Anda di halaman 1dari 19

PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN

Hari/tanggal : Jumat, 11 Oktober 2019

Tempat : Laboratorium Fisika Dasar, Intitut Teknologi Del, Sitoluama, Kab.Tobasa

Instruktur : Elsaday Bakara

Nama Praktikan : Frans Wesly Sagala

NIM : 14S19018

Kelas : 11TE2

Prodi : S1 TEKNIK ELEKTRO

LABORATORIUM FISIKA DASAR


INSTITUT TEKNOLOGI DEL
SITOLUAMA, KEC.LAGUBOTI, KAB. TOBASA
T.A 2019/2020
DAFTAR ISI

Contents
I. TUJUAN.....................................................................................................................................3
II. DASAR TEORI ..............................................................................................................................4
III. ALAT DAN BAHAN ..............................................................................................................7
IV. PROSEDUR PERCOBAAN ...................................................................................................8
V.DATA DAN PENGELOLAHAN DATA ............................................................................... 11
VI. ANALISA DATA ................................................................................................................. 17
VII. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................................... 18
VIII. DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 19
I. TUJUAN
 Menggunakan dan memahami alat-alat pengukuran dasar.
 Menentukan ketidakpastiaan pada pengukuran tunggal dan berulang.
 Mengaplikasikan konsep ketidakpastian dan angka penting dalam pengelolahan
hasil pengukuran.
 Mengerti arti angka penting.
II. DASAR TEORI
Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian. Pengamatan besar-besaran
fisis untuk mengetahui bagaimana hubungan suatu variable dan tujuan lainnya
dilakukan melalui kegiatan pengukuran. Oleh karena itu pengukuran sangat penting
dilakukan dalam berbagai bidang ilmu termasuk fisika. Agar pengamatan menjadi teliti,
maka pengukuran harus dilakukan dengan tepat dan cermat. Dengan demikian gejala
ataupun peristiwa yang terjadi dapat diprediksi dengan lebih akurat. Meskipun telah
diupayakan secara hati-hati, pengukuran akan selalu disertai dengan ketidakpastian.
Yang dimaksud dengan ketidakpastian disini adalah, kita tidak bias menentukan secara
tepat hasil dari suatu pengukuran. Beberapa penyebab ketidakpastian adalah
kesalahan kalibrasi alat ukur, fluktuasi parameter pengukuran, kesalalahan paralaks,
kesalahan titik nol dan Nilai Skala Terkecil (NST). Kesalahan juga dapat terjadi karena
lingkungan yang saling memengaruhi dan tingkat keterampilan pengamat yang
berbeda-beda. Oleh karena itu diperlukan suatu metode mengukur dengan benar
sehingga diperoleh hasil pengukuran seteliti mungkin. Selain itu, diperlukan
pengetahuan bagaimana cara melaporkan hasil pengukuran beserta
ketidakpastiannya. Selain itu, dipetlukan pengetahuan bagaimana cara melaporkan
hasil pengukuran beserta ketidakpastiannya. Dengan demikian amat sulit untuk
mendapatkan nilai sebenarnya suatu besaran melalui pengukuran.

A. Nilai Skala Terkecil

Pada setiap alat ukur terdapat suatu nilai skala yang tidak dapat lagi dibagi-bagi, inilah yang
disebut Nilai Skala Terkecil (NST).
B. Nonius

Untuk membantu mengukur dengan lebih teliti melebihi yang ditunjukkan oleh NST, maka
digunakan nonius. Skala nonius akan meningkatkan ketelitian pembacaan alat ukur. Umumnya
terdapat suatu pembagian sejumlah skala utama dengan sejumlah skala nonius yang akan
menyebabkan garis skala nonius yang akan menyebabkan garis skala titik nol dan titik
maksimum skala nonius berimpit dengan skala utama.

A. ISTILAH-ISTILAH PENTING DALAM PENGUKURAN

Dalam membahas ketidakpastian pengukuran biasa digunakan istilah-istilah alat ukur


(instrument), ketelitian (accuracy), ketepatan (precision), kepekaan atau sensitivitas (sensivity),
resolusi, dan kesalahan (error). Istilah-istilah tersebut diartikan dan dipahami sbb :

1. Alat ukur (instrument),

Yaitu alat yang digunakan untuk mengukur. Pada dasarnya apapun dapat digunakan sebagai
alat ukur, misasalnya pensil dapat digunakan untuk mengukur panjang meja. Namun, dalam
teknik pengukuran ciri pokok dari sebuah alat ukur adalah adanya skala untuk menunjukkan
alat ukur. Skala ini terkadang dilengkapi dengan berbagai alat petunjuk, misalnya jaum dan
petunjuk.

2. Ketelitian (accuracy),

Yaitu kemampuan alat ukur untuk memberikan hasil ukur yang mendekati nilai yang
sebenarnya.

