Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KEBERAGAMAN ISLAM dan


MEMBANGUN PERSATUAN ANTAR UMAT
KEBERAGAMAN

DISUSUN OLEH :

Kelompok 9

Intan Putri C. L (19033010035)


Faishal Hakim .S (19033010051)
Cita Risma Anggi K. R (19033010056)
Juhariyah (19033010027)

TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat
dan hidayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Adapun tujuan disusunnya makalah ini ialah untuk memenuhi tugas mata kuliah biologi
pada semester 1 yang membahas tentang “KEBERAGAMAN ISLAM dan MEMBANGUN
PERSATUAN ANTAR UMAT KEBERAGAMAN”.
Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Sri Djajati, M.Pd serta
semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini.
Sangatlah disadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan didalam
penyusunannya dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan masukan baik
saran maupun kritik yang kiranya dapat membangun dari para pembaca. Akhir kata semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi kita semua.

Surabaya, 22 Agustus 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2


DAFTAR ISI........................................................................................................... 3
BAB I
PENDAHULUAN ..................................................................................................4
1.1 Latar Belakang .................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................... 5
1.2 Tujuan Pembuatan Makalah .......................................................................... 5
1.3 Manfaat Pembuatan Makalah ........................................................................5
BAB II
PEMBAHASAN .....................................................................................................6
2.1 Definisi Keragaman dan Keberagamaan....................................................... 6
2.1.1 Pengertian Keragaman atau Keberagaman Menurut Para Ahli .... 6

2.1.2 Pengertian Keberagamaan ……………………………………………………………. 7

2.2 Konsep Islam tentang Keragaman dalam Keberagaman ............................ 8


2.2.1 Prinsip Dasar Dalam Menyikapi dan Memahi Pluralisme ………….. 10
2.3 Menggali Sumber Historis, Sosiologis, dan Teologis Tentang Konsep
Keberagaman Islam …………………………………………………………………………….. 14

2.4 Membangun Persatuan Antar Umat Keberagaman ………………………….… 20


2.5 Membangun Argumen Tentang Konsep Keberagaman Islam dan
Membangun Persatuan Antar Umat Keberagaman ……………………….….. 20
BAB III
PENUTUP ............................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Islam memiliki Tuhan Yang Satu yaitu Allah SWT, dan memiliki doktrin yang satu
yaitu al-Qur’an. Prinsip Mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Esa (Tauhid), dan hanya satu-
satunya Tuhan dan tidak bertuhan kepada selain-Nya, dan Nabi Yang menyempurnakan
ajaran-ajaran sebelumnya serta sebagai Nabi penutup adalah Kanjeng Nabi Muhammad
SAW, diikuti dengan sepakat oleh hampir seluruh umat Islam. Kesatuan iman dan keyakinan
telah menyatukan landasan umat Islam dan menimbulkan system persaudaraan yang kuat
dalam kehidupannya2.

Namun dalam memahami teks-teks suci (al-Qur’an dan Sunnah), berbagai kalangan
Islam berbeda pendapat, disinilah akar tumbuhnya berbagai golongan dalam tubuh umat
Islam. Perbedaan pendapat bisa disebabkan karena letak geografis, ataupun budayanya.
Perbedaan penafsiran ini bukan hanya terjadi dikalangan Muslim dengan muslim lainnya,
akan tetapi bisa terjadi dalam diri satu orang muslim. Contoh saja Imam Syafi’I, pendapatnya
terbagi menjadi dua bagian, yaitu ‘qoul qadim’ dan ‘qoul jadid’ . qoul qadim dikeluarkan
ketika beliau berada di Mekkah, sedangkan qoul jadid dikeluarkan ketika beliau berpindah ke
Mesir, ini terjadi karena perbedaan budaya dan letak geografis. Jadi jangankan perbedaan
pendapat antara satu muslim dengan muslim yang lain, perbadaan pendapat dalam seorang
muslim pun bisa berbeda karena tempat dan waktu. Walaupun manusia diciptakan memiliki
potensi hidup yang beragam, tapi utnuk hal-hal yang bersifat prinsipil, umat Islam relative
sama. Sepeti Tuhan Itu Allah, Nabi Muhammad itu nabi Terakhir, kewajiban shalat, haji,
puasa di bulan ramadhan, adalah beberapa keyakinan dan praktek umat Islam yang sama.
Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an

Katakanlah: “Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku adalah: “Bahwasanya Tuhanmu


adalah Tuhan yang Esa. Maka hendaklah kamu berserah diri (kepada-Nya)”.(QS. 21:108)3

4
Yang sangat disayangkan dalam perbedaan pendapat ini, adalah sifat eksklusif yang
ditunjukan oleh umat Islam, artinya mereka menganggap bahwa pendapat merekalah yang
paling benar, dan pendapat orang lain itu salah, sehingga pertikaian atau debat kusir
dikalangan umat Islam sering terjadi, sampai kepada saling mengkafirkan dan saling
memurtadkan.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa itu keberagaman?


2. Bagaimana kosep keberagaman islam?
3. Bagaimana membangun persatuan antar umat keberagaman?
4. Apa sumber keberagaman islam?

1.2 Tujuan Pembuatan Makalah

Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah agama tentang keberagaman islam dan
membangun persatuan antar umat keberagaman.

1.3 Manfaat Pembuatan Makalah

Dapat mengetahui konsep keberagaman islam, sumber keberagaman islam dalam aspek
historis, sosiologis,dan teologis serta mengetahui bagaimana membangun persatuan antar umat
keberagaman.

