Anda di halaman 1dari 3

Ketidaktepatan Pemberian Kode Diagnosis dan Faktor Penyebab di Rumah

Sakit Permata Bunda Malang

Oleh:……………..
Dosen Pembimbing: (1)………………., (2) ……………………………….
Program Studi S1Keperawatan, STIKes Maharani
Jl. Akordion Selatan No. 8B Malang

ABSTRAK

Nama belakang, Nama depan. (2019). Ketidaktepatan Pemberian Kode Diagnosis


dan Faktor Penyebab di Rumah Sakit Permata Bunda Malang. Skripsi
Program S1 Keperawatan, STIKes Maharani, Pembimbing:
(1)………………. (2)…………………….

Klasifikasi penyakit adalah pengelompokkan penyakit-penyakit sejenis dengan


ICD-10 (International Statistical Classification of Disease and Related Health
Problems Tenth Revision) untuk istilah penyakit dan masalah yang berkaitan
dengan kesehatan. Pencatatan diagnosis yang lengkap/tepat dan baik tersebut
penting untuk penanganan pasien yang baik dan merupakan sumber data
epidemiologi dan statistik morbiditas yang bernilai serta data statistik lain dalam
perawatan kesehatan sehingga penulisan diagnosis haruslah tepat sesuai
terminologi medis. Tujuan penelitian ini adalah untukmengetahui dan memahami
Ketidaktepatan Pemberian Kode Diagnosis dan Faktor Penyebab di Rumah Sakit
Permata Bunda Malang. Jenis penelitian ini menggunakan jenis kuantitatif dengan
desain peneltian deskriptif, dan pengumpulan data melalui studi retrospektif.
Jumlah sampel 10 perawat dengan 30 pasien sebagai penilai perilaku caring
yang diambil dengan cara teknik Purposive Sampling. Teknik pengambilan
data dengan observasi pada BRM dengan menggunakan lembar checklist dan
pemberian kuesioner. Hasil Penelitian ini untuk mencari faktor-faktor penyebab
klaim tertunda BPJS Kesehatan Rumah Sakit Permata Bunda Malang berdasarkan
dari data dan observasi yang kami lakukan maka didapatkan ketidak sesuaian INA
CBG’s sebesar 4,8 %. Hal ini disebabkan ketidaksamaan koding dan diagnose
dari rumah sakit dengan koding dari verifikator BPJS Kesehatan. Penelitian ini
kami juga menemukan ketidaklengkapan berkas Claim BPJS Rawat jalan dan
Rawat inap sebesar 4,3%. Hal ini diakibatkan standard penilaian diagnose
penyakit menurut BPJS Kesehatan harus diterapi sesuai keadaan sedangkan bagi
DPJP tidak semua penyakit harus diberikan terapi yang agresif dan intervesif
tetapi diagnose tetaplah ditulis sebagai bahan acuan pertimbangan penanganan
medis dimasa datang. Diharapkan adanya pelatihan bagi petugas koding dan
Penulisan diagnose oleh DPJP diharapkan dapat dibaca dan dimengerti oleh
petugas koding.

