Anda di halaman 1dari 30

BAB II

PEMBAHASAN

A. Model Pembelajaran Pada KTSP


1. Model pembelajaran individual
Sejak lama diketahui adanaya perbedaan diantara berbagai individu siswa yang tak
dapat tiada harus diperhatikan. Perbedaan terdapat juga dalam gaya belajar murid,
karena itu pengajaran individual akan senantiasa merupakan masalah yang menarik
perhatian para pendidik untuk dikaji dan dianalisis . tugas-tugas yang dikerjakan para
murid di rumah kebanyakan menuntut kegiatan secara individual, beberapa kegiatan
dan pemberian tugas di sekolah juga dapat dikerjakan secara individual, beberapa
kegiatan dan pemberian tugas di sekolah juga dapat dikerjakan secara individual,
seperti memecahkan soal, melakukan pengamatan atau percobaan di laboratorium, dan
sebagainya.
Pembelajaran secara individual tampak pada perilaku atau kegiatan guru dalam
mengajar yang menitikberatkan pada pemberian bantuan dan bimbingan belajar
kepada masing-masing siswa secara individual. Susunan suatu tujuan belajar yang
didesain untuk belajar mandiri harus disesuaikan dengan karakteristik individual dan
kebutuhan tiap siswa. Pada model pembelajaran secara individual, guru memberikan
kesempatan dan keleluasaan kepada masing-masing individu siswa untuk dapat belajar
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswanya.
2. Model pembelajaran klasikal
Group presentation adalah kegiatan penyampaian pelajaran kepada sejumlah siswa,
yang biasanya dilakukan oleh pengajar dengan berceramah di kelas. Model
pembelajaran individual menurut nasution (2000) lebih sukar dijalankan daripada
model pengajaran klasikal. Pembelajaran klasikal mencerminkan kemampuan utama
guru, karena pembelajaran klasikal ini merupakan kegiatan belajar dan mengajar yang
tergolong efisien. Pembelajaran secara klasikal ini memberi arti bahwa seorang guru
melakukan dua sekaligus kegiatan yaitu mengelola kelas dan mengelola pembelajaran.
Pengelolaan kelas adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan terselenggaranya
kegiatan pembelajaran secara baik dan menyenangkan yang dilakukan di dalam kelas
diikuti sejumlah siswa yang dibimbing oleh seorang guru.
3. Model pembelajaran langsung

3
Model pembelajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang
khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan
deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat
diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah (Arends
dalam Trianto (1997). Menurut teori belajar sosial Albert Bandura dalam Woollfolk
(1995:221) bahwa seseorang dapat mudah belajar melalui pengamatan dan meniru
perilaku orang lain atau modeling. Berdasarkan teori tersebut, agar keterampilan
pengambilan keputusan dapat dikuasai siswa maka perlu ada contoh nyata melalui
pemodelan. Salah satu ciri-ciri model pembelajaran langsung adalah adanya
pemodelan atau pendemonstrasian tentang materi yang bersifat prosedural yang
dilakukan oleh guru dan ditunjukkan kepada siswa. Pendemonstrasian tentang
pengetahuan prosedural dilakukan oleh guru di awal pembelajaran. Pendemonstrasian
ini dapat berupa pendemonstrasian langkah-langkah belajar yang bersifat prosedural
untuk memecahkan suatu masalah, sehingga pendemonstrasian dapat mempengaruhi
minat belajar siswa, meningkatkan rasa ingin tahu siswa, memancing siswa untuk
belajar berpikir, belajar menyelesaikan masalah dengan mengambil keputusan yang
benar serta terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
Model pembelajaran langsung sesuai diterapkan dalam pembelajaran keterampilan
pengambilan keputusan karena di dalam pengambilan keputusan terdapat langkah-
langkah yang dilakukan secara prosedural. Langkah-langkah pengambilan keputusan
tersebut adalah menuliskan pertanyaan, menentukan alternatif pilihan-pilihan,
mengumpulkan informasi, membuat daftar pro kontra dan mengambil keputusan.
Dengan menerapkan model pembelajaran langsung, di awal pembelajaran guru
memodelkan langkah-langkah pengambilan keputusan. Di kegiatan inti guru
menjelaskan materi, melatih pengambilan keputusan serta membimbing siswa secara
kelompok maupun mandiri, sehingga siswa dapat menirukan apa yang telah dilakukan
oleh guru di akhir pembelajaran karena mereka dibimbing, dilatih mengambil
keputusan, serta diberi tugas secara mandiri oleh guru.
Model pembelajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang
khusus untuk menunjang proses belajar siswa berkaitan dengan pengetahuan deklaratif
dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik, yang diajarkan dengan pola
kegiatan bertahap, selangkah demi selangkah Arends dalam Trianto (1997). Model
pembelajaran langsung banyak diilhami oleh teori belajar sosial yang juga sering

4
disebut belajar melalui observasi. Arends (Kardi, S dan Nur, M. 2004) dalam Julianto
(2011), menyebutnya sebagai teori pendekatan tingkah laku. Tokoh lain yang
menyumbang dasar pengembangan model pembelajaran langsung adalah John Dolard,
Neal Miller, Albert Bandura (Kardi, S dan Nur, M.2004) yang percaya bahwa
sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat
tingkah laku orang lain atau lebih dikenal pemodelan. Pemikiran mendasar dari model
pembelajaran langsung adalah bahwa siswa belajar dengan mengamati secara selektif,
mengingat dan menirukan tingkah laku seorang guru. Sintaks suatu model adalah
urutan langkah-langkah yang ada pada umumnya diikuti oleh suatu kegiatan belajar
mengajar. Pada model pembelajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting.
Guru mengawali pelajaran dengan penjelasan tentang tujuan dan latar belakang
pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan dari guru.
Pembelajaran langsung menurut Kardi (1997:3) dalam Trianto, dapat berbentuk
ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktek, dan kerja kelompok. Pembelajaran
langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung
oleh guru kepada siswa. Penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran harus seefesien mungkin, sehingga guru dapat merancang dengan tepat
waktu yang digunakan. Sintaks model pembelajaran langsung adalah: (1)
menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, (2) mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan, (3) Membimbing pelatihan, (4) mengecek pemahaman
dan memberikan umpan balik, (5) memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan
dan penerapan.
4. Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Menurut
Suherman, Erman (2002:5) menyatakan bahwa terdapat 7 prinsip utama dalam
pembelajaran kontekstual, yaitu:
a. Kontruktivisme (Contructivism) Contructivism (kontruktivisme) merupakan
landasan berfikir (filosofi) dari pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan
dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyongkonyong. Pengetahuan

5
bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan
diingat. Manusia harus mengkonstuksi pengetahuan itu dan memberi makna
melalui pengamatan nyata.
b. Menemukan (Inquiry) Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan
pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
peserta didik diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi
hasil menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk
pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkan. Siklus inkuiri adalah: 1)
Observasi (Observation); 2) Bertanya (Questioning); 3) Mengajukan dugaan
(Hiphotesis); 4) Pengumpulan data (Data Gathering); 5) Penyimpulan
(Conclussion).
c. Bertanya (Questioning) Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari
“bertanya”. Questioning merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis
kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk
mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir peserta didik. Dalam
sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk: 1)
Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis; 2) Mengecek
pemahaman siswa; 3) Membangkitkan respon kepada siswa; 4) Mengetahui sejauh
mana keingintahuan siswa; 5) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa; 6)
Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru; 7) Untuk
membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa; 8) Untuk menyegarkan
kembali pengetahuan siswa.
d. Masyarakat Belajar (Learning Community) Konsep lerning community
menyarankan agar hasil pembelejaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain.
Hasil belajar diperoleh dari “sharing” antar teman, antar kelompok, dan antara
yang tahu ke yang belum tahu. Di ruang ini, di kelas ini, di sekitar ini, juga orang-
orang yang ada diluar sana, semua anggota masyarakat belajar. Dalam kelas
pembelajaran kontekstual, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran
dalam kelompokkelompok belajar. Peserta didik dibagi dalam kelompok-
kelompok belajar yang anggotanya heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah,
yang tahu memberi yang belum tahu, yang cepat menangkap mendorong temannya
yang lambat, yang mempunyai gagasan segera memberi usul, dan seterusnya.
Vygotsky (Wartono, et.al. 2004:19) mengemukakan bahwa siswa belajar melalui