3. Ketepatan (precision),
Yaitu kemammpuan alat ukur untuk memberikan hasil yang mndekati atau mirip satu sama
lain bila dilakukan pengukuran berulang.

4. Sensitivitas (sensitivity),

Yaitu perbandingan antara sinyal keluaran atau tanggapan alat ukur terhadap perubahan
sinyal masukan atau perubahn variable.

5. Resolusi (resolution),

Yaitu perubahan terkecil dari masukan atau variabel yang akan diukur, yang masih dapat
direspon atau ditanggapi alat ukur.

6. Kesalahan (error)

Yaitu penyimpangan hasil ukur terhadap nilai yang sebenarnya.

B. KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN

Pengukuram dapat menjadi gangguan baik kepada objek ukur maupun kepada alat ukur
maka hamper dapat dipastikan tidak ada hasil ukur yang nilainya tetap sama dengan nilai
sebenarnya dari besaran yang diukur (kecuali karena kebetulan). Dengan kata lain, sebuah
hasil ukur selalu mengandung keti nilai hasil ukur tidak berupa sebuah nilai tunggal dakpastian,
dan oleh sebab itu niali hasil ukur tidak berupa sebuah nilai ukur melainkan berupa sebuah
rentang nilai seperti yang dinyatakan oleh persamaan berikut ini.

X = ± ∆ (0) [X]

Dengan : X = Besaran fisis yang diukur

(Xo ± ∆) = Hasil ukur dan ketidakpastian

[X] = Satuan besaran fisis x.

Penting untuk apa penyebab dan sebera besar ketidakpastiannya yang terdapat dalam
suatu hasil ukur agar dapat menghindari sebanyak mungkin penyebab ketidakpastiannya dan
menekannya sekecil mungkin, sesuai dengan yang dapat dan dibenarkan kuita lakukan. Dalam
pengukuran, kesalahan atau ketidakpastian dapat terjadi karena berbagai sebab, namun pada
umumnya dikelompokkan atas ketidakpastian umum, ketidakpastian sistmatik, ketidakpastian
acak, dan ketidakpastian akibat keterbatasan kemampuan dan keterampilan pengamat.

C. KETIDAKPASTIAN HASIL PENGUKURAN

Dalam membicarakan ketidakpastian hasil ukur atu hasil pengukuiran ini, kita akan
membedakan antara ketidakpastian hasil pengukuran tunggal, ketidakpastian hasil
pengukuran berulang, dan ketidakpastian fungsi variabel. Pengukuran tunggal dilakukan
terhadap besaran yang dicapai pada kondisi-kondisi tertentu dan tidak mungkin terulang
dengan kondisi-kondisi yang sama, missalnya :

1. Kuat arus listrik yang dihasilkan oleh sebuah baterai pada sebuah hambatan semakin lama
akan semakin kecil, sehingga beda potensial listrik yang timbul antara kedua ujung hambatan
itu pun semakin lama akan semakin kecil.

2. Kuat arus listrik dan beda potensial listrik dari jaringan PLN berfluktasi.

3. Bila kita gabungakan kedua benda yang suhunya berbeda, akan tercapai suhu keseimbangan
antara keduanya. Untuk gejala seperti pada contoh diatas maka pengukuran hanya dapat
dilakukan satu kali saja, sedangkan pengukuran panjang sebuah benda pada keadaan suhu dan
tekanan laboratorium misalnya, dapat diulang berkali-kali karena pengaruh kondisi
laboratorium terhadap panjang benda tersebut dapat diabaikan.

III. ALAT DAN BAHAN


 Jangka sorong
 Mikrometer sekrup
 Mistar
 Kelereng besar
 Kelereng kecil
 Beban gantung 50 gr.
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
i. Jangka Sorong

Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai seperseratus millimeter, pada
umumnya tingkat ketelitiannya adalah 0,05 mm untuk jangka sorong dibawah 30 cm dan 0,01
mm untuk yang diatas 30 cm, jangka sorong memiliki dua macam skala utama dalam satuan cm
dan skala nonius dalam satuan mm.

ii. Membaca skala jangka sorong

Cara membaca skala jangka sorong yaitu mula-mula perhatikan skala nonius. Yang berimpit
dengan salah satu skala utama, Hitunglah berapa skla sehingga hingga ke angka nol. Artinya
skala tersebut 0.4 mm, Selanjutnya perhatikan skala utama. Setelah angka nol mundur ke
belakang menunjukkan angka 4,7 cm. Sehingga diameter yang diukur sama dengan 4,7 cm +
0,4 = 4,47.

iii. Bagian-bagian dari jangka sorong

Secara umum, jangka sorong terdiri atas dua bagian yaitu rahang tetap dan rahang gesek.
Jangka sorong juga terdiri atas dua bagian yaitu skala utama yang terdapat pada rahang tetap
dan skala nonius, yang terdapat pada rahang gesek.