5
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Definisi Keragaman dan Keberagamaan

2.1.1 Pengertian Keragaman atau Keberagaman Menurut Para Ahli

Keberagaman atau diversity semula dipergunakan dalam pengertian secara


umum sebagai pernyataan bervariasi (Chris Speechley dan Ruth Weatley, 2001: 4).
Namun, keberagaman kemudain berkemabang dan dipergunakan untuk menjelaskan
terdapatnya variasi di tempat pekerjaan, karena dalam suatu organisasi terdapat orang
dengan berbagai latar belakang dan budaya.

Frederick A. Miller dan Judith H. Katz (2002: 198) berpendapat bahwa


keberagaman merupakan tentang identitas sosial kelompok yang meliputi suatu
organisasi. Mereka menyatakan pula bahwa terminologi keberagaman
ataudiversity sering salah dipergunakan, dengan saling mempertukarkan dengan
pengertian affirmative action1, equal employment opportunity2, dan inclusion3, karena
masing-masing mempunyai makna sendiri yang unik.

James L. Gibson, Jhon M. Ivancevich dan James H. Donnelly, Jr. (2000: 43)
berpandangan bahwa keberagaman adalah pebedaan fisik dan budaya yang sangat luas
yang menunjukkan aneka macam perbedaan manusia. Sama halnya dengan Miller dan
Katz, Gibson, Ivancevich, dan Donnelly menilai bahwa banyak pendapat orang tentang
keberagaman yang sangat membingungkan. Keberagaman bukanlah sinonim
untuk equal employment opprtunity atau bukan pula sebagai affirmative
action. Pendapat-pendapat tersebut sejalan dengan analisis Roosevelt Thomas bahwa
istilah keberagaman sering dipergunakan untuk kepentingan politik untuk menjelaskan
tentang humans right4 dan affirmative action.

1
Tindakan afirmatif (bersifat menguatkan atau mengesahkan);KBBI
2
Kesempatan kerja yang setara
3
Penyertaan
4
Hak asasi manusia

6
Lebih lanjut, R. Roosevelt Thomas, Jr. (2006: 203) menyatakan bahwa
keberagaman tenaga kerja dapat terjadi dalam berbagai cara, tidak hanya berupa ras dan
gender, tetapi juga umur, orientasi seksual, latar belakang pendidikan dan asal
geografis. Selanjutnya ditekankan bahwa sebuah organisasi dapat mengalami
kekurangan dalam keberagaman demografis tenaga kerja dan sekarang bahkan terdapat
keberagaman lain, dalam bentuk keberagaman fungsional, produk, pelanggan, dan
akuisisi atau merger. Dengan demikian, keberagaman juga dilihat dari aspek
organisasional.

R. Roosevelt Thomas, Jr. (2006: 93) sendiri mengakui bahwa pandangannya


sendiri tentang definisi keberagaman mengalami evolusi. Pada 1970-an, dia memandang
keberagaman sebagai perbedaan fungsional. Pada 1984-1985 keberagaman diartikan
sebagai semua perbedaan tenaga kerja, ditambah dengan isyarat tentang perbedaan di
luar tenaga kerja. Sementara itu, antara 1996-2000, keberagaman menunjukkan setiap
bauran semua hal yang ditandai oleh perbedaan dan kesamaan. Akhirnya pada 2001-
2005 dia sampai suatu pandangan bahwa keberagaman menunjukkan bauran dari
perbedaan, kesamaan, dan tegangan yang dapat terjadi di antara elemen bauran yang
bersifat pluralistik.

Dari uraian tersebut di atas, tampak bahwa cara para ahli mengungkapkan
pengertian keberagaman sangat bervariasi, namun menunjukkan adanya persamaan.
Keberagaman menyangkut aspek yang sangat luas, dapat dilihat dari tingkatannya dan
faktor yang mempengaruhunya. Keberagamn dapat terjadi pada tingkat individu,
kelompok, organisasi, komunitas, dan masyarakat. Keberagaman juga sangat
dipengaruhi oleh latar belakang demografis dan budaya sumber daya manusia, kondisi
lingkungan internal tempat kerja dan kondisi eksternal masyarakat yang dihadapi.

Dengan demikian, dapat dirumuskan pengertian keberagaman sebagai variasi


dari berbagai macam kombinasi elemen demokrafis sumber daya manusia,
organisasional, komunitas, masyarakat, dan budaya.

2.1.2 Pengertian Keberagamaan

Keberagamaan berasal dari kata Agama. Agama menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan

7
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan
manusia dan manusia serta lingkungannya.

Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang berarti "tradisi".
Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal daribahasa
Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali".
Maksudnya dengan bereligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.

Dengan demikian diperoleh keterangan, bahwa agama itu penghambaan manusia


kepada Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat 3 unsur, ialah manusia,
penghambaan dan Tuhan. Maka suatu paham atau ajaran yang mengandung ketiga
unsur pokok pengertian tersebut dapat disebut agama.