6
interaksi dengan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu. Hal ini
sejalan dengan ide Blancard (Wartono, et.al. 2004:19) bahwa strategi CTL
mendorong siswa belajar dari sesama teman dan belajar bersama.
e. Pemodelan (Modeling) Komponen pembelajaran kontekstual selanjutnya adalah
pemodelan. Maksudnya, dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau
pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara
mengoperasikan sesuatu, cara melempar bola dalam olahraga, contoh karya tulis,
cara melafalkan bahasa inggris, dan sebagainya. Dalam pendekatan pembelajaran
kontekstual, guru bukan satu–satunya model. Model dapat dirancang dengan
melibatkan peserta didik.
f. Refleksi (Reflecsion) Refleksi juga bagian penting dalam pembelejaran dengan
pendekatan kontekstual. Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru
dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan
dimasa lalu. Peserta didik mengendapkan apa yang merupakan pengayaan atau
revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap
kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima.
and Learning (Wartono, et.al. 2004:17) mengatakan bahwa proses refleksi yakni:
1. cara–cara berpikir tentang apa yang telah dipelajari. 2. Merevisi dan merespon
kepada kejadian, aktivitas, dan pengalaman. 3. Mencatat apa yang telah kita
pelajari, bagaimana kita merasakan ide-ide baru. 4. Dapat berupa berbagai
bentuk: jurnal, diskusi, maupun hasil karya/seni.
g. Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assesment) Assesment adalah proses
pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan
belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru
agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran yang benar.
Apabila data yang dikumpulkan guru mengidentifikasikan bahwa siswa
mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera mengambil tindakan yang
tepat agar siswa terbatas dari kemacetan belajar.

B. Metode dan Media Pembelajaran Pada KTSP

Pengertian kurikulum menurut Mulyasa (2006:20) adalah kurikulum operasional yang


disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP ini
dengan memperhatikan dan berdasarkan Standar Kompetensi serta Kompetensi Dasar yang
dikembangkan oleh Badan Nasional Pendidikan (BSNP)
7
Kurikulum adalah ”suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan’. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru agar
penggunaanya bervariasi sesuai yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. (Djamarah,
SB. (2006: 46))

Metode pembelajaran menurut Reigeluch (2015) adalah mempelajari sebuah proses


yang mudah diketahui, diaplikasikan dan diteorikan dalam membantu pencapaian hasil
belajar. Berbagai metode dilakukan untuk menjamin guru dan siswa mampu
mengembangkan proses belajar mengajar untuk menunjang pencapaian hasil belajar dalam
menunjang kualitas pendidikan. Itulah prinsip dasar dari metode pembelajaran yaitu taktis,
teknis dan praktis untuk diterapkan oleh guru dan siswa dalam mencapai hasil belajar
optimal.

Metode konvensional dalam pembelajaran adalah metode yang digunakan berdasarkan


kecenderungan yang menjadikan guru dan siswa tidak pasif selalu belajar, berpikir dan
inovatif.

Dalam hal ini kita akan membahas tentang perbedaan antara pendekatan pembelajaran
KTSP dengan K13.
Pendekatan pembelajaran KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
Secara umum pendekatan pembelajaran terdiri dari 4 macam sesuai dengan prinsip-
prinsip KTSP dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu :
a. Pembelajaran Langsung
Pembelajaran langsung menurut Arends (Trianto, 2011 : 29) adalah “Salah satu pendekatan
mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan
dengan pengetahuan deklaratif atau pengetahuan tentang sesuatu dan pengetahuan
prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang
bertahap, selangkah demi selangkah”.Pendekatan pembelajaran ini bertujuan
mengembangkan penguasaan pengetahuan/ketrampilan melalui penyajian langsung oleh
guru.

b. Pembelajaran Kontekstual
Menurut Nurhadi dalam bukunya disebutkan bahwa pendekatan kontekstual merupakan
suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas, dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pendekatan
pembelajaran ini bertujuan mengkaitkan materi ajar dengan situasi dunia nyata yang
dikenal siswa.

c. Pembelajaran Berbasis Masalah


Pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning / PBL) adalah konsep
pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai
dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi peserta didik, dan
memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata).

8
Pendekatan pembelajaran ini memulai pembelajaran dengan pemecahan masalah yang
penting dan cocok bagi siswa.

d. Pembelajaran Kooperatif
Depdiknas (2003:5) “Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi
pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”. Pendekatan pembelajaran
ini memanfaatkan kelompok-kelompok kecil siswa yang bekerja bersama untuk mencapai
sasaran belajar, dan memungkinkan siswa memaksimalkan proses belajar satu sama lain.

Berdasarkan wacana diatas dapat ditentukan Macam-Macam Metode pembelajaran


yang cocok dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan Metode pembe|ajaran sebagai
suatu cara untuk menyajikan materi pelajaran atau bahan pengetahuan kepada peserta didik
banyak ragamnya' dengan berbagai kelebihan dan kelemahan masing-masing' semua
metode pada hakikatnya adalah baik dan dapat digunakan untuk menyajikan berbagai
materi pelajaran' Sehingga tidak ada Satupun metode yang paling baik, tepat, dan sesuai
untuk suatu mata pelajaran tertentu. Suatu metode yang te|ah dipitih untuk menyajikan
materi pelajaran, hendaknya dipahami dengan baik dan digunakan atau diujicobakan
berurangkari sehingga diperoleh data tentang kelebihan dan kekurangannya, selanjutnya
dapat dijadikan sebagai pedoman guna memodifikasi dalam penggunaan berikutnya' Hal
ini ditempuh karena metode sangat menentukan kondusif atau tidaknya kondisi dalam
oelaksanaan kegiatan pembelajaran yang pada gilirannya akan menentukan hasil belalar
peserta didik. Kegagalan dalam mewujudkan hasil betajar atau ketercapaian kompetensi
menuntut perubahan dalam penggunaan metode belajar.