Sepuluh skala utama memiliki panjang 1 cm, dengan kata lain jarak 2 skala utama yang saling
berdekatan adalah 0,001 cm. Sedangkan 10 nonius memiliki panjang 0,9 cm dengan kata lain
jarak 2 skala nonius, yang saling berdekatan adalah 0,09 cm.

Jadi, beda skala utama dengan satu skala nonius adalah 0,1 cm – 0,09 cm = 0,001 cm atau 0,1
mm. Sehingga skala terkecil dari jangka sorong adalah 0,1 mm atau 0,1 cm. ketelitian dari
jangka sorong adalah Dx = 0,01 cm = 0,05 cm.
iv. Langkah-langkah menggunakan jangka sorong

1. Mengukur diameter luar


Untuk mengukur diameter luar sebuah benda (misalnya kelereng) dapat digunakan
digunakan dengan langkah berikut :
 Rahang jangka sorong digeserkan ke kanan, sehingga benda yang
diukur dapat masuk diantara kedua rahang.
 Benda yang akan diukur diletakkan diantara kedua rahang.
 Rahang digesekkan ke kiri sedemikian sehingga benda yang diukur
terjepit oleh kedua rahang.
 Hasil pengukuran dicatat.

v. Kegunaan jangka sorong

Kegunaan jangka sorong yaitu :

 Untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara dijepit.
 Untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada pipa
maupun luasnya) dengan cara diukur.
 Untuk mengukur kedalaman celah / lubang pada suatu bendadengan cara mengecap/
menusuk bagian pengukur. Bagian pengukur tidak terlihat pada gambar karena pada
berada disisi pemegang.

Gambar 1- Jangka sorong

Gambar 2-Mikrometer sekrup


1. Perhatikan semua alat ukur yang akan anda gunakan. Tentukanlah Nilai Skala
Terkecil dan ketidakpastian terhadap alat ukur yakni penggaris, jangka sorong,
dan mikrometer sekrup.

No. Nama Alat Ukur NST Ketidakpastian Alat


Ukur
1 Penggaris 0,05 cm 0,025 cm
2 Jangka Sorong 0,005 cm 0,0025 cm
3 Mikrometer Sekrup 0,01 mm 0,005 cm
Tabel 1 – NST Alat Ukur Dasar
2. Cek setiap alat ukur, apakah skala awal sudah tepat di angka nol ? Jika tidak,
lakukan kalibrasi skala nol terlebih dahulu.

3. Ambillah beban gantung, lakukan pengukuran beban gantung yaitu diameter dan
tebalnya masing-masing sebanyak 10 kali dengan menggunakan jangka sorong,
mikrometer sekrup dan mistar. Catat hasil pengukuran dalam table pengamatan.

4. Lakukan pengukuran diameter kelereng sebanyak 10 kali dengan menggunakan


mikrometer sekrup, jangka sorong dan penggaris. Tulislah hasil pengukuran
yang didapat dalam tabel pengamatan yang dibuat.

5. Masih dengan beban gantung dan kelereng yang telah anda ukur dimensi
panjangnya, lakukan pengukuran massa beban gantung dan kelereng dengan
neraca digital dan dynamometer. Lakukan pengamatan akan pengukurannya
berulang untuk masing-masing benda sebanyak 10 kali, kemudian tuliskan
dalam tabel pengamatan yang telah dibuat.

6. Setelah semua data selesai di dapat, rapikan kembali alat dan bahan, kemudian
kembalikan ke tempat peminjaman. Jangan lupa untuk cek kembali barang yang
dipinjam apakah sudah sesuai dengan sewaktu peminjaman diawal.

V.DATA DAN PENGELOLAHAN DATA


TABEL 1 HASIL PENGUKURAN BEBAN

Alat Ukur yang Digunakan


Jangka Sorong Mikrometer Sekrup Mistar
Pengukuran
Ke- Diameter Tabel Diameter Tabel Diameter Tabel
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
(….±….) (….±….) (….±….) (….±….) (….±….) (….±….)

1 26 11,9 - 11,74 2,88 1,2


2 25,9 11,9 - 11,7 2,8 1,2
3 25,9 12 - 11,78 2,75 1,2
4 25,8 12 - 11,76 2,75 1,2
5 25,9 12 - 11,75 2,8 1,2
6 25,8 12 - 11,78 2,8 1,15
7 26 12 - 11,74 2,75 1,2
8 25,8 12 - 11,71 2,8 1,2
9 26 12 - 11,81 2,75 1,2
10 25,9 12 - 11,55 2,8 1,2

TABEL 2 HASIL PENGUKURAN KELERENG


Alat Ukur yang Digunakan
Jangka Sorong Mikrometer Sekrup Mistar
Pengukuran
Ke- Diameter Tabel Diameter Tabel Diameter Tabel
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
(….±….) (….±….) (….±….) (….±….) (….±….) (….±….)