2.2 Konsep Islam tentang Keragaman dalam Keberagaman

Dalam kaitannya dengan agama, Islam merupakan petunjuk bagi manusia menuju
jalan yang lurus, benar dan sesuai dengan tuntunan kitab suci Al Qur’an yang telah diajarkan
oleh Nabi Muhammad SAW. Kalau dikaitkan dengan kontets perubahan zaman sekarang,
bagaimana Islam memandang keberagaman/pluralitas yang ada dinegeri ini, bahkan di dunia.
Sebagaimana yang telah disebutkan berkali-kali oleh Allah SWT didalam Al Qur’an. Islam
sangat menjunjung keberagaman/pluralitas, karena keberagaman/pluralitas merupakan
sunnatullah, yang harus kita junjung tinggi dan kita hormati keberadaannya.

Seperti dalam (Qs Al Hujurat:13), Allah SWT telah menyatakan” Wahai para
manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki, dan perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa, dan bersuku-suku, supaya kamu saling mengenal”.
Dari ayat Al Qur’an tadi, itu menunjukan bahwa Allah sendiri lah yang telah menciptakan
keberagaman, artinya keberagaman didunia ini mutlak adanya.

Dengan adanya keberagaman ini, bukan berarti menganggap kelompok, madzab,


ataupun keberagaman yang lain sejenisnya menganggap kelompoknyalah yang paling benar.
Yang harus kita ketahui disini adalah, keberagaman sudah ada sejak zaman para sahabat,
yaitu ketika Nabi wafat, para sahabat saling mengklaim dirinyalah yang pantas untuk menjadi
pengganti Nabi.

8
Ajaran islam mengutamakan persaudaraan atau ukhuwwah dalam menyikapi
keberagaman, istilah Ukhuwwah dijelaskan dalam Qs. Al-Hujurat, 49:10,

“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara


kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”

Ketegasan syariah islam memberikan gambaran betapa perhatiannya Islam terhadap


permasalahan keberagaman, dengan mengutamakan persaudaraan, keharmonisann, dan
perdamaian. Beberapa hadist memeberikan perumpaan bahwa sesama muslim diibaratkan
satu tubuh,

“perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi,
seumpama tubuh, jika satu tubuh anggota sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah
tidur atau merasakan demam” (HR.Muslim)

Perumpamaan yang lain diibaratkan bangunan;

“orang mukmin dengan orang mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, sebagian
menguatkan sebagian yang lain” (sahahih Muslim no.4684)

Penyebab munculnya perbedaan aliran antara lain;

1) Adanya pergolakan politik dalam negeri,

2) Mengalirnya pemikiraan non-muslim,

3) Akibat proses perubahan kultural dan politik, dari masyarakat tradisional ke modern dan
dari politik regional ke dunia. (Adeng, 2008)

4) Berbagai kalangan Islam berbeda pendapat da;am menafsirkan

9
2.2.1 Prinsip Dasar Dalam Menyikapi dan Memahi Pluralisme

Islam memberikan beberapa prinsip dasar dalam menyikapi dan memahami


pruralisme ini.

1) Prinsip keberagamaan yang lapang

Salah satu masaah yang serius dalam menyikapi keberagamaan adalah


masalah klaim kebenaran. ). Padahal untuk mencapai kepasrahan yang tulus kepada
tuhan (makna generik dari kata islam) diperlukan suatu pemahaman yang sadar dan
bukan hanya ikut-ikutan. Oleh sebab itu sikap kelapangan dalam mencapai kebenaran
ini bisa dikatakan sebagai makna terdalam keislaman itu sendiri. Diceritakan dalam
hadist nabi bersabda kepada sahabat Utsman bin Mazhun “ Dan sesungguhnya sebaik-
baik agama disisi Allah adalah semangat pencarian kebenaran yang lapang (Al
Hanifiyah Al Samhah) “.

2) Keadilan yang obyektif

Dalam konteks pruralisme, Keadilan mencakup pandangan maupun tindakan


kita terhadap pemeluk agama lain. Kedangkalan dalam tindakan seringkali karena kita
tidak suka dan menganggap orang lain sebagai bukan bagian dari kelompok kita
(outsider) maka kita bisa berbuat tidak adil terhadap mereka dalam memutuskan
hukum, interkasi sosial maupun hal-hal lain.

Islam mengajarkan bahwa kita harus menegakkan keadilan dalam sikap dan
pandangan ini dengan obyektif terlepas dari rasa suka atau tidak suka (like and
dislike). Seperti yang diterangkan dalam QS. Al-Maidah ayat 8,

“hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi yang adil. Dan janganlah kebencianmu pada
suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlakulah adil karena adil itu
lebih dekat kepada taqwa”

3) Menjauhi kekerasan dalam berinteraksi dengan pemeluk agama lain termasuk


ketika melakukan dakwah

10
“Serahkanlah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan jalan bijaksana dan
pelajaran yang baik dan bantahlahlah mereka dengan lebih baik” QS. An Nahl ayat
12

“Tidak ada paksaan dalam (memeluk) agama, sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar daripada jalan yang sesat” QS. Al Baqoroh ayat 256

Dalam berdawah kita harus mengutamakan dialog, kebijaksanaan dan cara-


cara argumentatif lainnya (interfaith dialogue). Tiap agama mempunyai logikanya
sendiri dalm memahami tuhan dan firmannya, kedua bahwa dialog bukanlah
dimaksudkan untuk saling menyerang tetapi adalah upaya untuk mencapai
kesepahaman, dan mempertahankan keyakinan kita

“Katakanlah olehmu (wahai Muhammad) wahai Ahli kitab marilah menuju ketitik
pertemuan antara kami dan kamu” QS. Ali Imran ayat 64

4) Menjadikan keragaman agama tersebut sebagai kompetisi positif dalam kebaikan

“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya yang mereka menghadap kepadanya,
maka berlomba-lombalah dalam berbuat kebajikan” QS. Al Baqarah ayat 148

Ketika ada pemeluk agama lain berbuat amal sosial dengan semisal melakukan
advokasi terhadap masyrakat tertindas seperti kaum buruh, pelecehan seksual dan
sebagainya maka kita tidak boleh begitu mencurigainya sebagai gerakan pemurtadan
atau bahkan berusaha menggagalkannya tetapi hal tersebut haruslah menjadi pemacu
bagi kita kaum muslimin untuk berusaha menjadi lebih baik dari mereka dalam hal
amal sosial.

