi jantung) dan
kalsium glukonat 50 – 100 mg/kg berat badan secara perlahan-lahan melalui
intravena berupa plasma, darah atau cairan pengganti lainnya (volume
expander) harus segera diberikan.
Bila tindakan-tindakan tersebut diatas tidak memberi hasil yang
diharapkan, keadaan bayi harus dinilai lagi karena hal ini mungkin disebabkan
oleh gangguan keseimbangan asam dan basa yang belum diperbaiki secara
semestinya, adanya gangguan organik seperti hernia diafragmatika, atresia atau
stenosis jalan napas, dan lain-lain.
2) Asfiksia ringan – sedang (nilai Apgar 4 – 6)
Disini dapat dicoba melakukan rangsangan untuk menimbulkan refleks
pernapasan. Hal ini dapat dikerjakan selama 30 – 60 detik setelah penilaian
menurut Apgar 1menit. Bila dalam waktu tersebut pernapasan tidak timbul,
pernapasan buatan harus segera dimulai. Pernapasan aktif yang sederhana
dapat dilakukan secara pernapasan kodok (frog breathing). Cara ini dikerjakan
dengan memasukkan pipa ke dalam hidung, dan O2 dialirkan dengan
kecepatan 1 – 2 liter dalam satu menit. Agar saluran napas bebas, bayi
diletakkan dengan kepala dalam dorsofleksi. Secara teratur dilakukan gerakan
membuka dan menutup lubang hidung dan mulut dengan disertai
menggerakan dagu ke atas dan kebawah dalam frekuensi 20 kali semenit.
Tindakan ini dilakukan dengan memperhatikan gerakan dinding toraks dan
abdomen. Bila bayi mulai memperlihatkan gerakan pernapasan, usahakanlah
supaya gerakan tersebut diikuti. Pernapasan ini dihentikan bila setelah 1 – 2
menit tidak juga dicapai hasil yang diharapkan. Dan segera dilakukan
pernapasan buatan dengan tekanan positif secara tidak langsung. Pernapasan
ini dapat dilakukan dahulu dengan pernapasan dari mulut ke mulut. Sebelum
tindakan dilakukan, kedalam mulut bayi dimasukkan pharyngeal airway yang
berfungsi mendorong pangkal lidah ke depan, agar jalan napas berada dalam
keadaan sebebas-bebasnya. Pada pernapasan dari mulut ke mulut, mulut
penolong diisi terlebih dahulu dengan O2 sebelum peniupan. Peniupan
dilakukan secara teratur dengan frekuensi 20 -30 kali semenit dan diperhatikan
gerakan pernapasan yang mungkin timbul. Tindakan dinyatakan tidak berhasil
bila setelah dilakukan beberapa saat, terjadi penurunan frekuensi jantung atau
pemburukan tonus otot. Dalam hal demikian bayi harus diperlakukan sebagai
penderita asfiksia berat.
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN ASFIKSIA
1. Pengkajian
a. Biodata atau identitas pasien (Bayi) meliputi nama, tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, Orangtua; meliputi nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau
kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat, Riwayat
kesehatan, Riwayat antenatal, Riwayat natal, komplikasi persalinan, Riwayat
post natal, Pola eliminasi, Latar belakang sosial budaya, Kebiasaan ibu
merokok, ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis psikotropika,
Kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol, Hubungan psikologis.
b. Keadaan umum Tanda-tanda Vital, Untuk bayi preterm beresiko terjadinya
hipothermi. bila suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu
tubuh < 37 ?C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5 C – 37,5 C, nadi
normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali
permenit.
c. Pemeriksaan fisik.
1) Kulit; warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru,
pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
2) Kepala; kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal
haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung.
3) Mata; warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi
terhadap cahaya.
4) Hidung terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan
lendir.
5) Mulut; Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
6) Telinga; perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan Leher;
perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
7) Thorax; bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara
wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per
menit.
8) Abdomen, bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus
costaae pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti
adanya asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising
usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat
retensi karena GI Tract belum sempurna. Umbilikus, tali pusat layu,
perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda-tanda infeksi pada
tali pusat.
9) Genitalia; pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan
letak muara uretra pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat
labia mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang
perdarahan
10) Anus; perhatikan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar
serta warna dari faeses.
11) Ekstremitas; warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya
patah tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan
serta jumlahnya.
12) Refleks; pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan
sucking lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai
keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang.
2. Penyimpangan KDM