1 16,9 16,9 15,63 15,63 15,5 15,5


2 14,3 14,3 15,62 15,62 15,5 15,5
3 15,4 15,4 15,65 15,65 15,5 15,5
4 15,5 15,5 15,53 15,53 16 16
5 14,35 14,35 15,66 15,66 15,5 15,5
6 14 14 15,69 15,69 15,5 15,5
7 14,45 14,45 15,6 15,6 15,5 15,5
8 14,35 14,35 15,67 15,67 15,5 15,5
9 14,45 14,45 15,68 15,68 15,5 15,5
10 14,4 14,4 15,68 15,68 15,5 15,5
1. Pengukuran dengan jangka sorong

NST

Ketidakpastian

2. Pengukuran dengan mikrometer sekrup


NST = 0,01 mm
Ketidakpastian

2.1 Menggunakan Mikrometer Sekrup


Diameter dan tebal beban :

 Diameter
Beban gantung 50 gram tidak memiliki diameter

 Tebal

* ̅

=
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

( )
∑ ( ̅)
* √

( ) ( ) ( ) ( )
=√ +

( ) ( ) ( ) ( )

=√

=√

=( )

KTP relative =

Hasil pengukuran dinyatakan sebagai berikut:

̅ ( )

=( )

2.2 Menggunakan Penggaris


Diameter

 Diameter

* ̅
( ) ( )
=
= 2,69

= 0,05 cm

̅
=( )

∑ ( ̅)
* √

( ) ( )
=√

=√

=√

=( )

=( )

Hasil pengukuran dinyatakan sebagai berikut:

̅ ( )

=( )

 Tebal


* ̅
( ) ( )
=
=
=

=
=
=

= ̅
=( )

∑ ( ̅)
* √

( ) ( )
=√

=√
=√
= 0,031

= ̅̅̅̅̅̅̅̅
̅
=( )
=

KTP relative =
=
=

Hasil pengukuran dinyatakan sebagai berikut:

= ̅ ( relative )

=( )
VI. ANALISA DATA
Percobaan pengukuran pada kali menggunakan alat-alat seperti jangka sorong,
micrometer sekrup, dan mistar. Jangka sorong dapat digunakan sebagai mengukur
panjang silinder, diameter silinder bagian dalam, diameter silinder bagian luar. Jangka
sorong memiliki skala terkecil sebesar 0,1mm dan juga dapat 2 satuan besaran yaitu
dalam cm dan inchi. Batas ukur atau maksimal jangka sorong pada satuan cm adalah 20
cm dan pada satuan inchi adalah 8 inchi. Jangka sorong mempunyai angka
ketidakpastian sebesar ½ kali skala terkecil, sama dengan 0,05 m.

Dalam diameter suatu benda dapat dapat dugunakan micrometer sekrup.


Mikrometer sekrup. Mikrometer sekrup dapat digunakan untuk mengukur diameter
dalam suatu benda, berbeda dengan jangka sorong. Mikrometer sekrup mempunyai
skala terkecil sebesar 0,01 mm, jauh lebih teliti dibandingkan jangka sorong.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 KESIMPULAN

Dari percobaan pengamatan, dan penghitungan yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan bahwa jangka sorong digunakan untuk mengukur diameter luar dan dalam
benda, sedangkan micrometer sekrup digunakan untuk mengukur ketebalam dan
diameter luar suatu benda dengan ketelitian lebih tinggi di bandingkan jangka sorong.
Mengukur ketebalan benda seperti plat besi dan diameter koin (lingkaran) lebih mudah
dan hasil pengukuran lebih tepat dibandingkat mengukur benda yang berbentuk seperti
kelereng.

7.2 SARAN

Sebelum melakukan percobaan dan pengukuran dissarankan untuk memahami


dahulu untuk konsep pengukuran, alat ukur yang digunakan, besaran dan satuan agar
praktikum berjalan dengan lancar dan mudah dipahami. Lakukan pengukuran ketebalan
dan diameter sebanyak 10 kali untuk massa dari sudut yang berbeda namun tetap untuk
mendapatkan hasil yang maksimal dan mudah untuk memahami nya dikehidupan
sehari-hari lalu kita dapat lebih paham lagi ketika melakukan pengulangan untuk
mengukur sebanyak 10 kali.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Giancoli D, Penerjemah Cuk Imawan. (1997). Fisika Jilid 1. Edisi keempat. Jakarta:

Erlangga.

Haliday & Resnick, Penerjemah Pantur Silaban. (1978). Fisika Jilid 1. Edisi Ketiga.

Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai