Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tahun 2018 tercatat sebagai tahun terpanas keempat oleh Badan
Meteorologi Dunia (WMO) yang disebut sebagai pertanda terjadinya
perubahan iklim jangka panjang saat ini. Perubahan iklim yang terjadi juga
merupakan dampak dari peningkatan konsentrasi gas. Peningkatan ini terjadi
karena penggunaan sumber daya fosil (minyak bumi, gas alam dan batu bara)
dan penggundulan hutan yang dilakukan secara berlebihan. Terjadinya
perubahan iklim dapat mengakibatkan peningkatan permukaan laut maka
semakin sedikit area daratan yang berarti lingkungan tempat tinggal manusia
semakin sempit.
Perubahan ini dapat juga terjadi karena ketidakmampuan efek rumah
kaca menampung radiasi yang semakin meningkat. Setiap benda dipermukaan
bumi yang suhu permukaannya diatas 0 K memancarkan radiasi. Gas-gas
yang membentuk atmosfer dan GRK relative transparan terhadap radiasi
bergelombang pendek. Radiasi yang terjadi akan terjebak di dalam atmosfer
dan mengakibatkan bumi menjadi hangat sehingga kehidupan dapat terjadi.
Namun karena semakin banyak penggunaan gas dan lainnya dibumi, maka
semakin tinggi tingkat kehangatan yang member peluang terjadinya
perubahan iklim
NB: Sinar yang termasuk gelombang pendek adalah sinar X, sinar gamma,
dan sinar ultraviolet. Sedangkan sinar gelombang panjang adalah sinar inframerah.
Karena lingkungan yang semakin memprihatinkan ini, munculah
Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development). Pembangunan
Berkelanjutan dilakukan untuk memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa
mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan sosial.
Sebagaimana telah dikemukakan oleh Budimanta (2005) menyatakan bahwa,
pembangunan berkelanjutan adalah suatu cara pandang mengenai kegiatan
yang dilakukan secara sistematis dan terencana dalam kerangka peningkatan

1
kesejahteraan, kualitas kehidupan dan lingkungan umat manusia tanpa
mengurangi akses dan kesempatan kepada generasi yang akan datang
Tommorrow’s Generation Today’s Generation North untuk menikmati dan
memanfaatkannya.
Berdasarkan hubungan antara efek rumah kaca dan tujuan
pemabangunan berkelanjutan ini maka penulis tertarik untuk menulis tentang
Upaya Mengatasi Efek Rumah Kaca Untuk Mewujudkan Pembangunan
Berkelanjutan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, maka rumusan
masalah penulisan adalah: Bagaimana upaya mengatasi efek rumah kaca
untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan ?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah memberikan gagasan tentang upaya
mengatasi efek rumah kaca untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan ini adalah : penulisan ini diharapkan dapat
bermafaat sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan masukan bagi
pemerintah, organisasi profesi, dan perguruan tinggi dalam rangka
merumuskan peraturan, standar, maupun kurikulum sehingga melahirkan
suatu aksi yang mendukung Indonesia dalam mencapai SDGs.