Bersihan
Jalan Nafas
Tidak Efektif
Pola nafas
tidak
efektif

Gangguan Pertukaran Gas


1. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnose keperawatan asfiksia yakni :
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi atau hiperventilasi
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi mukus
banyak.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventilasi.
3. Intervensi

No. Diagnosa Keperawatan Rencana Tindakan Keperawatan


Luaran ( outcome ) Intervensi
1. Pola nafas tidak efektif (D.0005) Setelah dilakukan intervensi Pemantauan respirasi
Kategori : Fisiologis keperawatan selama …3x24 jam maka Tindakan
Subkategori : Respirasi pola napas membaik dengan criteria Observasi
Definisi : inspirasi dan atau ekspirasi hasil : 1. Monitor frekwensi, irama, kedalaman
yang tidak memberikan ventilasi adekuat 1. Ventilasi semenit meningkat dan upaya napas
Penyebab : 2. Kapasitas vital meningkat 2. Monitor pola napas ( seperti
1. Depresi pusat pernapasan 3. Diameter thoraks anterior bradipnea, takipnea, heperventilasi,
2. Hambatan upaya napas ( mis. Nyeri posterior meningkat kusmaul, chyne-stokes, biot, ataksik)
saat bernapas, kelemahan otot 4. Tekanan ekspirasi meningkat 3. Monitor kemamouan batuk efektif
pernapasan) 5. Tekanan inspirasi meningkat 4. Monitor adanya produksi sputum
3. Deformitas dinding dada 6. Dispnea menurun 5. Monitor adanya sumbatan jalan
4. Deformitas tulang dada 7. Penggunaan otot bantu napas napas
5. Gangguan neuromuscular menurun 6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
6. Gangguan neurologis ( mis, 8. Pemanjangan fase ekspirasi 7. Auskultasi bunyi napas
elektroensefalogram [EEG] positif, menurun 8. Monitor saturasi oksigen
cedera kepala, gangguan kejang) 9. Ortopnea menurun 9. Monitor nilai AGD
7. Imaturitas neurologi 10. Pernapasan pursed-lip menurun 10. Monitor hasil x-ray thoraks
8. Penurunan energy 11. Pernapasan cuping hidung
9. Obesitas menurun
10. Posisi tubuh yang menghambat 12. Frekwensi napas membaik Terapeutik
ekspansi paru 13. Kedalaman napas membaik 1. Atur interval pemantauan respirasi
11. Sindrom hipoventilasi 14. Ekskursi dada membaik sesuai kondisi pasien
12. Kerusakan inervasi diafragma ( 2. Dokumentasi hasil pemantauan
kerusakan saraf C5 ke atas )
13. Cedera pada medulla spinalis Edukasi
14. Efek agen farmakologis 1. Jelaskan tujuan dan prosedur
15. kecemasan pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
Gejala dan tanda mayor :
Subjektif :
1. Dispnea
Objektif :
1. Penggunaan otot bantu pernapasan
2. Fase ekspirasi memanjang
3. Diameter thoraks anterior-posterior
meningkat
4. Ventilasi semenit menurun
5. Kapasitas vital menurun
6. Tekanan ekspirasi menurun
7. Tekanan inspirasi menurun
8. Eskursi dada berubah

Kondisi Klinis Terkait :


1. Depresi system saraf pusat
2. Cedera kepala
3. Trauma thoraks
4. Gullian barre syndrom
5. Sklerosis multiple
6. Myasthenia gravis
7. Strok
8. Kuadriplegia
Intoksikasi alkohol