Kalau keempat prinsip ini bisa kita pegang Insya Allah akan tercipta hubungan
yang lebih harrmonis antar umat beragama, hubungan yang dilandasi oleh sikap saling
menghargai, menghormati dan saling membantu dalam kehidupan sosial. Sehingga
kehadiran agama (khususnya islam) tidak lagi menjadi momok bagi kemanusiaan
tetapi malah menjadi rahmat bagi keberadaan tidak hanya manusia tetapi sekaligus
alam semesta ini. ( Wallahu A’lam Bishawab).

11
Manusia Terbaik Adalah Yang Bermanfaat terhadap Yang Lainnya

1. Agama sebagai Salah Satu Parameter Persatuan dan Kesatuan Bangsa

Adapun Islam dalam menaggapi perbedaan dalam persatuan dan kesatuan


bangsa adalah:

 Konsep Toleransi dalam Islam (Kebebasan Beragama)

Radikalisme Islam mendorong Barat memelihara isu “:teroris Islam” agar


dunia waspada dan ikut memberantas kelompok ekstrimis Islam. Dan
menghapus citra Islam dengan mengatakan Islam adalah agama yang
intoleransi. Islam adalah agama yang sangat toleransi. Jelas ini tidak pantas
jika Islam dituduh agama yang ekstrim dan radikal. Apalagi dengan
mengatakan Al Qur’an dan Nabi Muhammad sebagai inti dari semua teror.

Islam mengakui keberagaman ada, termasuk keberagaman dalam agama.


Dalam Islam seorang muslim dilarang memaksa orang lain untuk
meninggalkan agamanya dan masuk Islam dengan terpaksa, karena Allah telah
berfirman:

‫الدين في إكراه ال‬

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam).”(QS. Al Baqarah: 256)

Sejarah telah mengabadikan kepemimpinan Rosulullah saw dan sikap tasamuh


beliau dalam memperlakukan penduduk Madinah yang plural. Seperti yang
tertulis dalam “Piagam Madinah” (shahifah madinah). Diantara isi piagam
disebutkan tentang adanya kesepakatan, bahwa jika ada penyerangan terhadap
kota Madinah atau penduduknya, maka semua ahlu shahifah (yang terlibat
dalam Piagam Madinah) wajib mempertahankan dan menolong kota Madinah
dan penduduknya tanpa melihat perbedaan agama dan qabilah

12
 Batasan toleransi dalam perspektif islam

Seperti yang terjadi di masa sahabat, saat seorang munafik yang bernama
Musailah Al Kadzdzab (dan pengikutnya) mengaku bahwa dirinya nabi
setelah wafatnya Nabi Muhammad saw. Melihat hal tersebut para sahabat
tidak tinggal diam dan membiarkan pengikut Musailamah terus menyebarkan
ajaran sesatnya. Karena disitu ada mashlahah untuk menjaga agama (hifdz al
din) yang merupakan faktor dharury (primer) dalam kehidupan umat Islam.
Allah telah berfirman dengan tegas dan jelas bahwa Nabi Muhammad saw
adalah penutup para Nabi dan tidak ada Nabi setelah Nabi Muhammad.

َ َ َ َ ُ ٰ َ ُ َّ ٰ َ َ َ َ ‫ٰ ُ َ َ َ َّ َّ ن‬
َ ‫ل َول ِكنَ ر َج ِالكمَ مَنَ ا َحدَ ا َباَ ُم َح َّمدَ ك‬
‫ان َما‬ َ ‫اّلل رسو‬
َِ ‫م‬ َ ‫ي وخات‬َ ‫ان الن ِب‬
َ ‫اّلل وك‬
َ
ُ َ ً َ
َ‫شءَ ِبكل‬ ‫ع ِليما ي‬

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu,
tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.”(QS. Al Ahzab: 40)

Toleransi semacam ini jelas tidak dibenarkan dalam agama Islam. Karena seorang
yang mengaku muslim berarti meyakini dan bersakasi bahwa tidak ada Tuhan selain
Allah dan Nabi Muhammad saw adalah utusan Allah dan meyakini bahwa tidak ada
nabi setelah Nabi Muhammad saw.

 Nilai kemanusiaan yang mulia.

ً ُ ُّ ُّ ۤ َ ُ ٰٓ ۤ َ ُ ٰٓ ۤ َ َ َ َ َ َ َ ُۤ َ َ َ َ ً ُ َ
َ‫ك َعطا َِء ِمنَ َوهؤَل َِء هؤَل َِء ن ِم َد كّل‬
َ ‫ان ومانَرب‬
َ ‫ك عطا َء ك‬
َ ‫محظورا رب‬

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam.”(QS. Al


Isra’: 70)

 Perbedaan yang dimuka bumi ini adalah sesuai dengan kehendak


Allah Sang Maha Pencita alam semesta dan isinya.