1. Metode ceramah sebagai suatu cara penyajian materi pelajaran dengan lisan (verbal).
Medianya berupa suara dan gaya guru (penceramah). Untuk itu peserta didik
(audience) dituntut memiliki keterampilan mendengarkan dengan baik. Metode ini
paling sering digunakan oleh guru di sekolah sebagai metode utama. Kendati pun
demikian dalam praktiknya di sekolah sudah jarang dijumpai bahwa selama proses
pembelajaran guru hanya menggunakan metode ceramah saja, dan yang ada sekarang
penggunaannya bersamaan dengan metode lain (divariasikan dengan metode lain,
seperli tanya-jawab, diskusi, penugasan dan sebagainya). Dengan demikian, apa pun
pendekatan dan strategi yang digunakan oleh guru selama proses pembelajaran maka
penggunaan metode ceramah betapa pun kecil frekuensinya akan terlihat.
Menurut Heinz Kock (1981), penggunaan metr:de ceramah hanya sebagai
pengecualian dan waktunya tidak lebih dari 5 menit. Misal, jika guru semata-mata
ingin menjelaskan atau memberikan informasi materi pelajaran yang baru atau peserta
didik memerlukan keterangan untuk memecahkan suatu masalah, di mana keterangan
yang dimaksud tidak dapat diperoleh peserta didik sendrri atau peserta didik secara
bersan'ra-sama. Di samping itu, ceramah cocok digunakan untuk mengawali
tugas/kegiatan yang akan dilakukan oleh peserta didik, memberikan nasihat atau

9
bimbingan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan dalam melakukan suatu
kegiatan
Kelebihan penggunaan metode ceramah dalam kegiatan pembelajaran (instructional
activities), antara lain:
a. Dalam waktu singkat, guru dapat menyajikan materi pelajaran yang banyak kepada
sejumlah peserta didik secara serentak
b. Melatih kemampuan peserta didik dalam mendengarkan secara tepat, kritis dan
penuh penghayatan sehingga memungkinkan mereka dapat mendengarkan dengan
baik dan benar
c, Memungkinkan terjadinya penguatan (reinforcement), baik dari guru maupun
peserta didik. Guru memberikan penguatan kepada peserta didik yang mendengarkan
ceramahnya melalui kehangatan, humor, ilustrasi, penghayatan, kelogisan, dan
perhatian. Dengan penguatan ini akan memotivasi peserta didik untuk mempelajari
materi yang disajikan secara lebih mendalam dan meluas melalui pemanfaatan
sumber-sumber lain. Sedangkan peserta didik memberikan penguatan kepada gurunya
melalui pemusatan perhatian yang ditunjukkan selama ceramah. Pendekatan Strategi,
dan Metode Pembelajaran 49
d. Memungkinkan guru untuk mengaitkan materi pelajaran dengan pengalam-an guru
sendiri atau peserta didik dalam kehidupan nyata. Sehingga peserta didik memperoleh
wawasan yang luas tentang suatu materi pelajaran dan pada gilirannyakan merangsang
tumbuhnya daya imajinasinya.
e. Membantu peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami materi
pelajaran yang disajikan dan mengantarkan penggunaan metode lainnya.
Kekurangan penggunaan metode ceramah dalam kegiatan pembelajaran (instructional
activities), antara lain:
a. Proses pembelajaran didominasi oleh guru, sementara peserta didik pasif dan
cenderung rnenghapalkan semua sifat materi pelajaran sebagai fakta
b. Komunikasi yang terjadi hanya satu arah sehingga cenderung menimbulkan salah
tafsir tentang istilah terlentu (verbalisme)
c. Tidak semua guru memiliki keterampilan berbicara dengan gaya bahasa, suara dan
sikap yang baik sehingga dapat menarik perhatian peserta didik, apalagi dapat
rnerangsang semangat dan menumbuhkan daya imajinasi mereka
d. Tidak segera dapat diketahui umpan balik (feet back) tentang materi pelajaran yang
telah disajikan
e. Pelaksanaan ceramah yang lebih dari 20 menit akan memudarkan perhatian peserta
didik sehingga proses pembelajaran terkesan menjemukan
f. Materi pelajaran yang disajikan dengan ceramah hanya mampu diingat oleh peserta
didik dalam jangka waktu yang singkat sehingga tidak rnembantu peserta didik
mengorganisasrkan materi dalam ingatannya untuk jangka waktu yang panjang dan
pada gilirannya akan mengurangi kreativitas mereka.
Pelaksanaan metode ceramah ditempuh dengan prosedur sebagai berikut:
Persiapan
a. Menetapkan kompetensi dasar yang akan dicapai

10
b. Mengorganisasikan isi materi pokok yang akan diceramahkan sekaligus
penguasaannya
c. Mempersiapkan alat bantu untuk memperjelas materi yang diceramahkan
Tahap awal ceramah/pengantar
a. Menciptakan hubungan dengan peserta didik, misal perkenalan bagi guru baru,
ceritera hangat (anekdot), dan menginformasikan prosedur ceramah
b. Menarik perhatian peserta didik, misal meminta peserta didik agat rajin belajar,
menginformasikan bahwa setelah ceramah akan diadakan tes, mengajukan pertanyaan
yang merangsang peserta didik untuk melakukan suatu tindakan, dan menggunakan
alat bantu yang telah disiapkan
c. Mengekspos isi materi yang penting, misal ringkasan/resume materi,
mendefinisikan konsep-konsep yang berkaitan dengan materi, menghubungkan materi
ceramah dengan materi yang telah disajikan sebelumnya
Tahap pengembangan ceramah sebagai kegiatan inti ceramah, yaitu penyajian materi
yang tetah diorganisasikan dengan memperhatikan:
a. Agar peserta didik mudah memahami materi, penjelasan hendaknya singkat dan
jelas dengan menggunakan kata-kata sederhana dan kalimat pendek. Jika
memakaistilah asing hendaknya diberikan terjemahannya.
b. Sebagai visualisasi, gunakan papan tulis untuk mencatat penjelasan yang penting.
Apabila dimungkinkan, bagilah papan tulis menjadi tiga bagian. Bagian pertama,
untuk mencatat masalah pokok ceramah/konsep-konsep esensial, istilah-istilah asing
dan sebagainya. Bagian kedua, untuk mencatat garis besar isi ceramah, ilustrasi, dan
sebagainya. Bagian ketiga, untuk mencatat soal-soal latihan guna mengecek
pemahaman peserta didik tentang materi yang telah disajikan. Hal ini dimaksudkan
agar peserta didik membuat catatan sehingga mengurangi kelupaan sekaligus
memotivasi peserta didik agar mengembangkannya melalui sumber lain yang
ditunjukkan
c. Untuk memantapkan materi ceramah perlu diulang beberapa materi yang dianggap
penting. Hal ini akan membantu peserta didik yang daya tangkapnya kurang sekaligus
memperjelas bagi peserta didik lainnya
d. Untuk memperjelas isi ceramah perlu diberikan ilustrasi atau contoh konkret dari
sekitar kehidupan peserta didik
e. Agar ceramah berhasil, perlu pengaturan alokasi waktunya, yaitu setiap 10120
menit diselingi dengan ceritera menarik, lucu, dan segar atau diajukan pertanyaan
sekaligus untuk mengecek pemahaman peserta didik.
Tahap akhir ceramah
a. Bersama peserta didik rnembuat kesimpulan tentang materi yang telah disajikan
b. Mengecek umpan balik peserta didik tentang materi yang telah disajika
2. Metode tanya jawab
Metode Tanya Jawab merupakan cara penyajian materi pelajaran dalam bentuk
pertanyaan dan jawaban, baik oleh guru maupun peserta didik. Menurut Hyman
(1974) bahwa dalam metode tanya jawab terkandung tiga hal, yaitu pertanyaan, respon
dan reaksi. Pertanyaan ditandai dengan kata-kata ataut kalimat yang digunakan untuk

11
memperoleh respon verbal. Respon sebagai pemenuhan atas perlanyaan. Reaksi
menunjuk pada perubahan dan penilaian terhadap pertanyaan dan respon.
Pembelajaran yang terlaksana dengan menggunakan metode tanya jawab memiliki
keuntungan, antara lain:
a. Peserta didik didorong dan dilatih untuk berpikir secara teratur
b. Peserta didik belajar bagaimana memecahkan masalah, sehingga tumbuh dan
berkembang keberanian dan rasa keingintahuannya
c. Dengan memikirkan jawaban atas pertanyaan membuat peserta didik belajar secara
aktif selama proses pembelajaran
d. Peserta didik lebih cepat berhasil dalam mempelajari materi baru
e. Setiap saat guru dapat mengontrol keikutsertaan peserta didik selama pembelajaran
dan juga dapat menghindari terjadinya keributan dalam kelas dengan mengajukan
pertanyaan kepada peserta didik yang menjadi biang keributan' Jika peserta didik tidak
dapat menjawab pertanyaan, guru mengganti peftanyaan dengan bobot yang lebih
rendah.
Sedangkan kelemahan tanya jawab dalam pembelajaran menjadikan peserta didik
kurang bebas dalam belajar karena jalan pikirannya ditentukan oleh pertanyaan-
pertanyaan, (Heinz Kock, 1981 ).
Prosedur pembelajaran dengan tanya jawab dilaksanakan, sebagai berikut:
Persiapan
a. Menetapkan kompetensi dasar yang akan dicapai
b. Menetapkan topik/materi pokok pertanyaan
c. Merumuskan pertanyaan-pertanyaan sesuai topik/materi pokok untuk mewujudkan
tercapainya kompetensi dasar
d Mengidentifikasi kemungkinan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peserta
didik Tahap pelaksanaan
a. Menginformasikan kompetensi dasar yang akan dicapai
b. Menginformasikan topik/materi pokok yang akan dibahas
c. Mengajukan pertanyaan secara klasikal:
1) Pertanyaan dapat juga berasal dari peserta didik untuk ditanggapi peserta
didik lainnya atau guru
2) Usahakan setiap pertanyaan mengandung suatu permasalahan
3) Usahakan setiap peserta didik secara merata untuk mengalukan dan
menanggapi pertanyaan
4) Usahakan untuk selalu memberikan penguatan (verbal atau nonverbal)
terhadap jawaban yang tepat dan segera memperbaiki jawaban yang kurang tepat
Tahap akhir Untuk mengakhiri pembelajaran usahakan membuat kesimpulan tentang
materi yang telah dibahas. Apabila dipandang perlu dapat diajukan pertanyaan ulang
tentang inti materi yang telah disajikan. Hat ini dimaksudkan untuk memantapkan
sajian sekaligus untuk mendapatkan balikan dari peserta didik.
3. Metode diskusi
Diskusi Diskusi merupakan cara penyajian materi pelajaran dengan tukarmenukar
pendapat untuk mencari pemecahan permasalahan tentang suatu topik tertentu.

12
Melalui diskusi peserta didik termotivasi untuk belajar secara aktif dan saling
mengembangkan pendapatnya sendiri dalam memecahkan suatu topik permasalahan.
Pembelajaran dengan diskusi, memposisikan guru untuk berperan sebagai pengatur,
pengarah dan pengontrcll jalannya pembelajaran. Dalam menjalankan perannya, guru
hendaknya mengusahakan agar setiap tanggapan disalurkan melalui pimpinan diskusi,
peserta didik berbicara menurut giliran, pembicaraan tidak dimonopoli oleh pesefta
didik tertentu yang gemar berbicara, dan peserta didik yang penakut atau malu
mendapatkan kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Kelebihan penggunaan metode diskusi dalam pembelajaran, meliputi:
a. Menumbuhkan dan membina sikap berpikir logis, kritis, analitis, dan sistematis
(lebih mengutamakan penalaran dalam menanggapi permasalahan daripada kebenaran
isi yang dikemukakan)
b. Menumbuhkan dan memupuk keberanian, kerja sama, toleransi, dan sosial dalam
diri peserta didik
c. Menumbuhkan kemampuan untuk mengemukakan argumentasi dengan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
d. Membantu peserta didik yang memiliki kelemahan dalam pemecahan masalah.
Sedangkan kekurangan dalam pelaksanaan metode diskusi, yaitu
a. Hasil yang pasti dari diskusi sulit diperkirakan, kendatipun telah diorganisasikan
dengan baik
b. Kurang efisien dalam pemanfaatan waktu
c. Belum tentu menjamin bahwa keputusan hasil yang dicapai akan dilaksanakan
d. Proses diskusi sering didominasi oleh mereka yang pandai dan senang bicara
Prosedur pelaksanaan metode diskusi secara umum meliputi tiga tahap, yaitu
Tahap sebelum diskusi
a. Menetapkan kompetensi dasar yang akan dicapai
b. Menetapkan masalah sebagai topik diskusi
c. Menentukan jenis diskusi yang akan dilaksanakan
d. Merumuskan butir pengarahan, petunjuk, dan tindakan lainnya yang diperlukan
demi memperlancar proses diskusi, rnisal: kapan memberikan penguatan, teguran,
meluruskan pembicaraan yang menyimpang, bimbingan kepada anggota kelompok
yang kesulrtan dan sebagainya
Tahap selama proses diskusi
a. Menginformasikan kompetensi dasar yang ingin dicapai, permasalahan/topik,
prosedur diskusi, dan mengorganisasikan peserta didik dalam kelompok serta
mengatur formasi kelas b. Selama diskusi berlangsung, guru perlu mengontrol untuk
menjaga ketertiban, memberikan bimbingan apabila diperlukan, meluruskan
pembicaraan jika terjadi penyimpangan, dsb.
c. Setelah waktunya habis, masing masing kelompok ditugaskan untuk membuat
laporan dan menyampaikan secara klasikal agar ditanggapi oleh kelompok lainnya
Selama diskusi kelas, guru bertindak sebagai pemimpin dan menugaskan kepada
masing masing kelompok agar mencatat setiap tanggapan yang diberikan pada
kelompoknya sekaligus memberikan tanggapan balik

13
d. Setelah diskusi berakhir, tugaskan agar setiap kelompok menyempurnakan hasilnya
dengan memperhatikan masukan, kemudian melaporkannya secara tertulis.
Tahap setelah diskusi
a. Membuatkan catatan tentang gagasan gagasan yang belum terpecahkan berikut
penyebabnya
b. Memberikan komentar tentang proses diskusi berikut penguatannya
4. Metode Pemberian Tugas (Resifasi - Recitation)
Metode pemberian tugas yang juga sering dikenal dengan pekerjaan rumah (PR)
adalah cara penyajian materi pelajaran dengan menugaskan kepada peserta didik untuk
melakukan kegiatan di luar jam pelajaran tatap muka. Melalui berbagai macam
penugasan dalam diri peserla didik akan tumbuh dan berkembang kreativitas,
disamping berlambah wawasan dan keterampilannya.
Kelebihan dalam penggunaan metode pemberian tugas, meliputi:
a. Melatih peserla didik untuk melaksanakan serangkaian kegiatan agar mereka dapat
menemukan pengalaman belajarnya yang pada gilirannya akan menumbuhkan
sikap hati-hati, teliti, tekun, dan kreatif
b. Mendorong perkembangan kemampuan dalam memikirkan dan melakukan sesuatu
tanpa bantuan pihak lain
c. Mendorong peserta didik untuk menilai sendiri seberapa jauh kelebihan dan
kekuarangan kemampuannya dalam mengerjakan tugas.
Sedangkan kekurangannya, apabila setiap mata pelajaran memberikan tugas, peserta
didik tidak akan punya waktu luang untuk istirahat atau melakukan kegiatan lain di
luar sekolah dan pada gilirannya bisa jadi membuat mereka apatis terhadap sekolah.
Prosedur dalam melaksanakan metode pemberian tugas, meliputi tiga tahap, yaitu.
Persiapan
a. Menetapkan kompetensi dasar yang ingin dicapai dengan penugasan
b. Menetapkan topik yang diperkirakan dapat dipelajari sendiri oleh pesefta didik di
luar jam tatap muka
c. Menetapkan prosedur kegiatan dalam menyelesaikan tugas
d. Menetapkan lamanya waktu untuk penyelesaian tugas.
Pelaksanaan
a. Menginformasikan kompetensi dasar yang akan dicapai melalui penugasan dan
dijelaskan pula kebermaknaan tugas bagi peserta didik
b. Menginformasikan topik yang akan ditugaskan termasuk kesulitan dan pemecahan
dalam pelaksanaannya
c. Menginformasikan langkah-langkah penyelesaian tugas, misal:
1) Tugas diselesaikan secara individu atau kelompok
2) Teknik pelaporan tugas dengan sistematika: pendahuluan,
topik/permasalahan, pemecahan masalah, dan kesimpulan
3) Apabila peserta didik dalam menyesaikan tugas menemui kesulitan
kendatipun telah dijelaskan bagaimana mengatasi kesr-rlitan, mereka
diberikan kesempatan untuk konsultasi pada jam istirahat
d. Menginformasikan batas waktu untuk penyelesaian tugas.

14
Tindak lanjut
a. Memeriksa laporan dengan memberikan ulasan seperlunya, baik berupa pujian
secara tedulis, maupun pembenaran dan sebagainya
b. Memberikan penilaian dan kesimpulan tentang pelaksanaan tugas c. Mengadakan
diskusi terhadap kesulitan yang tidak terpecahkan dalam pelaksanaan tugas.
5. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan cara penyajian materi pelajaran melalui
tindakan/peragaan yang diperjelas dengan ilustrasi, serta pernyataan secara oral (lisan)
dan visual (pandang), (Cardille dalarn Canei, 1986). Metode ini bersifat sederhana
dalam pelaksanaannya, yaitu dengan menggunakan keterampilan fisik. Untuk pertama
kalinya, metode ini digunakan oleh manusia gua, yaitu ketika mereka menambah kayu
dalarn rangka memperbesar api unggun, sementara anak-anak mereka memperha-tikan
kemudian menirukannya.
Kelebihan metode demonstrasi, meliputi:
a. Memperkecil kemungkinan salah tafsir, jika dibandingkan dengan peserta didik
yang hanya membaca dan mendengar informasi untuk dihafalkan
b. Dapat melibatkan peserta didik dengan menirukan peragaan yang diberikan,
sehingga mereka cakap, terampil dan percaya diri
c, Dapat memusatkan perhatian peserta didik terhadap hal penting selama proses
pembelajaran
d. Memungkinkan peserta didik untuk menanyakan aspek yang diperagakan.
Sedangkan kekurangannya,ntara lain:
a. Memerlukan persiapan yang telrti sehingga dalam pelaksanaannya terhindar dari
kesan lelucon
b. Penerapannya relatif lama
c. Mempersyaratkan adanya tindakan lanjutan berupa peniruan untuk peserta didik
d. Memerlukan peralatan yang memungkinkan ketepatan dalam pengamatan oleh
peserta didik.
Langkah-langkah pelaksanaan metode demonstrasi, meliputi tiga tahap, yaitu:
Persiapan
a. Menetapkan kompetensi dasar yang ingin dicapai dengan demonstrasi
b. Menetapkan topik yang relevan
c. Mengidentifikan peralatan yang diperlukan
d. Mengorganisasikan kegiatan yang akan didemonstrasikan.
Pelaksanaan
a. Mengecek persiapan peralatan dan bahan yang diperlukan
b. Memberikan pengantar demonstrasi agar peserta didik mengamati, kemudian
menirukan. Di samping itu, dijelaskan prosedur dan keamanannya
c. Peragaan tindakan yang disertai penjelasan, ilustrasi, dan tanya jawab,
Lanjutan
a. Mendiskusikan hasil demonstrasi
Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba melakukan / menirukan
apa yang telah didemonstrasi.

15
C. Model Pembelajaran pada K13
1. Model pembelajaran Kurikulum 2013

Kurikulum adalah seperangkat rencana pembelajaran yang mencakup tujuan,


isi,bahan, dan cara atau metode pembelajaran yang menjadi pedoman
pelaksanaanpembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum 2013
merupakanimplementasi amanat dari Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 36 ayat (2)
dan (3), “Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mewujudkan tujuan pendidikan
nasional,disusun dengan memperhatikan: peningkatan iman dan takwa; peningkatan
akhlakmulia; peningkatan potensi, kecerdasan dan minat peserta didik; perkembangan
ilmupengetahuan, teknologi dan seni; dinamika perkembangan global; dan persatuan
nasionaldan nilai-nilai kebangsaan” (Wathoni, 2018:3).

Model pembelajaran adalah contoh pola atau struktur pembelajaran siswa yang
didesain, diterapkan, dan dievaluasi secara sistematis oleh guru dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran atau bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir pembelajaran
yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang standar proses, model pembelajaran yang
diutamakan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran inkuiri (Inquiry
Based Learning), model pembelajaran discovery (Discovery Learning), model pembelajaran
berbasis projek (Project Based Learning) dan model pembelajaran berbasis permasalahan
(Problem Based Learning).

Perencanaan pembelajaran abad 21 dalam kurikulum 2013 meliputi empat indikator


antara lain ketersediaan silabus, pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
prinsip-prinsip penyusunan RPP, dan pemilihan bahan ajar atau materi pembelajaran. Hal-hal
yang dapat menjadi pertimbangan dalam menentukan model pembelajaran yang akan
dirancang adalah sebagai berikut:

1. Kesesuaian model pembelajaran dengan kompetensi sikap pada KI-1 dan KI-2 serta
kompetensi pengetahuan dan keterampilan sesusai dengan KD-3 dan atau KD-4.
2. Kesesuaian model pembelajaran dengan karakteristik KD-1 (jika ada) dan KD-2 yang
dapat mengembangkan kompetensi sikap, dan kesesuaian materi pembelajaran dengan
tuntutan KD-3 dan KD-4 untuk mengembangkan kompetensi pengetahuan dan
keterampilan.

16
3. Penggunaan pendekatan saintifik yang mengembangkan pengalaman belajar peserta
didik melalui kegiatan mengamati (observing), menanya (questioning),
mencoba/mengumpulkan informasi (experimenting/collecting information), dan
mengomunikasikan (communicating).

DISCOVERY
BASED
LEARNING

MODEL
PROJECT INQUIRY
PEMBELAJARAN
BASED BASED
KURIKULUM
LEARNING LEARNING
2013

PROBLEM
BASED
LEARNING

Adapun syntak serta tujuan dari setiap model pembelajaran yang dapat membantu
kegiatan pembelajaran dapat terarah dijabarkan sebagai berikut.

1) Model PembelajaranDiscovery Based Learning


Model pembelajaran penemuan (Discovery Based Learning) adalah memahami

konsep , arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada
suatu

kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Tujuan pembelajaran model discovery based

learning sebagai berikut.

Meningkatkan kesempatan peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran


Peserta didik belajar menemukan pola dalam situasi konkret maupun abstrak
Peserta didik belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan
memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan

17
Membantu peserta didik membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling
membagi informasi serta mendengarkan dan menggunakan ide-ide orang lain
Meningkatkan keterampilan konsep dan prinsip peserta didik yang lebih
bermakna
Dapat mentransfer keterampilan yang dibentuk dalam situasi belajar penemuan
ke dalam aktivitas situasi belajar yang baru

Tabel 1.1 Sintaksis Pembelajaran Model PembelajaranDiscovery Based


Learning

No. Sintaksis Penjelasan

1. Pemberian rangsangan Guru memberikan stimulus berupa masalah untuk


diamati dan disimak siswa melalui kegiatan membaca,
mengamati situasi atau melihat gambar dan lain-lain.
2. Mengidentifikasi masalah Siswa menemukan permasalahan, mencari informasi
terkait permasalahan, dan menemukan masalah.
3. Mengumpulkan data Siswa mencari dan mengumpulkan data/informasi yang
dapat digunakan untuk menemukan solusi pemecahan
masalah yang dihadapi.