2 Bersihan jalan napas tidak efektif Setelah dilakukan intervensi Manajemen jalan napas
(D.0001) Tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam maka
Kategori : fisiologi Observasi :
Subkategori : Respirasi bersihan jalan napas meningkat 1. Monitor pola napas (Frekuensi,
Definisi : ketidakmampuan membersihan kedalaman, usaha napas )
dengan criteria hasil
secret atau obstruksi jalan nafas untuk 2. Monitor bunyi napas tambahan
mempertahankan jalan nafas tetap paten. 1. Batuk efektif meningkat ( mis, gurgling, mengi, wheezing,
Penyebab : 2. Produksi sputum menurun ronkhi kering )
16. Spasme jalan napas 3. Mengi menurun 3. Monitor sputum ( jumlah, warnah,
17. Hipersekresi jalan napas 4. Wheezing menurun aroma)
18. Disfungsi neuromuskuler 5. Mekonium (pada neonatus)
19. Benda asing dalam jalan nafas menurun Teraupeutik
20. Adanya jalan nafas buatan 6. Dispnea menurun 1. Pertahankan kepatenan jalan napas
21. Sekresi yang tertahan 7. Ortopnea menurun dengan head-tilt dan chin-lift ( jaw-
22. Hyperplasia dinding jalan napas 8. Sulit bicara menurun thrust jika curiga trauma servikal )
23. Proses infeksi 9. Sianosis menurun 2. Posisikan semi-fowler atau fowler
24. Respon alergi 10. Gelisah menurun 3. Berikan minum hangat
25. Efek agen farmakologis ( mis. 11. Frekuensi napas membaik 4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Anastesi). 12. Pola napas membaik 5. Lakukan penghisapan lendir kurang
dari 15 detik
Gejala dan tanda mayor : 6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum
Subjektif : penghisapan endotrakeal
2. Tidak tersedia 7. Keluarkan sumbatan benda padat
Objektif : dengan forsep McGill
9. Batuk tidak efektif atau tidak 8. Berikan oksigen, jika perlu
mampu batuk
10. Sputum berlebih/obstruksi di jalan Edukasi
napas / mekonium di jalan napas 1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
(neonates) jika tidak kontaindikasi
11. Mengi, wheezing dan atau ronkhi 2. Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi
Kondisi Klinis Terkait : Kolaborasi pemberian bronkodilator,
9. Gulian barre syndrome
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
10. Sklerosis multiple
11. Myasthemia gravis
12. Prosedur diagnostic ( mis.
Bronkoskopi, transesophangeal
echocardiogravi [TEE]
13. Depresi Sistem saraf pusat
14. Cedera kepala
15. Stroke
16. Kuadriplegia
17. Sindrom aspirasi mekonium
18. Infeksi saluran napas
Asma
3. Gangguan pertukaran gas (D.0003) Setelah dilakukan intervensi Pemantauan respirasi
keperawatan selama …3x24jam maka Tindakan
Definisi
pertukaran gas meningkat dengan Observasi
Kelebihan atau kekurangan oksigenasi kriteria hasil : 11. Monitor frekwensi, irama, kedalaman
1. Tingak kesadaran meningkat dan upaya napas
dan/atau eliminasi karbondioksida pada 2. Dispnea menurun 12. Monitor pola napas ( seperti
3. Bunyi napas tambahan bradipnea, takipnea, heperventilasi,
membrane alveolus-kapiler
menurun kusmaul, chyne-stokes, biot, ataksik)
4. Pusing menurun 13. Monitor kemamouan batuk efektif
5. Penglihatan kabur menurun 14. Monitor adanya produksi sputum
Penyebab :
6. Diaphoresis menurun 15. Monitor adanya sumbatan jalan
1. Ketidaksamangan ventilasi-perfusi 7. Gelisah menurun napas
8. Napas cuping hidung menurun 16. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
2. Perubahan membrane alveolus-kapiler
9. PCO2 membaik 17. Auskultasi bunyi napas
Gejala dan Tanda Mayor 10. PO2 membaik 18. Monitor saturasi oksigen
11. Takikardia membaik 19. Monitor nilai AGD
Subjektif :
12. Ph arteri membaik 20. Monitor hasil x-ray thoraks
1. Pusing 13. Sianosis membaik
14. Pola napas membaik
2. Penglihatan kabur
15. Warnah kulit membaik Terapeutik
Objektif 3. Atur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
1. Sianosis
4. Dokumentasi hasil pemantauan
2. Diaforosis
Edukasi
3. Gelisa
3. Jelaskan tujuan dan prosedur
4. Nafas cuping hidung pemantauan
4. Informasikan hasil pemantauan, jika
5. Pola nafas abnormal
perlu
6. Warna kulit abnormal
7. Kesadaran menurun
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Identitas Klien

Inisial nama ibu bayi : Ny. N.