2
BAB 2

TELAAH PUSTAKA

A. Efek Rumah Kaca


Istilah efek rumah kaca atau dalam bahasa inggris disebut dengan
green house effect ini dulu berasal dari pengalaman para petani yang tinggal
di daerah beriklim sedang yang memanfaatkan rumah kaca untuk menanam
sayur mayur dan juga bunga-bungaan karena suhu dalam rumah kaca lebih
tinggi daripada di luar rumah kaca. Hal ini diakibatkan karena cahaya
matahari yang menembus kaca akan dipantulkan kembali oleh benda-benda
yang ada dalam rumah kaca sebagai gelombang panas yang berupa sinar infra
merah, tetapi gelombang panas tersebut terperangkap di dalam ruangan rumah
kaca dan tidak tercampur dengan udara dingin di luar ruangan rumah kaca
tersebut. Hal tersebut kemudian dikaitkan dengan apa yang terjadi di bumi.
Radiasi yang dipancarkan oleh matahari, menembus lapisan atmosfer dan
masuk ke bumi. Radiasi yang masuk ke bumi sebagian diserap dan sebagian
dipantulkan. Radiasi yang diserap dipancarkan lagi dalm bentuk sinar
inframerah. Sinar inframerah yang dipantulkan bumi kemudian diserap oleh
molekul gas. Sinar panas inframerah ini terperangkap dalam lapisan atmosfer
yang menyebabkan suhu udara dilapisan atmosfer dan permuaan bumi
menjadi naik. Hal inilah yang dimaksud dengan efek rumah kaca. Gas yang
menyerap sinar inframerah disebut Gas Rumah Kaca (GRK) yang dihasilkan
dari berbagai kegiatan manusia.

3
Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbon
dioksida dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini
disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak, batu bara dan
bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-
tumbuhan dan laut untuk menyerapnya. Energi yang masuk ke Bumi 25%
dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer, 25% diserap awan dan
45% diserap permukaan bumi dan 5% dipantulkan kembali oleh permukaan
bumi Energi yang diserap dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi
inframerah oleh awan dan permukaan bumi. Namun sebagian besar inframerah
yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk
dikembalikan ke permukaan bumi. Dalam keadaan normal, efek rumah kaca
diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca perbedaan suhu antara siang dan
malam di bumi tidak terlalu jauh berbeda. Selain gas CO2, yang dapat
menimbulkan efek rumah kaca adalah belerang dioksida, nitrogen monoksida
(NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organik seperti gas
metana dan klorofluorokarbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan
penting dalam meningkatkan efek rumah kaca.
Dalam konvensi PBB mengenai perubahan iklim (United Nations
Framework Convention on Climate Change – UNFCCO) ada enam jenis gas
yang digolongkan dalam GRK yaitu karbondioksida (CO2), dinitroksmmmida

4
(N2O), metana (CH4), sulfurheksafluorida (SF6), perfluorokarbon (PFCs), dan
Hidrofluorokarbon (HFCs).
1 Karbon dioksida (CO2)
Karbon dioksida merupakan gas dengan konsentrasi terbanyak
penyebab efek rumah kaca yaitu sekitar 70% dari volume total seluruh gas
rumah kaca. Karbon dioksida dapat terbentuk dari hasil pembakaran
bahan-bahan hidrokarbon seperti bahan bakar fosil (batubara, minyak
bumi, gas alam, dll) atau biomassa (kayu), deforestasi, dan lepasnya
karbon bawah tanah akibat rusaknya ekosistem gambut. Karena jumlahnya
paling banyak, Karbon dioksida dianggap sebagai gas rumah kaca acuan.
2 Nitrogen oksida (N2O)
Nitrogen oksida merupakan gas yang secara alami ada di bumi.
Tidak banyak diketahui tentang asala gas ini dalam atmoefer. Nitrogen
oksida ini merupakan hasil samping dari pembuatan dan pemakaian pupuk
nitrogen. Nitrogen oksida juga dapat disebabkan dari pembakaran bahan
bakar fosil.
3 Metana (CH4)
Metana adalah gas rumah kaca yang terbentuk secara alami.
Metana dihasilkan ketika jenis-jenis mikroorganisme tertentu mengutaikan
bahan organik pada kondisi anaerob. Metana juga dihasilkan pada temat
pembuangan sampah dengan jumlah yang cukup banyak, sehingga dapat
menguntungkan bila digunakan sebagai sumber energi alternatif. Gas ini
mudah terbakar dan menghasilkan gas karbon dioksida sebagai hasil
sampingnya.
4 Gas Industri yang mengandung Fluor (SF6, PFCs, HFCs)
Gas-gas yang mengandung fluor kebanyakan diproduksi dari proses
industri. Gas ini akan tinggal selama-lamanya di atmosfer karena sifatnya
yang tidak dapat meyerap dan hancur secara alamiah.