Kata kunci: Ketidaktepatan Pemberian Kode Diagnosis, Faktor Penyebab di


Rumah Sakit Permata Bunda Malang
PENDAHULUAN dianalisis menggunakan analisis
Klasifikasi penyakit adalah deskritif.
pengelompokkan penyakit-penyakit HASIL PENELITIAN
sejenisdengan ICD-10 (International 1. Sumber Daya Manusia Unit
Statistical Classification of Disease Rekam Medis
andRelated Health Problems Tenth Pendidikan Jumlah
Bagian
Revision) untuk istilah penyakit dan SDM
masalahyang berkaitan dengan Kepala RM D3 RM 1 orang
kesehatan. Penegakkan dan Pelaporan dan
penulisan diagnosissesuai dengan D3 RM 1 orang
Pengolahan Data
ICD-10 merupakan tugas dan Assembling dan
tanggung jawab dokter yangmerawat D3 RM 1 orang
Koding
pasien. Oleh karenanya, diagnosis RDF
yang ditulis dalam rekam medisharus (Retrievall,Distribu D3 RM 2 orang
lengkap atau tepat dan jelas sesuai tion,Filling)
dengan terminologi medis danarahan D3 RM 4 orang
TPP RJ,TPP IGD,
yang ada pada buku ICD-10 (Hatta, S1 1 orang
TPP RI
2013). SLTA 1 orang
Pencatatan diagnosis yang Total 11 orang
lengkap/tepat dan baik tersebut Sumber: Data Primer, 2019
pentinguntuk penanganan pasien Tambahkan penjelasan
yang baik dan merupakan sumber mengenai tabel.
dataepidemiologi dan statistik 2. Data ketepatan dan
morbiditas yang bernilai serta data ketidaktepatan Pemberian
statistik lain dalam perawatan diagnosa berkas klaim BPJS
kesehatan sehingga penulisan pasien rawat inap dan rawat
diagnosis haruslah tepatsesuai jalan Bulan Januari – Juni 2019
terminologi medis (WHO, 2010). N Bulan Jumlah Tepat Tidak Tepat
Penggunaan/penulisan diagnosis o Sampel Jumlah % Jumlah %
lebih dari satu istilah medis atau berkas berkas
terminologi medis akan menyulitkan 1. Januari 100 65 65 % 35 35 %
dalampengumpulan dan perolehan 2. Februari 100 65 65 % 35 35 %
informasi morbiditas dan mortalitas 3. Maret 100 72 72 % 28 28 %
yang akuratdan tepat (Hatta, 2013). 4. April 100 75 75 % 25 25 %
METODE PENELITIAN 5. Mei 100 66 66 % 34 34 %
Penelitian ini merupakan 6. Juni 100 68 68 % 32 32 %
penelitian kuantitatif. Jenis Dari hasil perhitungan diatas dapat
penelitian yang digunakan adalah dijelaskan bahwa bulan Januari 2019
peneltian deskriptif dengan dengan jumlah 100 sampel terdapat
pengumpulan data melalui studi 35 berkas yang tidak tepat dalam
retrospektif. Penelitian dilakukan di pemberian diagnosa dan diperoleh
Rumah Sakit Permata Bunda persentase 35 %, bulan Februari
Malang. 2019 dengan jumlah 100 sampel
Cara Pengumpulan data terdapat 35 berkas yang tidak tepat
dengan observasi pada BRM dengan dalam pemberian diagnosa dan
menggunakan lembar checklist dan diperoleh persentase 35 %, bulan
pemberian kuesioner, kemudian data Maret 2019 dengan jumlah 100
sampel terdapat 28 berkas yang tidak
tepat dalam pemberian diagnosa dan timbul karena Coder tidak dapat
diperoleh persentase 28 %, bulan membaca diagnose tulisan dokter
April 2019 dengan jumlah 100 pada resume medis tertulis.
sampel terdapat 25 berkas yang tidak SARAN
tepat dalam pemberian diagnosa dan Petugas koding
diperoleh persentase 25 %, bulan Adanya pelatihan bagi petugas
Mei 2019 dengan jumlah 100 sampel koding.
terdapat 34 berkas yang tidak tepat Dokter Penanggung Jawab Pasien
dalam pemberian diagnosa dan (DPJP)
diperoleh persentase 34 %, bulan Penulisan diagnose oleh DPJP
Juni 2019 dengan jumlah 100 sampel diharapkan dapat dibaca dan
terdapat 32 berkas yang tidak tepat dimengerti oleh petugas koding.
dalam pemberian diagnosa dan Casemix
diperoleh persentase 32 % Berkoordinasi secara aktif
PEMBAHASAN dengan DPJP dalam penyelesaian
Klaim Rumah Sakit klaim yang tertunda akibat resume
Ketepatan penulisan diagnose medis yang belum lengkap.dan kode
dan kelengkapan berkas yang tidak diagnose yang tidak sesuai.
tepat akan mengakibatkan berkas DAFTAR RUJUKAN
yang di kirim ke BPJS di kembalikan Adikoesoemo,S.,2012.Manajemen
lagi ke Rumah Sakit Permata Bunda. Rumah Sakit keenam ed.Jakarta:
Klaim BPJS per pasien yang Pustaka Sinar
dianggap sah Boedihartono,H.,1991.Petunjuk
Surat Eligibilitas Peserta (SEP) Teknis Peyelenggaraan Rekam
Surat Eligibilitas Peserta (SEP) Medik/Medical Record Rumah
adalah surat yang membuktikan Sakit. Jakarta: Depkes Direktorat
bahwa peserta ini adalah peserta Jendral Pelayanan Medik.
yang masih aktif dan ditanggung Darmawi,H.,2004,Manajemen
oleh BPJS. Asuransi (Pertamaed.)
Surat keterangan rawat inap .Jakarta:PT.BumiAksara.
Surat keterangan rawat inap adalah Panduan Praktis Administrasi Klaim
surat pengantar dari spesialis kepada Faskes BPJS Kesehatan(2014))
pasien untuk mendapatkan layanan Peraturan Menteri Kesehatan no 269
medis rawat inap untuk mengobati Tahun 2008 tentang Rekam
penyakitnya. Medis.
Resume medis yang Peraturan Menteri Kesehatan no27
ditandatangani oleh DPJP tahun 2014 tentang Petunjuk
Resume medis adalah kesimpulan Teknis Sistem Indonesia Case
perjalanan penyakit seorang pasien Base Groups.
yang dipulangkan oleh DPJP dan Peraturan Menteri Kesehatan No 69
diberikan di saat dia pulang berupa Tahun 2013 tentang Standar
resume medis tertulis. Tarif Pelayanan Kesehatan
Bukti pelayanan lain yang Pada Fasilitas Kesehatan
ditandatangani oleh DPJP Tingkat Pertama Dan Fasilitas
KESIMPULAN Kesehatan Tingkat Lanjutan
Temuan terbesar pada Dalam Penyelenggaraan
penelitian ini adalah Coder salah Program Jaminan Kesehatan.
dalam mengkoding diagnose . Ini

Anda mungkin juga menyukai