Tanggal / jam pengkajian :21-09-19 / 10.06

Nama ayah : Tn.M.S.D

Pekerjaan : Tani

Alamat : Kel. Bulotadaa barat Kec. Sipatana

B. Keadaan Bayi Baru Lahir

Lahir tanggal : 17-09-19 Jam : 13.06

Jenis kelamin :perempuan

Riwayat Persalinan :Sectio Cesaria

Berat badan lahir : 3080 gr

Panjang badan : 50 cm

HR :140 x / menit

Peranapasan : 140 x/ menit

Suhu : 37 oC

C. Riwayat Nilai APGAR (17-09-19)

No Tanda 0 1 2 JUMLAH
1 Frekuensi Tidak ada < 100
 >100 4-6
jantung
Asfiksia
2 Usaha Napas Tidak Ada  Lambat Menangis Sedang
kuat

3 Tonus Otot Lumpuh  Ekstermitas Gerakan


fleksi sedikit aktif
4 Refleks Tidak  Gerakan Reaksi
bereaksi sedikit melawan

5 Warna kulit  Tubuh Kemerahan


Biru pucat kemerahan,
tangan dan kaki
biru

Ket : penilaian menit 1 : penilaian menit ke 5

Tindakan resusitasi :-

Tali pusat : terpasang IVFD

D. Pengakjian fisik

Umur : 4 hari

Berat badan : 3080 gr

Panjang : 50 cm

Antopometri

BBL : 3080 gr

PB : 50 cm

LK : 35,5 cm

LP : 32,5 cm

LD :33,5 cm

LILA :12 cm

Tanda-tanda Vital

Frekuensi nadi : 143 x / menit

Frekuensi napas : 64 x/ menit

Suhu badan : suhu badan fluktuatif dari 35,9 o C sampai dengan 37o C,
kulit dingin/ hangat
E. Kepala dan Leher

1) Bentuk :Bentuk kepala normal, tekstur rambut merata, tidak ada


lesi,warna
rambut hitam dan bersih, dan tidak terdapat lanugo
2) Ubun-ubun : teraba berdenyut
3) Mata : simetris antara kiri dan kanan, tidak terdapat luka.
4) Telinga :simetris antara kri dan kanan, tidak ada luka dan cairan
dalam telinga, terdapat bulu-bulu halus
5) Mulut : tampak merah, tidak ad luka
6) Hidung : bentuk hidung normal, tidak benkok, tidak terdapat luka,
terpasang NGT dan Terpasang binasal oksigen ½ liter/menit
7) Leher : tidak ada luka, tidak ada distensi vena jugularis, dan
pembesaran kelenjar getah bening

F. Tubuh
1) Warna :pink, tidak terdapat luka
2) Pergerakan : bebas
3) Dada :simetris antara kiri dan kanan, tidak ada tarikan
dinding dada, pergerakan simetris pada saat inspirasi dan ekspirasi. Ada
penggunaan otot bantu pernapasan
4) Vernik kaseosa : tidak terdapat Vernik kaseosa

G. Jantung Dan Paru


1) Waktu pengisisan kapiler :<3 detik
2) Frekuensi denyut nadi/irama : 143 x / menit/reguler
3) Bunyi napas : vesikuler
4) Frekuensi pernapasan : 64 x / menit (napas cepat)
H. Perut dan Abdomen
Gerakan diafragmatik : tampak adanya gerakan
diagfragmatik pada saat bernapas

I. Punggung
1) Keadaan punggung : tampak normal, tidak ada kelainan
2) Lanugo : tidak terdapat lanugo
J. Genetalia
1) Anus : tidak terdapat luka, dan tidak lecet
2) Keadaan : baik dan tidak terdapat luka
K. Ekstermitas
1) Jumlah jari tangan : lengkap, 5 jari tangan kiri dan 5 jari tangan
kanan
2) Jari kaki : lengkap masing-masing 5 jari dengan toatal
10 jari
3) Pergerakan : bebas
4) Garis telapak kaki : terdapat garis pada telapak kaki
5) Poisi kaki dan tangan : posisi kaki dan tangan normal dan tidak
ada kelainan
L. Status Neurologis
Refleks-refleks
1) Tendon : Tidak dilakukan pemeriksaan
2) Moro : bayi refleks ketika mendengar suara berisik atau
suara yang tiba-
tiba
3) Meghisap : refleks menghisap (+)
4) Babinski : saat diberi rangsangan refleks jari kaki ekstensi
5) Menggenggam : saat diberi rangsangan meletakan jari telunjuk
pada tangan bayi, reflekes menggenggam
6) Menangis : bayi menangis saat lapar dan BAB
7) Tonus Leher : ekstensi
M. Nutrisi
1) Jenis makanan : ASI dan Susu Formula
2) Diberikan dengan : botol susu
3) Jumlah yang diberikan : 5-10 cc/3 jam