4. Mengolah data Siswa mencoba dan mengekplorasi kemampuan


pengetahuan konseptualnya untuk diaplikasikan pada
kehidupan nyata.
5. Pembuktian Siswa mengecek kebenaran atau keabsahan hasil
pengolahan data melalui berbagai kegiatan, atau mencari
sumber rekayasa baik dari buku atau media, serta
mengasosiasikannya sehigga menjadi suatu kesimpulan
6. Menarik simpulan Siswa digiring untuk menggeneralisasikan hasil berupa
kesimpulan pada suatu kejadian atau permasalahan yang
dikaji

2) Model PemebalajaranInquiry Based Learning


Inkuiri artinya proses pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan

18
penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Menurut Basyiruddin Usman

menyatakan bahwa inkuiri adalah suatu cara penyampaian pelajaran dengan


penelaahan

sesuatu yang bersifat mencari secara kritis, analisis, dan argumentif (ilmiah) dengan

menggunakan langkah-langkah tertentu untuk menuju suatu kesimpulan. Tujuan

pembelajaran model inquiry based learning sebagai berikut.

Mengembangkan kemampuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah


dan mengambil keputusan secara objektif dan mandiri
Mengembangkan kemmapuan berfikir kritis, analitis,
Mengembangkan rasa ingin tahu dan cara berfikir objektif baik secara
individual maupun kelompok

Tabel 1.2 Sintaksis Pembelajaran Model PembelajaranInquiry Based Learning

No. Sintaksis Penjelasan

1. Mengorientasi masalah Mengamati berbagai fenomena alam yang akan


memberikan pengalaman belajar kepada siswa
bagaimana mengamati berbagai fakta atau fenomena
2. Menstrukturkan masalah Mengajukan pertanyaan tentang fenomena yang dihadapi
untuk melatih siswa mengekplorasi fenomena melalui
berbagai sumber
3. Interprestasi maklumat Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban dapat
melatih siswa dalam mengasosiasikan atau melakukan
penalaran terhadap kemungkinan jawaban dai pertanyaan
yang diajukan
4. Formulasi eksplanasi Mengumpulkan data yang terkait dengan dugaan atau
pertanyaan yang diajukan sehingga siswa dapat
memprediksi dugaan yang paling tepat sebagai dasar
untuk menrumuskan suatu kesimpulan
5. Refleksi Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data
yang telah diolah atau dianalisis, sehingga siswa dapat
mempresentasikan atau menyajikan hasil temuannya

19
3) Model Pembelajaran Problem Based Learning

Model pembelajaran problem based learning merupakan pembelajaran di


mana

masalah digunakan untuk menstimulus kemampuan berpikir peserta didik. Adapun


tujuan

pembelajaran model ini sebgaiman menurut Barrows (1994) ialah sebagai berikut.

Menghasilkan pengetahuan yang terpadu, diterapkan, dan cakupan


pembelajaran yang luas
Mengembangkan kemandirian dan keterampilan didalam belajar seumur hidup
Mengembangkan keterampilan praktis seorang profesional dan interpersonal
Mengembangkan kerja sama dan ketermapilan asecraa tim
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, mengambil keputusan
beralasan dalam situasi asing
Meningkatkan kemampuan peserta didik di dlaam berpikir kritis dan kreatif
Menumbuhkan empati dan menumbuhkan sikap menghargai sudut pandang
orang lain

Tabel 1.3 Sintaksis Pembelajaran Model Pembelajara Problem Based Learning

No. Sintaksis Penjelasan

1. Mengidentifikasi masalah Siswa membaca masalah yang diberikan dan


mendiskusikannya. Siswa didorong untuk berpikir lebih
dalam dengan pertanyaan “apa”, “mengapa”,
“bagaimana”, dan sebagainya
2. Eksplorasi pengatahuan Klarifikasi istilah yang digunakan dalam maslah beserta
yang dimiliki maknanya
3. Menetapkan hipotesis Siswa dapat membangun hipotesis dari permasalahan
yang diberikan

4. Identifikasi isu-isu yang Isu pembelajaran dapat diartikan sebagai pertanyaan


dipelajari yang tak dapat dijawab dengan pengetahuan yang
dimiliki siswa. Siswa harus menyadari pendalamn isu ,

20
baik bagi kelompok maupun individual

5. Belajar mandiri Siswa mempelahari bagian materi yang menjadi landasan


dari masalah yang muncul

6. Re-evaluasi dan penerapan Siswa akan membahas isu pembelajaran pada tahap
pengetahuanbaru terhadap sebelumnya, kemudian menerapkan pengetahuan baru
masalah yang diperoleh
7. Pengkajian dan refleksi Siswa dapat mereview pemeblajaran yang telah diraih
serta memberikan umpan balik terhadap proses yang
dilalui dalam memecahkan masalah

4) Model Pembelajaran Project Based Learning


Model pembelajaran proyek adalah model pembelajaran yang dapat digunakan
untuk menerapkan pengetahuan yang sudah dimiliki, melatih berbagai
keterampilan konkret.Adapun tujuan dari project based learning diantaranya
adalah memungkinkan siswa untuk menggunakan pengetahuan yang didmilik,
mengintegrasikan teori dan praktik.

Tabel 1.4 Sintaksis Pembelajaran Model Pembelajaran Project Based Learning

No. Sintaksis Penjelasan

1. Penentuan pertanyaan Siswa mengamati lebih dalam terhadap pertanyaan yang


mendasar muncul dari fenomena yang ada
2. Mendesain perencanaan Siswa menjawab pertanyaan yang ada, kemudian disusun
proyek melalui perencanaan proyek
3. Menyusun jadwal Siswa mengatur jadwal untuk mengerjakan proyek
dengan waktu seefesien dan terencana sesuai target
4. Memonitor peserta didik Guru memonitor pelaksanaan dan perkembangan proyek,
dan kemajuan proyek siswa mengevaluasi proyek yang dikerjakan

5. Menguji hasil Menguji hasil berupa fakta dan data percobaan atau
penelitian dihubungkan dengan data lain
21
6. Mengevaluasi pengalaman Mengevaluasi kegiatan/ pengalaman siswa selama proses
mengerjakan proyek

Kesimpulan
1. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65
Tahun 2013 tentang standar proses, model pembelajaran yang diutamakan
dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran inkuiri,
model pembelajaran discovery, model pembelajaran berbasis projek dan
model pembelajaran berbasis permasalahan.
2. Kurikulum 2013 merupakan implementasi amanat dari Undang-Undang
No. 20 Tahun 2003 pasal 36 ayat (2) dan (3).
3. Perencanaan pembelajaran abad 21 dalam kurikulum 2013 meliputi empat
indikator antara lain ketersediaan silabus, pengembangan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), prinsip-prinsip penyusunan RPP, dan
pemilihan bahan ajar atau materi pembelajaran.
D. Metode Pembelajaran pada K13
Metode pembelajaran pada kurikulum 2013 revisi
1. Examples non examples
Metode pembelajaran Examples Non Examples adalah metode pembelajaran
menggunakan contoh-contoh dari gambar yang relevan dengan kompetensi dasar.
Berikut langkah-langkah metode pembelajaran examples non examples :
a. Guru menyiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan perkuliahan
b. Menayangkan gambar-gambar melalui LCD atau menempelkan gambar
dipapan
c. Memberi petunjuk dan kesempatan pada siswa memperhatikan dan
menganalisa gambar
d. Melalui diskusi kelompok 3-5 siswa, hasil analisa gambar dicatat,
e. Membacakan hasil diskusinya
f. Menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai
g. Merumuskan kesimpulan
2. Picture and picture

22
Metode picture and picture merupakan suatu metode pembelajaran yang
menggunakan media gambar dan dipasangkan/diurutkan menjadi urutan logis.
Pembelajaran ini memiliki ciri aktif,inovatif,kreatif dan menyenangkan. Langkah-
langkah metode pembelajaran picture and picture sebagai berikut :
a. Guru menyajikan kompetensi yagn ingin dicapai
b. Guru menyajikan materi sebagai pengantar
c. Guru mwnunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatanyang berkaitan
dengan materi
d. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan
gambar-gambar menjadi urutan yang logis
e. Gru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
f. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi
yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
g. Kesimpulan/rangkuman.
3. Numbered heads together
Numbered heads together merupakan salah satu metode pembelajaran yang
dapat mengakomodasi hubungan saling ketergantungan positif antar siswa,tanggung
jawab pereorangan,serta komunikasi antar anggota kelompok untuk mencapai tujuan
bersama. Kelebihan metode ini adalah dapat meningkatkan hasil belajar
kognitif,dalam metode ini terjadi interaksi antar siswa melalui diskusi kelompok
dalam menyeledaikan masalah yang dihadapi, keja sama dalam kelompok
memungkinka ilmu engetahuan yang terbentuk menjadi lebih besar. Siswa dapat
mengembangkan bakat bertanta,berdiskusi, dan kemampuan kepemimpinan, selain itu,
numbered heads together ini mempunyai keunikan yaitu setiap kelompok memiliki
nomor urut atau nomor kepala. Langkah-langkah metode pembelajaran ini yaitu
sebagai berikut :
a. Guru membagi kelas berdasarkan jumlah konsep yang dipelajari
b. Setiap kelompok diberikan nomor
c. Guru mengajukan pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok
d. Setiap kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tia
anggota dapat mengerjakan/mengetahui jawabannya
e. Guru memanggil nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok dan siswa diberi
kesempatan untuk memberi jawaban atas pertanyaan yang telah diberikan. Hal

23
ini terus dilakukan hingga semua peserta dengan nomor yang sama dari masing-
masing kelompok mendapat giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan guru.
f. Kesimpulan.
4. Cooperative script
Skrip kooperatif adalah metode pembelajaran dimana siswa bekerja
berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan,baian-bagian dari materi
yang dipelajari. Berikut adalah langkah-langkah metode ini :
a. Guru membagi Siswa untuk berpasangan
b. Guru membagi wacana atau materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat
ringkasan
c. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara
dan siapa yang berperan sebagai pendengar
d. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin dengan memasukan
ide-ide pokok dalam ringkasannya.
e. Sementara pendengar menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang
kurang lengkap, membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok denan
menghubungkan materi sebelumnya dengan materi lainnya dan bertukar peran semula
sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya,serta lakukan seperti
yang diatas
f. Kesimpulan siswa bersama-sama dengan guru
g. penutup
5. Kepala bernomor struktur ( modifikasi dari number head )
Metode ini merupakan modifikasi dari number heads together perbedaanya
adalah penugasan dan masuk keluarnya anggota kelompok. Berikut langkah-langkah
metode ini :
a. Siswa dibagi kelompok,setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
b. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor terhadao tugas
yang berangkai (misalnya siswa nomor satu bertugas untuk mencatat,siswa nomor dua
bertugas untuk mengerjakan soal dan siswa nomor tiga bertugas untuk melaporkan
hasil pekerjaan dan seterusnya).
c. Jika perlu,guru menyuruh kerja sama antar kelompok keluar dari kelompoknya
dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam hal

24
ini siswa dengan tugas yang sama dapat saling membantu dan mencocokkan hasil
kerja sama mereka
d. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain
e. kesimpulan
6. Student teams-achievement divisions (STAD) tim siswa kelompok prestasi
Metode STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana. Dosen yang mengunakan STAD mengacu kepada belajar kelompok
mahasiswa yang menyajikan informasi akademik kepada mahasiswa menggunakan
persentasi verbal atau teks. Metode STAD ini tepat untuk diterapkan bagi kelas-kelas
yang masih menggunakan model pembelajaran secara langsung karena sangat mudah
diterapkan dan paling sederhana dalam penerapannya. Siswa akan lebih mudah dalam
menemukan dan menangani konsep-konsep yang sulit jika mereka saling
mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Siswa yang berkemampuan rendah
mendapat kesempatan untuk dibimbing oleh temannya yang memiliki wawasan yang
lebih tinggi, sedangkan siswa yang lebih tinggi kemampuannya mempunyai
kesempatan untuk menjadi tutor sehingga pemahamannya menjadi lebih baik lagi.
Kerja kelompok diharapkan dapat membuat siswa lebih mendiskusikan konsep dan
prinsip tentang pelajaran mereka. Kegiatan saling membantu yang menguntungkan
semua pihak tentu akan meningkatkan hasil belajar siswa sehingga aktivitasnya pun
akan meningkat.
Langkah-langkah metode pembelajaran STAD sebagai berikut :
a. Membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5
orang yang bersifat heterogen (campuran menurut prestasi,jenis kelamin,suku,dll).
b. Guru menyajikan pelajaran
c. Guru memberikan tugas kepada kelomok untuk dikerjakan oleh anggota-
anggota kelompok. Anggota kelompok yang tahu menjelaskan pada anggota yang
laiinya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
d. Guru memberikan kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab
kuis tidak boleh saling membantu.
e. Memberi evaluasi
f. Kesimpulan.
7. Jigsaw (model tim ahli)

25
Metode jigsaw adalah teknik pembeljaran dimana siswa lebih memiliki tanggung
jawab yang lebih bear dibandingkan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Metode
pembelajaran ini bertujuan untuk mengembangkan kerja sama tim, keterampilan
belajar kooperatiif,dan menguaasi pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin
diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian.
Langkah-langkah metide pembelajaran ini yaitu sebagai berikut :
a. Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok,dimana setiap tim
beranggotakan 4 orang
b. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
c. Tiap orang dalam diberi bagian materi yang ditugaskan
d. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang
sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab
mereka
e. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kelompok kembali ke
kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang
mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh
f. Tiap ahli mempersentasikan hasil diskusi
g. Guru memberi evaluasi
h. penutup
8. Problem based introduction (PBI)
Metode pembelajaran PBI tidak dirancang untuk memberikan informasi
sebanyak-banyaknya kepada siswa melainkan untuk membantu siswa
mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan
intelektual,belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam
pengelaman nyata atau simulasi dan menjadi pembelajar otonom dan mandiri.
Langkah-langkah metode PBI ini sebagai berikut :
a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang
dibutuhkan,memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih
b. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah terebut (menetapkan topik,tugas,jadwal,dll).
c. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah,pengumpulan
data,hipotesis

26
d. Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai
seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya
e. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

9. Mind mapping
Metode ini baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk
menemukan alternatif jawaban. Langkah-langkah metode mind mapping yaitu sebagai
berikut :
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa.
Sebaiknya permasalahan yang memiliki alternatif jawaban
c. Guru membentuk kelompok yang beranggotakan 2-3 orang
d. Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi
e. Setiap kelompok atau diacak dengan kelompok tertentu membacakan hasil
diskusinya dan guru mencatat dipapan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru
f. Dari data-data dipapan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi
bandingan sesuai konsep yang disediakan guru.

10. Artikulasi
Siswa dituntut untuk bisa berperan sebagai ‘penerima pesan’ sekaligus
berperan sebagai ‘penyampai pesan’.metode pembelajaran artikulasi merupakan
metode pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam pembelajaran dimana siswa
dibentuk menjadi kelompok kecil yang masing-masing siswa dalam kelompok tersebut
mempunyai tugas mewawancarai teman kelompoknya tentang materi yang baru
dibahas. Langkah-langkah metode pembelajaran ini yaitu :
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
c. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua
orang.
d. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru
diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil,
kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.