5
Berikut ini, terdapat beberapa faktor utama penyebab meningkatnya
emisi gas rumah kaca yang terbentuk diantaranya :

1. Alih fungsi lahan


Pembakaran hutan dan penebangan pohon secara besar-besaran akan
menambah permasalahan lingkungan. Hal ini dikarenakan pohon yang
berperan menyerap CO2 dan penyuplai oksigen semakin berkurang. Selain
itu, saat terjadi kebakaran hutan, akan menghasilkan gas CO2 yang
berpotensi meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca.
2. Penggunaan energi yang tidak ramah lingkungan
Penggunaan energi yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan bahan
bakar fosil dan lain sebagainya akan menghasilkan gas-gas seperti CO2
yang berpotensi meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca.
3. Pembuangan limbah.
Limbah industri dan tambang serta limbah rumah tangga yang dihasilkan
berpotensi menhasilkan gas-gas untuk produksi gas rumah kaca yang besar.
4. Industri pertanian dan peternakan
Pada industri pertanian biasanya menggunakan pupuk dalam jumlah yang
banyak.pupuk yang tercapai itu, akan melepaskan gas yang kemudian
menjadi gas rumah kaca. Contoh industri peternakan yang yang dapat
menimbulkan terjadinya efek rumah kaca adalah peternakan sapi. Kotoran
sapi akan menghasilkan gas metana dan karbon dioksida yang sangat besar
ke atmosfer.

B. Efek Rumah Kaca Dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan


Efek rumah kaca sangat mempengaruhi tercapainya tujuan
pembangunan berkelanjutan. Hal ini terlihat dari dampak efek rumah kaca
yang sangat mempengruhi terhambatnya pencapaian tujuan pembangunan
berkelanjutan. Menurut perhitungan simulasi, efek rumah kaca telah
meningkatkan suhu rata-rata bumi 1-5 °C. Bila kecenderungan peningkatan
gas rumah kaca tetap seperti sekarang akan menyebabkan
peningkatan pemanasan global antara 1,5-4,5 °C sekitar tahun 2030. Dengan
meningkatnya konsentrasi gas CO2 di atmosfer, maka akan semakin banyak

6
gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer.
Hal ini akan mengakibatkan suhu permukaan bumi menjadi meningkat.
Efek rumah kaca yang berlebih mengakibatkan meningkatkannya suhu
permukaan bumi. Sehingga terjadi perubahan iklim yang sangat ekstrim di
bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan, tumbuhan,
hewan dan ekosistem lainnya disekitar hutan, sehingga mengurangi
kemampuannya untuk menyerap karbondioksida di atmosfer. Pemanasan
global mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang
dapat menimbulkan naiknya permukaan air laut. Efek rumah kaca juga akan
mengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga air laut mengembang dan
terjadi kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan negara kepulauan akan
mendapatkan pengaruh yang sangat besar.
Perubahan iklim menimbulkan perubahan pada pola musim sehingga
menjadi sulit diprakirakan. Pada beberapa bagian dunia hal ini meningkatkan
intensitas curah hujan yang berpotensi memicu terjadinya banjir dan tanah
longsor. Sedangkan belahan bumi yang lain bisa mengalami musim kering
yang berkepanjangan, karena kenaikan suhu dan turunnya kelembaban.
Selanjutnya perubahan iklim akan berdampak pada segala sector meliputi:
1. Ketahanan Pangan Terancam
Produksi pertanian tanaman pangan dan perikanan akan berkurang akibat
banjir, kekeringan, pemanasan dan tekanan air, kenaikan air laut, serta
angin yang kuat. Perubahan iklim juga akan mempengaruhi jadwal panen
dan jangka waktu penanaman. Pada penelitian yang dilakukan oleh Naylor
dkk (2007), mencatat bahwa perubahan iklim telah menunjukan gejala
yang mengindikasi adanya ancaman terhadap keberlangsungan produksi
pangan di Indonesia
2. Dampak Lingkungan
Banyak jenis makhluk hidup akan terancam punah akibat perubahan iklim
dan gangguan pada kesinambungan wilayah ekosistem (fragmentasi
ekosistem). Terumbu karang akan kehilangan warna akibat cuaca panas,
menjadi rusak atau bahkan mati karena suhu tinggi. Para peneliti
memperkirakan bahwa 15%-37% dari seluruh spesies dapat menjadi punah

7
di enam wilayah bumi pada 2050. Keenam wilayah yang dipelajari
mewakili 20% muka bumi (Jhamtani dalam Astra 2010).
3. Risiko Kesehatan
Cuaca yang ekstrim akan mempercepat penyebaran penyakit baru dan bisa
memunculkan penyakit lama. Badan Kesehatan PBB memperkirakan
bahwa peningkatan suhu dan curah hujan akibat perubahan iklim sudah
menyebabkan kematian 150.000 jiwa setiap tahun. Penyakit seperti
malaria, diare, dan demam berdarah diperkirakan akan meningkat di negara
tropis seperti Indonesia.
4. Air
Ketersediaan air berkurang di beberapa kawasan terutama di daerah tropik
kering. Kelangkaaan air akan menimpa jutaan orang di Asia Pasifik akibat
musim kemarau berkepanjangan dan intrusi air laut ke daratan.
5. Ekonomi
Kehilangan lahan produktif akibat kenaikan permukaan laut dan
kekeringan, bencana, dan risiko kesehatan mempunyai dampak pada
ekonomi..

Belum ada data komprehensif mengenai dampak perubahan iklim di


Indonesia. Namun beberapa data menunjukkan bahwa:

1. Suhu rata-rata tahunan menunjukkan peningkatan 0,30C sejak tahun


1990.
2. Musim hujan datang lebih lambat, lebih singkat, namun curah hujan lebih
intensif sehingga meningkatkan risiko banjir.
3. Variasi musiman dan cuaca ekstrim diduga meningkatkan risiko
kebakaran hutan dan lahan, terutama di Selatan Sumatera, Kalimantan,
dan Sulawesi (CIFOR, 2004)
4. Perubahan pada kadar penguapan air, dan kelembaban tanah akan
berdampak pada sektor pertanian dan ketahanan pangan.
5. Kenaikan permukaan air laut akan mengancam daerah dan masyarakat
pesisir. Sebagai contoh air Teluk Jakarta naik 57 mm tiap tahun. Pada
2050, diperkirakan 160 km2 dari kota jakarta akan terendam air, termasuk

8
Kelapa Gading, Bandara Sukarno-Hatta dan Ancol (Susandi, Jakarta Post,
7 Maret 2007).
6. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia menghadapi risiko
kehilangan banyak pulau-pulau kecilnya dan penciutan kawasan pesisir
akibat kenaikan permukaan air laut. Wilayah Indonesia akan berkurang
dan akan ada pengungsi dalam negeri.

9
BAB 3
ANALISIS DAN SINTESIS

Dalam upaya mitigasi GRK diperlukan strategi yang matang, yaitu yang
mampu menyinergikan setiap sektor yang ada ke dalam strategi yang terpadu,
komprehensif dan inspiratif yang memerlukan dukungan dan keterlibatan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu penulis memberikan beberapa gagasan yang perlu
dilakukan dan dikembangkan. Gagasan tersebut adalah:

1. Aksi masyarakat peduli lingkungan


Semua masyarakat diharapkan ikut berpartisipasi dalam aksi
menanggulangi efek rumah kaca ini. Banyak hal yang dapat dilakukan
diantaranya tidak melakukan pembakaran hutan, mengurangi penggunan
transportasi yang berbahan bakar fosil contohnya seperti premium dan solar,
melakukan upaya rehabilitasi kerusakan hutan dan lahan seperti melakukan
reboisasi, pengelolaan sistem jaringan dan tata air, mengurangi penggunaan
listrik, mengurangi penggunaan peralatan yang menghasilkan CFC (Cloro
Four Carbon) yang banyak dihasilkan dari penggunaan AC, mengurangi
penggunaan pupuk dan peptisida, mengurangi dan menanggulangi sampah.
Ika semua ini kita jalankan dengan baik, semoga target penurunan emisi GRK
sekitar 26% pda tahun 2020 bisa tercapai.
2. Inovasi dan peningkatan penggunaan teknologi.
Maksud dari inovasi dan peningkatan teknologi di sini adalah mengubah
sumber bahan baku dan penggunaan kembali produk yang tak-termanfaatkan.
Bahan baku utama dalam industri kimia dan proses pada saat ini sangat kuat
terhadap bahan baku berbasis minyak bumi dan gas atau bahan yang berasal
dari fosil. Penggunaan bahan baku tersebut perlu mnjadi pertimbangan
matang di masa mendatang. Ketersediaan bahan baku yang berupa minyak
mentah ini sudah dipastikan akan habis walaupun perdebatan tentang
waktunya tetap hangat didiskusikan oleh para ahli dibidangnya. Mengenai
cadangan bahan bakar fosil, saat ini dunia dihadapkan oleh situasi yang
bertolak belakang yaitu kenyataan bahwa minyak mentah sedang dikonsumsi
dengan laju yang jauh lebih cepat daripada sebelumnya, di sisi lain cadangan

10
terbukti tetap pada tingkat yang hampir sama dengan 30 tahun lalu namun
berada pada tempat yang sulit dijangkau. Menurut Soetart dan Vandamme
(dalam Setiadi, 2010) produksi biomassa dibumi sekitar 170 miliar ton per
tahun namun untuk saat ini hanya digunakan sekitar 3,5 % (6 miliar ton)
untuk kebutuhan manusia. Berdasarkan hal tersebut, maka terdapat ruang
yang cukup lebar untuk memanfaatkan biomassa sebagai sumber daya alam
yang terbarukan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Selain itu, pemanfaatan
biomassa berpotensi mengurangi gas rumah kaca dan meningkatkan ekonomi.
Selain mengubah bahan baku, proses daur ulang pun sangat mempengaruhi
gas rumah kaca. Industri secara umum menghasilkan bermacam-macam
limbah, yang secara prinsip limbah tersebut dapat dimanfaatkan kembali atau
didaur ulang, akan tetapi seringkali limbah tersebut termanfaatkan karena
alasan teknis dan ekonomi, misalnya tidak tersedianya proses yang efektif
untuk memanfaatkan limbah tersebut. contoh nyata yang terjadi sekarang
adalah kemasan suatu produkakan menjadi limah domestik setelah produk
tersebut dikonsumsi oleh pembeli. Limbah ini akan menjadi beban masyarakat
dan pemerintah setempat. Hal tersebut bisa menjadi berbeda apabila biaya
penggunaan limbah kemasan menajdi tanggung jawab produsen seperti yang
diatur dalam Undang-Undang Sampah No. 18 tahun 2008. Dengan demikian,
produsen dapat mempertimbangkan penggunaan kemasan dan rancangan
produk untuk mengurangi limbah domestik secara nyata. Hal ini sangat
memberikan dampak positif untuk mengurangi GRK.
3. Genarasi penerus pecinta lingkungan
Kondisi yang diakibatkan oleh efek rumah kaca merupakan suatu hal yang
dinamis, begitu pula dengan kondisi masyarakat yang senantiasa mengalami
perubahan. Kedua tindakan yang telah diambil sebelumnya merupakan upasa
untuk mitigasi emisi GRK yang harus senantiasa pertahankan dan
dikembangkan. Tetapi alangkah lebih baiknya jika ada suatu tindakan
berkelanjutan dengan tujuan untuk menanamkan pemikiran serta sikap
mencintai lingkungan terhadap generasi penerus. Hal ini dapat dilakukan
dengan berbagai cara salah satunya adalah tentang adanya pembelajaran di
sekolah tentang pentingnya menjaga lingkungan hidup dan juga dapat

11
dikembangkan melalui media pembelajaran berupa buku-buku inspiratif yang
menarik tentang lingkungan hidup.