N. Tindakan Keperawatan
1) Pemberian ASI / PASSI 8 x5-10 cc
2) Pemberian terapi obat
3) Telah dilakukan pemasangan oksigen 1/2 liter / menit
4) Telah dilakukan pemasangan NGT
O. Pemeriksaan Diagnostik
Tanggal 17-09-19

No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Keterangan


Hematologi
Hemoglobin / Hb 17.5 g% 15 – 24 Normal
Leukosit 19.000 / µ 9.1-34 Normal
Trombosit 447.000 jt / 150.000- Normal
µ 450,000
Hematokrit 48.2% 36-45 % Normal
Kimia Klinik
Karbohidrat
Glukosa Sewaktu 171 mg /dl < mg/dl
P. Terapi Medis

No Obat Indikasi Kontra indikasi Efek samping

1 IVFD dextrose 10 % Menangai Alergi , over Kejang ,


hipoglikemik dosis demam,
lemah
2 Ceftazidime 2 x 150 g Antibiotik, Alergi , over Penurunan
inj mengobati dosis kesadaran,
infeksi mual muntah,
demam
3 Gentamicine 1x15 g Mengobati dan Alergi, over Mual, muntah,
inj mencegah dosis tidak napsu
infeksi makan
4 ASI / PASSI 8 x5-10 daya tahan
cc tubuh
meningkat

A. Identifikasi Data
1) Data Subjektif
2) Data Objektif :
- Tampak terpasang oksigen ½ liter
- Terpasang NGT
- Terpasang IVFD dextrose 10 % di umbilikus
- Diberikan ASI pasi 5-10 cc / 3 jam
- Frekuensi nadi 143 x / menit
- Frekuensi napas 64 x / menit
- Saturasi oksigen 96%
- suhu badan fluktuatif dari 35,9 o C sampai dengan 37o C
- Refleks menghisap (+)
- Refleks menggenggam (+)
- Hasil pemeriksaan Laboratorium

Hb : 17.5 g%
Leukosit
19.000 / µ
Trombosit
447.000 jt / µ
Hematokrit
48.2%

B. Klasifikasi pengelompokan data berdasarkan gangguan kebtuhan


1) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hamabatan upaya napas
dibuktikan dengan
Kategori : fisiologis
Subkategori : Respirasi
Definisi : Inspirasi dan ekspirasi yang tidak memberikan
ventilasi adekuat
DS :-
DO :
- Tampak terpasang binasal oksigen ½ liter/menit
- Tampak penggunaan otot bantu pernapasan
- Frekuensi napas 64 x / menit
- Saturasi oksigen 96%
2) Termoregulasi Tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan oksigen dibuktikan dengan
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
Definisi : kegagalan mempertahankan suhu tubuh dalam
rentang normal
DS :-
DO :
- suhu badan fluktuatif dari 35,9 o C sampai dengan 37o C
- Kulit dingin/ hangat
- Terpasang IVFD dextrose 10 % di umbilicus
- Frekuensi napas 64x menit
- Hasil pemeriksaan Laboratorium

Hb : 17.5 g%
Leukosit
19.000 / µ
Trombosit
447.000 jt / µ
Hematokrit
48.2%

Rencana Keperawatan

No Diagnosa keperawatan Luaran ( outcome ) Intervensi keperawatan


keperawatan
1 Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan intervensi Pemantauan respirasi ( I.01014)
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 Tindakan
hambatan upaya napas jam maka pola napas 1. Monitor frekuensi
Dibuktikan dengan membaik dengan kriteria kedalaman dan upaya napas
Ds : - hasil 2. Monitor pola napas
Do : 1. Penggunaan otot bantu 3. Monitor saturasi oksigen
- Tampak terpasang napas menurun 4. Dokumentasikan hasil
binasal oksigen ½
2. Frekuensi napas pemantauan
liter
- Tampak membaik
penggunaan otot
bantu pernapasan
- Frekuensi napas 64
x / menit

