Anda di halaman 1dari 73

Oleh:

Taufiq Rochim
Daftar Isi

1 SPESIFIKASI GEOMETRIK.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

2 TOLERANSI DAN SUAIAN (PRINSIP & DEFINISI). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3


2.1 TOLERANSI.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
2.2 SUAIAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
2.3 CARA PENULISAN TOLERANSI UKURAN/DIMENSI.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
2.4 SIMBOL ISO UNTUK TOLERANSI, PENYIMPANGAN DAN SUAIAN. . . . . . . . . . . . . . 7
2.5 TOLERANSI STANDAR DAN PENYIMPANGAN FUNDAMENTAL. . . . . . . . . . . . . . . . 9
2.5.1 Toleransi standar (untuk diameter nominal s.d. 500mm) 10
2.5.2 Penyimpangan fundamental (untuk diameter nominal s.d. 500mm) 13
2.5.3 Suaian yang setara 14
2.5.4 Toleransi standar dan penyimpangan fundamental (d nom. s.d. 500 mm) 16

3 TOLERANSI BENTUK DAN POSISI. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18


3.1 BEBERAPA DEFINISI DAN SIMBOL YANG DIGUNAKAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18
3.2 ATURAN PENULISAN SIMBOL TOLERANSI PADA GAMBAR TEKNIK. . . . . . . . . . . 21
3.3 CONTOH PENGGUNAAN DAN ARTI SIMBOL TOLERANSI BENTUK & POSISI. . . . 25
3.4 PRINSIP MATERIAL MAKSIMUM (Maximum Material Principle).. . . . . . . . . . . . . . . . 33

4 KONFIGURASI PERMUKAAN.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40
4.1 PERMUKAAN DAN PROFIL. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40
4.2 PARAMETER KEKASARAN PERMUKAAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42
4.3 CARA PENULISAN SPESIFIKASI PERMUKAAN PADA GAMBAR TEKNIK. . . . . . . . 46

5 BEBERAPA PETUNJUK PRAKTIS. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 49


5.1 PROSES PEMBUATAN DAN KETEPATAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 49
5.2 PEMILIHAN SUAIAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 55
5.2.1 Pemilihan basis suaian 55
5.2.2 Pemilihan kualitas suaian 56
5.2.3 Pemilihan jenis suaian 57
5.3 SUAIAN UNTUK BANTALAN BOLA/SILINDER.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 59
5.4 PENYIMPANGAN BAGI UKURAN/DIMENSI YANG BERTOLERANSI TERBUKA. . . 60

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
SPESIFIKASI GEOMETRIK 1
1 SPESIFIKASI GEOMETRIK

Beragam atau bervariasi merupakan sifat umum bagi produk yang


dihasilkan oleh suatu proses produksi. Proses duplikasi produk dengan
sempurna tidak akan dicapai, melainkan hanya mungkin dihasilkan produk
yang berbeda-beda karakteristiknya. Perbedaan kecil bisa sangat berarti dan
sebaliknya perbedaan besar belum tentu menandakan bahwa proses pro-
duksi yang bersangkutan tak berguna, bergantung pada sampai sejauh mana
masalah ini dinilai. Hal ini menuntut kesadaran perancang produk bahwa sua-
tu toleransi (tolerance) harus diperhitungkan pada waktu spesifikasi produk
ditetapkan.

Memberikan toleransi berarti menentukan batas-batas maksimum


dan minimum di mana penyimpangan karakteristik produk (yang disebabkan
oleh ketidaksempurnaan proses produksi) harus terletak. Sesuai dengan
jenis karakteristiknya, spesifikasi tersebut bisa menyangkut material, fisik
maupun geometri. Spesifikasi geometrik mencakup ukuran/ dimensi
(dimension), bentuk (form), posisi (position) serta kekasaran/ kehalusan
permukaan (surface roughness/smoothness) produk.

Meskipun semuanya diperhatikan tetapi tidak semua ukuran, bentuk,


posisi, dan kekasaran setiap bagian produk (komponen mesin) dianggap
utama. Bergantung pada fungsinya, banyak perincian komponen ini yang
geometrinya dianggap tidak utama/penting/kritik, misalnya pada bagian:
- tebal pelat yang hanya berfungsi sebagai penutup,
- diameter dan posisi lubang pada pelat penutup,
- diameter poros pada bagian tengah yang tak bersatu dengan komponen lain,
- permukaan luar komponen penutup di bagian tengah,
- kemiringan, ketirusan, atau radius pada poros yang tak bersatu dengan komponen
lain, dan
- ketegaklurusan dinding pemisah.

Bagi elemen geometrik yang tak kritik seperti contoh di atas toleransi-
geometriknya tak perlu, atau lebih tegasnya jangan, diberikan. Perlu diingat,
bahwa dengan tidak diberikannya suatu toleransi bukan berarti elemen
geometrik tersebut harus sempurna ataupun sebaliknya boleh menyimpang
keterlaluan dari harga nominal (yang tertera) pada gambar teknik. Jika suatu
elemen geometrik tak diberi toleransi atau bertoleransi-bebas/terbuka
(open tolerance) berarti geometriknya boleh menyimpang secara wajar
(sesuai dengan kemampuan mesin & operator). Jika pada gambar teknik
tertera bahwa diameter poros 30 mm dan bertoleransi-terbuka, tukang bubut
tidak akan menghasilkan poros berdiameter 29 mm atau 31 mm.

Lain halnya kalau geometri bagian komponen ini amat penting, bila
ditinjau dari satu atau beberapa aspek, maka batas-batas penyimpangan
atau toleransinya haruslah pasti.

1 Geometri bisa penting bila ditinjau dari aspek fungsi komponen.


- ketelitian gerakan dan/atau kecepatan yang diperlukan oleh komponen-
komponen mesin yang melakukan gerakan-gerakan kinematik (kem,
roda-gigi, ulir penggerak),
- berat, volume atau momen inersia komponen yang berputar dengan
kecepatan tinggi yang memerlukan penyeimbangan secara dinamik,
- kekuatan dan tahanan kelelahan bagi komponen dengan beban dinamik,
- kemudahan bergerak dan umur komponen.

2 Geometri menjadi penting bila ditinjau dari segi perakitan.


Geometri bagian-bagian yang menempel harus direncanakan sedemikian
rupa sehingga didapatkan suatu kondisi pasangan atau suaian (fits) seperti
yang dikehendaki yaitu longgar (bebas bergerak; clearance-fits), pas

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
2 SPESIFIKASI GEOMETRIK
(sempit, agak dipaksakan; transition-fits) atau paksa (dipaksa karena
sesungguhnya tak bisa masuk secara wajar; interference-fits).

3 Geometri mungkin penting bila ditinjau dari segi pembuatan.


Untuk mempercepat proses produksi (produksi seri/massa, serial/ mass
production) maka waktu-waktu nonproduktif harus dikurangi sampai semini-
mum mungkin. Salah satu caranya ialah dengan membuat alat bantu-cekam
(fixture) yang berguna untuk mempermudah pemasangan benda-kerja
(workpiece) pada mesin perkakas (mesin produksi) sehingga waktu bongkar
pasang benda kerja dipersingkat. Bagian-bagian benda kerja terlebih dahulu
dipersiapkan (diberi lubang dan/atau permukaan/bidang acuan yang
dimesin/diproses pada mesin lain). Karena sebagai acuan untuk pemosisi,
bagian-bagian yang diproses-mula ini mungkin harus ditetapkan toleransinya
(karena benda kerja akan “dirakit” dengan alat bantu cekam; perhatikan
aspek kedua di atas).

Masalah pemberian toleransi geometrik pada bagian kritik seperti


yang disebutkan di atas akan menjadi lebih pelik apabila ditinjau pada segi
lain yaitu ongkos dan kemampuan proses pembuatan. Kadang persyaratan
produk (batas-batas toleransi) sebagaimana yang diminta oleh perencana
terlalu ketat sehingga tidak dapat dipenuhi karena keterbatasan kemampuan
proses pembuatan yang dipunyai oleh bagian produksi. Semakin sempit
daerah toleransi akan semakin mahal ongkos pembuatannya. Untuk produk
dengan ukuran cermat diperlukan mesin khusus, waktu pengerjaan yang
lama atau mungkin perlu seorang operator ahli, yang akhirnya akan
menaikkan ongkos pembuatan. Oleh karena itu, pertemuan antara si
perencana dan si pembuat (antara engineering department dengan
production department) harus diadakan guna menentukan “jalan tengah” atau
kompromi menuju ke pembuatan produk yang kompetitif (berkualitas tinggi
dengan harga bersaing).

Untuk menjamin kelancaran kerja bagi semua pihak, diperlukan suatu


koordinasi yang baik dengan memakai cara kerja yang sudah ditentukan.
Informasi mengenai kemampuan proses harus diketahui oleh bagian
Toleransi akan perancang produk. Toleransi serta jenis suaian antara komponen-komponen
menjadi fokus yang disatukan harus distandarkan untuk membatasi jumlah perkakas potong
perhatian dan dan alat ukur yang wajib dimiliki bagian produksi. Dengan informasi yang
panduan bagi cukup lengkap (tidak kurang dan tidak pula berlebihan) atas toleransi
semua! geometrik yang dipersyaratkan pada gambar teknik, bagian pembuatan dapat
menitik beratkan analisis rancangan prosesnya terutama pada bagian-bagian
benda-kerja yang geometrinya diberi toleransi. Demikian pula halnya dengan
pengontrolan kualitas, pemeriksaan/pengukuran akan dilakukan dengan lebih
saksama jika suatu elemen geometrik dinyatakan toleransinya. Toleransi
akan menjadi fokus perhatian dan panduan bagi semua orang! Jadi,
pemanfaatannya harus sebijaksana mungkin.

Berdasarkan penelitian yang mendalam mengenai penyimpangan-


penyimpangan yang terjadi pada proses pembuatan komponen mesin serta
jenis suaian yang banyak digunakan oleh pabrik-pabrik pembuat mesin, maka
suatu badan standar internasional (ISO; International Organization for
Standardization), telah membuat suatu sistem limit (batas) dan suaian (ISO
system for limits and fits). Sistem ISO ini telah banyak digunakan di negara-
negara industri guna menentukan spesifikasi toleransi geometrik. Banyak
jasa yang telah diberikan oleh sistem ini dalam pengontrolan kualitas di
industri mesin, industri perkakas dan peralatan pabrik, serta industri otomotif.
Sistem ini merupakan suatu dasar yang cocok bagi pembuatan komponen
dengan sifat ketertukaran (Interchangeability).

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
SPESIFIKASI GEOMETRIK 3
2 TOLERANSI DAN SUAIAN (PRINSIP & DEFINISI)

Berikut merupakan uraian singkat dan penjelasan mengenai prinsip


serta definisi standar ISO (ISO Recommendation R.286, 1962, ISO System
of Limits and Fits; ISO 286-1; 1988 (E))

2.1 TOLERANSI

Toleransi ukuran (dimensional tolerance) adalah perbedaan ukuran


antara ke dua harga batas (two permissible limits) di mana ukuran atau jarak
permukaan/batas geometri komponen harus terletak. Untuk setiap komponen
perlu didefinisikan suatu ukuran dasar (basic size) sehingga ke dua harga
batas (maksimum dan minimum, yang membatasi daerah toleransi;
tolerance zone) dapat dinyatakan dengan suatu penyimpangan (deviation)
terhadap ukuran dasar. Ukuran dasar ini sedapat mungkin dinyatakan
dengan bilangan bulat. Besar dan tanda (positif atau negatif) dari
penyimpangan dapat diketahui dengan cara mengurangkan ukuran dasar
pada harga batas yang bersangkutan.

Berdasarkan atas pertimbangan akan pentingnya komponen dengan


bentuk silinder (yang mempunyai penampang lingkaran) dalam bangunan
mesin serta untuk mempermudah pembahasan, untuk selanjutnya hanya
akan dipandang komponen-komponen silindrik. Tentu saja sistem limit dan
suaian dari ISO ini dapat pula digunakan untuk komponen-komponen yang
tidak silindrik. Dengan demikian, istilah lubang (hole) dan poros (shaft) di
sini dapat diartikan secara lebih luas dengan maksud untuk menunjukkan
“ruang kosong” dan “ruang padat” yang dibatasi oleh dua buah muka atau
bidang-bidang singgung. Contohnya, lebar alur (setara dengan lubang) dan
tebal pasak (setara dengan poros).

Dengan mengambil contoh suatu poros dan suatu lubang, maka


beberapa istilah yang telah didefinisikan di atas serta berapa istilah-istilah lain
yang penting diperlihatkan pada gambar 1.

Gambar 2 Poros dengan lubang yang berpasangan. Masing-masing pasangan mempunyai toleransi
ukuran/dimensi yang mengacu pada ukuran dasar yang sama. Mereka diimajinasikan
menempel pada bagian bawahnya. Dengan demikian, muncul istilah “bawah” dan “atas”,
misalnya penyimpangan bawah lubang dengan notasi EI (huruf kapital) dan penyimpang-
an bawah bagi poros dengan notasi ei.

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
4 SPESIFIKASI GEOMETRIK

Dengan tujuan mempermu-


dah penggambaran toleransi, dibu-
at diagram secara skematik dengan
catatan bahwa sumbu komponen
ditetapkan selalu terletak di bawah.
Misalkan ke dua penyimpangan
lubang adalah positif, sedangkan
ke dua penyimpangan poros adalah
negatif, diagram skematik yang
menunjukkan pasangan tersebut
diperlihatkan sebagaimana gambar
Gambar 2 Diagram skematik un-
tuk penggambaran tole- 2. Posisi daerah toleransi, baik
ransi dimensi/ukuran. untuk lubang maupun untuk poros,
dapat terletak di atas maupun di
bawah garis nol. Contoh berikut (gambar 3) menunjukkan posisi daerah
toleransi poros dengan notasi yang menunjukkan penyimpangannya.

Gambar 3 Posisi daerah toleransi poros terhadap garis nol bisa terletak di
sebelah atas, bawah, memotong, atau menempel. Perhatikan
tandanya (positif atau negatif). Hal yang sama berlaku juga bagi
lubang, hanya notasi penyimpangannya ditulis dengan huruf
kapital.

2.2 SUAIAN

Apabila dua buah komponen akan dirakit (assembled) maka hubung-


an yang terjadi, yang ditimbulkan oleh karena adanya perbedaan ukuran bagi
pasangan elemen geometrik sebelum mereka disatukan, disebut dengan
suaian (fits). Disebabkan oleh letak atau posisi daerah toleransi lubang relatif
terhadap daerah toleransi poros maka dapat ditemukan tiga jenis suaian yang
mungkin terwujud yaitu:

1 Suaian Longgar (Clearance Fits)


Yaitu suaian yang selalu akan menghasilkan kelonggaran (clearance)
“Daerah toleransi lubang selalu terletak di atas daerah toleransi poros”.

2 Suaian Paksa (Interference Fits)


Yakni suaian yang selalu akan menghasilkan kerapatan! (interference).
“Daerah toleransi lubang selalu terletak di bawah daerah toleransi poros”.

!
Interference jika diterjemahkan adalah “gangguan” atau “ketumpang-tindihan”. Dalam kaitannya
dengan lawan kata longgar maka penulis memakai istilah rapat (menempel, tak bercelah). Sebelum
mereka disatukan lubang mempunyai batas-batas toleransi ukuran yang lebih kecil daripada batas-
batas toleransi poros. Karena sifat elastisitas lubang dan poros, mereka masih dapat disatukan dengan
paksaan (ditekan dengan mesin press, poros didinginkan atau lubang dipanaskan dahulu) tanpa
mengakibatkan keretakan. Suaian jenis ini sulit dilepas dan bila dipaksa permukaan mereka akan
rusak berat.

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
SPESIFIKASI GEOMETRIK 5
3 Suaian Pas (Transition Fits)
Adalah suaian yang dapat menghasilkan kelonggaran ataupun kerapatan.
“Daerah toleransi lubang dan daerah toleransi poros saling berpotongan
(sebagian saling menutupi)”.

Catatan: Istilah “di atas” dan “di bawah” ini hanya bisa dimengerti jika kita mengimajinasikan! daerah
toleransi seperti yang ditunjukkan oleh diagram skematik gambar 2 (sebagai penyederhanaan atas
cara penggambaran yang lebih rumit seperti gambar 1)

Untuk suatu ukuran dasar yang dirancang akan mempunyai salah


satu jenis suaian di atas, dapat dilaksanakan dengan menggunakan toleransi
lubang dan poros yang tak terbatas kombinasinya. Misalnya, suaian longgar
selalu dapat dicapai asal daerah toleransi lubang terletak “di atas” daerah
toleransi poros. Dalam hal ini tidak dipedulikan posisi daerah-daerah toleransi
tersebut terhadap garis nol.

Untuk mengurangi banyaknya kombinasi-kombinasi yang mungkin


dipilih, ISO telah menetapkan dua buah sistem suaian yang dapat dipilih
yaitu, sistem suaian berbasis poros (shaft basic system) atau sistem
suaian berbasis lubang (hole basic system)". Gambar 4 menjelaskan bagai-
mana ke tiga jenis suaian di atas dapat tercapai untuk ke dua sistem suaian.
Apabila sistem suaian berbasis poros yang dipakai maka penyimpangan atas
toleransi poros selalu berharga nol (es = 0). Sebaliknya, untuk sistem suaian
berbasis lubang maka penyimpangan bawah toleransi lubang yang ber-
sangkutan selalu bernilai nol (EI = 0).

Gambar 4 Salah satu dari tiga jenis suaian yang dapat dipilih untuk salah satu dari dua sistem
suaian yang dianjurkan ISO. Jika basis lubang yang dipilih maka, untuk satu ukuran
dasar yang tertentu, poros dapat dipilih toleransinya sesuai dengan suaian yang
diinginkan. Hal serupa juga berlaku jika basis poros yang dipilih.

!
Daerah toleransi hanyalah merupakan imajinasi saja! Jadi, tak bisa dilihat, apalagi diukur! Pada benda
sesungguhnya, yang dirancang dengan suatu toleransi ukuran, yang bisa diukur adalah dimensi
sebenarnya. Beberapa produk boleh mempunyai ukuran sebenarnya yang berbeda-beda, yang
dikatakan bagus kualitasnya, asalkan ukuran mereka tidak melebihi/kurang dari batas-batas toleransi.

"
Ke dua sistem ini tidak mengikat, artinya bila dipandang perlu untuk tidak memakai salah satu dari
sistem ini, seseorang dapat menetapkan kombinasi lain untuk memenuhi fungsi pasangan yang ia
kehendaki. Jika hal ini ditempuh berarti perancang mengambil aturan di luar yang dibakukan dan
segala akibatnya perlu dipertimbangkan masak-masak.

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
6 SPESIFIKASI GEOMETRIK
2.3 CARA PENULISAN TOLERANSI UKURAN/DIMENSI

Seperti layaknya suatu bahasa dengan segala aturannya maka “tata


bahasa gambar teknik”, yang digunakan sebagai alat komunikasi, haruslah
dipenuhi bila kita ingin memanfaatkannya dengan benar. Berbagai cara
penulisan toleransi ukuran yang bisa dan biasa digunakan ditunjukkan pada
gambar 5. Perincian cara penulisan toleransi ukuran adalah sebagai berikut,

A Ukuran maksimum dituliskan di atas ukuran minimum. Merupakan


cara lama yang dipakai di Amerika dan Inggris (dengan satuan inci).
Cara penulisan yang demikian ini, meskipun memudahkan penyetel-
an mesin perkakas yang mempunyai alat kontrol terhadap dimensi
produk, tetapi tidak praktis dipandang dari segi perancangan yaitu
dalam hal perhitungan toleransi dan penulisannya pada gambar
teknik.
B Dengan menuliskan ukuran dasar beserta harga-harga penyimpang-
annya. Penyimpangan atas dituliskan di sebelah atas penyimpangan
bawah, dengan jumlah angka desimal yang sama (kecuali untuk
penyimpangan nol). Cara penulisan ini lebih baik daripada cara A
karena memudahkan baik bagi si perancang untuk menghitung dan
menuliskan toleransi maupun bagi si pembuat (operator mesin)
dalam usahanya untuk mencapai dimensi produk yang diinginkan.
C Serupa dengan cara B apabila toleransi terletak simetrik terhadap
ukuran dasar. Harga penyimpangan haruslah dituliskan sekali saja
dengan didahului tanda ±.
D Cara penulisan ukuran (ukuran nominal) yang menjadi ukuran dasar
bagi toleransi dimensi yang dinyatakan dengan kode/simbol anjuran
ISO. Cara ini seyogyanya digunakan karena berbagai keuntungan
yang bisa diperoleh akibat penerapannya secara intensif.

Gambar 5 Bagi dimensi luar (poros) atau dalam (lubang) harganya dinyatakan dengan angka
(satuan dalam mm untuk sistem metrik) yang dituliskan di atas garis tanda ukuran. Jika
dilihat dengan sepintas cara penulisan A kurang memberikan informasi dibanding cara
B & C. Cara D, yang meskipun tidak secara langsung menyebutkan harga batas-batas
penyimpangan, tetapi simbol toleransi dengan kode huruf & angka (g7) mengandung
informasi lain yang sangat bermanfaat yaitu sifat suaian bila komponen bertemu
pasangannya, cara pembuatan dan metode pengukuran. Keuntungan inilah yang menarik
untuk dikaji lebih jauh pada beberapa sub-bab dalam buku ini.

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
SPESIFIKASI GEOMETRIK 7
Secara naluriah manusia cenderung memilih cara singkat yang
mudah dilakukan di suatu saat tanpa memikirkan akibatnya. Demikian pula
dalam masalah geometri ini, jika mungkin toleransi geometrik ini dibuang
saja. Perancang cenderung menuliskan ukuran tanpa toleransi (open
tolerance), pembuat lebih suka mengerjakan produk tanpa toleransi,
pengukur tidak dibikin repot oleh toleransi, pelajar tak perlu kenal toleransi,
dan penulis tak ingin menyibukkan diri dengan mereka-reka kalimat yang tak
bermanfaat. Namun, kenyataannya toleransi harus diberlakukan bagi
komponen mesin jika mesin tersebut harus bisa diwujudkan dengan cara
yang paling optimum dan berfungsi.

Sebenarnya perancang tidak harus mencari angka toleransi dengan


Mengapa cara ISO le- membuka tabel serta menuliskan harganya pada gambar teknik. Dari
bih menguntungkan? kacamata perancang toleransi ukuran akan lebih baik bila dinyatakan dengan
suatu metoda yang mengaitkannya dengan aspek fungsi. Bagi pembuat,
toleransi ukuran kalau bisa dinyatakan dengan suatu cara di mana aspek
pembuatan dapat tersirat padanya sehingga memberikan petunjuk pemilihan
proses. Selanjutnya, pengukur akan lebih senang jika toleransi ukuran ini
bisa dinyatakan dengan suatu kode/simbol yang sekaligus menunjukkan
aspek metoda pengukurannya.

Cara penulisan toleransi ukuran dengan memakai kode huruf &


angka sebagaimana yang dianjurkan ISO memang dirancang dengan tujuan
seperti yang dikemukakan di atas. Untuk mencapai hal ini diperlukan aturan
yang khusus dibuat untuk menangani toleransi ukuran. Berdasarkan
pengalaman, rumus-rumus toleransi diciptakan dan ditabelkan untuk
memudahkan pembacaan serta mendefinisikan pengertian atas simbol yang
dicantumkan pada gambar teknik. Bagi pemula, yang belum terbiasa dengan
simbol toleransi, memang hal ini akan merepotkan. Akan tetapi, bagi personil
di suatu industri mesin yang telah mulai memakai simbol toleransi ISO dan
sekaligus membatasi jenis toleransi serta jenis suaian yang digunakannya,
maka mereka menjadi terbiasa dan dapat mengetahui dengan cepat artinya.

Menggunakan teknik ini berarti:


- memperlancar komunikasi sebab dibakukan secara internasional,
- mempermudah perancangan (design) karena dikaitkan dengan fungsi,
- mempermudah perencanaan proses (process planning) sebab menun-
jukkan aspek pembuatan, dan
- memungkinkan pengontrolan kualitas karena acuannya jelas.

2.4 SIMBOL ISO UNTUK TOLERANSI, PENYIMPANGAN DAN SUAIAN

Dalam menentukan toleransi ukuran (dimensional tolerance) untuk


suatu ukuran dasar, ada dua hal yang harus ditetapkan pertama posisi
daerah toleransi terhadap garis nol dan kedua besarnya daerah toleransi itu
sendiri. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

- Posisi daerah toleransi terhadap garis nol ditetapkan sebagai suatu fungsi
ukuran dasar (berubah mengikuti perubahan ukuran dasar).
Penyimpangan ini dinyatakan dengan simbol satu huruf (untuk hal
yang khusus, bisa dipakai dua huruf). Simbol huruf kapital (besar)
digunakan untuk menyatakan penyimpangan bagi lubang (ukuran
dalam) sedang simbol huruf biasa (kecil; “kapitil”) diberlakukan
bagi poros (ukuran luar).
- Toleransi, harganya/besarnya ditetapkan sebagai suatu fungsi ukuran
dasar. Simbol yang dipakai untuk menyatakan besarnya toleransi
adalah suatu simbol angka (sering disebut dengan angka kualitas).