َ ۤ َ َ ُّ َ َ َ َ َ َ َّ ً َّ ُ ً َ َّ َ َّ َ ُ َ َ ‫ُ َ َّ ن‬
َ‫ك شا ََء ََولو‬
َ ‫ل رب‬
َ ‫اس لجع‬
َ ‫َل و ِاحد َة ام َة الن‬
َ‫نو‬َ ‫ي يزالو‬
َ ‫مخت ِل ِف‬

13
“Jikalau Tuhan-mu mengkehendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat
yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat.”(QS. Hud: 118)

 Perbedaan tersebut adalah menjadi pertanggung jawaban antara dia


dan Allah di akhirat nanti.

َ ُ َ َ َ ُٰ ُ َ َ َُ َ َ
َ ‫َاّللَاعل ُم َِب َماَتع ََملو‬
ََ‫ن‬ ‫َجادلوكَفق ِل‬‫َوِان‬

َ ُ َ َ ُ ُ ْ ُ َ ُ ُ ٰ ‫ََا‬
َََ‫ّلل ََيحك ُم ََبينكم ََيو َمَال ِقي َم ِة َِفي َماَكنتم َِفي ِهَتخت ِلفون‬

“Dan jika mereka membantah kamu, maka katakanlah, “Allah lebih


mengetahui tentang apa yang kamu kerjakan” Allah akan
mengadilindiantara kamu pada hari kiamat tentang apa yang kamu
dahulu selalu berselisih”.(QS. Al Hajj: 68-69)

 Allah telah memerintahkan untuk berbuat adil dan berakhlak mulia.

َ ٰٓ َ َّ ُ َ ٰ ُ ُ َّ َّ َ ٰ َ ۤ َ َ ُ ْ َ َ ُ َّ َ َ ُ ٰ َ َ َ ٰ َ َّ َ
‫ن يا ُّي َها‬ َ ‫ي كونوا امنوا ال ِذي‬
َ ‫ّلل قو ِام‬
َِ ِ ‫ط شهدا َء‬ َ ِ ‫َل ِبال ِقس‬
َ ‫ن يج ِرمنكمَ و‬َ ‫ل قومَ شنا‬
َ ‫َل ع‬
َ‫ا‬
ُ َ ‫ُ ن‬ ُ ُ َ َ َّ ُ َّ َ ٰ َّ َ ٰ ‫َ َ ُ َ َ َ ر‬
‫ب ه ََو ِاع ِدلوَانَتع ِدلوا‬ َ ‫نَاّلل َواتقوا ِللتقو ىَ اقر‬
َ ‫ن‬ َ ‫اّلل ِا‬
َ ‫ي‬ َ ‫ن ِبما خ ِب‬
َ ‫تعملو‬

“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang


selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil.”(QS. Al Ma’idah: 8)

14
2.4 MENGGALI SUMBER HISTORIS, SOSIOLOGIS, DAN TEOLOGIS TENTANG
KONSEP KEBERAGAMAAN ISLAM DAN MEMBANGUN PERSATUAN UMAT
DALAM KEBERAGAMAAN

1) Menggali sumber Historis, Sosiologis, dan Teologis tentang konsep Keberagamaan


Islam dan membangun persatuan umat Islam dalam Keberagamaan
a. Awal Lahirnya mazhab dalam Islam
Menurut bahasa mazhab berasal dari shighah mashdar mimy (Kata
sifat) atau isim makan (kata yang menunjukan tempat) yang diambil dari fiil
madhi dzahaba yang berarti pergi[ yang diambil dari fiil madhi dzahaba yang
berarti pergi.
Sebenarnya ikhtilaf sudah ada dari zaman sahabat nabi, sebab pada
zaman itu telah ada perbedaan paham dan juga perbedaan nash (sunnah)
diantara mereka.
Munculnya mazhab-mazhab itu lahir dengan sendirinya seiring perkembangan
sejarah.
Munculnya madzhab dalam sejarah terlihat adanya pemikirah fiqih dari
zaman sahabat, tabi’in hingga muncul madzhab-madzhabfiqih pada periode
ini. Seperti contoh : Umar bin Khattab dengan Ali bin Abi Thalib bertentang
akan mas ‘iddah seorang wanita hamil yang ditinggal mati suaminya.
Golongan sahabat berbeda pendapat dan mengikuti salah satu pendapat
tersebut, sehingga munculnya madzhab-madzhab yang dianut.
Di samping itu, adanya pengaruh turun temurun dari ulama-ulama
yang hidup sebelumnya tentang timbulnya madzhab, ada beberapa faktor yang
mendorong, diantaranya :

1. Karena semakin meluasnya wilayah kekuasaan Islam sehingga


hukum islampun menghadapi berbagai macam masyarakat
yang berbeda-beda tradisinya.
2. Muncunya ulama-ulama besar pendiri madzhab-madzhab fiqih
berusaha menyebarluaskan pemahamannya dengan mendirikan
pusat-pusat studi tentang fiqih, yang diberi nama Al-
Madzhab atau Al-Madrasah yang diterjemahkan oleh bangsa barat
menjadi school.
3. Adanya kecenderungan masyarakat Islam ketika memilih salah
satu pendapat dari ulama-ulama madzhab ketika menghadapi
masalah hukum. Sehingga pemerintah (kholifah) merasa perlu
menegakkan hukum islam dalam pemerintahannya.

b. Pentingnya mengenal Mazhab


Jika ada orang yang berkata, kenapa harus mengikuti mazhab, kenapa
tidak langsung mengacu kepada Al-Quran atau sunnahnya?

15
ketika orang tersebut nantinya mengambil kesimpulan hukum sendiri
langsung dari Quran dan sunnah, tanpa sadar dia sedang mendirikan sebuah
mazhab baru, yaitu mazhab dirinya sendiri. Dan begitulah, setiap kali ada
orang membaca Al-Quran atau sunnah sebagai sumber hukum, maka apa yang
disimpulkannya adalah mazhab. Mazhab itu bisa saja mazhab baru, karena
belum ada orang yang memahami dengan cara demikian sebelumnya, atau
bisa juga mazhab lama, karena sebelumnya sudah ada yang menyimpulkan
seperti kesimpulannya. Sebab lain adalah, yang namanya mazhab itu adalah
sebuah sikap dan cara seseorang dalam memahami teks Al-Quran dan As-
Sunnah. Setiap orang yang berupaya untuk memahami kedua sumber ajaran
Islam itu, pada hakikatnya sedang bermazhab. Kalau tidak mengacu kepada
mazhab orang lain yang sudah ada, maka minimal dia mengacu kepada
mazhab dirinya sendiri.
Ada 4 macam mazhab Islam yaitu :
1. Mazhab Al-Hanifiyah
Didirikan oleh An-Nu’man bin Tsabit atau lebih dikenal
sebagai Imam Abu Hanifah. Mazhab Al-Hanafiyah sebagaimana
dipatok oleh pendirinya, sangat dikenal sebagai terdepan dalam
masalah pemanfaatan akal/ logika dalam mengupas masalah fiqih.
2. Mazhab Al-Malikiyah
Mazhab ini didirikan oleh Imam Malik bin Anas bin Abi Amir
Al-Ashbahi .Berkembang sejak awal di kota Madinah dalam
urusan fiqh.
Mazhab ini adalah kebalikan dari mazhan Al-Hanafiyah. Kalau
Al-Hanafiyah banyak sekali mengandalkan nalar dan logika,
karena kurang tersedianya nash-nash yang valid di Kufah, mazhab
Maliki justru ‘kebanjiran’ sumber-sumber syariah. Sebab mazhab
ini tumbuh dan berkembang di kota Nabi SAW sendiri, di mana
penduduknya adalah anak keturunan para shahabat.
3. Mazhab As-Syafi'iyah
Didirikan oleh Muhammad bin Idris Asy Syafi’i. Dasar
madzhabnya: Al-Quran, Sunnah, Ijma’ dan Qiyas. Beliau tidak
mengambil perkataan sahabat karena dianggap sebagai ijtihad yang
bisa salah. Beliau juga tidak mengambil Istihsan (menganggap baik
suatu masalah) sebagai dasar madzhabnya.

4, Mazhab Al-Hanabilah

Didirikan oleh Imam Ahmad bin Hanbal Asy Syaibani. Dasar


madzhab Ahmad adalah Al-Quran, Sunnah, fatwah sahahabat, Ijam’,
Qiyas, Istishab, Maslahah mursalah, saddudzarai’.

c. Mazhab Fikih di Indonesia

16
Fikih nusantara itu memang lebih dekat dengan mazhab Syafi'i karena
penyebar Islam pertama kali ke Indonesia bermazhab Syafi'i. Ini bila merujuk
pada teori bahwa pendakwah Islam tersebut adalah keturunan Rasulullah
SAW yang nasabnya bermuara ke Imam al-Muhajir.
Abdullah bin Nuh dalam kitab yang bertajuk Al-Imam al-Muhajir wa
Ma Lahu wa Linaslihi wa lil aimmati min Aslafihi min al-Fadhail wa al-
Maatsir mengatakan, salah satu alasan mengapa mazhab Syafi’i menjadi
pilihannya karena kecintaan tokoh kelahiran Gaza tersebut kepada Ahlul Bait.
Keputusan untuk tetap berada di mazhab Syafi'i dengan disertai sikap
kritis sebagai mujtahid, bertahan hingga keturunan berikutnya. Inilah mengapa
Indonesia mayoritas penduduknya bermazhab Syafi'i.
GWJ Drewes dalam buku New Light on the Coming of Islam to
Indonesiamengaitkan asal Islam di nusantara dengan wilayah Gujarat dan
Malabar. Menurut pakar dari Universitas Leiden, Pijnapple, asal-muasal Islam
di nusantara yaitu berasal dari Anak Benua India, bukannya Persia atau
Arabia. Menurut dia, orang-orang Arab bermazhab Syafi'i yang bermigrasi,
datang, dan menetap di wilayah India tersebut. Kemudian, mereka membawa
Islam ke nusantara.

2) Menggali Sumber Teologis tentang Konsep Keberagaman Islam dan Membangun


Persatuan Umat dalam Keberagamaan
Menurut William L. Resse, Teologi berasal dari bahasa Inggris yaitu theology
adalah Pemikiran tentang ketuhanan.
Persoalan teologi yang berawal dari persoalan politik pemerintahan, tidak
sedikit berimbas terhadapan kehidupan masyarakat yang secara tidak langsung ikut
serta di dalamnya. Berbagai kalangan bersaing untuk mempertahankan paham
mereka, bahkan hingga menimbulkan perselisihan di dalam golongan itu sendiri. Hal
ini menggambarkan bahwa bukanlah suatu hal yang aneh jika terjadi perpecahan di
kalangan umat Islam.