2 Termoregulasi tidak Setelah dilakukan intervensi Regulasi temperature


efektif berhubungan keperawatan selama 3 x 24 1. monitor suhu bayi sampai
peningkatan kebutuhan jam maka termoregulasi stabil
oksigen membaik dengan kriteria 2. monitor frekuensi napas dan
Dibuktikan dengan hasil nadi
Ds : - 1. suhu tubuh membaik 3. pasang alat pemantauan suhu
Do: - kulit dingin/ hangat 2. suhu kulit membaik kontinu
- suhu badan 4. tingkatkan asupan cairan dan
o
fluktiatif dari 35,9 nutrisi yang adekuat
C
sampai dengan 5. atur suhu inkubator sesuai
37o C kebutuhan
- frekuensi napas
64x/ menit

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dx keperawatan Tangg Implementasi Evaluasi
al /
jam
Pola napas tidak 20 Pemanatauan respirasi 14.00
efektif septem 1. Monitor frekuensi kedalaman S :
ber dan upaya napas O : - Tampak terpasang binasal
oksigen ½ liter
2019 Dengan hasil : Frekuensi
- Tampak ada penggunaan
napas 64x menit, ada
otot bantu pernapasan
10.00 penggunaan otot bantu
- Frekuensi napas 64 x /
pernapasan
menit
2. Monitor pola napas
- Spo2 96%
Dengan hasil : pola napas
takipnea A : Masalah keperawatan pola

3. Monitor saturasi oksigen napas tidak efektif belum teratasi

Dengan hasil : 96% P : Pertahankan intervensi

4. Dokumentasikan hasil 1. Monitor frekuensi dan

pemantauan upaya napas


2. Monitor pola napas
3. Monitor saturasi oksigen
4. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Termoregulasi 20 1. Monitor suhu bayi sampai 14.00
tidak efektif sept stabil S:
2019 Dengan hasil : suhu tubuh 0: - kulit dingin/ hangat
fluktuatif dari 35,9 o C - suhu tubuh fluktuatif dari
sampai dengan 37o C 35,9 o C sampai dengan 37o C
2. Monitor frekuensi napas dan
nadi
A : Masalah keperawatan
Dengan hasil : frekuensi
termoregulasi tidak efektif
napas 64 x / menit
belum teratasi
frekuensi nadi 143x menit
3. Tingkatkan asupan cairan P : Lanjutkan intervensi
dan nutrisi yang adekuat 1. Monitor suhu bayi sampai
Dengan hasilm: bayi stabil
diberikan ASI/PASI 5-10 cc / 2. Monitor frekuensi napas
3 jam dan nadi
4. Atur suhu inkubator sesuai 3. Pasang alat pemantauan
kebutuhan suhu kontinu
Dengan hasil: suhu inkubator 4. Tingkatkan asupan cairan
36 o c dan nutrisi yang adekuat
5. Atur suhu inkubator sesuai
kebutuhan

Dx Tangga Implementasi Evaluasi


keperawat l / jam
an
Pola napas 23 Pemanatauan respirasi 14.00
tidak efektif septemb 5. Monitor frekuensi S:
er 2019 kedalaman dan O : - Tampak terpasang
binasal oksigen ½ liter
upaya napas
9. Frekuensi
10.00 Dengan hasil
napas 46 x /
Frekuensi napas
menit
46x menit,
Spo2 98%
6. Monitor pola
napas A : Masalah

Dengan hasil pola keperawatan pola napas

napas membaik tidak efektif telah

7. Monitor saturasi teratasi

oksigen P : pertahankan

Dengan hasil 98% intervensi

8. Dokumentasikan 1. Monitor frekuensi


hasil pemantauan dan upaya napas
2. Monitor pola
napas
3. Monitor saturasi
oksigen
4. Dokumentasikan
hasil pemantauan
Termoregul 19 sept 5. monitor suhu bayi 14.00
asi tidak 2019 sampai stabil S:-
efektif dengan hasil 0: - kulit hangat
suhu tubuh 36,5o C - suhu badan 36,5o
6. monitor frekuensi C
napas dan nadi A : Masalah
dengan hasil frekuensi keperawatan
napas 46 x / menit termoregulasi tidak
frekuensi nadi 140x efektif telah teratasi
menit P : Lanjutkan intervensi
7. tingkatkan asupan 1. monitor suhu bayi
cairan dan nutrisi yang sampai stabil
adekuat 2. monitor frekuensi
dengan hasil napas dan nadi
bayi diberikan 3. pasang alat
ASI/PASI 5-10 cc / 3 pemantauan suhu
jam kontinu
8. atur suhu inkubator 4. tingkatkan asupan
sesuai kebutuhan cairan dan nutrisi
Dengan hasil suhu yang adekuat
inkubat0r 36 o c 5. atur suhu inkubator
sesuai kebutuhan
BAB IV
PEMBAHASAN