27
e. Menugaskan siswa secara bergiliran/ diacak menyampaikan hasil
wawancaranya dengan teman pasangannya sampai sebagian siswa sudah
menyampaikan hasil wawancaranya.
f. Guru mengulangi/ menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum
dipahami siswa.
E. Media Pembelajaran pada K13
 Media pembelajaran kurikulum 2013 revisi
Media pembelajaran merupakan peralatan yang digunakan oleh guru untuk
membantu proses penyampaian materi. Media pembelajaran sangat dibutuhkan untuk
membantu mempermudah dalam hal penyampaian materi.
fungsi utama sebagai berikut:
a. Fungsi atensi, menarik perhatian siswa dengan menampilkan sesuatu yang
menarik dari media tesebut
b. Fungsi motivasi, menumbuhkan kesadaran siswa untuk lebih giat beajar.
c. Fungsi afeksi, menumbuhkan kesadaran emosi dan sikap siswa terhadap materi
pelajaran dan orang lain.
d. Fungsi kompensatori, mengakomodasi siswa yang lemah dalam menerima dan
memahami pelajaran yang disajikan secara teks atau verbal.
e. Fungsi psikomotorik, mengakomodasi siswa untuk melakukan suatu kegiatan
secara motorik.
f. Fungsi evaluasi, mampu menilai kemampuan siswa dalam merespons
pembelajaran
Berdasarkan perkembangan teknologi media pembelajaran yang digunakan
pada kurikulum 2013 revisi dapat dikelompokkan ke dalam empat
jenis, yaitu:
1. media hasil teknologi cetak,
2. media hasil teknologi audio-visual,
3. media hasil teknologi berbasis komputer, dan
4. media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer.
Pengelompokkan berbagai jenis media apabila dilihat dari segi
perkembangan teknologi oleh Seels dan Glasgow yang dikutip Arsyad (2006:33)
dibagi ke dalam dua kategari luas, yaitu pilihan media tradisional dan pilihan
media teknologi mutakhir.

28
1. Pilihan Media Tradisional
a. Visual diam yang diproyeksikan (proyeksi tak tembus pandang, proyeksi
overhead, slide, (filmstrips).
b. Visual yang tak diproyeksikan (gambar, poster, foto, charts, grafik, diagram,
pameran,kartu, papan info, papan bulu/flanel)
c. Audio (rekaman piringan hitam dan pita kaset)
d. Penyajian multimedia (slide plus suara, paduan gambar-suara, dan multi
image)
e. Visual dinamis yang diproyeksikan (film, televisi, video).
f. Cetak (buku teks, modul, teks terprogram, buku kerja, majalah berkala,
lembaran lepas atau hand-out).
g. Permainan (teka-teki, simulasi, permainan papan,permainan kartu).
h. Realia (model, specimen/contoh, manipulatif (peta, globe, boneka).
2. Pilihan Media Teknologi Mutakhir
a. Media berbasis telekomunikasi (teleconference dan telelecture)
b. Media berbasis mikroprosesor (pembelajaran berbantuan komputer,
permainan komputer, pembelajaran interaktif, hypermedia, dan compact
video disc).Pengelompokan media yang banyak dianut oleh para
pengelola pendidikan adalah seperti yang disampaikan oleh Kemp dan
Dayton (dalam Yulianti 2012:17). Media dikelompokkan dalam delapan jenis,
yaitu:
1) Media cetak,
2) Media pajang,
3) Overhead transparacies (OHT) dan Overhead Projector (OHP),
4) Rekaman audiotape,
5) Slide dan filmstrip,
6) Penyajian multi-image,
7) Rekaman video dan film, dan
8) Komputer.

29
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

a. KTSP memberi peluang kepada guru pada masing-masing sekolah untuk menunjukkan
kreativitasnya sedangkan pemerintah menetapkan standar kurikulumnya. Namun setiap
daerah memiliki karakteristik pada masing-masing sekolah untuk dapat melaksanakannya
secara lebih. Guru dengan segala kreativitasnya diharapkan mampu mengkonsep dan
menjalankan kurikulum itu. Perlu diingat bahwa dalam pengimplementasi kurikulum itu tetap
berbasiskan pada kompetensi peserta didik.

b. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013


tentang standar proses, model pembelajaran yang diutamakan dalam implementasi Kurikulum
2013 adalah model pembelajaran inkuiri, model pembelajaran discovery, model pembelajaran
berbasis projek dan model pembelajaran berbasis permasalahan.

c. Kurikulum 2013 merupakan implementasi amanat dari Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
pasal 36 ayat (2) dan (3).

d. Perencanaan pembelajaran abad 21 dalam kurikulum 2013 meliputi empat indikator antara
lain ketersediaan silabus, pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), prinsip-
prinsip penyusunan RPP, dan pemilihan bahan ajar atau materi pembelajaran.

30
DAFTAR PUSTAKA

Asriati, Nuraini.” Implementasi KTSP dan Kendalanya (Antara Harapan dan Kenyataan).
Jurnal Visi Ilmu Pendidikan. Hal 251-252.

Ni’mah, Rizka Faidatun.2013.”Model Pembelajaran Langsung Untuk Meningkatkan


Keterampilan Pengambilan Keputusan Siswa Sekolah Dasar. JPGSD. 2 (1): hal 2-3.

Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Santoso, Erik. 2017. “Penggunaan Model Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan


Kemampuan Pemahaman Matematika Siswa Sekolah Dasar (Studi pada siswa kelas V SDN
Sukarasa II Kecamatan Samarang Kabupaten Garut Tahun pelajaran 2014-2015 )”. Jurnal
Cakrawala Pendas. 3(1): hal 20-22.

Rianto, Milan.2006.Pendekatan Strategi dan metode belajar.Malang.Departemen Pendidikan


Nasional.

Dewi, Erni Ratna.2018. Metode Pembelajaran Modern Dan Konvensional Pada Sekolah
Menengah Atas.Jurnal Ilmu Pendidikan, Keguruan, dan Pembelajaran.1(2).

Lakim, Lukmanul.2017. Analisis Perbedaan antara kurikulum KTSP dan Kurikulum


2013.2(17).

Huriah, Titih. 2018. Metode Student Center Learning Aplikasi pada Pendidikan
Keperawatan.

Jakarta:Prenadamedia Group.

Lismaya, Lilis. 2019. Berpikir Kritis dan PBL (Problem Based Learning). Surabaya: IKAPI

Sufairoh. 2016. “Pendekatan Saintifik dan Model Pembelajaran K-13”. Jurnal Pendidikan

Profesional. 5(3): 116-125.

Andrian, Yusuf dan Rusman. 2019. “Implementasi Pembelajaran Abad 21 dalam Kurikulum

2013”. Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan. 12(1): 14-23.

Whatoni, Lalu Muhammad Nurul. 2018. Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: CV. Uwais

Inspirasi Indonesia Ponorogo.

Syarifuddin. 2018. Inovasi Baru Kurikulum 2013 Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.
31
Yogyakarta: CV Budi Utama.

Widowati, Hening. 2011. “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Examples Non


Examples

dan STAD Pada Mata Kuliah Struktur Hewan Program Studi Pendidikan
Biologi”. Jurnal

Pendidikan Biologi. 2(1) : 1-10.

Huriah,Titih. 2018. Metode Student Center Learning. Jakarta : Prenadamedia Group.

Khosim, Noer. 2017. Model-Model Pembelajaran. Surabaya : Suryamedia Publishing.

Kusnadi. 2018. Metode Pembelajaran Kolaboratif. Jawa Barat : EDU Publisher.

32

Anda mungkin juga menyukai