Terpecahnya umat Islam pada daat itu, tidak terlepas dari sejarah lahirnya
teologi, yang berawal dari terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan serta naiknya Ali
sebagai Khalifah yang memimpin dunia Islam pada saat itu. Sejarah Islam secara
gamblang menjelaskan bahwa Perang Siffin berimbas kepada lahirnya golongan-
golongan yang berdiri di atas paham mereka sendiri.
Persoalan teologi menjadi suatu hal yang menarik pada saat itu, jika dikaitkan
dengan berbagai perkembangan pemikiran dari suatu golongan dan bahkan para tokoh
Islam.
Dalam Islam ada beberapa pemikiran atau prinsip yang dapat mengatasi
persoalan tersebut, diantaranya :

A. Prinsip Keberagamaan yang lapang

17
Diceritakan dalam hadist nabi bersabda kepada sahabat Utsman bin
Mazhun “ Dan sesungguhnya sebaik-baik agama disisi Allah adalah
semangat pencarian kebenaran yang lapang (Al Hanifiyah Al Samhah) “.
B. Keadilan yang Obyektif
Islam mengajarkan bahwa kita harus menegakkan keadilan dalam
sikap dan pandangan ini dengan obyektif terlepas dari rasa suka atau tidak
suka (like and dislike). Seperti yang diterangkan dalam QS. Al-Maidah
ayat 8.
C. Menjauhi kekerasan dalam berinteraksi dengan pemeluk Agama lain.
“Serahkanlah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan jalan bijaksana
dan pelajaran yang baik dan bantahlahlah mereka dengan lebih baik” QS.
An Nahl ayat 12
D. Menjadikan Agama sebagai kompetisi dalam kebaikan
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya yang mereka menghadap
kepadanya, maka berlomba-lombalah dalam berbuat kebajikan” QS. Al
Baqarah ayat 148.

18
2.4 Membangun Persatuan Antar Umat Keberagaman

Mencermati berbagai ulasan mengenai keragaman dan keberagaman dalam perspektif


islam dan juga agama sebagai salah satu parameter persatuan dan kesatuan bangsa diatas,
maka langkah konkrit untuk menyikapi itu semua adalah membangun tali silaturrahmi yang
mengedepankan toleransi intern umat islam.

“siapa yang senang diperluas rezekinya dan diperpanjang umurnya maka hendaklah dia
bersilaturrahmi” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dengan terjalinnya tali silaturrahmi maka banyak peluang kerja sama dalam berbagai
aspek kehidupan dan janii Allah melaui sabda Nabi SAW, akan mengundang rezki material
dan spiritual. Maka dari itu sesama muslim dilarang untuk memutus tali silaturrahmi, jika
terjadi pertikaian harus segera berdamai.

Jalinan silaturrahmi dengan mengedepankan toleransi tidak hanya saat berhubungan


dengan antar umat beragama saja, namun bagaimana sesama muslim mampu hidup damai,
rukun, saling menghormati antar golongan keislaman berbeda mahdzab. Istilah toleransi
maka menghargai setiap pendapat maupun perbedaan hal yang dimiliki oleh seseorang
maupun kelompok.

“hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang
lain (karena boleh jadi) mereka (yang diolok-olok) lebih baik daripada mereka (yang
mengolok-olok) dan jangan pula wantita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain karena
boleh jadi wanita-wanita (yang diperolokkan) lebih baik daripada wanita-wanita (yang
mengolok-olok0 dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu memanggil
dengan gelar-gelar yang buru. Seburuk-buruk panggilan ialah panggilan yang buruk
sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang
lalim” Q.S. Al-Hujurat ayat 11

Ada beberapa hal yang bisa menjadi penyebab rapuhnya tali persatuan dan kesatuan
di kalangan umat antara lain (Sudarto,2014;100):

1) Munculnya sifat kecurigaan/ prasangka buruk yang berlebihan terhadap kelompok lain

19
2) Munculnya interpretasi yang juga menjadi penyebab adanya kecurigaan tanpa bukti yang
berujung pada konflik

3) Mencari kejelekan-kejelekan orang lain

“hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya


sebagian prasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain
dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah seorang di antara
kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
padanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi
Maha Penyayang” Q.S. Al-Hujurat ayat 12

Oleh karena itu, untuk mencegah adanya perpecahan dalam persatuan dan kesatuan bangsa
maka kita harus menjunjung tinggi toleransi dan senantiasa menjaga tali silaturrahmi dalam
berbagai aspek kehidupan. Berlomba-lomba berbuat kebaikan untuk mengharapkan ridho-
Nya.

2.5 MEMBANGUN ARGUMEN TENTANG KONSEP KEBERAGAMAN ISLAM DAN


MEMBANGUN PERSATUAN UMAT DALAM KEBERAGAMAAN

Agama merupakan sandaran manusia dalam melakukan segala sesuatunya. Manusia


diberikan akal pikiran untuk mengkaji sebuah pembenaran dari yang telah ada atau telah
ditentukan agama.

Agama Islam adalah agama paling mulia, dengan kitab suci Al-Quran yang
diturunkan pada baginda Rasulullah Muhammad S.A.W, Islam memberikan ajaran-ajaran
yang sangat baik. Berpatok pada perilaku Rasullulah yang sangat taat pada Allah S.W.T dan
juga berpedom hidup dengan Al-Quran Islam mengajarkan tata hidup yang sangat baik dan
juga teratur. Tentunya ini harus kita terapkan dalam kehidupan kita, agar aktivitas selama kita
hidup tertata rapi dan juga tentunya mengikuti ajaran-ajaran agama Islam.

Salah satu contoh ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari adalah sehat Jasmani dan
Rohani, dengan adanya waktu solat subuh kita jadi teribiasa dengan suasana pagi, selalu
hirup udara segar, dengan itu badan kita menjadi lebih sehat dan segar.

Dalam kehidupan beragama tentunya kita juga perlu menjaga dan membangun persatuan kita,
agar hidup kita tentram dan damai, hidup rukun saling terjaga. Dalam membangun persatuan
umat dalam beragama ada beberapa faktor yang harus kita terapkan salahsatunya adalah,
menghormati dan menghargai sesama umat beragama

20
BAB III

PENUTUP
Dari uraian makalah ini, diperoleh kesimpulan bahwa Banyak hal yang bisa dipelajari dari
apa yang dialami dan dilakukan satu kelompok agama oleh kelompok agama lainnya tanpa
merasa risih. Potensi tersebut bisa muncul tentunya bila setiap kelompok masyarakat
beragama tidak mengkalim dirinya sebagai kelompok yang paling istimewa atau lebih baik
dan lebih benar dari kelompok lainnya. Bila umat Islam yakin bahwa diantara sesama muslim
adalah bersaudara dan ibarat satu bangunan yang satu bagian memperkokoh bagian yang
lainnya, maka tidak akan ada klaim diri sebgaai yang paling baik.

Membangun persatuan di tengah keberagaman dalam perspektif islam memerlukan


tindakan konkrit yang nyata. Ajaran islam telah mengajarkan umatnya untuk hidup dalam
toleransi. Untuk menjaga persatuan ini maka umat harus menjaga tali silaturrahmi antar
manusia dan juga menjunjung tinggi toleransi.

Allah SWT telah menyebutkan dalam Al-Quran untuk hidup dengan damai sekalipun
berada di antara perbedaan. Jalinan silaturrahmi dengan mengedepankan toleransi tidak
hanya saat berhubungan dengan antar umat beragama saja, namun bagaimana sesama muslim
mampu hidup damai, rukun, saling menghormati antar golongan keislaman berbeda mahdzab.

Islam mengakui keberagaman ada, termasuk keberagaman dalam agama. Dalam Islam
seorang muslim dilarang memaksa orang lain untuk meninggalkan agamanya dan masuk
Islam dengan terpaksa, karena Allah telah berfirman:

ُّ َ‫ت يَّكْف ْر فَ َم ْن ۚ ا ْلغَي ِ ِمن‬


ِ ‫الرشْد تَّبَيَّنَ قَ ْد‬
‫الدي ِْن فِى اِك َْراهَ َ ال‬ ٰ ِ‫سكَ فَقَ ِد ب‬
ِ ‫اّللِ َويؤْ ِم ْن بِال َّطاغ ْو‬ ْ ‫ا ْن ِفصَا َم َل ا ْلوثْ ٰقى بِا ْلع ْر َو ِة ا‬
َ ‫ستَ ْم‬
‫ّللاۚ لَهَا‬ ٰ ‫س ِميْع َو‬َ ‫ع ِليْم‬
َ

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam).”(QS. Al Baqarah: 256)

Maka sudah seharusnya kita mampu menyikapi perbedaan dari sudut pandang yang berbeda,
saling menghargai adanya keberagaman maka akan terjadi keharmonisan dalam hubungan
masyarakat, sehingga kedamaian akan terus berjalan dan perpecahan tidak akan terjadi.

21
DAFTAR PUSTAKA

(Rohmatunnisa, Siti Ines. 2014. http://sitiinesrohmatunnisa.blogspot.co.id/2014/05/persatuan-


bangsa-menurut-agama.html, diakses 28 september 2016)

(Sulaiman, Ibrahim. 2012. http://sulaimanibrahim.blogspot.co.id/2012/01/pluralisme-dalam-


perspektif-islam.html, diakses 28 september 2016)

(Khoiri, Muhammad. 2011. http://httpkhoiriblogspotcom.blogspot.co.id/2011/07/islam-


memandang-keberagamanpluralisme.html, diakses 28 september 2016)

______ . 2015. Pendidikan Agama Islam Kontekstual di Perguruan Tinggi. Cetakan ke X.


Surabaya : Surabaya University Press

Sudarto,2014, Wacana Islam Progresif, Yogyakarta, IRCisoD

Syarbini, dkk. 2011, Al-Qur’an dan Kerukunan Hidup Umat Beragama, Jakarta, PT.Elex
Media Komputindo

https://istighfarahmq.wordpress.com/2016/11/29/makalah-konsep-islam-tentang-
keragaman-dalam-keberagaman/

http://alinurdin.com/2017/03/21/potret-keragaman-umat-islam-di-dunia-islam-bagian-1/

http://alinurdin.com/2017/03/27/potret-keragaman-umat-islam-di-dunia-islam-bagian-2/

https://www.kompasiana.com/sunangunungdjati/54fffde4a33311ef6f50f845/islam-dalam-
kesatuan-dan-keragaman?page=all

22

Anda mungkin juga menyukai