Inisial nama ibu bayI Ny. N dilakukan pengkajian pada Tanggal dan jam
pengkajian 21-09-19 / 10.06 Nama ayah Tn.M.S.D Pekerjaan Tani Alamat Kel.
Bulotadaa barat Kec. Sipatana Keadaan Bayi saat Baru Lahir Lahir tanggal 17-09-
19 Jam 13.06 Jenis kelamin perempuan Riwayat Persalinan caesar Berat badan
lahir 3080 gr Panjang badan 50 cm HR 140 x / menit Pernapasan 64 x/ menit
Suhu 37 oC Frekuensi niali Apgar 4-6 dengan Frekuensi Jantung saat lahir < 100,
Usaha Napas lambat, Tonus Otot ekstermitas fleksi sedikit, Refleks gerakan
sedikit Warna kulit tubuh kemerahan tangan dan kaki biru Pengakjian fisik Umur
4 hari Berat badan 3080 gr, Panjang 50 cm, Antopometri BBL 3080 gr, PB 50
cm, LK 35,5 cmLK 35,5 cm LP 32,5 cm, LD 33,5 cm, LILA 12 cm, Tanda-
tanda VitalFrekuensi nadi 143 x / menitFrekuensi napas 64 x/ menit, Suhu badan
37,2o C pengakjian pada Kepala dan Leher Bentuk kepala normal, tekstur rambut
merata, tidak ada lesi,warna rambut hitam dan bersih, dan tidak terdapat lanugo,
Ubun-ubun teraba berdenyut Mata simetris antara kiri dan kanan, tidak terdapat
luka. Telinga simetris antara kri dan kanan, tidak ada luka dan cairan dalam
telinga,tidak ad luka Hidung bentuk hidung normal, tidak benkok, tidak terdapat
luka, terpasang NGT dan Oksigen Leher tidak ada luka, tidak ada distensi vena
jugularis, dan pembesaran kelenjar getah bening, Tubuh Warna tampak pucat,
tidak terdapat luka Pergerakan bebas, Dada simetris antara kiri dan kanan, ada
penggunaan otot bantu pernapasan , pergerakan simetris pada saat inspirasi dan
ekspirasi Jantung Dan ParuWaktu pengisisan kapiler< 3 detik, Frekuensi nadi 143
x/ menit Bunyi napas vesikuler Frekuensi pernapasan 64 x / GenetaliaAnus tidak
terdapat luka Keadaan baik dan tidak terdapat lukaEkstermitas Jumlah jari tangan
lengkap, 5 jari tangan kiri dan 5 jari tangan kanan Jari kaki lengkap masing-
masing 5 jari dengan toatal 10 jari Pergerakan bebasGaris telapak kakiterdapat
garis pada telapak kakiPoisi kaki dan tanganposisi kaki dan tangan normal dan
tidak ada kelainanStatus Neurologis, Refleks-refleksMoro bayi refleks ketika
mendengar suara berisik atau suara yang tiba- tiba Meghisap refleks menghisap
(+), Babinski saat diberi rangsangan refleks jari kaki ekstensi, Menggenggamsaat
diberi rangsangan meletakan jari telunjuk pada tangan bayi, reflekes
menggenggam, Menangis bayi menangis saat lapar,. Terapi Medis yang sudah
diberikanIVFD dextrose 10 %, Ceftazidine 2 x 150 g inj, Gentamicine 1x15 g inj,
ASI / PASSI 8 x5-10 cc.
Pengkajian keperawatan pada Pengkajian keperawatan pada By Ny.N
dengan diagnosa medis asfiksia neonatus di ruang Neonatal Intensive Care Unit (
NICU ) RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo telah memenuhi standar
pengkajian
diagnose keperawatan pada By Ny.N dengan diagnosa medis asfiksia
neonatus di ruang Neonatal Intensive Care Unit ( NICU ) RSUD Prof. Dr. Hi.
Aloei Saboe Kota Gorontalo adalah adalah Pola napas tidak efektif berhubungan
dengan hambatan upaya napas Dibuktikan dengan Ds : - Do : - Tampak terpasang
binasal oksigen ½ liter,Tampak penggunaan otot bantu pernapasan, Frekuensi
napas 64 x / menit. Dan kedua Termoregulasi tidak efektif berhubungan
peningkatan kebutuhan oksigen Dibuktikan dengan Ds : - Do: - kulit dingin/
oC
hangat, suhu badan fluktiatif dari 35,9 sampai dengan 37o C , frekuensi napas
64x/ menit
Implementasi Keperawatan telah sebagian besar dilakukan sesaui
intervensi untuk mengatasi masalah pada pasien By Ny. A. Yaitu Pemantauan
Respirasi (Monitor frekuensi dan upaya napas,Monitor pola napas ,Monitor
saturasi oksigen., Dokumentasikan hasil pemantauan) Regulasi temperature
(Monitor suhu bayi sampai stabil , Monitor frekuensi napas dan nadi, Pasang alat
pemantauan suhu kontinu , Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat,
Atur suhu inkubator sesuai kebutuhan
Evaluasi keperawatan pada By Ny N pada hari ke 3 pelaksanaan asuhan
keperawatan dengan kriteria hasil Pola napas membaik , termoregulasi membaik
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian, penegakkan diagnose kepearawatan,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi tentang asuhan keperawatan
pada pada By Ny.N dengan diagnosa medis asfiksia neonatus di ruang
Neonatal Intensive Care Unit ( NICU ) RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei
Saboe Kota Gorontalo maka dapat disimpulkan :
5.1.1 Hasil pengkajian pada By Ny N didapatkan data mengalami
asfiksia neonates dengan Tampak terpasang binasal oksigen ½
liter/menit, Tampak penggunaan otot bantu pernapasan, Frekuensi
napas 64 x / menit, Saturasi oksigen 96%, suhu badan fluktuatif
o
dari 35,9 C sampai dengan 37o C, Kulit dingin/ hangat ,
Terpasang IVFD dextrose 10 % di umbilicus, Frekuensi napas 64x
menit
5.1.2 Diagnosis keperawatan yang actual pada kasus By Ny N diagnose
keperawatan adalah pola napas tidak efektif dan termoregulasi
tidak efektif.
5.1.3 Rencana keperawatan untuk mengatasi masalah utama pasien By
Ny. N. Yaitu Pemantauan Respirasi (Monitor frekuensi dan upaya
napas,Monitor pola napas ,Monitor saturasi oksigen.,
Dokumentasikan hasil pemantauan) Regulasi temperature
(Monitor suhu bayi sampai stabil , Monitor frekuensi napas dan
nadi, Pasang alat pemantauan suhu kontinu , Tingkatkan asupan
cairan dan nutrisi yang adekuat, Atur suhu inkubator sesuai
kebutuhan)
5.1.4 Implementasi keperawatan dilakukan selama 3 hari, Implementasi
sesuai dengan intervensi..
5.1.5 Hasil evaluasi keperawatan pada Tn. B. pada hari ke 3
pelaksanaan asuhan keperawatan dengan kriteria hasil Pola napas
membaik , termoregulasi membaik
5.2 Saran
5.2.1 Bagi rumah Sakit
Promosi Kesehatan tentang diabetes Mellitus dapat dilakukan secara
terus menerus agar dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat ,
serta selalu meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan Khususnya
pada pasien dengan Asfiksia neonatus.
5.2.2 Bagi Mahasiswa
Dijadikan sebagai sumber referensi tentang perkembangan ilmu
keperawatan pada pasien dengann asfiksia neonatus .
DAFTAR PUSTAKA

Kartiningsih. 2015. Jurnal Ilmiah Kesehatan Anak dengan Asfiksia Neonatus.


5(6), 66-70

Manuaba, 2016. Hubungan Gaya Hidup Ibu Hamil Dengan Upaya Pencegahan
Terjadinya Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir di Rumah Akit Umum Daerah
Dr. Zainol Abidin Banda Aceh. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan,
1(7), 1-13
Nurafif dan Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid .Jogyakarta: Mediaction Jogja

Prawirohardjo,2017. Hubungan Usia Ibu Hamil dan Kejadian Asfiksia Pada Bayi
Lahir di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Naskah Publikasi.
Yogyakarta: Universitas Aisyiyah

Saifuddin 2016. Jurnal Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai