Anda di halaman 1dari 10

ASPEK-ASPEK PEMBANGUNAN DAERAH

OLEH KELOMPOK 10:

Ni Putu Hanita Pradnya / 1707531012

Ni Putu Icha Vellyana Dewi / 1707531015

Ni Made Ardi Nareswari / 1707531062

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2019

1
PEMBANGUNAN DAERAH

A. Pengertian Pembangunan Daerah


Pembangunan daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspekpendapatan,
kesempatan kerja, lapangan berusaha, akses terhadap pengambilan kebijakan, berdaya
saing, maupun peningkatan indeks pembangunan manusia.

B. Tujuan Pembangunan Daerah


1. Meningkatkan keadaan ekonomi daerah sehingga mandiri di dalam bidang
ekonomi untuk daerah sehingga mandiri di dalam bidang ekonomi
untuk penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah.
2. Meningkatkan keadaan sosial daerah unutk mencapai kesejahteraan sosial secara
adil dan merata bagi seluruh anggota masyarakat di daerah.
3. Mengembangkan setiap ragam budaya daerah sehingga menjamin kelestarian
budaya daerah di antara budaya-budaya nasional Indonesia lainnya.
4. Meningkatkan dan memelihara keamanan masyarakat untuk mendukung
pelaksanaan peningkatan kegiatan ekonomi, sosial, budaya, kualitas lingkungan
hidup dan meningkatkan kesejahteraan seluruh anggota masyarkat seutuhnya.
5. Membantu pemerintah pusat dalam mempertahankan, memelihara dan
meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara RI.

C. Prinsip Pembangunan Daerah


1. Tetap berada di dalam kerangka NKRI.
2. Tetap menggalang persatuan dan kesatuan bangsa dan negara.
3. Demokrasi dalam setiap bidang kehidupan bernegara.
4. Pemerataan dan keadilan dalam berperan serta pada pembangunan daerah.
5. Masyarakat, kelompok usaha kecil dan kelompok usaha kecil dan kelompok
menengah lebih dipacu untnuk berperan aktif.
6. Memanfaatkan secara ijaksana semua potensi sumberdaya nasional yang berada di
daerah sesuai dengan fungsi dan keadaan masing-masing sumberdaya.
7. Sesuai dengan keragaman keadaan daerah.
8. Sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh Pemerintah Pusat, baik secara
desentralisasi, dekonsentrasi maupun dalam rangka pembantuan.

2
9. Bekerjasama di bidang ekonomi, sosial, budaya dan bidang kegiatan yang lain
dengan semua daerah lainnya.
10. Pemerintah yang baik,berarti pemerintah daerah otonom harus dilaksanakan
secara tepat guna ,efisien dan memiliki produktifitas yang tinggi serta lepas dari
korupsi,kolusi dan nepotisme
11. Investasi disertai ketentuan untuk meningkatkan penggunaan sumberdaya yang
dihasilkan
12. Pelaku pembangunan daerah

D. Perencanaan Pembangunan Daerah


Berdasarkan UU nomor 17 Tahun 2007, perencanaan pembangunan terdiri dan empat
tahapan, yakni:
1. Tahap penyusunan
2. Penetapan rencana
3. Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan
4. Evaluasi pelaksanaan rencana

E. Pengertian Otonomi Daerah


Otonomi berasal dari bahasa Greek ‘auto’ berarti ‘sendiri’ dan ‘nomia’ dari asal kata
‘nomy’ berarti ‘aturan’. Otonomi berarti mengatur diri sendiri.Dalam pemerintahan,
pemberian otonomi berarti pelimpahan sebagian kewenangan, tugas kewajiban, dan
tanggung jawab dalam penyelenggaraan Negara dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah.

F. Analisis Perbedaan Otonomi pada Tingkat Provinsi dan Kabupaten


Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah
Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip NKRI sebagaimana dimaksud dalam
UUD 1945.

3
 Pemerintah Daerah Provinsi terdiri atas Pemerintah Daerah Provinsi dan
DPRD Provinsi.
 Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota terdiri atas Pemerintah Daerah
Kabupateen/Kota dan DPRD Kabupaten/Kota

G. Analisis Prinsip-Prinsip Pembiayaan Pemerintah Daerah.


1. Pembiayaan Daerah
Pembiayaan daerah adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah daerah, baik
penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali,
yang dalam penganggaran pemerintah daerah terutama dimaksudkan untuk menutup
defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain
dapat berasal dari pinjaman dan hasil divestasi. Sementara, pengeluaran pembiayaan
antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian
pinjaman kepada entitas lain dan penyertaan modal oleh pemerintah daerah.
2. Prinsip-prinsip struktur pembiayaan daerah sebagai berikut
a) Pembiayaan dirinci menurut Kelompok, Jenis dan Obyek Pembiayaan.
b) Kelompok Pembiayaan terdiri atas: Penerimaan Daerah dan Pengeluaran
Daerah.
c) Kelompok Pembiayaan dirinci lebih lanjut ke dalam Jenis Pembiayaan.
Misalnya Kelompok Pembiayaan Penerimaan Daerah dirinci lebih lanjut ke
dalam jenis pembiayaan antara lain berupa: sisa lebih perhitungan anggaran
tahun lalu, transfer dari dana cadangan, penerimaan pinjaman dan obligasi dan
penjualan aset Daerah yang dipisahkan.
d) Jenis Pembiayaan dirinci lebih lanjut ke dalam Obyek Pembiayaan. Misal
Jenis Pembiayaan: penerimaan pinjaman dan obligasi dirinci lebih lanjut
dalam obyek pembiayaan antara lain berupa: pinjaman dalam negeri dan
pinjaman luar negeri.

H. Sumber-Sumber Penerimaan Daerah


Penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi terdiri atas pendapatan daerah
dan pembiayaan. Pendapatan satu daerah terdiri dari pendapatan asli daerah, dana
perimbangan, dan lain- lain pendapatan, sedangkan pembiayaannya bisa bersumber
dari: sisa lebih perhitungan anggaran daerah, penerimaan pinjaman daerah, dana
cadangan daerah, dan hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan. Pernbicaraan

4
selanjutnya meliputi masing-masing komponen dari pendapatan daerah dan sumber
pembiayaan daerah yang berasal dari pinjaman, karena sumber pembiayaan lainnya
sudah dianggap cukup jelas.
1) Pendapatan Asli Daerah (PAD).
PAD bersumber dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang
sah (yang meliputi hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan,
jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap
mata uang asing, dan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat
dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh Daerah). Dalam
upaya meningkatkan PAD, pemerintah daerah dilarang menetapkan peraturan
tentang pendapatan yang menghambat mobilitas penduduk, lalu lintas barang
dan jasa antardaerah, dan kegiatan impor/ekspor, sehingga menyebabkan
ekonomi biaya tinggi. Ketentuan mengeñai pajak daerah, retribusi daerah, dan
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
2) Dana perimbangan terdiri atas: (i) dana bagi hasil, (ii) dana alokasi umum, dan
(iii) dana alokasi khusus, yang jumlahnya ditetapkan setiap tahun anggaran
dalam APBN.
i. Dana Bagi Hasil. Dana ini bersumber dari pajak dan sumber daya
alam. Dana bagi hasil yang bersumber dari pajak terdiri atas Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB), dan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal
29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal dibagi
antara pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Sedangkan dana bagi hasil
dari sumber daya alamyangberasal dari:kehutanan,
pertambanganumum, perikanan, pertambangan minyak bumi,
pertambangan gas bumi, dan pertambangan panas bumi.
ii. Dana Alokasi Umum, Jumlah DAU keseluruhan ditentukan sekurang-
kurangnya 26 persen dari pendapatan dalam negeri neto yang
ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Jumlah ini adalah untuk seluruh provinsi dan seluruh kabupaten/kota.
Dasar untuk menentukan berapa jumlah DAU yang diterima oleh satu
daerah (provinsi, kabupaten/kota) adalah apa yang disebut celah fiskal

5
dan alokasi dasar. Celah fiskal adalah kebutuhan fiskal dikurangi
dengan kapasitas fiskal, sedangkan alokasi dasar dihitung berdasarkan
jumlah gaji Pegawai Negen Sipil Daerah.
iii. Dana Alokasi Khusus(DAK). DAK dialokasikan kepada daerah
tertentu yang ditetapkan setiap tahun dalam APBN untukmendanai
kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan
fungsi yang telah ditetapkan dalam APBN. Pemerintah pusat
menetapkan kriteria DAK yang meliputi kriteria umum, kriteria
khusus, dan kriteria teknis. Kriteria umum ditetapkan dengan
mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah dalam APBD.
Kriteria khusus ditetapkan dengan memperhatikan peraturan
perundang-undangan dan karakteristik daerah.
3) Lain-lain Pendapatan. Lain-lain pendapatan terdiri atas pendapatan hibah dan
pendapatan dana darurat.
i. Pendapatan hibah merupakan bantuan yang tidak mengikat. Hibah
kepada daerah yang bersumber dari luar negeri dilakukan melalui
pemerintah pusat. Hibah dituangkan dalam satu naskah perjanjian
antara pemerintah daerah dan pemberi hibah. Hibah digunakan sesuai
dengan naskah perjanjian. Tata cara pemberian, penerimaan, dan
penggunaan hibah, baik dari dalam negeri maupun luar negeri diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
ii. Pemerintah mengalokasikan dana darurat yang berasal dari APBN
untuk keperluan mendesak yang diakibatkan oleh bencana nasional
dan/atau peristiwa luar biasa yang tidak dapat ditanggulangi oleh
daerah dengan menggunakan sumber APBD. Keadaan yang dapat
digolongkan sebagai bencana nasional dan/atau peristiwa luar biasa
ditetapkan oleh Presiden. Pemerintah dapat mengalokasikan dana
darurat pada daerah yang dinyatakan mengalami krisis solvabilitas.
Daerah dinyatakan mengalami krisis solvabilitas berdasarkan evaluasi
pemerintah sesuai dengan peraturan perundang undangan. Krisis
solvabilitas ditetapkan oleh pemerintah setelah berkonsultasi dengan
Dewan Perwakilan Rakyat

6
I. Pinjaman Daerah
Pengertian dan batasan pinjaman. Pinjaman daerah adalah semua transaksi yang
mengakibatkan pemerintah daerah menerima sejumlah uang atau menerima manfaat
yang bernilai uang dari pihak lain sehingga pemerintah daerah tersebut dibebani
kewabai untuk membayar kembali. Pemerintah pusat yang dalam hal ini Menteri
Keuangan menetapkan batas maksimal kumulatif pinjaman pemerintah dan
pemerintah daerah dengan memperhatikan hal-hal berikut:
 Keadaan dan perkiraan perkembangan perekonomian nasional,
 Tidak melebih 60% (enam puluh persen) dari Produk Domestik Bruto tahun
bersangkutan.
Penentuan batas maksimum tersebut dilakukan selambat- lambatnya bulan Agustus
untuk tahun anggaran berikutnya, dan harus sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar
negeri, dan pelanggaran terhadapnya dikenakan sanksi administratif berupa
penundaan dan/atau pemotongan atas penyaluran dana perimbangan oleh Menteri
Keuangan.
Sumber pinjaman. Pinjaman daerah dapat bersumber dari pemerintah pusat,
pemerintah daerah lain, lembaga keuangan bank non bank, serta masyarakat.
Pinjaman daerah yang bersumber dari pemerintah pusat dananya bisa dari dalam
negeri atau dari luar negeri. Pinjaman pemerintah pusat yang dananya berasal dari
luar negeri dapat dinyatakan dalam mata uang rupiah atau mata uang asing melalui
perjanjian penerusan pinjaman kepada pemerintah daerah antara Menteri Keuangan
dan Kepala Daerah yang bersangkutan. Pinjaman daerah yang berasal dari pemerintah
daerah lainnya, lembaga keuangan bank dan bukan bank dapat dilaksanakan
berdasarkan kesepakatan ke dua belah pihak, sedangkan yang bersumber dari
masyarakat berupa obligasi daerah diterbitkan melalui pasar modal.

7
Jangka Waktu dan Penggunaan Pinjaman. Pinjaman daerah mungkin berupa:
a) Pinjaman jangka pendek, yang merupakan pinjaman daerah dalam jangka
waktu kurang atau sama anggaran dan kewajiban pembayaran kembali
pinjaman yang dengan satu tahun meliputi pokok pinjaman, bunga, dan biaya
lain seluruhnva harus dilunasi dalam tahun anggaran yang bersangkutan.
Piniaman jangka pendek ini hanya dapat dipergunakan untuk menutup
kekurangan minta persetujuan DPRD.
b) Pinjaman jangka menengah, yang merupakan pinjaman daerah dalam jangka
waktu lebih dari satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembal
ipinjam yang meliputi pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain harus dilunasi
dalam kurun waktu yang tidak melebihi sisa masa jabatan kepala daerah yang
bersangkutan.
c) Pinjaman jangka panjang, merupakan pinjaman daerah dalam jangka waktu
lebih dari satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman
yang meliputi pokok pinjaman, bunga, danbiaya lain harus dilunasi pada
tahun-tahun anggaran berikutnya sesuai dengan persyaratan perjanjian
pinjaman yang bersangkutan.
Persyaratan Pinjaman. Pemerintah daerah yang ingin mendapatkan pinjaman harus
memperhatikan beberapa ketentuan dan persyaratan, yakni :
a) Pendapatan daerah dan/atau barang milik daerah, serta pinjaman dari pihak
lain tidak boleh dipakai sebagai jaminan;
b) Pemerintah daerah yang bersangkutan tidak mempunyai tunggakan atas
pengembalian pinjaman yang berasal dari pemerintah pusat.
c) Jumlah sisa pinjaman daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik
tidak melebihi 75% (tujuhpuluh lima persen) dari jumlah penerimaan umum
APBD tahun sebelumnya;
d) Rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman
ditetapkan oleh pemerintah pusat; dan Obligasi daerah.
Prosedur dan pengelolaan penerbitan obligasi daerah. Penerbitan obligasi daerah
ditetapkan dengan peraturan daerah, di mana ditentukan bahwa kepala daerah terlebih
dahulu harus mendapatkan persetujuan DPRD dan dari pemerintah pusat. Penerbitan
obligasi daerah wajib mengikuti peraturan perundang-undangan di bidangpasar
modal, yang antara lain harus mencantumkan:

8
a) nilai nominal:
b) tanggal jatuh tempo;
c) tanggal pembayaran bunga;
d) tingkat bunga (kupon);
e) frekuensi pembayaran bunga;
f) cara perhitungan pembayaran bunga;
g) ketentuan tentang hak untuk membeli kembali obligasi daerah sebelum jatuh
tempo; dan
h) ketentuan tentang pengalihan kepemilikan.
Pengelolaan obligasi daerah diselenggarakan oleh kepala daerah yang sekurang-
kurangnya meliputi:
a) penetapan strategi dan kebijakan pengelolaan obligasi daerah termasuk
kebijakan pengendalian risiko;
b) perencanaan dan penetapan struktur portofolio pinjaman daerah;
c) penerbitan obligasi daerah;
d) penjualan obligasi daerah melalui lelang;
e) pembelian kembali obligasi daerah sebelum jatuh tempo;
f) Pelunasan pada saat jatuh tempo; dan
g) Pertanggungjawaban.
Hasil penjualan obligasi daerah dan peruntukannya. Pemerintah daerah dapat
mengeluarkan obligasi daerah untuk membiavai investasi sektor publik yang
menghasilkan penerimaan dan memberikan manfaat bagi masyarakat. Penerimaan
dari investasi sektor publik yang dibiayai melalui obligasi daerah digunakan untuk
membiayai kewajiban bunga dan pokok obligasi daerah terkait dan sisanya disetorkan
ke kas daerah. Dana untuk membayar bunga dan pokok pinjaman disediakan dalam
APBD setiap tahun sampai dengan berakhirnya kewajiban tersebut. Dalam hal
pembayaran bunga dimaksud melebihi perkiraan dana yang disediakan, Kepala
Daerah melakukan pembayaran dan menyampaikan realisasi pembayaran tersebut
kepada DPRD dalam permbahasan Perubahan APBD.

9
Pelaporan dan Sanksi seluruh kewajiban pinjaman daerah yang jatuh tempo wajib
dianggarkan dalam APBD tahun anggaran yang bersangkutan dan pemerintah daerah
wajib melaporkan posisi kumulatif pinjaman dan kewajiban pinjaman kepada
pemerintah pusat setiap semester dalam tahun anggaran berjalan.Kalau laporan
tersebut tidak dibuat, pemerintah pusat dapat menunda penyaluran dana perimbangan
yang menjadi hak pemerintah daerah yang bersangkutan. Sedangkan kalau pemerintah
daerah tidak memenuhi kewajiban membayar pinjamannya kepada pemerintah pusat,
kewajiban membayar pinjaman tersebut diperhitungka ndengan DAU dan/atau Dana
Bagi Hasil daripenerimaan negara yang menjadi hak pemerintah daerah yang
bersengkutan.

10

Anda mungkin juga menyukai