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
8 SPESIFIKASI GEOMETRIK
Jadi, suatu ukuran yang diberi toleransi harus dinyatakan (dituliskan) dengan
ukuran dasarnya kemudian diikuti dengan simbol yang terdiri atas huruf dan
angka. Sebagai contoh:

45 g7 ; artinya suatu poros dengan ukuran dasar 45 mm, posisi daerah toleransi
(penyimpangannya terhadap ukuran dasar) mengikuti aturan kode huruf g
serta besar/harga toleransinya menuruti aturan kode angka 7.
Catatan:
Kode g7 ini mempunyai makna lebih jauh (akan dijelaskan secara bertahap pada beberapa sub-bab
berikut) yaitu:
- Jika lubang pasangannya dirancang menuruti sistem suaian berbasis lubang (misalnya 5 H6) akan
terjadi suaian longgar. Bisa diputar/digeser tetapi tidak bisa dengan kecepatan putar tinggi.
Suaian tidak bergoyang/bergetar.
- Poros tersebut cukup dibubut tetapi perlu dilakukan dengan saksama (jika terpaksa perlu digerinda).
- Dimensinya perlu dikontrol dengan komparator sebab untuk ukuran dasar 45 mm dengan kualitas
7 toleransinya hanya 25 ìm.

Posisi daerah toleransi terhadap garis nol dan angka (“kualitas”)


toleransi untuk lubang maupun poros akan menentukan jenis suaian yang
terjadi apabila mereka disatukan (dirakit). Oleh karena itu, bagi suatu
komponen yang berpasangan apabila ukurannya dinyatakan dengan simbol
toleransi ISO, secara langsung jenis suaiannya dapat diketahui (longgar,
paksa atau pas) dengan hanya melihat simbol ISO yang tercantum padanya.

Penulisan suatu suaian dilakukan dengan menyatakan ukuran


dasarnya (ukuran dasar poros harus sama dengan ukuran dasar lubang)
yang kemudian diikuti dengan penulisan simbol toleransi masing-masing
komponen yang bersangkutan. Simbol untuk lubang harus dituliskan terlebih
dahulu, sebagai contoh:

45 H8/g7, (dapat juga dituliskan sebagai: 45 H8-g7 atau 45 ).

Artinya, untuk ukuran dasar 45 mm, lubang dengan penyimpangan H


berkualitas toleransi 8, berpasangan dengan poros dengan penyimpangan
g dan berkualitas toleransi 7.

Catatan: Untuk simbol huruf (simbol penyimpangan) digunakan semua huruf abjad kecuali i,l,o,q dan w
(I,L,O,Q dan W), huruf ini menggambarkan/menyatakan penyimpangan minimum absolut (jarak
terdekat) terhadap garis nol.

1 Huruf-huruf a sampai h (A sampai H) menunjukkan “minimum material


condition” (smallest shaft largest hole) artinya apabila dibanding-
kan dengan komponen yang persis pada ukuran dasar (penyim-
pangannya nol) maka komponen-komponen dengan simbol ini
mempunyai luas penampang yang selalu berselisih negatif (positif;
bagi simbol huruf kapital).

Mulai dari huruf a sampai h (A sampai H) penyimpangan minimum


absolutnya makin mengecil dan khususnya untuk h (H) harganya adalah
nol. Dengan kata lain penyimpangan atas poros es (-) berubah dari
maksimum hingga mencapai nol (penyimpangan bawah lubang EI (+)
berubah dari maksimum hingga nol).

Catatan: Untuk suaian 45 H8/g7 karena lubangnya mempunyai penyimpangan H berarti EI=0. Dengan demi-
kian, suaian tersebut mengikuti sistem suaian berbasis lubang. Karena poros mempunyai penyim-
pangan g, yang berarti es < 0, daerah toleransi lubang selalu terletak “di atas” daerah toleransi poros.
Jadi, suaian yang terjadi termasuk jenis suaian longgar.

2 Huruf Js menunjukkan toleransi yang pada prinsipnya adalah simetrik


terhadap garis nol. Oleh karena itu, tidak mempunyai penyimpang-
an absolut minimum.

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
SPESIFIKASI GEOMETRIK 9
3 Huruf k sampai z (K sampai Z) menunjukkan “maximum material condi-
tion” (largest shaft smallest hole) merupakan kebalikan dari kondisi
pertama di atas. Mulai dari huruf k sampai z (K sampai Z) penyim-
pangan minimum absolutnya makin membesar. Penyimpangan
bawah poros ei (+) makin membesar (penyimpangan atas dari
lubang ES (-) makin membesar).

Untuk memperjelas uraian mengenai simbol huruf di atas, dibuatkan


suatu diagram skematik yang menyatakan besarnya penyimpangan
minimum absolut sesuai dengan simbol hurufnya, lihat gambar 6.

Gambar 6 Diagram skematik; posisi daerah toleransi untuk suatu ukuran dasar bagi poros dan
lubang. Pada gambar ini daerah toleransinya diilustrasikan sebagai daerah “terbuka”
karena “tutupnya” yaitu batas-toleransi yang lain ditentukan lokasinya oleh besar kecilnya
daerah toleransi yang dalam hal ini akan diwakilkan kepada simbol angka. Sesuai
dengan simbol hurufnya, perhatikan perubahan penyimpangan terdekatnya relatif
terhadap garis nol. Bagi poros, mulai dari huruf a s.d. huruf g daerah toleransinya
“membuka ke bawah” dan terletak di bawah garis nol. Bagi huruf h daerah toleransinya
“menempel pada garis nol”. Selanjutnya, s.d. huruf zc daerah toleransinya ”membuka ke
atas”. Bagaimana halnya dengan lubang? Berdasarkan gambar ini terkalah jenis suaian
berikut: 45 H8-k7 dan 45 H8-s7.

2.5 TOLERANSI STANDAR DAN PENYIMPANGAN FUNDAMENTAL

Pemakaian kode/simbol toleransi pada dasarnya mengacu pada


prinsip sederhana dengan aturan penggunaan yang sederhana pula.
Perancang produk dalam hal ini yang paling diuntungkan. Hanya berdasar
suatu tabel standar, dan mungkin catatan singkat atas pengalamannya dalam
merancang toleransi, ia tak perlu lagi menuliskan perincian angka toleransi
(batas atas & bawah). Cukup dengan mencantumkan simbol toleransi, yang
ia kenal betul akan pengaruhnya terhadap fungsi komponen yang dirancang-
nya, prosedur pembuatan ia serahkan sepenuhnya pada bagian produksi.
Dalam hal ini ia percaya bahwa bagian produksi akan mampu membuat
ciptaannya sesuai dengan kemampuan. Tentu saja perancang harus selalu
diberi informasi balik (feed-back) mengenai jalannya proses pembuatan,
termasuk perkembangan dan kemajuan teknologi yang dimiliki dan dikuasai
oleh bagian produksi.

Serupa halnya dengan perancang produk, perencana proses akan


memilih sarana produksi (mesin, perkakas, bahan, dan operator) hanya dari
pengalamannya berdasarkan simbol/kode toleransi yang sering dikerjakan.
Operator mesin dan terutama pengontrol kualitas harus menerjemahkan
kode toleransi menjadi angka-angka yang menyatakan batas atas & bawah
toleransi. Cukup dengan memahami prinsip dasar pernyataan toleransi
dengan kode huruf & angka, dibantu dengan pemakaian tabel toleransi, hal
ini dapat dilakukan dengan mudah. Apalagi jika mereka telah berpengalaman

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
10 SPESIFIKASI GEOMETRIK
akibat seringnya mengerjakan pekerjaan yang serupa dengan variasi yang
tak begitu banyak (inilah salah satu dari arti pentingnya “membatasi jenis
toleransi dan suaian yang dipraktekkan pabrik”).

Dalam sub-bab 2.4 telah disinggung bahwa penyimpangan absolut


minimum dan besarnya toleransi merupakan suatu fungsi ukuran dasar,
artinya harganya berubah dengan perubahan ukuran dasar mengikuti suatu
rumus tertentu. Apabila harga toleransi serta “penyimpangan bawah”-nya
diketahui maka “penyimpangan atas”-nya dapat dihitung. Untuk mempermu-
dah dan menghindari pembulatan dalam perhitungan, setiap ukuran dasar
(diameter) tidak dapat dipakai dalam rumus penghitungan besarnya toleransi
standar (standard tolerance) dan penyimpangan fundamental (fundamen-
tal deviation). Setiap diameter (ukuran dasar) yang termasuk dalam selang
tertentu akan diwakili oleh suatu harga diameter yang dapat digunakan dalam
rumus penghitungan. Harga-harga diameter ini telah ditetapkan mengikuti
suatu kenaikan tingkatan diameter seperti yang ditunjukkan pada tabel 1.

2.5.1 Toleransi standar (untuk diameter nominal s.d. 500mm)

Dalam sistem ISO telah ditetapkan 18 kelas toleransi (grades of


tolerance) yang dinamakan toleransi standar yaitu mulai dari IT 01, IT 0, TI
1 s.d. IT 16. Untuk kualitas 5 s.d. 16 harga toleransi standar dapat dihitung
dengan menggunakan satuan toleransi, I (tolerance unit), yaitu:

.. . . . . . . . . . . . . . . . (1)

di mana
I = satuan toleransi; ìm
D = diameter (nominal); mm. Harganya ditentukan berdasarkan
harga rata-rata geometrik dari dua harga batas pada
tingkatan diameter nominal (lihat rumus 2).
Tabel 1 Tingkatan diameter nominal s.d. 500 mm
Tingkatan utama Tingkatan perantara Ì
(dalam mm) (dalam mm)
di atas s.d. di atas s.d.
- 3
3 6
6 10
10 18 10 14
14 18
18 30 18 24
24 30
30 50 30 40
40 50
50 80 50 65
65 80
80 120 80 100
100 120
120 140
120 180 140 160
160 180
180 200
180 250 200 225
225 250
250 315 250 280
280 315
315 400 315 355
355 400

400 500 400 450


450 500

Ì
Tingkatan ini digunakan dalam beberapa keadaan apabila
memang diperlukan untuk penyimpangan-penyimpangan a sampai
c (A sampai C) dan r sampai zc (R sampai ZC).

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
SPESIFIKASI GEOMETRIK 11

Catatan:
1 Rumus (2.1.) dibuat berdasarkan kenyataan bahwa untuk suatu kondisi proses pemesinan yang tertentu
hubungan antara kesalahan pembuatan dengan diameter benda kerja dapat dianggap merupakan
suatu fungsi parabolik.
2 Harga D merupakan rata-rata geometrik dari diameter minimum Dmin dan maksimum Dmaks pada setiap tingkat
diameter yaitu:

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2)

Misalnya, bagi ukuran dasar 45 mm maka: mm

Selanjutnya, berdasarkan satuan toleransi I maka besarnya toleransi


standar dapat dihitung sesuai dengan kualitasnya mulai dari 5 sampai 16,
dengan menggunakan tabel 2.

Tabel 2 Harga toleransi standar untuk kualitas 5 s.d. 16.


IT 5 IT 6 IT 7 IT 8 IT 9 IT 10 IT 11 IT 12 IT 13 IT 14 IT 15 IT 16 IT.
Harga: 7i 10i 16i 25i 40i 64i 100i 160i 250i 400i 640i 1000i ...

Catatan:
Mulai dari IT 6 toleransinya dikalikan 10 untuk setiap 5 tingkat berikutnya. Rumus ini juga
berlaku untuk kelas di atas IT 16 apabila diperlukan. Untuk kualitas 01 sampai 1 harga
toleransi standar langsung dihitung dengan menggunakan rumus-rumus yang dinyatakan
dalam tabel 2.3.
Untuk kualitas s.d. 1 harga toleransi standar langsung dihitung
dengan menggunakan rumus-rumus seperti pada tabel 3.

Tabel 3 Harga toleransi standar untuk kualitas 01, 0 dan 1.


Kualitas IT 01 IT 0 IT 1
Harga dalam ìm, sedang D 0.3 + 0.008 D 0.5 + 0.012 D 0.8 + 0.020 D
dalam mm (lihat rumus 2).

Dengan menggunakan beberapa rumus di atas, harga toleransi


standar dapat dihitung yang kemudian ditabelkan sebagaimana tabel 4.
Untuk kualitas 2 sampai 4 harganya didapat dengan cara interpolasi harga-
harga untuk kualitas 1 dan 5 menurut deret ukur.

Dari tabel 4 terlihat bahwa dengan naiknya angka kualitas (simbol


angka) harga toleransi standar semakin besar. Selain untuk memenuhi
fungsi komponen, pembagian menurut kualitas toleransi ini dimaksudkan
pula untuk menghubungkannya dengan proses pengerjaan. Dalam hal ini
mengenai kemampuan dari suatu jenis proses pengerjaan (pemesinan) untuk
mencapai suatu kualitas toleransi sebagaimana yang diinginkan dengan
secara ekonomis. Kualitas 01 sampai 4 adalah untuk pengerjaan-pengerjaan
yang saksama, kualitas 5 sampai 11 dapat dicapai dengan proses pemesinan
biasa, sedang kualitas 12 ke atas adalah untuk pengerjaan-pengerjaan kasar
seperti pengecoran, penempaan, pengerolan. Untuk suatu kualitas toleransi
tertentu semakin besar diameter benda kerja semakin besar toleransi yang
harus diberikan sehubungan dengan kemungkinan kesalahan dalam
pembuatannya. Demikian pula dalam prakteknya tidaklah perlu memberikan
toleransi yang sempit untuk ukuran-ukuran yang besar.

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
Tabel 4 Toleransi standar untuk diameter sampai dengan 500 mm.

Angka Kualitas (IT; International Tolerance); Toleransi yang dimaksud dalam ìm.
Diameter (mm):
01 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
#3 0.3 0.5 0.8 1.2 2 3 4 6 10 14 25 40 60 100 140 250 400 600
>3-6 0.4 0.6 1 1.5 2.5 4 5 8 12 18 30 48 75 120 180 300 480 750
>6-10 0.4 0.6 1 1.5 2.5 4 6 9 15 22 36 58 90 150 220 360 580 900
>10-18 0,5 0.8 1.2 2 3 5 8 11 18 27 43 70 110 180 270 430 700 1100
>18-30 0.6 1 1.5 2.5 4 6 9 13 21 33 52 84 130 210 330 520 840 1300
12 SPESIFIKASI GEOMETRIK

>30-50 0.6 1 1.5 2.5 4 7 11 16 25 39 62 100 160 250 390 620 1000 1600
>50-80 0.8 1.2 2 3 5 8 13 19 30 46 74 120 190 300 460 740 1200 1900
>80-120 1 1.5 2.5 4 6 10 15 22 35 54 87 140 220 350 540 870 1400 2200
>120-180 1.2 2 3,5 5 8 12 18 25 40 63 100 160 250 400 630 1000 1600 2500
>180-250 2 3 4.5 7 10 14 20 29 46 72 115 185 290 460 720 1150 1850 2900

Tahun 2015
>250-315 2.5 4 6 8 12 16 23 32 52 81 130 210 320 520 810 1300 2100 3200
>315-400 3 5 7 9 13 18 25 36 57 89 140 230 360 570 890 1400 2300 2600
>400-500 4 6 8 10 15 20 27 40 63 97 155 250 400 630 970 1550 2500 4000

Tabel ini dibuat dengan menghitung harga toleransi untuk setiap tingkatan diameter nominal seperti contoh berikut; TEKNIK PRODUKSI MESIN, FTMD-ITB
misalnya untuk diameter di atas 30 s.d. 50 mm:

D = % ( 30 x 50 ) . 38.730 mm IT 6 = 10 x i . 16 ìm IT 16 = 1000 x i . 1600 ìm


i = 0.453 % D x 0.001 D . 1.5612 ìm IT 7 = 16 x i . 25 ìm IT 17 = 1600 x i . 2500 ìm
IT 8 = 25 x i . 39 ìm IT 18 = ......... dst.
IT 01 = 0.3 + 0.008 D . 0.6 ìm IT 9 = 40 x i . 62 ìm

MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,


IT 0 = 0.5 + 0.012 D . 1 ìm IT10 = 64 x i . 100 ìm

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


IT 1 = 0.8 + 0.020 D . 1.5 ìm
IT 11 = 100 x i . 160 ìm
IT 5 = 7 x i . 11 ìm IT 12 = 160 x i . 250 ìm
IT 13 = 250 x i . 390 ìm
IT 14 = 400 x i . 620 ìm
IT 3 = % (IT 1 x IT 5) . 4 ìm IT 15 = 640 x i . 1000 ìm
IT 2 = % (IT 1 x IT 3) . 2.5 ìm
IT 4 = % (IT 3 x IT 5) . 7 ìm
SPESIFIKASI GEOMETRIK 13

Tabel 5 Penyimpangan fundamental untuk poros (D # 500 mm).

Penyimpangan atas; es Penyimpangan bawah; ei


Harga es dan ei dalam ìm untuk D dalam mm (lihat rumus 2.2)
= - (265 + 1.3 D); untuk D # 120 j5 s.d. j8 tidak ada rumus
a
= - 3.5 D; untuk D > 120 k4 s.d. k7 = + 0.6 D1/3

• - (140 + 0.85 D); untuk D # 160 k#3 =0


b k$8
• - 1,8 D; untuk D > 160 m = + (IT7 - IT6)
n = + 5 D0.34
= - 52 D0.2; untuk D # 40
c p = + IT7 + 0 s.d. 5

= - (95 + 0.8 D); untuk D > 40 r = rata-rata geometrik harga ei untuk p


dan s

cd = rata-rata geometrik harga es untuk c dan = + IT8 + 1 s.d. 4; untuk D # 50


d s
= +IT7 + 0.4 D; untuk D > 50
d = - 16 D0.44
t = + IT7 + 0.63 D
0.41
e = - 11 D u = + IT7 + D

= rata-rata geometrik harga es untuk e dan v = + IT7 + 1.25 D


ef f x = + IT7 + 1.6 D
0.41
f = - 5.5 D y = + IT7 + 2 D

= rata-rata geometrik harga es untuk f dan z = + IT7 + 2.5 D


fg g za = + IT8 + 3.15 D
0.34
g = - 2.5 D zb = + IT9 + 4 D
h =0 zc = + IT10 + 5 D
Untuk Js: ke dua penyimpangan berharga sama yaitu: ± ( IT/2 ).
TEKNIK PRODUKSI MESIN, FTMD-ITB

2.5.2 Penyimpangan fundamental (untuk diameter nominal s.d. 500mm)

Penyimpangan fundamental merupakan batas daerah toleransi yang


paling dekat dengan garis nol. Seperti pada kualitas toleransi, harga
penyimpangan fundamental ini (simbol huruf) juga dihitung dengan meng-
gunakan rumus-rumus dengan diameter nominal (D) sebagai variable
utamanya. Rumus-rumus penyimpangan ini dibuat berdasarkan hasil
penelitian yang diterima dengan memuaskan pada berbagai kasus pemakai-
an.

Tabel 5 menunjukkan beberapa rumus penyimpangan fundamental


untuk poros dengan diameter sampai dengan 500 mm. Perlu diingat, bahwa
mulai dari a sampai g penyimpangan fundamentalnya berarti penyimpangan
atas (es) dengan harga negatif. Sementara itu, dari k hingga zc merupakan
penyimpangan bawah (ei) yang berharga positif. Apabila kualitas toleransi
telah ditentukan (besarnya IT) maka batas-toleransi yang lain dapat dihitung
dengan rumus berikut:

Untuk huruf a sampai g, (negatif); ìm. . . . . . . . (3a)


Untuk huruf j sampai zc, (positif); ìm. . . . . . . . . (3b)

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
14 SPESIFIKASI GEOMETRIK
Pada lampiran dapat dilihat tabel harga-harga numerik bagi penyimpangan
fundamental poros dengan diameter sampai dengan 500 mm. Penyimpang-
an fundamental untuk lubang (penyimpangan bawah untuk lubang dari A
sampai G [EI, positif] dan penyimpangan atas untuk lubang dari K hingga ZC
[ES, negatif]) diturunkan dari penyimpangan fundamental es atau ei untuk
poros dengan simbol huruf yang sama dengan memakai rumus umum
berikut:

Untuk huruf A sampai G, (positif). . . . . . . . . . . . . . . (4a)


Untuk huruf J sampai ZC, (negatif) .. . . . . . . . . . . . . . (4b)
(lihat catatan berikut)
Seperti halnya pada poros, batas daerah toleransi yang lain dapat dicari
dengan menggunakan rumus-rumus berikut:

Untuk huruf A sampai G, ìm. . . . . . . . . . . . . . . (5a)


Untuk huruf J sampai ZC, ìm. . . . . . . . . . . . . . . (5b)

Catatan:
- Rumus umum di atas (4a/b) diberikan karena pada prinsipnya penyimpangan fundamental lubang
dan penyimpangan fundamental poros dengan huruf yang sama adalah simetrik terhadap
garis nol (lihat gambar 6.; untuk huruf a-A, b-B, ....g-G).
- Untuk lubang dengan diameter nominal lebih besar daripada 3 mm dengan huruf N dengan kualitas
besar, penyimpangan fundamentalnya adalah nol (ES = 0) .
- Untuk lubang dengan diameter nominal lebih besar daripada 3 mm, dengan huruf J, K, M dan N
dengan kualitas sampai dengan IT 8 dan huruf P sampai dengan ZC dengan kualitas sampai
dengan IT 7, besarnya penyimpangan atas untuk lubang (ES) dan penyimpangan bawah
untuk poros (ei) diturunkan dengan memakai peraturan yang akan dibahas pada sub-bab
berikut (tak simetrik).

2.5.3 Suaian yang setara

Untuk mencapai jenis suaian seperti yang diinginkan (sesuai dengan


persyaratan fungsi komponen), salah satu dari dua macam sistem suaian
(suaian berbasis lubang atau suaian berbasis poros) dapat dipilih yang
mana saja. Pemilihan sistem suaian ini dipengaruhi oleh ongkos pembuatan
dan masalah yang timbul pada waktu perakitan.

Sewaktu dilakukan produksi percobaan atau sewaktu dibuat produk-


uji (prototype) mungkin diperlukan perubahan/modifikasi misalnya dalam
kaitannya dengan perubahan basis suaian (suaian berbasis lubang menjadi
berbasis poros atau sebaliknya). Seandainya penggantian sistem suaian ini
harus terjadi, prosedur pengubahannya sangatlah mudah. Hanya dengan
mempertukarkan simbol-simbol huruf, yang tertulis pada gambar teknik bagi
suaian yang bersangkutan, otomatis berubahlah basis sistem suaiannya. Hal
ini dimungkinkan karena memang sistem ISO ini direncanakan untuk
mempermudah segi perancangan dengan jaminan fungsi suaian tak berubah.

Karena membuat poros dengan harga toleransi yang sempit lebih


mudah daripada membuat lubang dengan harga toleransi yang sama,
umumnya kualitas toleransi lubang dibuat lebih tinggi daripada kualitas
toleransi poros (simbol angka untuk lubang dirancang lebih besar daripada
simbol angka untuk poros).

Misalnya, bila bagi suatu suaian longgar berbasis lubang dengan


simbol toleransi H8-g7 ingin diubah menjadi suaian longgar dengan sistem
suaian berbasis poros maka yang dipertukarkan hanyalah simbol hurufnya
saja, yaitu menjadi G8-h7. Untuk menerangkan bahwa jenis suaian tetap
sama (karakteristik fungsionalnya tak berubah; dengan kelonggaran maksi-

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
SPESIFIKASI GEOMETRIK 15
mum atau minimum yang tak berubah), perhatikan diagram skematik yang
ditunjukkan gambar 7.

Pada gambar 7 terlihat bahwa besarnya


kelonggaran minimumnya KRmin adalah
sama, sebab:
KRmin untuk sistem suaian berbasis lubang
= es ìm.
KRmin untuk sistem suaian berbasis poros
= EI ìm.
Karena simbol huruf yang sama (G,g)
menurut rumus (4a) besarnya penyimpa-
ngan fundamental untuk poros dan lu-
bang adalah sama,
Dengan demikian kelonggaran maksi-
mum juga akan sama karena:
KRmaks pada sistem suaian berbasis lu-
bang: IT 8 + es + IT 7 ìm
KRmaks pada sistem suaian berbasis poros
Gambar 7 Perubahan basis suaian untuk jenis suaian : IT 8 + EI + IT 7 ìm
longgar.

Supaya prinsip pertukaran simbol huruf ini dapat pula dipakai untuk
jenis suaian paksa (dan suaian pas/transisi), maka harga penyimpangan
fundamental untuk lubang (dalam hal ini adalah ES, karena daerah toleransi
lubang harus terletak di bawah garis nol, yaitu mulai dari huruf Js sampai ZC)
tidaklah diturunkan dengan menggunakan rumus umum (4a/b), melainkan
dengan suatu peraturan tertentu yang memenuhi ke empat syarat berikut:

1 Suatu lubang dengan kualitas toleransi tertentu (ITn) hanya boleh


Aturan yang diberla-
dipasangkan pada poros dengan kualitas toleransi suatu ting-
kukan bagi suaian
paksa kat di bawahnya (ITn-1).