Sebagai generasi muda khusunya sebagai mahasiswa kita yang memiliki


potensi besar sebagai agen perubahan di masa mendatang harus ikut berpartisipasi
dalam menanggulangi efek rumah kaca ini. Banyak hal yang dapat kita lakukan
beberapa diantaranya adalah: dengan terus menyuarakan semangat untuk menjaga
dan mecintai lingkungan hidup kita khususnya tentang efek rumah kaca ini kepada
semua pihak melalui artikel online atau video pembelajaran yang kreatif. Selain
itu, kita pun pasti selalu melakukan aksi nyata dengan membatasi diri sendiri
dalam menghemat penggunan barang-barang yang menghasilkan GRK serta ikut
dalam kegiatan pembersihan dan penghijauan lingkungan.

12
BAB 4
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan
Berdasarkan analisis dan sintesis diatas maka kesimpulan dari
penulisan ini adalah adanya dampak negatif secara langsung dan signifikan
dari efek rumah kaca terhadap pencapaian SDGs sehingga perlu adanya
mitigasi efek rumah kaca guna meyakinkan tercapainya SDGs. Dampak
dari efek rumah kaca sangat dirasakan baik dalam bidang sosial, ekonomi
dan lingkungan.
Oleh karena itu perlu adanya muncul gagasan pemikiran berupa
beberapa hal yang harus dilakukan untuk mengatasi efek rumah kaca ini.
Hal tersebut diantaranya adalah: (1) Aksi masyarakat peduli lingkungan,
(2) Inovasi dan peningkatan penggunaan teknologi, (3) Generasi penerus
pecinta lingkungan. Jika ketiga program ini dijalakan dengan baik maka
akan mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) yang sekaligus mengurangi
dampak dari efek rumah kaca sehingga dapat tercapainya SDGs.

B. Rekomendasi
Dari hasil analisis dan sintesis di atas, maka penulis merekomendasikan
kerja sama yang konkrit dari pemerintah, pengindustri, dan tentunya
seluruh masyarakat untuk bergotong royong memitigasi GRK dengan
menerapkan ketiga gagasan tersebut sehingga dapat mencapai SDGs. Tidak
hanya itu, seluruh pihak juga bertanggung jawab untuk secara
berkesinambungan melakukan pembaharuan dan pewarisan kegiatan
serupa kepada genarasi penerus agar dapat tercipatanya pembangunan yang
berkelanjutan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Landhiani, J. N. 2014. Peran Nyata Generasi Muda Menghadapi Perubahan Iklim.


Malik, Y. 2012. Efek Rumah Kaca. Jurnal Pend-Geografi.
Naylor, dkk. 2007. Assesing Risks of Climate Variability and Climate Change for
Indonesian Rice Argiculture. National Academy of Sciences of the United
States America
Setiadi, T. 2010. Teknologi untuk pembangunan berkelanjutan. Bandung,
Indonesia
Undang-Undang Republik Indonsia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan
Sampah. Jakarta
Wahyuni, S. 2011. Menghasilkan Biogas Dan Aneka Limbah. PT.Argo Media
Pustaka. Jakarta
Zaini, M & Agus, T. D. 2015. Implementasi Pembangunan Berkelanjutan
Berwawasan Lingkungan Studi Pda Kelurahan Lenpake Kecamatan
Samarinda Utara Kota Samarinda. JIEP Vol.15, No.2.

14

Anda mungkin juga menyukai