2 Mengikuti sistem suaian ISO yaitu berbasis lubang atau berbasis


poros.

3 Perubahan sistem suaian dilaksanakan hanya dengan mempertu-


karkan simbol huruf lubang dan poros (simbol angka tak ikut
dipertukarkan).

4 Jenis suaian harus tak berubah sehingga fungsi komponen tetap


terjamin kualitasnya. Dalam hal ini kerapatan minimum (mini-
mum interference) dan kerapatan maksimum (maximum inter-
ference) harus tidak berubah.

Dengan memandang ke empat syarat di atas ini, dapat dicari suatu rumus
yang menyatakan hubungan antara penyimpangan fundamental lubang (ES,
yang besarnya akan dicari) dengan penyimpangan fundamental poros (ei, -
yang besarnya telah ditentukan pada tabel 5) yang berlaku untuk simbol huruf
yang sama mulai dari j (J) ke atas.

Perhatikan diagram skematik suatu suaian paksa (gambar 8) di


mana terlihat dengan jelas bahwa harga penyimpangannya haruslah sama
dengan:
ìm. . . . . . . . . . . . . (6)

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
16 SPESIFIKASI GEOMETRIK

Rumus (6) ini hanya berlaku untuk kualitas


toleransi sampai dengan IT 7 (kecuali untuk
huruf J, K, M, N berlaku sampai dengan IT 8),
karena pada dasarnya suatu suaian paksa
tidak pernah dibuat untuk kualitas yang kasar
(lebih besar daripada 7).

Sebagai contoh, misalnya hendak


dicari harga ES untuk simbol huruf P di mana
kualitas toleransi yang bersangkutan adalah
6 dan 7, maka:
ìm

Gambar 8 Perubahan basis suaian untuk jenis suaian


paksa.

Oleh karena itu, dua suaian pas yang setara dalam hal ini adalah:
H7/p6 dengan P7/h6
(basis lubang) (basis poros)

Pada lampiran dapat dilihat harga-harga numerik bagi penyimpangan funda-


mental lubang dengan diameter sampai dengan 500 mm.

2.5.4 Toleransi standar dan penyimpangan fundamental (d nom. s.d. 500 mm)

Seperti pada ukuran dasar kurang daripada 500 mm besarnya


toleransi standar bagi ukuran besar ( > 500 mm) dihitung berdasarkan
satuan toleransi I, yang dalam hal ini mempunyai harga sebagai berikut:

ìm.. . . . . . . . . . . . . . . . (7)

D (mm) dicari dari tabel 6 yang merupakan harga rata-rata geometrik dari
diameter maksimum dan minimum (seperti rumus 2) pada mana diameter
yang bersangkutan terletak.

Karena kemungkinan akan terjadi kesalahan pengukuran dan kesulit-


an dalam hal pembuatan perkakas potong (pahat), pada saat ini untuk ukuran
dasar yang besar hanya dikenal sebelas kualitas toleransi mulai dari 6
sampai dengan 16. Selanjutnya, toleransi standar dihitung dengan
menggunakan tabel 2, di mana satuan toleransi I dihitung dengan rumus (7)
di atas. Harga-harga numerik bagi toleransi standar untuk diameter lebih
besar dari 500 mm diberikan di lampiran.

Simbol huruf yang menyatakan besarnya penyimpangan dasar untuk


ukuran lebih dari 500 mm tidaklah sebanyak seperti yang digunakan pada
ukuran dasar kurang dari 500 mm. Bila ditinjau terhadap garis nol maka pe-
nyimpangan dasar lubang selalu simetrik dengan penyimpangan dasar poros
untuk simbol huruf yang sama. Hal ini dimungkinkan karena untuk ukuran
besar jenis pasangan hanya dianjurkan dengan menggunakan kualitas
toleransi yang sama.

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
SPESIFIKASI GEOMETRIK 17
Tabel 6 Tingkatan diameter nominal untuk ukuran besar
( > 500 mm ).

Tingkatan utama Tingkatan perantara Ì


(milimeter) (milimeter)
di atas s.d. di atas s.d.

500 630 500 560


560 630

630 800 630 710


710 800

800 1000 800 900


900 1000

1000 1250 1000 1120


1120 1250

1250 1600 1250 1400


1400 1600

1600 2000 1600 1800


1800 2000

2000 2500 2000 2240


2240 2500

2500 3150 2500 2800


2800 3150

Ì
Untuk penyimpangan r s.d. u (R s.d. U).

Tabel 7 Penyimpangan fundamental untuk ukuran besar


( > 500 mm) Rumus-rumus yang menyata-
kan penyimpangan dasar untuk poros
Rumus penyimpangan, maupun lubang diperlihatkan pada
Poros harga dalam ìm , untuk Lubang tabel 7 dan hasilnya dapat dilihat di
D dalam mm.
lampiran.
d es - 16 D0.44 + EI D
Untuk suatu kualitas toleransi
e es - 11 D0.41 + EI E yang tertentu (IT) besarnya penyimpa-
f es - 5.5 D0.41 + EI F ngan (batas toleransi) yang lain dapat
dihitung dengan menggunakan rumus-
0.34
(g) es - 2.5 D + EI (G) rumus yang telah diulas (3a/b dan 5a/b)
yaitu:
h es - 0 + EI H
Js ei - 0.5 ITn + ES Js ei = es - IT ES = EI + IT
es = ei + IT EI = ES - IT
k ei + 0 - ES K
m ei + 0.024 D + 12.6 - ES M
n ei + 0.04 D + 21 - ES N
p ei + 0.072 D + 37.8 - ES P
Rata-rata geometrik untuk
r ei + harga ie bagi simbol p & s - ES R
(ES untuk P & S)
s ei + IT 7 + 0.4 D - ES S
t ei + IT 7 + 0.63 D - ES T
u ei + IT 7 + D - ES U

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
18 SPESIFIKASI GEOMETRIK
3 TOLERANSI BENTUK DAN POSISI

Suatu bentuk atau posisi (letak suatu garis/sumbu atau bidang


terhadap suatu elemen geometrik ! yang lain yang dianggap sebagai
acuan/referensi) yang dibuat dengan suatu proses produksi tidaklah mungkin
dicapai dengan sempurna. Oleh karena itu, seperti halnya pada ukuran,
bentuk dan posisi tersebut haruslah diperbolehkan menyimpang dalam batas-
batas yang tertentu. Hal ini dapat dipahami sesuai dengan sifat ketidaktelitian
dan ketidaktepatan proses pembuatan.

Toleransi ukuran/dimensi sesungguhnya juga membatasi beberapa


kesalahan bentuk dan posisi. Permukaan komponen yang dikerjakan
dengan demikian boleh menyimpang dari kondisi geometrik tertentu dengan
catatan bahwa penyimpangan ini masih dalam daerah toleransi ukuran.
Sementara itu, untuk mencapai ketelitian dan ketepatan bentuk & posisi
tidaklah mengharuskan pemberian toleransi ukuran yang sempit seandainya
toleransi bentuk dan posisi juga diberikan. Dalam hal ini, toleransi bentuk &
posisi memberikan kesempatan untuk memperlebar persyaratan bagi
toleransi ukuran.

Suatu bentuk dan posisi yang kurang teliti (kurang benar) dapat
menyebabkan pekerjaan tambahan dalam perakitan. Kesulitan ini dapat
diatasi dengan memberikan pula, selain toleransi ukuran, suatu toleransi
bentuk atau posisi yang menyatakan sampai batas-batas mana bentuk atau
posisi bagi elemen geometrik boleh menyimpang dari yang direncanakan.
Jadi, tujuan pemberian toleransi bentuk & posisi adalah untuk lebih memasti-
kan fungsi komponen mesin serta sifat ketertukarannya.

Simbol serta cara pencantuman pada gambar teknik bagi toleransi


bentuk & posisi telah disarankan oleh ISO dalam standarnya R 1101,
“Technical Drawings, Tolerances of Form and of Position”. Seperti
halnya pada pemakaian toleransi ukuran, pemakaian toleransi bentuk &
posisi hanya dianjurkan bagi elemen geometrik yang utama/kritik. Hal ini bisa
dipahami sebab toleransi merupakan fokus perhatian bagi semua orang.
Jadi, apabila memang diperlukan benar (untuk meyakinkan kemampuan
komponen dalam menjalankan fungsinya nanti) barulah toleransi bentuk &
posisi ini dicantumkan.

3.1 BEBERAPA DEFINISI DAN SIMBOL YANG DIGUNAKAN

Bentuk suatu elemen geometrik, misalnya permukaan “rata”, dapat


dinilai/diketahui “kerataannya” dengan memilih beberapa titik pada permu-
kaan untuk ditetapkan koordinatnya dengan melalui pengukuran. Seandainya
pengukuran dapat dilakukan dengan sempurna, data pengukuran bisa
dianggap sebagai “wakil permukaan” sehingga boleh dianalisis untuk
menetapkan kualitas permukaan yang dimaksud. Bidang rata yang
bersangkutan dianggap memenuhi persyaratan (dianggap baik) apabila jarak
antara titik-titik pada permukaan tersebut dengan permukaan acuan, yang
mempunyai bentuk geometrik yang ideal (rata sempurna), adalah sama atau
lebih kecil daripada harga toleransi (“toleransi kerataan”) yang ditentukan.

Setiap analisis data pengukuran, termasuk pengukuran kerataan


bidang ini, memerlukan acuan yang harus dapat disesuaikan dengan masalah
yang ditelaah. Karena bidang ideal yang dipakai sebagai acuan sebenarnya
hanya merupakan benda maya/imajiner maka letak/orientasinya dapat
diubah-ubah. Sedapat mungkin orientasi bidang ideal ini dipilih supaya

!
Geometrical feature: titik, garis, permukaan atau bidang tengah.

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
SPESIFIKASI GEOMETRIK 19
jaraknya terhadap titik-titik pada permukaan yang sebenarnya (diwakili oleh
data pengukuran) adalah yang sekecil mungkin.

Untuk mencari orientasi bidang ideal yang sebaik mungkin diperlukan


analisis data yang memadai. Dalam kasus ini perlu digunakan metoda
statistika untuk mencari orientasi bidang sehingga jumlah jarak dari bidang
tersebut ke setiap titik data pengukuran adalah yang paling kecil. Mengapa
jumlah jarak terkecil ini harus dicari? Hal ini dapat diterangkan dengan
menyederhanakan masalah tiga dimensi (bidang) menjadi dua dimensi
(garis) sebagai yang dijelaskan berikut.

Suatu bidang bila dipotong oleh bidang lain akan membentuk garis
perpotongan. Bidang pemotong ini bisa dipilih lokasi/orientasinya supaya
muncul gambaran atas ketidakrataannya yang paling menonjol. Pada bidang
pemotong ini semua titik data pengukuran dapat diproyeksikan. Jika semua
titik proyeksi dihubungkan secara berurutan maka jadilah suatu garis yang
tidak lurus, disebut garis data permukaan. Sementara itu, perpotongan
bidang yang rata ideal dengan bidang pemotong (yang juga diimajinasikan
sebagai bidang ideal) akan berupa garis lurus, dinamakan garis ideal.

Apabila gambar 9 diperhatikan, ada tiga garis lurus yang dapat dipilih
menjadi salah satu garis ideal. Bagi setiap kandidat (calon) garis ideal
mempunyai garis sejajarnya yang dibuat melingkupi setiap titik pada garis
data pengukuran. Jarak ke dua garis sejajarnya ini dapat ditentukan yaitu hi.
Karena jarak h1 merupakan jarak yang terkecil maka garis (A1-B1) adalah
merupakan garis ideal dan h1 haruslah sama atau lebih kecil daripada
toleransi yang dispesifikasikan.

Gambar 9 Menentukan orientasi bidang ideal untuk suatu permukaan


dengan melalui analisis orientasi garis ideal.

Untuk mendapatkan kesimpulan yang terbaik, orang berusaha


melakukan pengukuran yang seideal mungkin dengan metoda analisis data
yang sebaik mungkin. Berbagai kendala akan muncul yang membikin sulitnya
pencapaian tujuan. Untuk itu, biasanya dilakukan berbagai penyesuaian,
pengandaian, dan penyederhanaan (yang dilakukan dengan “sebijaksana &
seadil” mungkin) sebagaimana contoh masalah penilaian kualitas permukaan
yang diulas di atas.

Dari uraian tersebut tersirat akan pentingnya acuan pada mana


analisis data akan dilaksanakan. Toleransi geometrik pun memerlukan acuan
untuk memungkinkan pelaksanaan pengukuran. Karena toleransi geometrik
Aturan standar untuk hanyalah merupakan imajinasi maka acuan ini pun hanya berupa imajinasi.
mengimajinasikan Acuan tersebut harus dipahami oleh semua orang yang terlibat (perancang,
toleransi pembuat, pengukur, dan bisa juga termasuk pemakai). Supaya mereka
mengimajinasikan/membayangkan hal yang sama atas suatu permasalahan
geometri, perlu dibuat aturan baku dalam mengimajinasikan toleransi.

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
20 SPESIFIKASI GEOMETRIK
Menetapkan toleransi bentuk atau posisi bagi suatu elemen
geometrik adalah menentukan daerah/bidang atau ruang di/dalam mana
elemen ini harus terletak. Sesuai dengan karakteristik elemen yang diberi
toleransi serta cara pernyataan dimensinya, daerah toleransi dapat berupa
salah satu dari bentuk-bentuk seperti yang diperlihatkan pada tabel 8.

Tabel 8 Jenis daerah toleransi yang dapat diimajinasikan sesuai


dengan masalah geometrik yang dianalisis.

Dalam memberikan toleransi untuk suatu elemen geometrik mungkin


diperlukan elemen geometrik lain pada komponen mesin yang sama sebagai
suatu elemen dasar/acuan (datum feature). Berdasarkan hubungannya de-
ngan elemen dasar ini dapat ditentukan toleransinya mengenai orientasi,
posisi ataupun “penyimpangan putar” (run-out), bagi elemen geometrik yang
bersangkutan. Untuk suatu elemen dasar dengan demikian harus mempunyai
bentuk yang cukup teliti yang berarti kesalahannya sekecil mungkin. Karena
digunakan sebagai acuan, bagi elemen dasar ini pun diberikan juga suatu
toleransi (toleransi dimensi atau toleransi bentuk yang biasanya tidak
memerlukan elemen dasar lain).

Untuk mempermudah proses pembuatan dan/atau pengukuran


adakalanya diperlukan suatu elemen dasar sementara (temporary datum
feature), sehingga posisi suatu titik pada komponen mesin dapat ditentukan
dengan lebih mudah (mempermudah pemosisian & pencekaman pada ruang
kerja mesin). Elemen dasar sementara dicantumkan pada gambar kerja yang
dipakai sebagai patokan dalam proses pengerjaan, dan tidak terlihat pada
gambar teknik produk-jadi.

Jenis karakteristik geometrik yang dapat dikontrol dengan suatu


toleransi serta simbol yang digunakan diperlihatkan pada tabel 9. Pada tabel
tersebut dikelompokkan jenis:

Yang tak memerlukan elemen dasar/acuan:


- kelurusan - kebulatan - kebenaran profil garis, dan
- kerataan - kesilindrikan - kebenaran profil bidang

Yang memerlukan elemen dasar:


- kesejajaran - kemiringan - konsentrisitas
- ketegaklurusan - kebenaran posisi - kesimetrikan, dan
- penyimpangan-putar

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
SPESIFIKASI GEOMETRIK 21
Tabel 9 Jenis Toleransi Bentuk & Posisi dengan simbolnya menurut ISO
Karakter yang dikontrol oleh toleransi Simbol

- Kelurusan (Straightness)
- Kerataan (Flatness)
- Kebulatan (Circularity/Roundness)
- Kesilindrisan (Cylindricity)
- Ketelitian (kebenaran) bentuk garis (Profile of any line)
- Ketelitian (kebenaran) bentuk bidang (Profile of any surface)
- Kesejajaran (Parallelism)
- Ketegaklurusan (Perpendicularity)
- Kesudutan/Kemiringan (Angularity)
- Posisi (Position)
- Konsentrisitas & kesamaan sumbu (Concentricity & Coaxiality)
- Kesimetrikan (Symmetry)
- Kesalahan putar sirkuler
Penyimpangan/kesalahan Putar (Run-out)
- Kesalahan putar total
TEKNIK PRODUKSI MESIN, FTMD-ITB

3.2 ATURAN PENULISAN SIMBOL TOLERANSI PADA GAMBAR TEKNIK

Untuk membedakan dengan tanda-tanda yang lain pada gambar


teknik, simbol toleransi bentuk dan posisi dituliskan dalam suatu gambar
kotak segi empat yang dibagi menjadi dua atau tiga bagian!. Pada setiap
bagian dituliskan secara berturut-turut dari kiri ke kanan sebagai berikut:

a Simbol karakter yang akan diberi toleransi.

b Harga total toleransi (dengan satuan sesuai dengan satuan ukuran; mm).
Apabila daerah toleransi berupa silinder ataupun lingkaran perlu
diberi tanda ö di muka harga toleransi ini atau dituliskan ö bola bila
daerah toleransi memang berupa bola.

c Apabila diperlukan, pada kotak terakhir dituliskan huruf yang menyatakan


elemen dasar dengan mana harga toleransi ini mengacu.

Kotak toleransi tersebut dihubungkan dengan elemen yang diberi


toleransi dengan memakai suatu garis penghubung dengan ujung panah
yang menempel pada (lihat gambar 10):

a Garis tepi elemen atau perpanjangannya, jika toleransi memang dimak-


sudkan untuk garis atau permukaan yang bersangkutan. Garis tanda
ukuran (yang digunakan untuk menyatakan ukuran) tidak boleh
ditempeli ujung tanda panah (diusahakan pada tempat lain; baca
aturan b berikut!).
b Garis proyeksi dan persis pada garis tanda ukuran, jika toleransi
dimaksudkan untuk sumbu atau bidang tengah dari komponen.

!
Untuk selanjutnya, kotak segi empat ini dinamakan “kotak toleransi”.

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
22 SPESIFIKASI GEOMETRIK
c Garis sumbu jika toleransi tersebut diberikan untuk sumbu atau bidang
tengah dari semua elemen-elemen yang mempunyai sumbu atau
bidang tengah yang sama.

Gambar 10 Aturan penulisan garis dan tanda ujung panah yang meng-
hubungkan kotak toleransi dengan elemen geometrik yang
diberi toleransi.

Catatan:
Apabila daerah toleransi tidak berupa lingkaran, silindrik atau bola, maka lebar daerahnya adalah
dalam arah yang ditunjukkan oleh tanda panah. Oleh karena itu posisi tanda panah ini penting
artinya dan harus diperhatikan benar cara pemakaiannya (perhatikan orientasi ujung panah!).

Sebuah atau beberapa elemen dasar ditunjukkan dengan garis


penghubung yang berujung segitiga dengan alasnya menempel pada (lihat
gambar 11):

a Garis tepi atau perpanjangan (bukan pada garis ukuran; lihat aturan b),
apabila elemen dasar adalah garis atau permukaan itu.

b Garis proyeksi dan persis pada garis ukuran jika elemen dasar adalah
sumbu atau bidang tengah dari komponen tersebut.

c Garis sumbu atau bidang tengah dari semua elemen-elemen yang ber-
sangkutan yang mempunyai sumbu atau bidang tengah yang sama
(hal ini hanya mungkin apabila sumbu atau bidang tengah tersebut
dapat ditentukan dengan ketelitian yang cukup tinggi).

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
SPESIFIKASI GEOMETRIK 23

Gambar 11 Aturan penulisan garis dan tanda segitiga yang menghubungkan


kotak toleransi dengan elemen geometrik yang merupakan
elemen dasar/acuan.

Apabila kotak toleransi ternyata tidak dapat dihubungkan dengan


elemen dasar secara mudah dan jelas, dapat digunakan suatu tanda huruf
yang diletakkan pada suatu kotak. Huruf, yang menyatakan elemen dasar ini,
harus juga dituliskan pada kotak toleransi, yaitu pada bagian paling kanan.
Huruf yang dipakai tentunya harus berbeda dengan huruf untuk menandai
elemen dasar yang lain, perhatikan gambar 12.
Gambar 12
Jika suatu toleransi hanya berlaku untuk suatu panjang tertentu saja,
dan letaknya dapat di mana saja (tidak ditentukan letak ujung atau pang-
kalnya), maka dapat dinyatakan dengan menuliskan panjang tersebut di bela-
kang harga toleransi setelah dipisahkan dengan garis miring seperti gambar
13.
Gambar 13

Apabila ingin ditambahkan suatu toleransi lain yang sama jenisnya,


tetapi lebih ketat dan hanya berlaku untuk suatu panjang tertentu, maka di
bawah tanda harga toleransi yang lebih umum dituliskan harga toleransi yang
khusus seperti contoh gambar 14.

Gambar 14

Bila toleransi ternyata hanya untuk suatu bagian


tertentu (khusus) bagi komponen mesin ybs., dan pada
gambar teknik letak bagian khusus ini dapat ditentukan
dengan jelas, maka tanda-tanda pernyataannya dituliskan
seperti cara di samping ini (gambar 15).

Gambar 15

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
24 SPESIFIKASI GEOMETRIK
Jika dua buah elemen yang dianalisis ternyata identik, atau tidak
mudah untuk menentukan mana yang akan dipakai sebagai elemen dasar,
maka dalam hal ini pernyataannya tidak menggunakan segitiga melainkan ke
dua-duanya memakai tanda panah (gambar 16).

Gambar 16 Suatu ukuran yang menentukan letak/posisi ataupun bentuk yang


betul tidak perlu diberi suatu toleransi dimensi/ukuran jika pada elemen yang
bersangkutan telah ditentukan suatu toleransi posisi ataupun toleransi
bentuk. Ukuran yang menyatakan letak ataupun bentuk ini perlu diberi
tanda kotak, misalnya , untuk memperingatkan bahwa pada ukuran
tersebut diberikan suatu toleransi bentuk atau posisi. Demikian pula halnya
untuk ukuran yang menyatakan besarnya suatu sudut, apabila suatu toleransi
kemiringan telah diberikan pada elemen yang bersangkutan maka digunakan
kotak pada mana harga sudut dicantumkan.

Selain secara satu persatu (individual), penulisan toleransi dapat


pula dilaksanakan secara kelompok dengan membuat tabel tersendiri.
Contoh cara pengelompokan ini adalah seperti gambar 17.

Gambar 17 ini secara tak


langsung menunjukkan kepada pe-
rancang proses atau operator
mesin perkakas untuk meng-
urutkan pekerjaannya. Elemen
dasar perlu dikerjakan terlebih
dahulu dan dilanjutkan dengan
elemen geometrik yang diberi
toleransi. Hal ini dilakukan secara
berurutan sampai seluruh elemen
geometrik terselesaikan.

Misalnya, bidang pinggir G kemudi-


an bidang H, lubang A lalu dua lu-
bang B, lubang memanjang E dii-
kuti empat lubang F, dan lubang C
dilanjutkan dengan lima lubang D.
Demikian pula halnya dalam pro-
ses pengukuran. Operator akan
memastikan dahulu kualitas ele-
men acuan sebelum mengukur
elemen yang diberi toleransi bentuk
dan posisi.

Gambar 17 Penulisan toleransi secara kelompok.

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
SPESIFIKASI GEOMETRIK 25
3.3 CONTOH PENGGUNAAN DAN ARTI SIMBOL TOLERANSI BENTUK & POSISI
Beberapa contoh penggunaan toleransi bentuk dan posisi dengan
penjelasannya ditunjukkan pada tabel 10 (menurut standar ISO R 1101).

Tabel 10 Contoh pemakaian toleransi bentuk & posisi


A Toleransi Kelurusan (Straightness Tolerance).

1. Sumbu silinder harus terletak di dalam


daerah toleransi yang berupa silinder de-
ngan diameter sebesar 0.08 mm.

2 Setiap bagian dari garis dengan panjang


100 mm yang membuat suatu permukaan
silinder, seperti yang ditunjukkan oleh
tanda panah, haruslah terletak di antara
dua garis lurus sejajar yang berjarak 0.1
mm.

3. Sumbu batang harus terletak pada daerah


toleransi yang berupa paralelepipedum
(balok segi empat) dengan lebar 0.1 mm
pada arah vertikal dan 0.2 mm pada arah
horisontal.

B Toleransi Kerataan (Flatness Tolerance)

Permukaan harus terletak di antara dua


bidang sejajar yang berjarak 0.08 mm.

C Toleransi Kebulatan (Circularity/Roundness Tolerance)

1. Keliling piring (di dekat ujung berdiameter


besar) harus terletak di antara dua lingkar-
an yang sebidang dan sepusat dengan
jarak (beda jari-jari) sebesar 0.03 mm.

2. Keliling tiap penampang dari konis harus


terletak di antara dua lingkaran yang sebi-
dang dan sepusat dengan jarak 0.05 mm.

D Toleransi Kesilindrikan (Cylindricity Tolerance).

Permukaan yang dimaksudkan harus


terletak di antara dua silinder yang sesum-
bu dengan beda radius sebesar 0.1 mm.

TEKNIK PRODUKSI MESIN, FTMD-ITB


26 SPESIFIKASI GEOMETRIK
Tabel 10 (lanjutan) Contoh pemakaian toleransi bentuk & posisi
E Toleransi Kebenaran Bentuk Garis (Profile Tolerance of any Line)
Pada setiap potongan yang sejajar de-
ngan bidang proyeksi, bentuk profile yang
dimaksud harus terletak di antara dua
garis yang menyinggung lingkaran-
lingkaran dengan diameter 0.04 mm de-
ngan titik pusat yang terletak pada garis
dengan bentuk geometrik yang benar.
F Toleransi Kebenaran Bentuk Permukaan (Profile Tolerance of any Surface).

Permukaan yang dimaksud harus terletak


di antara dua permukaan yang me-
nyinggung bola-bola dengan diameter
0.02 mm dengan titik pusat yang terletak
pada permukaan yang mempunyai bentuk
geometrik yang benar.

G Toleransi Kesejajaran (Parallelism Tolerance).

1. Sumbu lubang di atas harus terletak di


dalam silinder dengan diameter 0.03 mm
yang sejajar dengan sumbu lubang di
bawah (sumbu dasar A).

2. Sumbu lubang di atas harus terletak di


antara dua garis lurus yang terletak pada
bidang mendatar dengan jarak 0.1 mm
yang sejajar dengan sumbu lubang di
bawah (elemen dasar).

3. Sumbu lubang di atas harus terletak di


dalam paralelepipedum (balok segi em-
pat) yang mempunyai lebar sebesar 0.2
mm pada arah horisontal dan 0.1 mm
pada arah vertikal, yang sejajar dengan
sumbu lubang di bawah (elemen dasar).

4. Sumbu lubang harus terletak di antara dua


bidang dengan jarak 0.01 mm, yang seja-
jar dengan bidang dasar.

TEKNIK PRODUKSI MESIN, FTMD-ITB

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
SPESIFIKASI GEOMETRIK 27
Tabel 10 (lanjutan) Contoh pemakaian toleransi bentuk & posisi
H Toleransi Ketegaklurusan (Perpendicularity Tolerance)

1. Sumbu lubang yang miring harus terletak


di antara dua bidang sejajar dengan jarak
0.06 mm, yang tegak lurus pada sumbu
lubang horisontal A.

2. Sumbu silinder yang ditunjukkan oleh


kotak toleransi (silinder bagian atas) harus
terletak pada silinder dengan diameter
0.06 mm yang tegak lurus terhadap bi-
dang dasar A.

3. Sumbu silinder yang ditunjukkan oleh


kotak toleransi harus terletak di antara
dua garis lurus sejajar yang berjarak 0,1
mm, yang tegak lurus dengan bidang
dasar (bidang bawah).

4. Sumbu silinder harus terletak di dalam


paralelepipedum 0,1 x 0,2 mm, yang tegak
lurus dengan bidang dasar.

5. Sisi/bidang sebelah kanan komponen


harus terletak di antara dua bidang sejajar
berjarak 0.08 mm, yang tegak lurus de-
ngan sumbu silinder.

6. Sisi/bidang tegak komponen harus terle-


tak di antara dua bidang sejajar berjarak
0.08 mm, yang tegak lurus dengan bidang
dasar.

I Toleransi Kemiringan/Kesudutan (Angularity Tolerance)


1. Sumbu lubang harus terletak di antara dua
garis lurus sejajar berjarak 0.08 mm dan
yang membuat sudut sebesar 60E dengan
sumbu horizontal A.

Catatan:
Apabila garis yang dimaksud dengan garis
acuan tidak terletak dalam satu bidang (ti-
dak saling berpotongan) maka daerah
toleransinya dianggap pada bidang yang
melalui garis acuan dan proyeksi dari
garis yang dimaksud.

TEKNIK PRODUKSI MESIN, FTMD-ITB

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
28 SPESIFIKASI GEOMETRIK
Tabel 10 (lanjutan) Contoh pemakaian toleransi bentuk & posisi

2. Sumbu lubang lurus terletak di antara dua


garis sejajar berjarak 0.08 mm dan
membuat sudut sebesar 80E dengan bi-
dang dasar A.

3. Bidang miring harus terletak di antara dua


bidang sejajar berjarak 0,1 mm dan yang
membuat sudut sebesar 75E dengan
sumbu acuan A.

4. Bidang miring harus terletak di antara dua


bidang sejajar berjarak 0.08 mm dan
membuat sudut sebesar 40E dengan bi-
dang dasar A.

J Toleransi Posisi (Positional Tolerance)

1. Sumbu lubang harus terletak dalam silin-


der dengan diameter 0.08 mm yang
mempunyai sumbu dengan posisi yang
benar.

2. Sumbu lubang harus terletak dalam


paralelepipedum dengan lebar 0.05 mm
dalam arah horisontal dan 0,2 mm dalam
arah vertikal yang mempunyai sumbu de-
ngan posisi yang benar.

3. Bidang miring harus terletak di antara dua


bidang sejajar berjarak 0.05 mm yang
terletak simetrik terhadap bidang yang
mempunyai posisi yang benar terhadap
bidang acuan A dan sumbu silinder acuan
B.

TEKNIK PRODUKSI MESIN, FTMD-ITB

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
SPESIFIKASI GEOMETRIK 29
Tabel 10 (lanjutan) Contoh pemakaian toleransi bentuk & posisi
K Toleransi Konsentrisitas dan Kesamaan Sumbu (Concentricity and Coaxiality Tolerance)

1. Pusat yang ditunjukkan oleh kotak tole-


ransi (lingkaran luar) harus terletak pada
lingkaran berdiameter 0.01 mm dan titik
pusatnya berimpit dengan titik pusat
lingkaran acuan A (lingkaran dalam)

2. Sumbu silinder yang ditunjukkan oleh


kotak toleransi (silinder tengah) harus
terletak dalam silinder berdiameter 0.08
mm yang mempunyai sumbu berimpit de-
ngan sumbu acuan yang merupakan ele-
men dasar bersama A dan B.
L. Toleransi Kesimetrikan (Symmetry Tolerance)

1. Sumbu lubang harus terletak di antara dua


bidang sejajar berjarak 0.08 mm dan
simetrik terhadap bidang tengahnya alur A
dan B (elemen dasar).

2. Sumbu lubang harus terletak di dalam


paralelepipedum dengan lebar 0,1 mm
dalam arah horisontal dan 0.05 mm dalam
arah vertikal dengan sumbu yang merupa-
kan garis potong antara bidang tengah A
dan B dan bidang tengah C dan D.

3. Bidang tengah alur harus terletak di antara


dua bidang sejajar berjarak 0.08 mm dan
simetrik terhadap bidang tengah elemen
dasar A.

M Toleransi Penyimpangan Putar (Run-Out Tolerance)


Toleransi penyimpangan putar adalah harga maksimum yang diizinkan bagi variasi/peru-
bahan letak elemen yang dimaksud terhadap suatu titik tetap selama satu kali putaran bagi
elemen tersebut pada sumbu acuan. Sewaktu pengukuran berlangsung perubahan aksial
sensor alat ukur relatif terhadap benda ukur tidak diperbolehkan.

Toleransi penyimpangan putar total merupakan pengembangan dari toleransi penyim-


pangan putar. Dalam hal ini dilakukan perubahan posisi titik acuan (posisi sensor) pada
sepanjang garis acuan yang sejajar, tegak lurus, atau membentuk sudut terhadap sumbu
putar. Perlu dicermati, pada ke dua macam toleransi penyimpangan putar ini sumbu putar
mempunyai peran yang sangat penting. Oleh sebab itu, elemen geometrik pada mana akan
dilaksanakan pemutaran benda ukur harus bisa menjamin ketelitian sumbu putar (dirancang
dengan toleransi dimensi dan bentuk misalnya kebulatan, kelurusan, kesilindrikan.

Toleransi penyimpangan putar memungkinkan terjadinya kombinasi kesalahan, asalkan


jumlah kesalahan tersebut tidak melampaui batas toleransi penyimpangan putar. Akibatnya,
toleransi ini tidak menyatakan secara jelas kelurusan, kemiringan suatu garis terhadap sumbu
putar (acuan), ataupun kerataan suatu permukaan. Meskipun demikian, toleransi penyimpang-
an putar ini sering digunakan, misalnya untuk mengecek kebagusan suatu pasangan/rakitan
(assembly) dan pelaksanaan pengukurannya pun mudah dilakukan. Meskipun lebih sulit untuk
dilaksanakan, pengukuran penyimpangan putar total kadang harus dilakukan untuk lebih
menjamin fungsi komponen (ketelitian rakitan!).

TEKNIK PRODUKSI MESIN, FTMD-ITB


30 SPESIFIKASI GEOMETRIK
Tabel 10 (lanjutan) Contoh pemakaian toleransi bentuk & posisi

1. Kesalahan putar dalam arah ra-


dial tidak boleh lebih besar dari
0,1 mm, jika diukur pada setiap
lingkaran periksa, selama satu
kali putaran pada sumbu elemen
dasar bersama A dan B.
Bagi kesalahan putar total pengu-
kuran harus diulang pada bebe-
rapa tempat dengan cara meng-
geser sensor sepanjang garis
yang sejajar sumbu putar.

2. Kesalahan putar pada arah tanda


panah (tegaklurus permukaan)
tidak boleh lebih besar dari 0,1
mm, jika diukur pada suatu bi-
dang ukur yang berbentuk keru-
cut selama satu kali putaran pada
sumbu elemen C.
Bagi kesalahan putar total peng-
ukuran harus diulang pada bebe-
rapa tempat dengan menggeser
sensor sepanjang garis dengan
posisi yang benar (sejajar de-
ngan garis generator yang mem-
bentuk konis ideal benda ukur
dengan sumbu berimpit dengan
sumbu putar).

3. Kesalahan putar pada arah aksial


tidak boleh lebih besar dari 0,1
mm, jika diukur pada suatu bi-
dang ukur yang berbentuk silin-
der selama satu putaran pada
sumbu elemen D.
Bagi kesalahan putar total pengu-
kuran harus diulang pada bebe-
rapa tempat dengan menggeser
sensor sepanjang garis yang
tegak lurus dan memotong
sumbu putar.

N Elemen Dasar (Datum); yang diperlukan dalam menyatakan berbagai jenis Toleransi Bentuk
seperti yang diulas pada beberapa contoh di atas merupakan hal yang patut diperhatikan
secermat kita memperhatikan elemen yang diberi toleransi.

1 Elemen dasar bersama (misalnya


A-B; lihat contoh K 2, M1 )diset
bersamaan pada saat pengukur-
an akan dilakukan.
Sementara itu, beberapa elemen
dasar satuan dapat dijadikan
acuan dengan cara mengeset
secara berurutan sesuai prioritas
(huruf yang diletakkan pada
kotak mulai dari kiri ke kanan;
lihat gambar di samping) atau
tanpa prioritas (bila huruf-huruf
elemen dasar tersebut dituliskan
dalam satu kotak tanpa tanda
hubung).

TEKNIK PRODUKSI MESIN, FTMD-ITB


SPESIFIKASI GEOMETRIK 31
Tabel 10 (lanjutan) Contoh pemakaian toleransi bentuk & posisi
2 Bila hanya pada bagian-bagian
tertentu dari suatu permukaan
elemen dasar lebih dipilih
daripada seluruh permukaan
yang dimaksud, dapat diguna-
kan elemen sasaran acuan
(datum targets)

Contoh pemakaian sasaran acuan:


Benda ukur diletakkan pada elemen
dasar A pada tiga titik sasaran
acuan A1, A2, dan A3.
Kemudian, dihimpitkan pada ele-
men dasar B pada dua lingkaran
daerah sasaran (ö4) sebagai sasar-
an acuan B1 dan B2.
Lalu, dihimpitkan pada elemen
dasar C pada satu titik sasaran
acuan C1.
Pada posisi seperti ini (sistem tiga
bidang dasar/acuan) sumbu lu-
bang ditentukan:
1 Ketegaklurusan; terhadap elemen
dasar A (daerah toleransi beru-
pa silinder dengan ö 0.05 mm)
2 Posisi; terhadap tiga bidang dasar
A, B, dan C (daerah toleransi
berupa silinder dengan ö 0.1
mm)

Contoh pemakaian
sekelompok elemen
geometrik yang dija-
dikan acuan bagi pe-
nentuan toleransi ori-
entasi kelompok geo-
metrik yang lain:

Posisi empat lubang di-


tentukan toleransi posi-
sinya terhadap bidang
dasar D, A, dan B.
Orientasi ke empat lu-
bang ini menghasilkan
titik C yang akan dijadi-
kan acuan untuk me-
nentukan toleransi
posisi orientasi tiga
lubang:
(silinder ö 0.15 mm).
Masing-masing lubang
juga harus dicek tole-
ransi posisinya (silinder
ö 0.05 tegaklurus bi-
dang D)
Catatan:
Pemakaian material
maksimum akan
dibahas pada sub bab
berikut

TEKNIK PRODUKSI MESIN, FTMD-ITB

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
32 SPESIFIKASI GEOMETRIK

LATIHAN
Kerjakan soal latihan di bawah ini (berkaitan dengan tabel 10):

1. Imajinasikan daerah toleransinya jika seandainya contoh A3 hanya


dicantumkan satu tanda toleransi kelurusan (0,1 mm).
2. Beri penjelasan jika contoh C2 tanda toleransi kebulatannya
dituliskan pada gambar teknik seperti contoh C1.
3. Sebutkan perbedaan antara toleransi kebulatan dan toleransi
kesilindrikan. Menurut Anda manakah yang lebih sulit untuk diterap-
kan, baik dalam pembuatan ataupun pengukurannya (masalah ini
akan dijelaskan lebih lanjut pada sub bab 4.8 Alat Ukur Kebulatan).
4. Sebutkan perbedaan antara toleransi kebenaran bentuk garis dengan
kebenaran bentuk permukaan (contoh E dan F).
5. Elemen acuan boleh dinyatakan dengan tanda huruf atau langsung
dihubungkan dengan kotak toleransi; perhatikan contoh G1 dengan
G2. Jika diperhatikan, di manakah letak perbedaan antara contoh G1
dan G2 ? Bagaimana daerah toleransinya jika seandainya perancang
lupa mencantumkan tanda ö pada harga toleransi kesejajaran bagi
contoh G1 ?
6. Bandingkan toleransi kesejajaran di samping ini dengan contoh G2.
7. Jika pada contoh G4 harga toleransinya diganti dengan ö 0.01 maka
imajinasikan daerah toleransinya.
8. Apakah perbedaan contoh H2 dengan H3 ?
9. Imajinasikan daerah toleransinya jika contoh I2 harga toleransi
kesudutannya diubah menjadi ö 0.08.
10. Apakah perbedaannya/pengaruhnya jika seandainya contoh J1
dihilangkan tanda toleransi posisinya dan digantikan dengan menulis-
kan pada+ gambar teknik posisi pusat lubang dengan ukuran 120 + 0.08
dan 160 0.08.
11. Menurut Saudara, benarkah/bisakah (jika diinginkan) bila untuk
contoh K2 pada harga toleransinya tidak dicantumkan tanda ö ?
12. Kesalahan jenis apa saja yang mungkin ditolerir jika kita gunakan
tanda toleransi kesalahan putar?
13. Menurut pendapat Anda apakah contoh pemakaian toleransi
kebulatan seperti di samping ini benar? Betulkan bila cara ini salah!

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
SPESIFIKASI GEOMETRIK 33
3.4 PRINSIP MATERIAL MAKSIMUM (Maximum Material Principle)

Kondisi suatu pasangan/suaian longgar (bukan pas ataupun paksa!)


dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu ukuran/dimensi dan kesalahan bentuk
maupun posisi elemen geometrik yang saling berkaitan dari ke dua kompo-
nen yang disatukan. Kelonggaran minimum dapat terjadi apabila elemen-
elemen tersebut dalam kondisi material yang maksimum (bila berupa lubang
berarti dimensinya paling kecil, jika berupa poros maka ukurannya yang
terbesar)!. Sebaliknya, kelonggaran yang lebih besar dapat terjadi apabila
elemen-elemen yang bersangkutan dalam kondisi jauh dari batas ukuran
material yang maksimum, dan bersamaan dengan itu kesalahan bentuk
dan/atau posisi adalah jauh dari maksimum yang diizinkan. Dengan demikian,
apabila ukuran sebenarnya dari elemen-elemen yang disatukan/dipasangkan
ini ternyata jauh dari ukuran batas material maksimum maka batas toleransi
bentuk atau posisi sebenarnya dapat dilampaui tanpa mempengaruhi
(membahayakan) perakitan.

Penambahan harga toleransi (ukuran, bentuk maupun posisi)


dipandang dari segi pembuatan adalah sangat menguntungkan (menga-
pa?). Tetapi, bisa juga dipandang dari segi fungsional penambahan harga
toleransi ini mungkin tidak diizinkan. Sebagai contoh, penambahan toleransi
posisi yang berkaitan dengan jarak antara dua sumbu lubang adalah:
- mungkin, bila lubang-lubang tersebut digunakan hanya untuk baut pengen-
cang.
- tidak mungkin, jika lubang-lubang tersebut merupakan tempat dudukan
roda-gigi atau pena bagi batang dari sistem kinematik yang teliti.

Oleh sebab itu, si perancanglah yang menentukan apakah penambahan tole-


ransi ini diperbolehkan atau tidak. Jika hal ini diperbolehkan berarti dapat
digunakan prinsip material maksimum dan pada gambar teknik dican-
tumkan suatu simbol: pada toleransi yang dimaksud.

Simbol ini menyatakan bahwa toleransi bentuk atau posisi dapat


diperlebar/diperbesar dengan harga sesuai dengan selisih antara batas
ukuran maksimum material dengan ukuran sebenarnya bagi elemen tersebut.
Tentu saja, harga penambahan toleransi ini paling besar hanya mungkin
sama dengan harga toleransi ukuran/dimensi bagi elemen yang bersang-
kutan (yaitu jika ukuran sebenarnya adalah persis pada batas material
minimum). Perlu dicatat, bahwa penambahan toleransi pada salah satu
elemen tersebut dapat terjadi tanpa menghiraukan kondisi elemen pasangan-
nya, dan perakitan dijamin tidak akan dibahayakan (mengapa hal ini bisa
terjadi akan dijelaskan pada beberapa contoh pemakaian berikut).

Apabila toleransi bentuk atau posisi diberikan pada suatu elemen


yang dihubungkan dengan suatu elemen dasar/acuan yang juga mempunyai
toleransi ukuran, maka prinsip material maksimum dapat pula dipakai pada
ke dua-duanya (bagi elemen yang diberi toleransi maupun bagi elemen
dasarnya). Jadi, simbol dapat dituliskan setelah:

- harga toleransi, misalnya:

- huruf elemen dasar, seperti:

- atau ke dua-duanya, yaitu:

!
Karena dengan pemakaian toleransi ukuran dikenal adanya batas ukuran yang bila dikaitkan
dengan luas penampang material maka muncul istilah material maksimum & minimum (lihat
sub-bab 2.2.4).

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
34 SPESIFIKASI GEOMETRIK
Patut diingat, jika prinsip material maksimum ini tidak dipakai (atau
tidak boleh digunakan), selain kesalahan ukuran maka kesalahan bentuk
atau posisi haruslah diperiksa secara terpisah. Apabila prinsip material
maksimum diterapkan, kesalahan ukuran, bentuk dan/ataupun posisi dapat
diperiksa secara serentak dengan memakai alat ukur khusus yang dinama-
kan kaliber (gauge, gage). Dengan rancangan yang khusus kaliber ini dibuat
untuk melakukan berbagai pemeriksaan kualitas produk sesuai dengan jenis
toleransi yang dispesifikasikan. Beberapa contoh pemakaian prinsip material
maksimum adalah sebagai berikut (perhatikan rancangan kaliber teoretik-
nya):

A Kelurusan
Gambar 18a merupakan contoh pemakaian prinsip material maksi-
mum bagi kelurusan sumbu suatu pasak. Menurut pernyataan tersebut sum-
bu pasak harus terletak di dalam suatu daerah toleransi yang berupa silinder
dengan diameter 0.01 mm. Karena ada simbol di belakang harga
toleransi, berarti diameter 0.01 mm ini dapat diperbesar sampai dengan 0.03
mm. Hal ini sesuai dengan penambahan sebesar 0.02 mm yang merupakan
harga maksimum yang mungkin dapat ditambahkan (jika pasak mempunyai
ukuran sebenarnya pada batas material minimum yaitu ö 9,98 mm).

Gambar 18 Arti toleransi kelurusan sumbu suatu pasak dengan tanda pemberlakuan prinsip material
maksimum. Perhatikan perubahan harga kelurusan sumbunya. Jika pasak mempunyai
ukuran (diameter) sesungguhnya sebesar 9,98 mm, ketidaklurusannya bisa mencapai
0.03. Yaitu, toleransi kelurusan (0.01) ditambah selisih ukuran sebenarnya terhadap ukuran
material maksimum (10.00 - 9,98 = 0.02).

Suatu kaliber cincin/lubang pemeriksa poros (ring/ hole gauge)


dapat dibuat khusus untuk memeriksa kelurusan pasak. Kaliber ini mempu-
nyai diameter lubang sebesar ö 10.01 mm. Gambar 18b menunjukkan suatu
keadaan di mana pasak persis pada kondisi material maksimum. Pada
kondisi ini kesalahan kelurusan maksimum yang mungkin terjadi adalah
apabila pasak berbentuk seperti sketsa pada gambar tersebut dan toleransi
kelurusan yang di “ukur” oleh kaliber pemeriksa pada saat itu adalah persis
seharga 0.01 mm.

Gambar 18c memperlihatkan suatu kondisi di mana pasak persis


pada kondisi material minimum. Kesalahan kelurusan maksimum yang

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
SPESIFIKASI GEOMETRIK 35
mungkin terjadi adalah besar 0.03 mm. Harga toleransi kelurusan 0.03 mm
ini tidaklah diizinkan seandainya tidak ada simbol . Kaliber cincin/lubang
seperti contoh ini sesungguhnya memeriksa efek kombinasi dari kelurusan
dan ukuran/diameter pasak. Dengan demikian, untuk memastikan bahwa dia-
meter pasak tidak melampaui batas-batas toleransi ukurannya, haruslah
diperiksa secara terpisah (diukur secara langsung; misalnya dengan
memakai mikrometer).

B Ketegaklurusan
Gambar 19a merupakan contoh pemakaian prinsip material maksi-
mum bagi toleransi ketegaklurusan suatu pena terhadap permukaan elemen
dasar A. Pernyataan ini mempunyai arti bahwa sumbu pena harus terletak di
dalam silinder yang tegaklurus terhadap permukaan dasar (acuan) yang
mempunyai diameter dengan harga di antara harga minimum 0.04 mm dan
harga maksimum 0.06 mm. Harga toleransi ketegaklurusan maksimum ini
dapat terjadi seandainya diameter pena adalah persis pada batas minimum
material (gambar 19c). Karena kaliber cincin/lubang yang direncanakan
tersebut mengecek sekaligus kombinasi dari kesalahan ketegaklurusan dan
ukuran (dimensi) maka, untuk memastikan bahwa dimensi pena tidak
melampaui batas-batas toleransi ukuran yang diizinkan, harus dilakukan
pemeriksaan ukuran secara terpisah.

Jika seandainya diinginkan bahwa setiap kesalahan orientasi, dalam


hal ini adalah ketegaklurusan, harus terletak di dalam batas material maksi-
mum pena, pernyataan toleransi ketegaklurusan dapat dituliskan seperti
pada gambar 19d. Pernyataan tersebut mempunyai arti jika dimensi pena
persis pada batas paling besar, sumbu pena haruslah betul-betul tegaklurus
terhadap elemen dasar A. Penyimpangan dari ketegaklurusan hanya boleh
terjadi jika dimensi pena adalah jauh dari batas material maksimum.

Gambar 19 Arti toleransi ketegaklurusan sumbu suatu pena dengan pemberlakuan prinsip material
maksimum. Kaliber ring dapat dibuat untuk keperluan pemeriksaan kualitas elemen geo-
metrik yang saling berkaitan. Dalam contoh ini toleransi ukuran berkaitan dengan toleransi
ketegaklurusan. Jika ukuran pena jauh dari batas material maksimumnya maka toleransi
ketegaklurusan yang efektif dapat diperbesar. Inilah tujuan pemakaian simbol .

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
36 SPESIFIKASI GEOMETRIK
Penyimpangan terbesar yang mungkin bisa terjadi dan masih diizinkan
adalah sebesar 0.02 mm, yaitu apabila pena persis pada batas material
minimum.

C Jarak antara titik pusat

Gambar 20a memperlihatkan suatu contoh pemberian toleransi jarak


antara dua titik pusat, di mana ke dua komponen tersebut dijamin masih
dapat dipasangkan meskipun dalam kondisi yang terjelek yaitu:
- komponen atas: jarak titik pusat dan diameter pena persis dalam
kondisi maksimum.
- komponen bawah: jarak titik pusat dan diameter lubang persis dalam
kondisi minimum.

Atau dapat pula sebagaimana kondisi berikut:


- komponen atas: jarak titik pusat dalam kondisi minimum dan diameter
pena dalam kondisi maksimum.
- komponen bawah: jarak titik pusat dalam keadaan yang maksimum
sedang diameter lubang adalah minimum.

Gambar 20 Toleransi jarak ke dua pasak (elemen atas) dan ke dua lubang (elemen bawah)
sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar a dapat diganti dengan menuliskannya
seperti gambar c atau d. Pemakaian prinsip material maksimum pada toleransi jarak antara
titik pusat seperti ini selain lebih jelas juga lebih menguntungkan jika ditinjau dari aspek
pembuatan.

Gambar 20b menunjukkan kondisi ekstrim bagi komponen bawah,


dan pemasangan dengan komponen atas masih mungkin dilakukan apabila
dipenuhi dua hal berikut yaitu:
1 jarak antara sisi luar ke dua pena komponen atas tidak melebihi 59.9 mm.
2 jarak antara sisi dalam ke dua pena tersebut tidak kurang dari 40.1 mm.

Dengan demikian, apabila pena-pena dari komponen atas persis pada kondi-
si material minimum, yaitu 9.7 mm, jarak titik pusatnya dapat berharga
antara:
59.9 - 9.7 = 50.2 mm dan 40.1 + 9.7 = 49.8 mm.

Berarti, daerah toleransi efektifnya adalah ± 0.2 mm (pada gambar 20a hanya
tertera sebesar ± 0.1 mm). Oleh sebab itu, prinsip material maksimum dapat
dipakai untuk jarak antara titik pusat bagi komponen atas (dengan tujuan
untuk memperoleh keuntungan dari segi pembuatan). Demikian pula halnya

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
SPESIFIKASI GEOMETRIK 37
untuk komponen bawah, dan cara pemakaian simbol ini ada 2 macam
yaitu:
- seperti gambar 20c; simbol mengikuti toleransi jarak antara titik pusat
(daerah toleransinya serupa dengan daerah toleransi dimensi).
- seperti gambar 20d; simbol mengikuti toleransi posisi sumbu lubang
(daerah toleransinya berupa lingkaran/silinder).

D Posisi
Gambar 21a menunjukkan pernyataan toleransi bagi delapan buah
lubang relatif terhadap silinder dasar A. Pada kotak toleransi posisi lubang
tercantum bahwa prinsip material maksimum dimanfaatkan baik bagi
toleransi posisi maupun bagi elemen dasarnya. Elemen acuan berupa silinder
yang juga mempunyai toleransi dimensi (perhatikan bahwa toleransi dimensi
elemen dasar adalah lebih sempit daripada toleransi dimensi bagi delapan
lubang). Yang menjadi pertanyaan adalah berapa sebenarnya toleransi posisi
maksimum yang mungkin terjadi bagi sumbu elemen dasarnya?

Apabila lubang dan silinder dasar/acuan persis pada kondisi material


maksimum, sumbu lubang harus terletak pada silinder toleransi yang berdia-
meter 0.2 mm yang sumbunya terletak pada posisi yang benar. Gambar 21b
memperlihatkan kondisi tersebut dan hal ini diperiksa dengan memakai suatu
kaliber yang khusus dibuat untuk mengecek posisi satu lubang terhadap
silinder dasar. Penambahan toleransi posisi lubang yang paling besar terjadi
apabila lubang dan silinder dasar persis pada kondisi material minimum
(gambar 21c).

Perubahan posisi sumbu lubang dengan sumbu kaliber pena pada


saat tersebut adalah sebesar setengahnya harga toleransi posisi ditambah
toleransi lubang yaitu sebesar ½ (0.2 + 0.3) = 0.25 mm. Karena perubahan
posisi sumbu silinder dasar (acuan) terhadap sumbu kaliber lubang adalah
sebesar 0.025 mm, perubahan total sumbu lubang terhadap sumbu silinder
dasar menjadi 0.25 + 0.025 = 0.275 mm. Oleh sebab itu, dengan pemakaian
prinsip material maksimum ini sumbu lubang harus terletak di dalam suatu
daerah toleransi yang berupa silinder dengan sumbu yang terletak pada
posisi yang benar dan diameternya dapat berharga antara 0.2 mm (minimum)
dan 0.55 mm (maksimum).

Perubahan posisi sumbu antara lubang yang satu dengan yang lain
dapat terjadi karena adanya perbedaan antara diameter sesungguhnya de-
ngan diameter lubang pada kondisi material maksimum.

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
38 SPESIFIKASI GEOMETRIK

Gambar 21
Pemakaian toleransi posisi de-
ngan prinsip material maksi-
mum pada lubang dan juga
pada silinder acuan/dasarnya.
Keuntungan mungkin diperoleh
dalam proses pembuatan sebab
harga toleransi posisi efektifnya
bisa berubah sesuai dengan
ukuran elemen geometrik yang
berkaitan.
Jika ukuran/dimensi tersebut
berada pada kondisi material
minimum (lubang paling besar,
poros paling kecil) maka harga
toleransi efektifnya menjadi
0.55 mm ( yaitu, 0.20 + 0.30 +
0.05).
Jika tanda tersebut tak ter-
cantum, kesalahan posisi, bagi
masing-masing sumbu delapan
lubang relatif terhadap sumbu
acuan, sebesar 0.55 mm jelas
tak diizinkan.

Gambar 21d menunjukkan kondisi ekstrim di mana ke dua sumbu saling


menjauhi dan perubahan posisinya dapat dihitung sebagai berikut:

- perubahan posisi sumbu lubang dalam kondisi material minimum


terhadap posisi sumbu semula bagi lubang pada kondisi material
maksimum ialah:
mm, atau

- perubahan total letak antara dua sumbu menjadi:

Kondisi ekstrim yang lain dapat pula terjadi yaitu apabila sumbu ke dua
lubang saling mendekati.

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
SPESIFIKASI GEOMETRIK 39
E Kesamaan sumbu
Penggunaan prinsip material maksimum untuk toleransi kesamaan
sumbu (coaxiality) adalah seperti contoh di gambar 22a. Sumbu kepala pena
harus terletak di dalam silinder toleransi dengan sumbu yang berimpit dengan
sumbu badan pena. Karena diameter kepala pena dan diameter badan pena
dapat berharga lebih kecil daripada diameter-diameter pada kondisi material
maksimum, maka diameter silinder toleransi juga berubah.

Harga terkecil yang dapat terjadi ialah 0.05 mm, yaitu apabila semua
elemen yang bersangkutan berada pada kondisi material maksimum (lihat
gambar 22b). Harga terbesar yang mungkin dapat terjadi bagi diameter
toleransi ini adalah 0,165 mm, yaitu apabila semua elemen tersebut persis
pada kondisi material minimum, lihat gambar 22c.

Gambar 22 Arti toleransi kesamaan sumbu (coaxiality) suatu pena dengan memakai
prinsip material maksimum pada elemen yang diberi toleransi dan juga pada
elemen dasarnya. Harga toleransi kesamaan sumbu terbesar yang bisa
dicapai adalah jika semua elemen berada pada kondisi material minimum,
yaitu merupakan penjumlahan semua harga toleransi yang berkaitan (0.05
+ 0.10 +0.015 = 0.165 mm).

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
40 SPESIFIKASI GEOMETRIK
4 KONFIGURASI PERMUKAAN

Yang dimaksud dengan “permukaan” adalah batas yang memisahkan


benda padat dengan sekelilingnya. Benda padat dengan banyak lubang kecil
(porous), seperti kayu, dalam hal ini tidak termasuk. Jika ditinjau dengan
skala kecil pada dasarnya konfigurasi permukaan suatu elemen mesin
(produk) juga merupakan suatu karakteristik geometrik, yang dalam hal ini
termasuk golongan mikrogeometri. Sementara itu, yang tergolong
makrogeometri adalah permukaan secara keseluruhan yang membuat
bentuk atau rupa yang spesifik misalnya permukaan: poros, lubang, sisi, dsb.
yang dalam hal ini perancangan toleransinya telah tercakup pada elemen
geometrik yang berkaitan dengan ukuran, bentuk dan posisi.

Karakteristik suatu permukaan memegang peranan penting dalam


perancangan komponen mesin/peralatan. Banyak hal di mana karakteristik
permukaan perlu dinyatakan dengan jelas misalnya dalam kaitannya dengan
gesekan, keausan, pelumasan, tahanan kelelahan, perekatan dua atau lebih
komponen-komponen mesin, dan sebagainya. Karakteristik permukaan
sebagaimana yang dimaksud oleh si perancang ini sedapat mungkin harus
dipenuhi oleh si pembuat komponen.

Setiap proses pengerjaan mempunyai ciri yang tertentu/khas atas


permukaan benda kerja yang dihasilkannya. Oleh karena itu, dalam memilih
proses pengerjaan aspek permukaan ini perlu dipertimbangkan. Aspek lain
yang tidak boleh diabaikan adalah ongkos pembuatan. Kompromi haruslah
didapat antara persyaratan fungsional komponen dengan ongkos pembuatan
(mengapa?).

Seperti halnya pada toleransi ukuran, bentuk, dan posisi, karakteristik


permukaan harus dapat “diterjemahkan” ke dalam gambar teknik supaya
kemauan perancang dapat dipenuhi oleh pembuat. Oleh sebab itu, orang
berusaha membuat berbagai definisi atas berbagai parameter guna
menandai/mengidentifikasikan konfigurasi suatu permukaan. Dinamakan
parameter sebab definisi tersebut harus terukur (bisa diukur dengan
besaran/unit tertentu) yang mungkin harus dilakukan dengan memakai alat
ukur khusus yang dirancang untuk keperluan tersebut. Hal ini tidak mudah,
karena pada dasarnya konfigurasi suatu permukaan sangatlah kompleks.
Sampai saat ini penelitian mengenai karakteristik permukaan masih
berlangsung untuk menemukan suatu parameter yang handal yang dapat
menjelaskan suatu permukaan secara sempurna. Untuk memahami arti
berbagai parameter permukaan yang saat ini banyak digunakan dalam
praktek terlebih dahulu perlu diulas beberapa definisi penting yang berhu-
bungan dengan permukaan.

4.1 PERMUKAAN DAN PROFIL

Karena ketidaksempurnaan alat ukur dan cara pengukuran maupun


cara evaluasi hasil pengukuran maka suatu permukaan sesungguhnya (real
surface) tidaklah dapat dibuat tiruan/duplikat-nya secara sempurna. “Tiruan
permukaan” hasil pengukuran hanya bisa mendekati bentuk/konfigurasi
permukaan yang sesungguhnya dan disebut sebagai permukaan terukur
(measured surface). Sebagai contoh, suatu celah/retakan yang sempit pada
permukaan tidak akan dapat diikuti oleh jarum-peraba (stylus) alat ukur
karena dimensi ujung jarum ini lebih besar daripada ukuran celah.

Karena terjadinya berbagai penyimpangan selama proses pembuatan


maka permukaan geometrik ideal (geometrically ideal surface), yaitu
permukaan yang dianggap mempunyai bentuk yang sempurna, tidaklah dapat
dibuat. Dalam praktek seorang perancang akan menuliskan syarat permuka-
an pada gambar teknik dengan menggunakan cara yang mengikuti suatu

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
SPESIFIKASI GEOMETRIK 41
aturan (standar) yang tertentu. Suatu permukaan seperti yang disyaratkan
pada gambar teknik ini disebut sebagai permukaan nominal (nominal sur-
face).

Karena kesulitan dalam mengukur dan menyatakan besaran yang


diukur bagi suatu permukaan secara tiga dimensi, dilakukan suatu pem-
batasan. Permukaan hanya dipandang sebagai penampang permukaan yang
dipotong (yang ditinjau relatif terhadap permukaan dengan geometrik ideal)
secara tegaklurus (normal), serong (oblique), atau singgung (tangensial).
Bidang pemotongan dapat juga diatur orientasinya sehingga “sejajar”
permukaan lalu digeser ke “dalam” permukaan dengan jarak kedalaman
yang sama (equidistant). Ke empat cara pemotong ini akan menghasilkan
suatu garis atau daerah yang dinamakan sesuai dengan cara pemotongan-
nya. Khusus untuk pemotongan normal dan serong, garis hasil pemotongan-
nya disebut profil, lihat gambar 23.

Gambar 23 Beberapa orientasi bidang potong terhadap permukaan


dengan geometrik ideal yang digunakan untuk menganalisis
permukaan.

Dari berbagai cara “melihat” permukaan seperti yang diuraikan di atas


jelaslah bahwa hasil analisis suatu permukaan akan berbeda-beda sesuai
dengan cara pengambilan bidang potong. Karena mencakup hal yang relatif
luas, dalam sub bab berikut hanya akan diulas permukaan yang dipotong
secara tegaklurus yaitu yang menghasilkan suatu profil normal. Analisis
permukaan berdasarkan profil inilah yang banyak digunakan di dalam
praktek.

Ketidakteraturan konfigurasi suatu permukaan bila ditinjau dari


profilnya dapat diuraikan menjadi beberapa tingkat, seperti yang dijelaskan
pada tabel 11. Tingkat pertama merupakan ketidakteraturan makrogeo-
metri, sebagaimana yang telah dibahas pada toleransi bentuk. Tingkat
kedua yang disebut dengan gelombang (waviness) merupakan ketidak-
teraturan yang periodik dengan panjang gelombang yang jelas lebih besar
dari kedalamannya (amplitudonya). Tingkat ketiga atau alur (grooves) serta
tingkat keempat yang disebut dengan serpihan (flakes) ke dua-duanya lebih
dikenal dengan istilah kekasaran (roughness). Dalam kebanyakan hal ke
empat tingkat ketidakteraturan konfigurasi suatu permukaan jarang
ditemukan tersendiri/terpisah, melainkan merupakan kombinasi beberapa
tingkat ketidakteraturan tersebut.

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
42 SPESIFIKASI GEOMETRIK
Sepintas pembedaan antara tingkat ketidakteraturan ini dapat
dimengerti dan dapat pula diperkirakan faktor-faktor penyebabnya. Akan
tetapi, persoalannya adalah bagaimana membuat dan menyatakan secara
kuantitatif suatu parameter yang dapat menjelaskan satu persatu tingkat
ketidakteraturan bagi suatu permukaan yang sekaligus mempunyai
kombinasi ketidakteraturan di atas.

Tabel 11 Ketidakteraturan suatu profil (konfigurasi penampang permukaan)


Profil terukur; bentuk gra-
Tingkat Istilah Contoh kemungkinan penyebabnya
fik hasil pengukuran
Kesalahan bidang-bidang pembimbing
Kesalahan
mesin perkakas dan benda kerja, kesa-
1 bentuk
lahan posisi pencekaman benda kerja,
(form)
distorsi pada waktu proses hardening.
Kesalahan bentuk perkakas, kesalahan
Gelombang
2 penyenteran perkakas, getaran dalam pro-
(waviness)
ses pemesinan.

Alur (groov- Jejak/bekas pemotongan (bentuk ujung


3
es) pahat, gerak makan).

Proses pembentukan geram, deformasi


Serpihan
4 akibat proses pancar pasir, pembentukan
(flakes)
module pada proses electroplating.

Kombinasi ketidakteraturan dari tingkat 1


1 s.d. 4
sampai dengan 4.

TEKNIK PRODUKSI MESIN, FTMD-ITB

4.2 PARAMETER KEKASARAN PERMUKAAN

Untuk mereproduksi profil suatu permukaan, sensor/peraba (stylus)


alat ukur harus digerakkan mengikuti lintasan yang berupa garis lurus dengan
jarak yang telah ditentukan terlebih dahulu. Panjang lintasan ini disebut
dengan panjang pengukuran (traversing length; Rg). Sesaat setelah jarum
bergerak dan sesaat sebelum jarum berhenti secara elektronik alat ukur
melakukan perhitungan berdasarkan data yang dideteksi oleh jarum peraba.
Bagian panjang pengukuran di mana dilakukan analisis profil permukaan
disebut dengan panjang sampel (sampling length; R) !. Reproduksi profil
sesungguhnya adalah seperti yang ditunjukkan gambar 24 dengan penam-
bahan keterangan mengenai beberapa istilah profil yang penting yaitu:

- profil geometrik ideal (geometrically ideal profile), ialah profil permukaan


Nama-nama sempurna (dapat berupa garis lurus, lengkung, atau busur).
Profil
Kekasaran - profil terukur (measured profile), merupakan profil permukaan terukur.

- profil referensi/acuan/puncak (reference profile), adalah profil yang digu-


nakan sebagai acuan untuk menganalisis ketidakteraturan konfigura-
si permukaan. Profil ini dapat berupa garis lurus atau garis dengan

!
Biasanya untuk satu panjang pengukuran terdiri atas beberapa panjang sampel, dan secara
otomatik alat ukur akan merata-ratakan hasil yang diperolehnya.

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
SPESIFIKASI GEOMETRIK 43
bentuk sesuai dengan profil geometrik ideal, serta menyinggung
puncak tertinggi bagi profil terukur dalam suatu panjang sampel!.

- profil akar/alas (root profile), yaitu profil referensi yang digeserkan ke


bawah (arah tegak lurus terhadap profil geometrik ideal pada suatu
panjang sampel) sehingga menyinggung titik terendah dari profil
terukur.

- profil tengah (center profile), adalah nama yang diberikan kepada profil
referensi yang digeserkan ke bawah (arah tegak lurus terhadap profil
geometrik ideal pada suatu panjang sampel) sedemikian rupa
sehingga jumlah luas bagi daerah-daerah di atas profil tengah
sampai ke profil terukur adalah sama dengan jumlah luas bagi dae-
rah-daerah di bawah profil tengah sampai ke profil terukur (pada
gambar 24 ditunjukkan dengan daerah-daerah dengan latar-
belakang gelap).

Gambar 24 Posisi profil referensi/acuan/puncak, profil tengah dan profil akar/alas terhadap profil
terukur, untuk satu panjang sampel. Perhatikan bahwa pemilihan panjang sampel R (letak
dan/atau panjangnya) akan mempengaruhi harga parameter kekasaran.

Berdasarkan profil-profil yang diterangkan di atas, maka dapat


Analisis Profil didefinisikan beberapa parameter permukaan, yaitu yang berhubungan
Kekasaran Arah dengan dimensi pada arah tegak dan arah memanjang/mendatar. Untuk
Tegak dimensi arah tegak dikenal beberapa parameter, yaitu:

- kekasaran total (peak to valley height/total height); Rt (ìm).


Adalah jarak antara profil referensi dengan profil alas.

- kekasaran perataan (depth of surface smoothness /peak to mean line), Rp (ìm).


Adalah jarak rata-rata antara profil referensi dengan profil terukur

Berdasarkan rumus di atas maka Rp akan sama dengan jarak antara profil
referensi dengan profil tengah.

- kekasaran rata-rata aritmetik (mean roughness index/center line average, CLA),


Ra (ìm).

!
Oleh karena itu, disebut pula sebagai profil puncak (cust-line).

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
44 SPESIFIKASI GEOMETRIK
Adalah harga rata-rata aritmetik dari harga absolutnya jarak antara profil
terukur dengan profil tengah.

Catatan:
Parameter Ra ini banyak dimanfaatkan dalam praktek. Pada gambar 24 diper-
lihatkan jika daerah-daerah di bawah profil tengah (“lembah”) dicerminkan ke
atas (menjadi daerah-daerah berlatarbelakang agak terang) dirata-ratakan
dengan daerah-daerah di atas profil tengah (“gunung”; daerah berlatar-
belakang gelap) maka akan terbentuk “dataran tinggi” dengan ketinggian
sebesar Ra.

- kekasaran rata-rata kuadratik (root mean square height), Rg (ìm).


Adalah akar dari jarak kuadrat rata-rata antara profil terukur dengan profil
tengah.

- kekasaran total rata-rata, RZ (ìm).


Merupakan jarak rata-rata profil alas ke profil terukur pada lima puncak
tertinggi dikurangi jarak rata-rata profil alas ke profil terukur pada lima lembah
terendah.

Gambar 25 Analisis profil terukur dalam arah sumbu gerak sensor alat ukur. Berbeda dengan
analisis dalam arah tegak dengan satuan ìm, satuan analisis pada arah ini adalah
dalam mm.

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
SPESIFIKASI GEOMETRIK 45

Analisis Profil Selanjutnya, untuk dimensi arah mendatar (sesuai dengan arah gerak
Kekasaran Arah sensor alat ukur) diterangkan beberapa parameter, antara lain (lihat gambar
Panjang 25a):

- lebar gelombang (waviness width), Aw (mm).


Adalah rata-rata aritmetik dari semua jarak awi di antara dua buah puncak
gelombang (profil terukur) yang berdekatan pada suatu panjang sampel Rw!.

- lebar kekasaran, (roughness width) Ar (mm).


Adalah rata-rata aritmetik dari semua jarak awi di antara dua puncak
kekasaran profil terukur yang berdekatan pada suatu panjang sampel R.

- panjang penahan (bearing length), Rt (mm).


Apabila profil referensi digeserkan ke bawah sejauh c (dalam ìm) maka akan
memotong profil terukur sepanjang Rc1, Rc2, ....., Rcn. Panjang penahan Rt adalah
jumlah dari proyeksinya R'c1, R'c2, ....., R' cn (pada profile referensi atau profil
geometrik ideal, lihat gambar 25b). Karena untuk setiap harga c (ìm) akan
memberikan harga Rt yang tertentu, maka pada waktu menuliskan Rt perlu
dijelaskan juga harga c ini,
misalnya Rt 0.25 = ......,
yang berarti harga Rt ini didapat untuk pergeseran c sebesar 0,25 ìm.

- bagian panjang penahan (bearing length fraction), tp (mm).


Adalah hasil bagi panjang penahan terhadap panjang sampelnya.

Seperti halnya pada pernyataan Rt, maka besarnya c harus pula dituliskan,
yaitu secara contoh berikut:

Apabila c mencapai harga maksimum, yaitu sama dengan harga Rt,


maka harga Rt akan sama dengan harga R, dengan demikian tp mencapai har-
ga 100%. Selanjutnya, dapat dibuat suatu kurva yang menggambarkan
hubungan antara c dengan tp, dan kurva ini dikenal dengan nama Kurva
Abbott (Abbott Curve). Untuk setiap profil akan mempunyai kurva Abbott
dengan bentuk yang tertentu, sehingga dapat dianggap sebagai salah satu
karakteristik dari konfigurasi permukaan yang bersangkutan. Gambar 26
menunjukkan contoh kurva ini.

Gambar 26 Kurva Abbott, hubungan antara kedalaman c (ìm) dengan


bagian panjang penahan tp (%). Bentuk kurva ini merupakan ciri
spesifik bagi permukaan yang dianalisis.

!
Rw ini disebut dengan panjang sample gelombang (waviness sampling length), dimensinya
lebih panjang daripada panjang sample R (yang biasanya dipakai untuk mengukur kekasaran).
Maksud pemakaian Rw adalah untuk memisahkan efek gelombang dari parameter kekasaran.

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
46 SPESIFIKASI GEOMETRIK
4.3 CARA PENULISAN SPESIFIKASI PERMUKAAN PADA GAMBAR TEKNIK

Dalam sub bab 4.1 telah disinggung bahwa konfigurasi permukaan


itu sesungguhnya sangat kompleks. Sampai saat ini tidak ada satupun para-
meter-parameter yang telah diusulkan dapat digunakan untuk menerangkan
ketidakteraturan konfigurasi suatu permukaan dengan sempurna. Namun
dalam praktek masih tetap dipakai satu atau beberapa parameter tersebut
untuk menerangkan persyaratan suatu permukaan. Hal ini dapat dimaklumi,
karena pemakaiannya terpaksa harus dilakukan untuk kepentingan pembuat-
an komponen mesin sesuai dengan persyaratan yang tercantum pada
gambar teknik. Sebegitu jauh, dipandang dari segi penentuan kualitas
produksi, yaitu persesuaian antara produk dengan acuan standar (parameter
permukaan yang dicantumkan dalam gambar teknik), hal ini dianggap cukup
baik. Cara ini telah begitu umum dilakukan oleh industri mesin sehingga ISO
memandang perlu untuk menstandarkan cara penulisan persyaratan
permukaan pada gambar teknik dengan melalui anjurannya R 1302, “Method
of indicating surface texture on drawings”.

Simbol persyaratan permukaan umumnya dituliskan seperti pada


gambar 27, yang berupa segitiga sama-sisi dengan salah satu ujungnya
menempel pada permukaan yang bersangkutan. Beberapa angka dan tanda
spesifik serta keterangan singkat dituliskan di sekitar segitiga ini. Arti dari
angka-angka serta tanda ini adalah sebagai berikut:

Kekasaran rata-rata aritmetik (CLA; Ra):


Harga kekasaran rata-rata aritmetik Ra maksimum yang diizinkan,
misalnya 3,2 ìm, dituliskan di atas simbol segitiga. Satuan harus sesuai
dengan sistem satuan panjang yang digunakan pada gambar teknik (metrik
atau inci). Apabila harga kekasaran minimumnya juga disyaratkan maka
angka kekasaran minimum ini dapat dituliskan di bawah angka kekasaran
maksimum.
Tabel 12 Angka kekasaran (ISO roughness
number) dan panjang sampel standar.
Harga kekasa- Angka kelas Panjang sam- Mengenai harga Ra ini ISO telah
ran, Ra (ìm) kekasaran pel (mm) mengklasifikasikannya menjadi 12
50 N 12 angka kelas kekasaran sebagaima-
25 N 11 8 na tabel 12.
12.5 N 10 2.5 Angka kekasaran (ISO number) ini
6.3 N 9
dimaksudkan untuk menghindari ke-
3.2 N8 mungkinan kesalahan atas satuan
1.6 N7 0.8 dari harga kekasaran!. Jadi spesifi-
0.8 N6 kasi mengenai kekasaran dapat
0.4 N5
dituliskan langsung dengan menyata-
0.2 N4 kan harga Ra nya ataupun dengan
0.1 N3 0.25 menggunakan angka kelas kekasar-
0.05 N2 an ISO.
0.025 N1 0.08

Panjang sampel (R; sample length):


Panjang sampel yang harus digunakan sewaktu mengukur kekasaran
ditentukan misalnya 0,8 mm. Harga suatu parameter permukaan dapat
berubah jika digunakan panjang sampel yang berlainan. Oleh karena itu,

!
Pada mulanya bagi Ra ini sering digunakan satuan lain selain ìm yaitu micro inch atau ru (1 ru
= 0.025 ìm). Hal ini disebabkan karena jenis alat ukur kekasaran dahulu banyak yang memakai
satuan inci (buatan Inggris).

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
SPESIFIKASI GEOMETRIK 47

Gambar 27 Simbol untuk menyatakan spesifikasi suatu permukaan.

dianjurkan untuk menggunakan suatu panjang sampel yang tertentu sesuai


dengan tingkat harga kekasaran Ra sebagaimana yang ditunjukkan tabel 12.
Proses pemesinan, kecuali proses-proses gerinda, honing dan super finish-
ing biasanya akan menghasilkan permukaan dengan kelas kekasaran dari N
5 sampai dengan N 10. Oleh sebab itu, apabila harga panjang sampel tidak
dicantumkan pada simbol kekasaran permukaan, berarti digunakan panjang
sampel sebesar 0,8 mm (bila diperkirakan proses pemesinannya adalah
halus sampai sedang) atau sebesar 2.5 mm (jika merupakan pemesinan
kasar).

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
48 SPESIFIKASI GEOMETRIK
Harga parameter permukaan yang lain (diletakkan dalam tanda kurung).
Apabila diinginkan, harga parameter permukaan yang lain (selain Ra)
dapat dituliskan di dalam tanda kurung (setelah harga panjang sampel; lihat
contoh pada gambar 27).

Simbol arah bekas pengerjaan:


Arah bekas pengerjaan pada permukaan dapat dituliskan dengan
menggunakan simbol seperti yang ditunjukkan pada tabel 13. Maksud pen-
cantuman arah bekas pengerjaan pada permukaan adalah untuk memastikan
segi fungsional permukaan yang bersangkutan (mengurangi gesekan, rupa
yang menarik dan sebagainya).

Keterangan mengenai jenis proses pengerjaan:


Jika diinginkan, simbol permukaan ini dapat digunakan hanya untuk
memberikan keterangan atas proses akhir yang diperlukan bagi pengerjaan
permukaan ybs. Keterangan seperti ini kadang-kadang dicantumkan pada
persyaratan permukaan dengan maksud untuk memberikan tekstur (rupa)
permukaan sebagaimana yang dikehendaki oleh perencana (karena alasan
fungsional). Selain keterangan jenis proses pemesinan, dapat pula dituliskan
keterangan lain yang merupakan syarat untuk memroses permukaan yang
bersangkutan misalnya, proses pelapisan (chrome plating, metal spraying),
proses pancar pasir, proses pengerasan (hardening) untuk mencapai keke-
rasan yang tertentu, dan sebagainya.

Kelonggaran pemesinan (machining allowance):


Jika permukaan tersebut harus diberi kelonggaran (kelebihan
material) sebelum dilakukan proses pemesinan, misalnya setebal 2 mm,
maka harganya dicantumkan di sebelah kiri tanda segitiga. Tanda kelong-
garan pemesinan biasanya digunakan dalam suatu gambar kerja, misalnya
gambar kerja untuk benda tuangan.

Tabel 13 Simbol arah bekas pengerjaan


Tanda Arti Contoh Penggunaan
Sejajar dengan bidang pro-
yeksi dari potongan di mana
= tanda dipakai

Tegak lurus pada bidang pro-


z yeksi dari potongan/ penam-
pang di mana tanda dipakai

Bersilangan pada dua arah


terhadap bidang yang dipro-
X yeksikan di mana tanda dipa-
kai

Banyak arah, tak teratur


M

Kurang lebih berupa lingkaran


C terhadap pusat bidang di
mana tanda dipakai

Kurang lebih radial terhadap


R pusat bidang di mana tanda
dipakai

TEKNIK PRODUKSI MESIN FTMD-ITB

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
SPESIFIKASI GEOMETRIK 49
5 BEBERAPA PETUNJUK PRAKTIS

Penggunaan toleransi pada suatu komponen mesin secara sistematik


dapat dibahas dengan memperhatikan, selain segi fungsional, juga segi-segi
lain yang erat hubungannya dengan proses serta ongkos pembuatan. Maksud
pembahasan ini adalah untuk memberikan suatu gambaran yang lebih luas
mengenai problematik pemberian toleransi bagi suatu komponen mesin.
Dengan ini diharapkan seorang perancang atau pembuat akan mempunyai
pengetahuan dasar yang lebih mantap dalam menjalankan tugasnya.

5.1 PROSES PEMBUATAN DAN KETEPATAN

Semakin sempit toleransi (semakin kecil angka toleransi)


yang diberikan pada ukuran suatu komponen mesin maka
ongkos pembuatannya akan semakin mahal.

Pernyataan di atas ini haruslah selalu diingat oleh semua orang yang
bertanggung jawab dalam pembuatan berbagai komponen mesin/-
perkakas/peralatan. Sebagai contoh, bila suatu poros harus mempunyai
diameter dengan toleransi ± 0.1 mm maka poros tersebut dapat dengan
mudah dibubut sampai ke ukuran dengan batas toleransi yang dimaksud.
Jika diinginkan toleransi sampai ± 0.01 mm, setelah poros tersebut dibubut
sampai mendekati ukuran yang dimaksud, harus dilanjutkan dengan operasi
tambahan yaitu proses gerinda.

Sesungguhnya setiap proses pemesinan mempunyai kemampuan


TEPAT; yang terbatas dalam menghasilkan produk dengan ketepatan geometri yang
tertentu. Jika proses pembuatan diulang maka geometri produk dapat
KETEPATAN; berbeda dengan geometri produk sebelum/sesudahnya. Meskipun perbedaan
precision ini kecil akan tetapi harganya dapat menjadi penyebab keluarnya geometri
KETERULANGAN yang bersangkutan dari batas toleransinya. Mesin gerinda dikatakan lebih
tepat (precise) daripada mesin bubut karena dimensi produk proses gerinda
variasinya (sebaran ukuran produk yang digerinda dalam jumlah banyak)
lebih sempit.

Berdasarkan atas besarnya daerah toleransi yang dapat dicapainya


berbagai mesin perkakas dapat dikelompokkan aspek kemampuannya.
Tabel 14 berikut menggambarkan hubungan antara beberapa jenis proses
produksi (kebanyakan proses pemesinan) dengan kualitas toleransi yang
dapat dicapainya dengan cara yang paling ekonomis. Sulit untuk memaksa-
kan suatu proses supaya mencapai angka kualitas toleransi yang lebih kecil
tanpa kemungkinan menghasilkan produk yang jelek (geometrinya berada di
luar daerah toleransi). Semakin dipaksakan maka semakin banyak produk
jelek yang dihasilkan (dan semakin merepotkan karena produk-produk
tersebut harus diperiksa satu-persatu).

Seperti halnya dengan angka kualitas toleransi, tingkat kehalusan


permukaan yang dapat dihasilkan oleh suatu jenis proses pembuatan juga
terbatas. Hubungan antara berbagai proses pembuatan dengan kekasaran
total (peak-to-valley height, Rt) secara empirik telah ditentukan seperti yang
tercantum pada tabel 15. Variasi atau sebaran data yang cukup besar bagi
harga Rt tersebut disebabkan oleh karena pengukuran dilakukan pada
bermacam-macam jenis material benda kerja dan bermacam-macam jenis
operasi. Apabila suatu proses dipilih untuk menyelesaikan satu jenis produk
saja (dalam jumlah banyak) maka variasi atau sebaran harga Rt nya mungkin
lebih kecil daripada yang diperlihatkan tabel 15.

Apabila diinginkan harga parameter kekasaran yang lain, misalnya


Ra, untuk menggunakan tabel 15 terlebih dahulu perlu dilakukan konversi
harga parameter kekasarannya. Hal ini dapat diperkirakan berdasarkan
persamaan empirik antara harga Ra dan harga Rt sebagaimana yang
ditunjukkan oleh diagram konversi pada gambar 28. Diagram ini hanya
berlaku untuk permukaan yang dihasilkan oleh proses pemesinan saja, dan

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
Kualitas Toleransi, IT : 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4

Bubut < ö 200


Bubut > ö 200
Bubut Revolver (Turret)
Tabel 14 Proses pemesinan dan kualitas toleransi yang mungkin dapat dicapainya
Koter (Boring)
Koter + Reamer
Freis Kecil
50 SPESIFIKASI GEOMETRIK

Freis Besar
Sekrap
Gergaji
Gurdi (Drilling)

Tahun 2015
Gurdi Radial
Gerinda Rata Vertikal
sebagai suatu pendekatan saja.

Gerinda Rata Horisontal


Gerinda Silindrik non Senter
Gerinda Silindrik
Honing
TEKNIK PRODUKSI MESIN, FTMD-ITB

MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,


PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan
proses yang baik dan pelaksanaan yang saksama. Di sebelah kiri kolom yang dihitamkan kualitasnya lebih
mudah untuk dicapai. Mesin modern yang baik belum tentu bisa mencapai kualitas yang diharapkan, sebab
keahlian perancang proses dan keterampilan operator masih tetap paling menentukan. Jika digunakan dengan
baik dan dilengkapi dengan perkakas potong yang memadai mungkin mesin perkakas modern (CNC) mampu
mencapai angka kualitas yang lebih kecil dari yang ditunjukkan pada tabel ini.
teoretik yang pasti (lihat pada penjelasan mengenai parameter permukaan
sub bab 4.2). Oleh karena itu, diagram konversi Ra dan Rt ini hanya dianggap
haruslah diingat bahwa antara Ra dan Rt sesungguhnya tidak ada hubungan
SPESIFIKASI GEOMETRIK 51
Tabel 15 Proses pembuatan dengan kehalusan (Rt) yang dapat dicapai

Manufacturing method Achievable peak-to-valley height, Rt (ìm) Ì

Main
group Type:

Sand casting S S N N N N R R R
Shell molding S S N N N R
Die casting S S N N N N N R
Forging S S S S N N N N N R R
Plain rolling S S S S S N N N N R R
Drawing S S S S N N N R
Pressing S S S N N N N R R
Stamping S S N N R
Section rolling S S S N N N N R R
Cutting N N N N N
Longitudinal turning S S N N N N N N N R R
Face turning S S N N N N N R R
Recessing S S N N N N R R
Planing S S S N N N N N N N R R R
Slotting S S S N N N N R R
Shaving S S S N N N N R
Drilling S S N N N N R
Boring S S S S S N N N N N R R
Counter-sinking/boring S N N N R
Reaming S S S S N N N R R
Circumferential milling S S S N N N N R R R
End milling S S S N N N N R R R
Broaching S S N N N N N R R
Filing S S N N N N N N R R
Plain, longitudinal S S S S N N N R R R
grinding
Plain, surface grinding N N N N N
Plain, plunge grinding S S N N N R R
Circumferential S S N N N R R R
grinding
Face grinding S S N N N R R R
Polishing S S S N N N R R
Tumbling N N N
Long-stroke honing S S S S S S N N N N R
Short-stroke honing S S N N N N N N R R
Cylindrical lapping S S S N N N N N N R R R
Surface lapping S S S S N N N N N R R R
Lapping in
Liquid honing N N N N N N N
Polish lapping N N N N N R
Blasting S N N N N R R R
Barreling N N N N
Flame cutting S S N N N R R R R
TEKNIK PRODUKSI MESIN, FTMD-ITB
Ì
S: normally smooth ; N: normal ; R: normally rough.

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
52 SPESIFIKASI GEOMETRIK
Pada diagram tersebut digambarkan suatu daerah penyimpangan di
antara dua garis batas, yaitu daerah yang dihitamkan dengan tebal (gelap)
dan tipis (agak gelap). Dalam daerah penyimpangan (warna gelap) ini paling
sedikit suatu nilai kepastian atau tingkat keyakinan (probability) sebesar 70%
dapat diharapkan dalam menyatakan harga Ra ke harga Rt atau sebaliknya.
Jika dilakukan pemilihan (penyortiran) bagi produk yang mempunyai suatu
harga Ra diperiksa harga Rt-nya maka 70% dari jumlah produk akan
mempunyai harga Rt yang terletak di antara harga yang merupakan batas
atas (Rt terbesar) dan bawah (Rt terkecil) yang diperoleh dari diagram
konversi. Sementara itu, bila semua produk yang diperiksa mempunyai
kekasaran yang tidak lebih besar dari suatu harga Ra maka hanya 15%
produk-produk dapat mempunyai harga yang lebih besar daripada batas Rt
yang terbesar. Oleh sebab itu, untuk “amannya” perlu digunakan:
garis AA, untuk mencari harga Ra dari suatu harga Rt, dan
garis BB, untuk mencari harga Rt dari suatu harga Ra.

Meskipun daerah toleransi dan kekasaran permukaan adalah meru-


pakan dua konsep yang berbeda tetapi ditinjau dari segi fungsional biasanya
pernyataan suatu daerah toleransi (dimensi) yang sempit selalu diikuti
dengan syarat kehalusan permukaan yang tinggi. Untuk memberikan gam-
baran mengenai hubungan antara proses pembuatan, daerah toleransi, keka-
saran permukaan dan penggunaannya, disajikan tabel 16. Tabel ini disarikan
dari standar Belanda (NLN -D28 dan NEN 630.III) kekasaran permukaan
dikelompokkan menjadi 7 kelas, yaitu R0, R1 sampai dengan R6.

Derajat ketelitian (benar tidaknya) bentuk dan posisi suatu elemen


geometrik dari suatu komponen mesin dalam beberapa hal juga dibatasi oleh
toleransi dimensi. Hal ini bisa dimaklumi, sebab toleransi dimensi menentu-
kan batas-batas permukaan benda kerja. Meskipun demikian, adalah
merupakan suatu hal yang salah jika tujuan untuk menaikkan ketelitian
bentuk diusahakan dengan cara mempersempit daerah toleransi. Ketelitian
dimensi dengan ketelitian bentuk & posisi harus dipandang sebagai dua
konsep yang berbeda, yang meminta cara penanganan tersendiri sewaktu
komponen yang bersangkutan dibuat.

Pertimbangan mengenai kapan suatu toleransi bentuk dan/atau


posisi perlu atau tidak perlu dinyatakan pada gambar teknik biasanya dida-
sarkan atas hasil penelitian atau pengalaman. Sebelum produksi berjalan
penuh sering dilakukan pengetesan dengan membuat produk percobaan
(prototype). Dengan cara ini kualitas fungsional mesin dapat dinilai berdasar-
kan spesifikasi geometrik komponen-komponen yang membentuknya.

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
SPESIFIKASI GEOMETRIK 53

Gambar 28 Diagram konversi dari harga Ra menjadi harga Rt atau sebaliknya. Diagram ini (skala
mendatar dan tegak merupakan skala logaritmik) merupakan hasil pengamatan
beberapa permukaan dari berbagai material benda kerja yang diproses dengan
berbagai jenis proses pemesinan, machining (tidak mencakup proses lain seperti
pengerjaan bentuk, forming, atau penuangan, casting). Sebaran data berada di
sekitar garis lurus dengan kemiringan tertentu. Daerah yang diarsir menyatakan
daerah korelasinya.
Apabila digunakan garis AA untuk menyatakan harga Rt ke dalam harga
maksimum Ra maka tingkat kepercayaan sebesar 85% dapat dipegang bahwa harga
Rt yang dimaksud tidak akan dilampaui. Setelah permukaan yang bersangkutan
diproses dengan pemesinan di mana diusahakan harga Ra tidak melampaui
spesifikasi permukaan.
Sebagai contoh, jika diinginkan Rt = 25 ìm dengan menyatakan dalam harga
Ra = 3,2 ìm maka dapat diyakini (dengan tingkat keyakinan sebesar 85%) bahwa
harga Rt = 25ìm tersebut tidak akan dilampaui. Dengan kata lain, bahwa pernyataan
Ra maksimum sebesar 3,2 ìm ini menjamin bahwa, dalam segala keadaan, hanya
15% kemungkinan harga Rt akan lebih besar dari 25 ìm. Demikian pula halnya
penggunaan garis BB untuk menyatakan harga Ra ke dalam harga maksimum Rt.

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
54 SPESIFIKASI GEOMETRIK
Tabel 16 Hubungan antara proses pembuatan, kualitas toleransi & kelas kekasaran permuka-
an.
Kelas kekasaran R0 R1 R2 R3 R4 R5 R6
ukuran:
>250 - 25 6.3 1.6 0.4 0.1 0.025
Harga Ra (ìm) maksi- 250 - 120 - 20 5 1.25 0.32 0.08 0.02
mum yang diizinkan 120 - 50 - 16 4 1 0.25 0.063 0.016
50 - 18 50 12.5 3.2 0.8 0.2 0.05 -
18 - 6 40 10 2.5 0.63 0.16 0.04 -
# 6 32 8 2 0.5 0.125 0.032 -
Persamaan dengan kelas ISO apa-
bila hubungan antara kekasaran & N12 N10 N8 N6 N4 N2 -
diameter tidak penting.
Konstruksi IT16 IT14 IT11 IT8 IT5 IT2
umum IT15 IT15 IT10 IT7 IT4 IT1 -
Hubungan antara IT12 IT 9 IT6 IT3
kekasaran dengan
toleransi dimensi Pelumasan IT11 IT8 IT5
hidrodi- - - - IT10 IT7 IT4 -
namik IT 9 IT6 IT3
Ongkos pembuatan (relatif) - 1 ±2 ±4 ±8 ±16 -
Kategori cara pembuatan bagi pro- SK: sangat kasar, K: kasar, N: normal, H: halus,
ses yang dimaksud: SH: sangat halus
1. Tanpa pemesinan:
Shear N H - - - - -
Flame cutting N H - - - - -
Sand casting N H - - - - -
Chill casting - N H - - - -
Die casting (metals) - - N H - - -
Forging - K N H - - -
Coining (metals) - K N H - - -
Scouring - K N H - - -
Extrusion - - K N H - -
Drawing - - K N H - -
Rolling - - K N H - -
Blasting - - K N H - -
Tumbling - - K N H - -
Injection molding - - - K N H -
Synthetic materials - - - - K N H
Polishing - - - - K N H
2. Dengan pemesinan:
Drilling - N - - - - -
Sawing - K,N N,H - - - -
Shaping SK K N - - - -
Milling SK K N H - - -
Turning SK K N H SH - -
Filling - K N H - - -
Reaming - K N H SH - -
Slotting - K N H SH - -
Broaching - - K N H - -
Plough grinding - - K N H - -
Circular grinding - - K N H SH -
Boring - - - K N H -
Super finishing - - - K N H -
Lapping - - - K N H SH
Penggunaan: -
Limiting faces SK K N H - - -
Mating faces - K N H - - -
Fitting faces - K N H SH - -
Pressure faces - - K N H SH -
Running faces - - K N H SH
Rolling faces - - K N H SH -
Sealing faces - - - K N H -
Measuring faces - - - - K N H
TEKNIK PRODUKSI MESIN, FTMD-ITB
SPESIFIKASI GEOMETRIK 55
5.2 PEMILIHAN SUAIAN

Suaian hampir selalu ditemukan pada setiap rakitan yang membentuk


suatu mesin atau peralatan lain. Dengan demikian, perancangan suaian
merupakan suatu hal yang tidak boleh diabaikan. Dalam beberapa hal justru
suaian merupakan masalah utama. Ada tiga faktor yang harus dipertimbang-
kan dalam memilih suaian yaitu:
1 pemilihan basis suaian
2 pemilihan kualitas suaian, dan
3 pemilihan jenis/kelas suaian.

5.2.1 Pemilihan basis suaian

Dalam merencanakan suatu suaian yang harus dilakukan pertama


kali adalah menentukan basis suaian yaitu basis lubang ataukah basis poros.
Pada sistem suaian berbasis lubang, untuk suatu ukuran dasar yang tertentu,
beberapa jenis suaian dapat dicapai dengan cara memilih toleransi poros
(penyimpangan fundamentalnya, simbol hurufnya; lihat sub bab 2.2). Dalam
hal ini poros-poros tersebut digerinda sampai ke ukuran yang sesuai, sedang
lubang-lubangnya dapat diperhalus dengan proses reamer yang hanya
menggunakan satu jenis ukuran saja. Untuk hal yang sama, jikalau sistem
suaian berbasis poros yang dipilih, maka poros-poros tersebut digerinda
hanya sampai ke satu toleransi tertentu (jenis h). Sementara itu, setiap
lubang pasangannya harus diperhalus secara terpisah masing-masing
dengan menggunakan reamer yang berbeda ukurannya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam beberapa


keadaan maka sistem suaian berbasis lubang lebih menguntungkan. Hal
ini terutama karena berbagai kaliber pemeriksa dan perkakas potong yang
harus dipunyai pabrik dapat dibatasi. Meskipun demikian, untuk beberapa
kondisi yang lain malah dianjurkan untuk menggunakan sistem suaian
berbasis poros. Kapan sistem suaian berbasis poros ini harus dipakai? Untuk
menjawab pertanyaan ini perhatikan contoh berikut.

Misalnya suatu poros dengan diameter yang seragam sepanjang


badannya. Poros dengan ukuran dasar tertentu ini harus dapat dipasangkan
pada beberapa komponen-komponen lain sedemikian rupa sehingga jenis
suaian yang terjadi harus berbeda, pada salah satu bagian mempunyai
suaian pas dan pada bagian yang lain bersuaian longgar. Gambar 29
memperlihatkan kondisi tersebut, yaitu salah satu pena (dari sekelompok
pena) suatu perkakas pembuat lubang (punch & dies) yang dipasang pada
mesin pres (misalnya untuk pembuatan lubang-lubang pada PCB, Printed
Circuit Board, suatu peralatan elektronik).

Ditinjau dari segi fungsionalnya, pena tersebut harus:

- terpasang dengan kokoh pada pelat pemegang. Dengan demikian, pada


bagian ini pena dengan lubang pada pelat pemegang direncanakan
mempunyai suaian pas.
- dapat bergerak bebas pada pelat pembimbing. Oleh karena itu, pada bagian
ini pena dengan lubang pada pelat pembimbing diharuskan mempu-
nyai suaian longgar.

Apabila sistem suaian berbasis lubang yang dipilih, di mana ke dua


lubang mempunyai ukuran dengan toleransi yang sama (jenis H), maka
porosnya harus digerinda dengan toleransi yang berbeda. Pada bagian atas
ukurannya harus sedikit lebih besar daripada bagian bawah. Oleh karena
perbedaan ukuran ini hanya kecil sekali (dalam beberapa mikrometer),
proses penggerindaannya harus dilakukan dengan sangat hati-hati.

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
56 SPESIFIKASI GEOMETRIK

Gambar 29 Pena pelubang pada perkakas pembuat lubang.

Jikalau dalam satu perkakas terdapat banyak sekali pena yang sama,
proses pengerjaannya akan menjadi mahal karena selain memerlukan waktu
yang lama juga cenderung terjadi kesalahan. Untuk menghemat proses
pengerjaan, dalam hal ini harus dipakai sistem suaian berbasis poros. Sebab,
pena-pena tersebut dapat digerinda sekaligus sepanjang badannya dengan
daerah toleransi yang sama. Meskipun memerlukan peralatan (kaliber
pemeriksa lubangnya) yang lebih banyak ragam ukurannya tetapi penghe-
matan atas proses pengerjaan masih tetap menguntungkan. Apalagi kalau
pena-pena ini telah tersedia di pasaran. Biasanya, pena dari bermacam-
macam diameter dapat dibuat dengan mudah (murah) karena mereka hanya
dibuat untuk satu kelas saja yaitu kelas “h”.

Salah satu dari ke dua basis suaian yang dianjurkan ISO ini memang
hanya sesuai untuk suatu kondisi tertentu saja. Sebaiknya suatu pabrik mesin
harus menentukan basis suaian yang digunakan sebagai sistem yang
dibakukan. Pemilihan basis suaian ini dapat dilakukan dengan mempertim-
bangkan faktor-faktor berikut:

1 macam/jenis pekerjaan
2 ongkos pengerjaan komponen-komponen yang harus dibuat
3 harga komponen-komponen yang dapat dibeli di pasaran/dipesan
dari pabrik lain,
4 biaya pembelian perkakas potong dan alat ukur, serta
5 kemudahan dari segi perancangan, pembuatan dan perakitan.

Jika telah ditetapkan, hendaknya semua orang patuh pada aturan (disiplin!).
Karena selalu melakukan hal yang sama akibatnya semua orang menjadi
terbiasa dengan aturan tersebut dan hal ini akan memudahkan pengelolaan
sistem perancangan dan sistem produksi.

5.2.2 Pemilihan kualitas suaian

Untuk menjamin segi fungsional mesin, setiap komponennya tidaklah


harus dibuat dengan kualitas yang sama tingginya, melainkan cukup dise-
suaikan dengan kebutuhannya. Secara garis besar kualitas suaian dapat
digolongkan menjadi empat kelompok yaitu: “sangat cermat, cermat, agak
cermat, dan kurang cermat”. Dalam hal ini istilah “cermat” berarti harus dibuat
dengan hati-hati, memerlukan proses pembuatan dengan ketepatan
(keterulangan) tinggi, derajat kesamaannya tinggi, atau sebarannya rendah.
Jadi, dari produk yang dibuat dalam jumlah banyak, variasi atau perbedaan
elemen geometrik yang dimaksud sangat kecil. Contoh penggunaannya
adalah sebagai berikut:

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
SPESIFIKASI GEOMETRIK 57
Kualitas “sangat cermat”; untuk komponen dengan sifat ketertukaran tinggi
(terutama bagi suaian paksa, dan berbagai alat ukur).
Kualitas “cermat”; untuk komponen mesin pada umumnya seperti mesin
perkakas, kompresor, motor bakar, motor listrik dan sebagainya.
Kualitas “agak cermat”; untuk alat transmisi, roda untuk ban mesin dengan
bantalannya, kopeling, batang penggeser pada rumah roda gigi dsb.
Kualitas “kurang cermat”; untuk komponen yang tidak kritis akan tetapi
jaminan atas sifat ketertukarannya masih ditekankan. Apabila
komponen tersebut sifatnya tetap (tidak bergerak) maka diperlukan
alat penguat seperti pasak, ring penekan dan sebagainya.

5.2.3 Pemilihan jenis suaian

Bermacam-macam jenis suaian dapat dilaksanakan dengan menen-


tukan penyimpangan fundamental dan besarnya daerah toleransi, baik untuk
lubang maupun poros. Karena simbol huruf dan angka toleransi seperti yang
terdapat pada Rekomendasi ISO R 286 relatif banyak, maka sulit untuk
menerapkan keseluruhannya dalam praktek. Malahan, sebaiknya suatu
pabrik harus membatasi sampai seminim mungkin jenis-jenis toleransi yang
digunakannya. Sebab pemakaian satu jenis toleransi saja sudah cukup besar
biayanya. ISO sendiri menyadari hal ini, sehingga melalui standarnya no 1829
- 1975 dianjurkan untuk memakai beberapa jenis toleransi saja sebagaimana
yang ditunjukkan pada tabel 17. Perlu dicatat bahwa jika mungkin jenis
toleransi yang dicantumkan dalam kotak supaya dipilih terlebih dahulu.

Sesuai dengan fungsinya maka jenis suaian dapat diuraikan lagi


dengan lebih terperinci sebagaimana tabel 18 di mana sistem suaian
berbasis poros dapat dicapai dengan cara mempertukarkan simbol hurufnya
(ingat pada pembahasan mengenai suaian setara; lihat sub bab 2.3). Tabel
18 ini boleh dikatakan sebagai panduan umum bagi perancang.

Tabel 17 Jenis toleransi yang dianjurkan.


g5 h5 js5 k5 m5 n5 p5 r5 s5 t5
f6 g6 h6 js6 k6 m6 n6 p6 r6 s6 t6
e7 f7 h7 js7 k7 m7 n7 p7 r7 s7 t7 u7
d8 e8 f8 h8
d9 e9 h9
d10 js dapat diganti dengan j
a11 b11 c11 h11

lubang G6 H6 Js6 K6 M6 N6 P6 R6 S6 T6
F7 G7 H7 Js7 K7 M7 N7 P7 R7 S7 T7
E8 F8 H8 Js8 K8 M8 N8 P8 R8
D9 E9 F9 H9
D10 E10 H10 Js dapat diganti dengan J.
A11 B11 C11 D11 H11

TEKNIK PRODUKSI MESIN, FTMD-ITB

Berdasarkan tabel 18 ini perancang dapat menetapkan suaian untuk


menjamin fungsi komponen seperti yang dirancangnya. Perancang tak perlu
lagi repot dengan membuka tabel toleransi dan menuliskan harga toleransi
ukuran pada gambar teknik. Inilah salah satu contoh kegunaan dari
pemakaian toleransi sistem ISO.

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
58 SPESIFIKASI GEOMETRIK
Tabel 18 Petunjuk umum untuk menentukan jenis suaian

Suaian berbasis lubang


Penggunaan jenis suaian “sangat “agak “kurang
cermat” “cermat” cermat” cermat”
1. Suaian Kempa:
Untuk komponen yang dipasang dengan tetap.
Pemasangannya dengan menggunakan mesin
press. Pasangan yang terjadi tidak dapat dilepas H7/p6
lagi.
Contoh: cincin gigi kuningan yang dipasang pada
roda besi tuang, rotor motor listrik pada poros-
nya.
2. Suaian Tekan:
Untuk komponen yang terpasang tetap dengan
memberikan pukulan yang berat. Masih mungkin H6/n5 H7/n6 H8/n7
dilepas guna keperluan reparasi. H6/m5 H7/m6 H8/m7
Contoh: ring bantalan peluru pada poros atau
rumahnya, roda gigi pada porosnya.
3. Suaian Jepit:
Merupakan pasangan tetap dengan cara mem-
berikan pukulan ringan. Dapat dilepas dengan
agak susah. Biasanya diberi penguat seperti H6/k5 H7/k6 H8/k7
pasak ataupun ring penekan.
Contoh: komponen yang dipasang pada poros
transmisi.
4. Suaian Sorong:
Dianjurkan untuk pasangan tetap yang sering
dibongkar. Pemasangan maupun pembongkaran H6/j5 H7/j6 H8/j7
harus dapat dilakukan dengan mudah.
Misal: roda gigi lepas pada mesin perkakas (perlu
pasak penguat).
5. Suaian Lepas:
Untuk pasangan yang bergerak tanpa pelumas
yang berlebihan. H6/h5 H7/h6 H8/h7 H11/h11
Contoh: bus-senter-tetap pada mesin bubut,
pisau freis pada porosnya.
6. Suaian Jalan Teliti:
Untuk pasangan yang dapat bergerak tanpa ada-
nya goyangan.
Misal: roda gigi geser pada rumah roda-gigi, ko- H6/g5 H7/g6
pling tak tetap.
7. Suaian Jalan:
Untuk komponen yang dapat bergerak bebas H7/f7 H8/f8
tetapi goyangannya masih tetap kecil.
Contoh: bantalan luncur dengan putaran rendah.
8. Suaian Jalan Longgar:
Apabila pelumasannya baik pasangannya ini
dapat berfungsi dengan memuaskan. Untuk H7/e8 H8/e9 H11/d11
komponen yang bergerak/berputar dengan cukup
tinggi.
9. Suaian Sangat Longgar:
Terutama digunakan untuk poros yang berputar
dengan putaran serta beban yang tinggi. H11/c11
Kelonggaran yang cukup besar diperlukan untuk H7/d9 H8/d9 H11/b11
pelumasan hidrodinamik, yang mana harus sela- H11/a11
lu dijamin adanya lapisan pelumas. Perlu diguna-
kan sistem aliran pelumasan yang tertutup.
TEKNIK PRODUKSI MESIN, FTMD-ITB

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
SPESIFIKASI GEOMETRIK 59
5.3 SUAIAN UNTUK BANTALAN BOLA/SILINDER

Untuk menjamin fungsi bantalan peluru/bola & silinder (ball & roll
bearing) dengan baik, maka suaian antara cincin dalam dengan poros dan
cincin luar dengan dudukan rumahnya haruslah direncanakan sesuai dengan
kondisi kerja bantalan tersebut. Biasanya digunakan suaian paksa apabila
cincin yang bersangkutan menahan beban yang berputar dan dipakai suaian
sedikit longgar untuk cincin yang menahan beban diam (untuk mempermudah
pembongkaran dalam rangka reparasi).

Perancangan toleransi lubang (dudukan bantalan) dan poros pada


mana bantalan peluru dipasang perlu dipisahkan dari rancangan biasa
karena toleransi cincin-cincin bantalan peluru (bearing ring) ini tidak
mengikuti sistem toleransi dimensi ISO. Secara internasional telah ditetapkan
suatu jenis toleransi untuk diameter dalam dari cincin dalam dan diameter
luar dari cincin luar.

Tabel 19 memperlihatkan jenis toleransi bagi lubang dan poros yang


dianjurkan. Kualitasnya termasuk jenis yang sangat cermat, (poros kelas IT5,
lubang kelas IT6). Akan tetapi, bila diinginkan dapat pula dipakai kelas
cermat yaitu dengan memakai angka kualitas satu tingkat lebih besar.
Apabila dudukan/rumah bantalan dibuat dari material yang lebih lunak
daripada baja/besi tuang, dianjurkan untuk menggunakan suaian satu tingkat
lebih sempit. Petunjuk yang lebih terperinci dapat dilihat pada katalog pabrik
pembuat bantalan.

Tabel 19 Toleransi poros dan dudukan bantalan peluru.

Poros:
- beban diam relatif terha- h5 untuk berbagai diameter
dan beban
dap cincin dalam
diameter # 18 mm,
h5 beban ringan
1 j5 beban normal
- beban berputar relatif diameter > 18 - 100 mm
terhadap cincin dalam j5 beban ringan

k5 diameter > 18 - 100 mm


beban normal
Rumah (lubang; tidak ter-
pisah/terpotong)
- beban diam relatif terha- J6 untuk macam-macam diam-
eter dan beban
2 dap cincin luar
- beban berputar relatif K6 untuk macam-macam diam-
terhadap cincin luar eter dan beban
Bantalan tekan j5 untuk macam-macam diam-
- poros eter dan beban
3
- rumah (lubang) H6 untuk macam-macam diam-
eter dan beban

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
60 SPESIFIKASI GEOMETRIK
5.4 PENYIMPANGAN BAGI UKURAN/DIMENSI YANG BERTOLERANSI TERBU-
KA

Untuk bagian-bagian komponen mesin yang tidak berfungsi sebagai


suaian ataupun yang tidak memerlukan ketelitian ukuran yang tinggi pada
dasarnya tidak perlu diberi tanda toleransi. Dalam hal ini malah dianjurkan
untuk tidak mencantumkan suatu toleransi apapun sehingga bagi ukuran
yang bersangkutan dikatakan sebagai “bertoleransi terbuka” (open toler-
ance).

Meskipun toleransi tidak dituliskan bukan berarti ukuran tersebut


harus ideal (sama sekali tidak boleh salah) ataupun sebaliknya (boleh
menyimpang jauh dari ukuran yang diminta). Tabel 20 berikut dapat diguna-
kan sebagai patokan untuk membatasi penyimpangan bagi ukuran/dimensi
yang bertoleransi terbuka dan tabel 21 berkaitan dengan penyimpangan
suatu sudut yang bertoleransi terbuka.

Tabel 20 Penyimpangan yang diperbolehkan bagi ukuran/dimensi tanpa tanda toleransi.

1000-
Ukuran nominal mm 1.3 3-6 6-30 30-120 120-315 315-1000
2000
Halus ±0.05 ±0.05 ±0.1 ±0.15 ±0.2 ±0.3 ±0.5
Penyimpangan
Sedang ±0. ±0.1 ±0.2 ±0.3 ±0.5 ±0.8 ±1.2
yang diizinkan
Kasar ±0.2 ±0.5 ±0.8 ±1.2 ±2 ±3

Tabel 21 Penyimpangan yang diperbolehkan bagi sudut tanpa tanda toleransi.

120 -
Ukuran nominal (mm)Ì sampai 10 10 - 50 50 - 120
400

Penyimpangan Dalam derajat dan menit ± 1E ± 30' ± 20' ± 10'


yang diizinkan Dalam milimeter per 100 mm ± 1,8 ± 0,9 ± 0,6 ± 0,3

Ì
Ukuran kaki yang pendek bagi elemen sudut yang dimaksud.

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
SPESIFIKASI GEOMETRIK 61

1 SPESIFIKASI GEOMETRIK.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

2 TOLERANSI DAN SUAIAN (PRINSIP & DEFINISI). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3


2.1 TOLERANSI.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
2.2 SUAIAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
2.3 CARA PENULISAN TOLERANSI UKURAN/DIMENSI.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
2.4 SIMBOL ISO UNTUK TOLERANSI, PENYIMPANGAN DAN SUAIAN. . . . . . . . . . . . . . 7
2.5 TOLERANSI STANDAR DAN PENYIMPANGAN FUNDAMENTAL. . . . . . . . . . . . . . . . 9
2.5.1 Toleransi standar (untuk diameter nominal s.d. 500mm) 10
2.5.2 Penyimpangan fundamental (untuk diameter nominal s.d. 500mm) 13
2.5.3 Suaian yang setara 14
2.5.4 Toleransi standar dan penyimpangan fundamental (d nom. s.d. 500 mm) 16

3 TOLERANSI BENTUK DAN POSISI. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18


3.1 BEBERAPA DEFINISI DAN SIMBOL YANG DIGUNAKAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18
3.2 ATURAN PENULISAN SIMBOL TOLERANSI PADA GAMBAR TEKNIK. . . . . . . . . . . 21
3.3 CONTOH PENGGUNAAN DAN ARTI SIMBOL TOLERANSI BENTUK & POSISI. . . . 25
3.4 PRINSIP MATERIAL MAKSIMUM (Maximum Material Principle).. . . . . . . . . . . . . . . . 33

4 KONFIGURASI PERMUKAAN.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40
4.1 PERMUKAAN DAN PROFIL. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40
4.2 PARAMETER KEKASARAN PERMUKAAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42
4.3 CARA PENULISAN SPESIFIKASI PERMUKAAN PADA GAMBAR TEKNIK. . . . . . . . 46

5 BEBERAPA PETUNJUK PRAKTIS. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 49


5.1 PROSES PEMBUATAN DAN KETEPATAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 49
5.2 PEMILIHAN SUAIAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 55
5.2.1 Pemilihan basis suaian 55
5.2.2 Pemilihan kualitas suaian 56
5.2.3 Pemilihan jenis suaian 57
5.3 SUAIAN UNTUK BANTALAN BOLA/SILINDER.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 59
5.4 PENYIMPANGAN BAGI UKURAN/DIMENSI YANG BERTOLERANSI TERBUKA. . . 60

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
62 SPESIFIKASI GEOMETRIK
alat bantu cekam. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2 analisis profil arah panjang. . . . . . . . 45
arti toleransi analisis profil arah tegak. . . . . . . . . . 43
bentuk, posisi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25 angka kekasaran ISO. . . . . . . . . . . . . . 46
elemen dasar/acuan. . . . . . . . . . . . . . . 30 bagian panjang penahan. . . . . . . . . . . 45
kebenaran bentuk garis. . . . . . . . . . . . 26 diagram konversi.. . . . . . . . . . . . . . . . . 53
kebenaran bentuk permukaan. . . . . . . 26 kekasaran perataan. . . . . . . . . . . . . . . 43
kebulatan.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25 kekasaran rata2 aritmetik.. . . . . . . . . . 43
kelurusan.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25 kekasaran rata2 kuadratik. . . . . . . . . . 44
kerataan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25 kekasaran total. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 43
kesejajaran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 26 kekasaran total rata2. . . . . . . . . . . . . . 44
kesilindrikan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25 kelonggaran pemesinan. . . . . . . . . . . . 48
kesimetrikan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29 konfigurasi permukaan. . . . . . . . . . . . . 40
kesudutan/kemiringan. . . . . . . . . . . . . 27 kurva ABBOTT. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 45
ketegaklurusan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27 lebar gelombang. . . . . . . . . . . . . . . . . . 45
konsentrisitas dan kesamaan sumbu lebar kekasaran. . . . . . . . . . . . . . . . . . 45
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29 mikrogeometri. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40
latihan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 32 pada gambar teknik. . . . . . . . . . . . . . . 46
penyimpangan putar. . . . . . . . . . . . . . . 29 panjang penahan. . . . . . . . . . . . . . . . . 45
posisi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 28 panjang pengukuran. . . . . . . . . . . . . . . 42
sasaran acuan.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31 panjang sampel.. . . . . . . . . . . . . . 42, 47
basic size. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3 parameter. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42
basic system profil akar/alas. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 43
hole basic system. . . . . . . . . . . . . . . . . . 5 profil geometrik ideal. . . . . . . . . . . . . . 42
shaft basic system. . . . . . . . . . . . . . . . . 5 profil puncak. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 43
benda kerja. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2 profil referensi/acuan. . . . . . . . . . . . . . 42
bidang tengah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22 profil tengah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 43
cara ISO lebih menguntungkan. . . . . . . . . . . . . . 7 profil terukur. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42
clearance fits. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4 simbol pada gambar teknik. . . . . . . . 47
daerah toleransi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3 kelurusan
datum feature. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20 straightness.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
deviation. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3 kerapatan
fundamental. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10 maksimum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
diagram skematik. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9 minimum. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
diameter nominal kerataan
tingkatan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10 flatness. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
elemen dasar sementara. . . . . . . . . . . . . . . . . . 20 kesalahan putar
elemen dasar/acuan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20 run out. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
feed-back.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9 sirkuler & total. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
fits.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 kesalahani
clearance fits.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 bentuk dan posisi. . . . . . . . . . . . . . . . . 18
interference fits. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2 kesejajaran
transition fits. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2 parallelism. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
fixture. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2 kesilindrikan
fungsi komponen.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 cylindricity. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
garis kesimetrikan
data permukaan. . . . . . . . . . . . . . . . . . 19 symmetry. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
ideal. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19 kesudutan/kemiringan
proyeksi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21 angularity.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
sumbu. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22 ketegaklurusan
tepi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21 perpendicularity. . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
hole. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3 ketelitian bentuk bidang
interference profile of any surface. . . . . . . . . . . . . 21
maximum. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15 ketelitian bentuk garis
minimum. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15 profile of any line.. . . . . . . . . . . . . . . . 21
interference fits. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4 ketertukaran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18
ISO kompromi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2, 40
kode/simbol anjuran. . . . . . . . . . . . . . . . 6 konfigurasi permukaan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41
IT. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10 alur.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41
kaliber gelombang.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41
gauge/gage. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34 kekasaran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41
teoretik.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34 kekasaran permukaan. . . . . . . . . . . . . 40
karakteristik geometrik makrogeometri. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41
mikrogeometri. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40 serpihan.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41
karakteristik permukaan konsentrisitas & kesamaan sumbu
konfigurasi permukaan. . . . . . . . . . . . . 40 concentricity & coaxiality. . . . . . . . . . . 21
kebulatan kotak toleransi
circularity/roundness. . . . . . . . . . . . . . 21 elemen dasar/acuan. . . . . . . . . . . . . . . 23
kekasaran permukaan kotak toleransi.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
SPESIFIKASI GEOMETRIK 63
tanda segi tiga.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23 rata-rata geometrik. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
kualitas segi pembuatan.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
cermat .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 57 segi perakitan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
lebih ketat shaft. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
toleransi lain sama jenisnya. . . . . . . . 23 simbol angka. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
lubang. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3 angka kualitas. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
makrogeometri simbol huruf. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
kesalahan bentuk & posisi. . . . . . . . . 40 biasa, kecil, "kapitil". . . . . . . . . . . . . . . . 7
material maksimum kapital. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
bagi suaian longgar. . . . . . . . . . . . . . . 33 simbol penyimpangan
maximum material principle. . . . . . . . . 33 simbol penyimpangan.. . . . . . . . . . . . . . 8
penambahan toleransi. . . . . . . . . . . . . 33 simbol toleransi
maximum material condition.. . . . . . . . . . . . . . . . 9 bentuk & posisi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
mesin perkakas kotak toleransi.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
kualitas toleransi.. . . . . . . . . . . . . 49, 50 sistem limit (batas) dan suaian.. . . . . . . . . . . . . 2
mikrogeometri sistem suaian
kekasaran permukaan. . . . . . . . . . . . . 40 berbasis lubang.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
minimum material condition. . . . . . . . . . . . . . . . . 8 berbasis poros. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
open tolerance.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 spesifikasi geometrik. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
parameter stylus. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40
kekasaran permukaan. . . . . . . . . . . . . 42 suaian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1, 4
permukaan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40 bantalan bola/rol. . . . . . . . . . . . . . . . . . 59
parameter permukaan berbasis lubang.. . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
kuantitatif.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42 berbasis poros. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
penambahan toleransi longgar.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1, 4, 8
material maksimum.. . . . . . . . . . . . . . . 33 paksa. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2, 4, 15
penampang permukaan paksa; aturan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
normal. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41 pas. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1, 5
profil.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41 pemilihan. . . . . . . . . . . . . . . . . 55, 57, 58
serong. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41 setaraf. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
singgung. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41 sumbu komponen. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
penyimpangan.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3 surface
fundamental. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10 geometrically ideal. . . . . . . . . . . . . . . . 40
minimum absolut.. . . . . . . . . . . . . . . . . . 8 measured. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40
penyimpangan fundamental nominal. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41
simetrik. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14 surface configuration
tak simetrik. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14 flakes. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41, 42
permukaan form. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42
bentuk/konfigurasi. . . . . . . . . . . . . . . . 40 grooves. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41, 42
geometrik ideal. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40 roughness. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41
jarum peraba. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40 waviness. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41, 42
nominal. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41 surface roughness
profil.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40 ABBOTT curve. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 45
terukur. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40 bearing length. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 45
perubahan basis suaian bearing length fraction. . . . . . . . . . . . . 45
suaian longgar. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15 center line average, CLA. . . . . . . . . . 43
suaian paksa. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15 center profile. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 43
poros. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3 cust line. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 43
posisi depth of surface smoothness. . . . . . . 43
position. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21 geometrically ideal profile. . . . . . . . . . 42
prinsip material maksimum identification on the drawing. . . . . . . 46
jarak titik pusat. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 36 ISO roughness number.. . . . . . . . . . . . 46
kelurusan.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34 machining allowance. . . . . . . . . . . . . . 48
kesamaan sumbu. . . . . . . . . . . . . . . . . 39 mean roughness index. . . . . . . . . . . . . 43
ketegaklurusan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 35 measured profile. . . . . . . . . . . . . . . . . . 42
maximum material principle. . . . . . . . . 33 peak to mean line. . . . . . . . . . . . . . . . 43
posisi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 37 peak to valley height. . . . . . . . . . . . . . 43
produk percobaan reference profile. . . . . . . . . . . . . . . . . . 42
prototype. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 52 root mean square height.. . . . . . . . . . 44
profil root profile. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 43
permukaan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40 roughness width. . . . . . . . . . . . . . . . . . 45
proses pembuatan sample length. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 47
kehalusan yang dicapai. . . . . . . . . . . . 51 sampling length.. . . . . . . . . . . . . . . . . . 42
kualitas toleransi & kelas kekasaran total height.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 43
permukaan. . . . . . . . . . . . . . . 54 traversing length. . . . . . . . . . . . . . . . . . 42
prototype. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14 waviness width. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 45
produk percobaan. . . . . . . . . . . . . . . . . 52 tanda toleransi
punch & dies. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 55 bagian tertentu (khusus).. . . . . . . . . . . 23

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
64 SPESIFIKASI GEOMETRIK
elemen identik.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24 diameter nominal
kotak ukuran letak/bentuk. . . . . . . . . . 24 tingkatan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
temporary datum feature. . . . . . . . . . . . . . . . . . 20 elemen dasar sementara. . . . . . . . . . . . . . 20
tolerance. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
elemen dasar/acuan. . . . . . . . . . . . . . . . . . 20
grades of. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
standard. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10 feed-back.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
unit. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10 fits.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
tolerance zone.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3 clearance fits. . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
toleransi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 interference fits. . . . . . . . . . . . . . . . 2
batas. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13 transition fits. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
batas daerah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14 fixture. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
bentuk. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18 fungsi komponen.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
kelas. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10 garis
kelompok. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24
data permukaan. . . . . . . . . . . . . . . 19
posisi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18
satuan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10 ideal. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19
standar.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10, 11 proyeksi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
ukuran/dimensi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18 sumbu. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22
toleransi geometrik tepi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
imajinasi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19 hole. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
toleransi lain sama jenisnya interference
lebih ketat. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23 maximum. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
toleransi standar
minimum. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
ukuran besar. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16
toleransi terbuka. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 interference fits. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
open tolerance. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 60 ISO
toleransi ukuran.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3 kode/simbol anjuran.. . . . . . . . . . . . 6
transition fits. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5 IT. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
ujung panah kaliber
elemen yang diberi toleransi. . . . . . . 21 gauge/gage.. . . . . . . . . . . . . . . . . . 34
ukuran dasar. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3 teoretik. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34
workpiece.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2 karakteristik geometrik
arti toleransi mikrogeometri. . . . . . . . . . . . . . . . 40
bentuk, posisi. . . . . . . . . . . . . . . . . 25 karakteristik permukaan
elemen dasar/acuan. . . . . . . . . . . 30 konfigurasi permukaan. . . . . . . . . 40
kebenaran bentuk garis. . . . . . . . . 26 kebulatan
kebenaran bentuk permukaan. . . 26 circularity/roundness. . . . . . . . . . . 21
kebulatan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25 kekasaran permukaan
kelurusan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25 analisis profil arah panjang. . . . . . 45
kerataan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25 analisis profil arah tegak. . . . . . . . 43
kesejajaran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 26 angka kekasaran ISO. . . . . . . . . . 46
kesilindrikan. . . . . . . . . . . . . . . . . . 25 bagian panjang penahan. . . . . . . . 45
kesimetrikan. . . . . . . . . . . . . . . . . . 29 diagram konversi. . . . . . . . . . . . . . 53
kesudutan/kemiringan. . . . . . . . . . 27 kekasaran perataan. . . . . . . . . . . . 43
ketegaklurusan.. . . . . . . . . . . . . . . 27 kekasaran rata2 aritmetik. . . . . . . 44
konsentrisitas dan kesamaan sumbu kekasaran rata2 kuadratik. . . . . . . 44
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29 kekasaran total.. . . . . . . . . . . . . . . 43
latihan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 32 kekasaran total rata2. . . . . . . . . . . 44
penyimpangan putar. . . . . . . . . . . 29 kelonggaran pemesinan. . . . . . . . 48
posisi.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 28 konfigurasi permukaan. . . . . . . . . 40
sasaran acuan. . . . . . . . . . . . . . . . 31 kurva ABBOTT. . . . . . . . . . . . . . . . 45
basic size. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3 lebar gelombang. . . . . . . . . . . . . . 45
basic system lebar kekasaran. . . . . . . . . . . . . . . 45
hole basic system.. . . . . . . . . . . . . . 5 mikrogeometri. . . . . . . . . . . . . . . . 40
shaft basic system. . . . . . . . . . . . . . 5 pada gambar teknik. . . . . . . . . . . . 46
benda kerja. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2 panjang penahan. . . . . . . . . . . . . . 45
bidang tengah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22 panjang pengukuran. . . . . . . . . . . 42
cara ISO lebih menguntungkan. . . . . . . . . . 7 panjang sampel. . . . . . . . . . . . 42, 47
clearance fits. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4 parameter. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42
daerah toleransi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3 profil akar/alas. . . . . . . . . . . . . . . . 43
datum feature. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20 profil geometrik ideal. . . . . . . . . . . 42
deviation. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3 profil puncak. . . . . . . . . . . . . . . . . . 43
fundamental. . . . . . . . . . . . . . . . . . 10 profil referensi/acuan. . . . . . . . . . . 42
diagram skematik. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
SPESIFIKASI GEOMETRIK 65
profil tengah. . . . . . . . . . . . . . . . . . 43 minimum material condition. . . . . . . . . . . . . 8
profil terukur. . . . . . . . . . . . . . . . . . 42 open tolerance.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
simbol pada gambar teknik. . . . . . 47 parameter
kelurusan kekasaran permukaan. . . . . . . . . . 42
straightness. . . . . . . . . . . . . . . . . . 21 permukaan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40
kerapatan parameter permukaan
maksimum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15 kuantitatif. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42
minimum. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15 penambahan toleransi
kerataan material maksimum. . . . . . . . . . . . 33
flatness. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21 penampang permukaan
kesalahan putar normal.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41
run out.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21 profil. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41
sirkuler & total.. . . . . . . . . . . . . . . . 21 serong. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41
kesalahani singgung. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41
bentuk dan posisi. . . . . . . . . . . . . . 18 penyimpangan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
kesejajaran fundamental. . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
parallelism. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21 minimum absolut. . . . . . . . . . . . . . . 8
kesilindrikan penyimpangan fundamental
cylindricity. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21 simetrik. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
kesimetrikan tak simetrik. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
symmetry. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21 permukaan
kesudutan/kemiringan bentuk/konfigurasi. . . . . . . . . . . . . 40
angularity. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21 geometrik ideal.. . . . . . . . . . . . . . . 40
ketegaklurusan jarum peraba. . . . . . . . . . . . . . . . . 40
perpendicularity. . . . . . . . . . . . . . . 21 nominal. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41
ketelitian bentuk bidang profil. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40
profile of any surface. . . . . . . . . . . 21 terukur.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40
ketelitian bentuk garis perubahan basis suaian
profile of any line. . . . . . . . . . . . . . 21 suaian longgar. . . . . . . . . . . . . . . . 15
ketertukaran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18 suaian paksa. . . . . . . . . . . . . . . . . 16
kompromi.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2, 40 poros. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
konfigurasi permukaan. . . . . . . . . . . . . . . . 41 posisi
alur. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41 position. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
gelombang. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41 prinsip material maksimum
kekasaran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41 jarak titik pusat. . . . . . . . . . . . . . . . 36
kekasaran permukaan. . . . . . . . . . 40 kelurusan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34
makrogeometri. . . . . . . . . . . . . . . . 41 kesamaan sumbu.. . . . . . . . . . . . . 39
serpihan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41 ketegaklurusan.. . . . . . . . . . . . . . . 35
konsentrisitas & kesamaan sumbu maximum material principle. . . . . 33
concentricity & coaxiality. . . . . . . . 21 posisi.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 37
kotak toleransi produk percobaan
elemen dasar/acuan. . . . . . . . . . . 23 prototype.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 52
kotak toleransi. . . . . . . . . . . . . . . . 21 profil
tanda segi tiga. . . . . . . . . . . . . . . . 23 permukaan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40
kualitas proses pembuatan
cermat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 57 kehalusan yang dicapai. . . . . . . . . 51
lebih ketat kualitas toleransi & kelas kekasaran
toleransi lain sama jenisnya. . . . . 23 permukaan. . . . . . . . . . . . 54
lubang. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3 prototype. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
makrogeometri produk percobaan. . . . . . . . . . . . . 52
kesalahan bentuk & posisi.. . . . . . 40 punch & dies. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 55
material maksimum rata-rata geometrik. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
bagi suaian longgar. . . . . . . . . . . . 33 segi pembuatan.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
maximum material principle. . . . . 33 segi perakitan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
penambahan toleransi. . . . . . . . . . 33 shaft. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
maximum material condition. . . . . . . . . . . . 9 simbol angka. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
mesin perkakas angka kualitas. . . . . . . . . . . . . . . . . 7
kualitas toleransi. . . . . . . . . . . 49, 50 simbol huruf. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
mikrogeometri biasa, kecil, "kapitil". . . . . . . . . . . . . 7
kekasaran permukaan. . . . . . . . . . 40 kapital. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
66 SPESIFIKASI GEOMETRIK
simbol penyimpangan kotak ukuran letak/bentuk. . . . . . . 24
simbol penyimpangan. . . . . . . . . . . 8 temporary datum feature. . . . . . . . . . . . . . 20
simbol toleransi tolerance. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
bentuk & posisi. . . . . . . . . . . . . . . . 21 grades of.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
kotak toleransi. . . . . . . . . . . . . . . . 21 standard. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
sistem limit (batas) dan suaian.. . . . . . . . . . 2 unit. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
sistem suaian tolerance zone. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
berbasis lubang. . . . . . . . . . . . . . . . 5 toleransi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
berbasis poros. . . . . . . . . . . . . . . . . 5 batas. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
spesifikasi geometrik. . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 batas daerah.. . . . . . . . . . . . . . . . . 14
stylus. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40 bentuk. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18
suaian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1, 4 kelas. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
bantalan bola/rol.. . . . . . . . . . . . . . 59 kelompok. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24
berbasis lubang. . . . . . . . . . . . . . . 14 posisi.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18
berbasis poros. . . . . . . . . . . . . . . . 14 satuan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
longgar. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1, 4, 8 standar. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10, 11
paksa. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2, 4, 15 ukuran/dimensi.. . . . . . . . . . . . . . . 18
paksa; aturan. . . . . . . . . . . . . . . . . 15 toleransi geometrik
pas. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1, 5 imajinasi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19
pemilihan. . . . . . . . . . . . . . 55, 57, 58 toleransi lain sama jenisnya
setaraf.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14 lebih ketat. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23
sumbu komponen. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4 toleransi standar
surface ukuran besar. . . . . . . . . . . . . . . . . 16
geometrically ideal. . . . . . . . . . . . . 40 toleransi terbuka. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
measured. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40 open tolerance. . . . . . . . . . . . . . . . 60
nominal. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41 toleransi ukuran.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
surface configuration transition fits. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
flakes. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41, 42 ujung panah
form.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42 elemen yang diberi toleransi. . . . . 21
grooves. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41, 42 ukuran dasar. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
roughness.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41 workpiece. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
waviness. . . . . . . . . . . . . . . . . . 41, 42
surface roughness
ABBOTT curve. . . . . . . . . . . . . . . . 45
bearing length.. . . . . . . . . . . . . . . . 45
bearing length fraction. . . . . . . . . . 45
center line average, CLA. . . . . . . . 44
center profile.. . . . . . . . . . . . . . . . . 43
cust line.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 43
depth of surface smoothness. . . . 43
geometrically ideal profile. . . . . . . 42
identification on the drawing. . . . . 46
ISO roughness number. . . . . . . . . 46
machining allowance. . . . . . . . . . . 48
mean roughness index.. . . . . . . . . 44
measured profile. . . . . . . . . . . . . . 42
peak to mean line. . . . . . . . . . . . . . 43
peak to valley height. . . . . . . . . . . 43
reference profile. . . . . . . . . . . . . . . 42
root mean square height. . . . . . . . 44
root profile.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 43
roughness width. . . . . . . . . . . . . . . 45
sample length. . . . . . . . . . . . . . . . . 47
sampling length. . . . . . . . . . . . . . . 42
total height. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 43
traversing length.. . . . . . . . . . . . . . 42
waviness width. . . . . . . . . . . . . . . . 45
tanda toleransi
bagian tertentu (khusus). . . . . . . . 23
elemen identik. . . . . . . . . . . . . . . . 24

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
LAMPIRAN TOLERANSI ISO 67

TABEL TOLERANSI ISO

A.0 Toleransi standar untuk diameter sampai dengan 500 mm


A.1.1 Penyimpangan fundamental untuk poros D # 500 mm
A.2.1 Penyimpangan fundamental untuk lubang D # 500 mm
A.1.2 Penyimpangan fundamental untuk poros D # 500 mm
A.2.2 Penyimpangan fundamental untuk lubang D # 500 mm
A.3 Toleransi standar untuk diameter D > 500 mm
A.4 Penyimpangan fundamental poros dan lubang untuk diameter D > 500 mm

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015
Lampiran A.0 Toleransi standar untuk diameter sampai dengan 500 mm.

Angka Kualitas (IT; International Tolerance); Toleransi yang dimaksud dalam ìm.
Diameter (mm):
01 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
#3 0.3 0.5 0.8 1.2 2 3 4 6 10 14 25 40 60 100 140 250 400 600
>3-6 0.4 0.6 1 1.5 2.5 4 5 8 12 18 30 48 75 120 180 300 480 750
>6-10 0.4 0.6 1 1.5 2.5 4 6 9 15 22 36 58 90 150 220 360 580 900
68 LAMPIRAN TOLERANSI ISO

>10-18 0,5 0.8 1.2 2 3 5 8 11 18 27 43 70 110 180 270 430 700 1100
>18-30 0.6 1 1.5 2.5 4 6 9 13 21 33 52 84 130 210 330 520 840 1300
>30-50 0.6 1 1.5 2.5 4 7 11 16 25 39 62 100 160 250 390 620 1000 1600
>50-80 0.8 1.2 2 3 5 8 13 19 30 46 74 120 190 300 460 740 1200 1900
>80-120 1 1.5 2.5 4 6 10 15 22 35 54 87 140 220 350 540 870 1400 2200
>120-180 1.2 2 3,5 5 8 12 18 25 40 63 100 160 250 400 630 1000 1600 2500
>180-250 2 3 4.5 7 10 14 20 29 46 72 115 185 290 460 720 1150 1850 2900
>250-315 2.5 4 6 8 12 16 23 32 52 81 130 210 320 520 810 1300 2100 3200
>315-400 3 5 7 9 13 18 25 36 57 89 140 230 360 570 890 1400 2300 2600
>400-500 4 6 8 10 15 20 27 40 63 97 155 250 400 630 970 1550 2500 4000

Tabel ini dibuat dengan menghitung harga toleransi untuk setiap tingkatan diameter nominal seperti contoh berikut; TEKNIK PRODUKSI MESIN, FTMD-ITB
misalnya untuk diameter di atas 30 s.d. 50 mm:

D = % ( 30 x 50 ) . 38.730 mm IT 6 = 10 x i . 16 ìm IT 16 = 1000 x i . 1600 ìm


i = 0.453 % D x 0.001 D . 1.5612 ìm IT 7 = 16 x i . 25 ìm IT 17 = 1600 x i . 2500 ìm
IT 8 = 25 x i . 39 ìm IT 18 = ......... dst.
IT 01 = 0.3 + 0.008 D . 0.6 ìm IT 9 = 40 x i . 62 ìm
IT 0 = 0.5 + 0.012 D . 1 ìm IT10 = 64 x i . 100 ìm
IT 1 = 0.8 + 0.020 D . 1.5 ìm
IT 11 = 100 x i . 160 ìm
IT 5 = 7 x i . 11 ìm IT 12 = 160 x i . 250 ìm
IT 13 = 250 x i . 390 ìm
IT 14 = 400 x i . 620 ìm
IT 3 = % (IT 1 x IT 5) . 4 ìm IT 15 = 640 x i . 1000 ìm
IT 2 = % (IT 1 x IT 3) . 2.5 ìm
IT 4 = % (IT 3 x IT 5) . 7 ìm
LAMPIRAN TOLERANSI ISO 69

Lampiran A.1.1 Penyimpangan fundamental untuk poros D # 500 mm


Penyimpangan fundamental Penyimpangan atas: es
Simbol huruf: aÌ bÌ c cd d e ef f fg g h j sË
.<3 -270 -140 -60 -34 -20 -14 -10 -6 -4 -2 0
> 3 s.d. 6 -270 -140 -70 -46 -30 -20 -14 -10 -6 -4 0
> 6 s.d. 10 -280 -150 -80 -56 -40 -25 -18 -13 -8 -5 0
> 10 s.d. 14
-290 -150 -95 - -50 -32 - -16 - -6 0
Penyimpangan fundamental dalam mikrometer (ìm)

> 14 s.d. 18

Penyimpangan ditentukan oleh angka toleransi; ± IT/2


> 18 s.d. 24
-300 -160 -110 - -65 -40 - -20 - -7 0
> 24 s.d. 30
> 30 s.d. 40 -310 -170 -120 - -80 -50 - -25 - -9 0
Tingkatan diameter dalam mm

> 40 s.d. 50 -320 -180 -130


> 50 s.d. 65 -340 -190 -140
- -100 -60 - -30 - -10 0
> 65 s.d. 80 -360 -200 -150
> 80 s.d. 100 -380 -220 -170
- -120 -72 - -36 - -12 0
> 100 s.d. 120 -410 -240 -180
> 120 s.d. 140 -460 -260 -200
> 140 s.d. 160 -520 -280 -210 - -145 -85 - -43 - -14 0
> 160 s.d. 180 -580 -310 -230
> 180 s.d. 200 -660 -340 -240
> 200 s.d. 225 -740 -380 -260 - -170 -100 - -50 - -15 0
> 225 s.d. 250 -820 -420 -280
> 250 s.d. 280 -920 -480 -300
- -190 -110 - -56 - -17 0
> 280 s.d. 315 -1050 -540 -330
> 315 s.d. 355 -1200 -600 -360
- -210 -125 - -62 - -18 0
> 355 s.d. 400 -1350 -680 -400
> 400 s.d. 450 -1500 -760 -440
- -230 -135 - -68 - -20 0
> 450 s.d. 500 -1650 -840 -480
Ì
Ë
Penyimpangan a dan b tidak diberikan untuk diameter sampai dengan 1 mm.
Untuk j s pada kualitas 7 sampai 11, dua penyimpangan simetriknya ± IT/2 dapat dibulatkan.

Lampiran A.2.1 Penyimpangan fundamental untuk lubang D # 500 mm


Penyimpangan fundamen- Penyimpangan bawah; EI
tal
Huruf AÌ BÌ C CD D E EF F FG G H Js Ë
Ì
<3 +270 +140 +60 +34 +20 +14 +10 +6 -4 +2 0
> 3 s.d. 6 +270 +140 +70 +46 +30 +20 +14 +10 -6 +4 0
> 6 s.d. 10 +280 +150 +80 +56 +40 +25 +18 +13 -8 +5 0
> 10 s.d. 14
+290 +150 +95 - +50 +32 - +16 - +6 0
> 14 s.d. 18
Penyimpangan ditentukan oleh angka toleransi; ± IT/2
Penyimpangan fundamental dalam mikrometer (ìm)

> 18 s.d. 24
+300 +160 +110 - +65 +40 - +20 - +7 0
> 24 s.d. 30
> 30 s.d. 40 +310 +170 +120
- +80 +50 - +25 - +9 0
> 40 s.d. 50 +320 +180 +130
Tingkatan diameter dalam mm

> 50 s.d. 65 +340 +190 +140


- +100 +60 - +30 - +10 0
> 65 s.d. 80 +360 +200 +150
> 80 s.d. 100 +380 +220 +170
- +120 +72 - +36 - +12 0
> 100 s.d. 120 +410 +240 +180
> 120 s.d. 140 +460 +260 +200
> 140 s.d. 160 +520 +280 +210 - +145 +85 - +43 - +14 0
> 160 s.d. 180 +580 +310 +230
> 180 s.d. 200 +660 +340 +240
> 200 s.d. 225 +740 +380 +260 - +170 +100 - +50 - +15 0
> 225 s.d. 250 +820 +420 +280
> 250 s.d. 280 +920 +480 +300
- +190 +110 - +56 - +17 0
> 280 s.d. 315 +1050 +540 +330
> 315 s.d. 355 +1200 +600 +360
- +210 +125 - +62 - +18 0
> 355 s.d. 400 +1350 +680 +400
> 400 s.d. 450 +1500 +760 +440
- +230 +135 - +68 - +20 0
> 450 s.d. 500 +1650 +840 +480
Ì
Ë
Penyimpangan A dan B untuk semua kualitas tidak diberikan untuk diameter sampai dengan 1 mm.
Untuk J s pada kualitas 7 sampai 11, dua penyimpangan simetriknya ± IT/2 dapat dibulatkan.
Lampiran A.1.2 Penyimpangan fundamental untuk poros D # 500 mm
Penyimpangan fundamental Penyimpangan bawah; ei
Huruf j k m n p r s t u v x y z za zb zc
Kualitas 5-6 7 8 4-7 #3>7 Semua tingkatan kualitas
70 LAMPIRAN TOLERANSI ISO

.# 3 -2 -4 -6 0 0 +2 +4 +6 +10 +14 - +18 +20 +26 +32 +40 +60


> 3 s.d. 6 -2 -4 - +1 0 +4 +8 +12 +15 +19 - +23 +28 +35 +42 +50 +80
> 6 s.d. 10 -2 -5 - +1 0 +6 +10 +15 +19 +23 - +28 +34 +42 +52 +67 97
> 10 s.d. 14 +40 +50 +64 +90 +130
-3 -6 - +1 0 +7 +12 +18 +23 +28 - +33
> 14 s.d. 18 +39 +45 +60 +77 +108 +150
> 18 s.d. 24 - +41 +47 +54 +63 +73 +98 +136 +188
-4 -8 - +2 0 +8 +15 +22 +28 +35
> 24 s.d. 30 +41 +48 +55 +64 +75 +88 +118 +160 +218
> 30 s.d. 40 +48 +60 +68 +80 +94 +112 +148 +200 +274
-5 -10 - +2 0 +9 +17 +26 +34 +43
> 40 s.d. 50 +54 +70 +81 +97 +114 +136 +180 +242 +325
> 50 s.d. 65 +41 +53 +66 +87 +102 +122 +144 +172 +226 +300 +405
-7 -12 - +2 0 +11 +20 +32
> 65 s.d. 80 +43 +59 +75 +102 +120 +146 +174 +210 +274 +360 +480
> 80 s.d. 100 +51 +71 +91 +124 +146 +178 +214 +258 +335 +445 +585
-9 -15 - +3 0 +13 +23 +37
> 100 s.d. 120 +54 +79 +104 +144 +172 +210 +254 +310 +400 +525 +690
> 120 s.d. 140 +63 +92 +122 +170 +202 +248 +300 +365 +470 +620 +800
-11 -18 +3 0 +15 +27 +43
> 140 s.d. 160 +65 +100 +134 +190 +228 +280 +340 +415 +535 +700 +900
> 160 s.d. 180 +68 +108 +146 +210 +252 +310 +380 +465 +600 +780 +1000
> 180 s.d. 200 +77 +122 +166 +236 +284 +350 +425 +520 +670 +880 +1150
> 200 s.d. 225 +80 +130 +180 +258 +310 +385 +470 +575 +740 +960 +1250
-13 -21 - +4 0 +17 +31 +50
> 225 s.d. 250 +84 +140 +196 +284 +340 +425 +520 +640 +820 +1050 +1350
> 250 s.d. 280 +94 +158 +218 +315 +385 +475 +580 +710 +920 +1200 +1550
-16 -26 - +4 0 +20 +34 +56

Tingkatan diameter dalam mm


> 280 s.d. 315 +98 +170 +240 +350 +425 +525 +650 +790 +1000 +1300 +1700
> 315 s.d. 355 +108 +190 +268 +390 +475 +590 +730 +900 +1150 +1500 +1900

Penyimpangan fundamental dalam mikrometer (ìm)


-18 -28 - +4 0 +21 +37 +62
> 355 s.d. 400 +114 +208 +294 +435 +530 +660 +820 +1000 +1300 +1650 +2100
> 400 s.d. 450 +126 +232 +330 +490 +595 +740 +920 +1100 +1450 +1850 +2400
-20 -32 - +5 0 +23 +40 +68
> 450 s.d. 500 +132 +252 +360 +540 +660 +820 +1000 +1250 +1600 +2100 +2600
Lampiran A.2.2 Penyimpangan fundamental untuk lubang D # 500 mm

Penyimpangan fundamental Penyimpangan atas; ES


Ä mikrometerÊ
Huruf J K M N P s.d. ZC P R S T U V X Y Z ZA ZB ZC

Kualitas 6 7 8 #8 >8 #8Ë >8 #8 >8Ì #7 >7 3 4 5 6 7 8


Ì #3 +2 +4 +6 0 -2 -2 -4 -4 -6 -10 -14 - -18 - -20 - -26 -32 -40 -60 Ä 0

> 3 s.d. 6 +5 +6 +10 -1+Ä 0 -4+Ä -4 -8+Ä 0 -12 -15 -19 - -23 - -28 - -35 -42 -50 -80 1 1.5 1 3 4 6

> 6 s.d. 10 +5 +8 +12 -1+Ä - -6+Ä -6 -10+Ä 0 -15 -19 -23 - -28 - -34 - -42 -52 -67 97 1 1.5 2 3 6 7

> 10 s.d. 14 - -40 - -50 -64 -90 -130


+6 +10 +15 -1+Ä - -7+Ä -7 -12+Ä 0 -18 -23 -28 - -33 1 2 3 3 7 9
> 14 s.d. 18 -39 -45 - -60 -77 -100 -150

> 18 s.d. 24 - -41 -47 -54 -63 -73 -98 -136 -188
+8 +12 +20 -2+Ä - -8+Ä -8 -15+Ä 0 -22 -28 -35 1.5 2 3 4 8 12
> 24 s.d. 30 -41 -48 -55 -64 -75 -88 -118 -160 -218

> 30 s.d. 40 -48 -60 -68 -80 -94 -112 -148 -200 -274
+10 +14 +24 -2+Ä - -9+Ä -9 -17+Ä 0 -26 -34 -43 1.5 3 4 5 9 14
> 40 s.d. 50 -54 -70 -81 -97 -114 -136 -180 -242 -325

> 50 s.d. 65 -41 -53 -66 -87 -102 -122 -144 -172 -226 -300 -405
+13 +18 +28 -2+Ä - -11+Ä -11 -20+Ä 0 -32 2 3 5 6 11 16
> 65 s.d. 80 -43 -59 -75 -102 -120 -146 -174 -210 -274 -360 -480

> 80 s.d. 100 -51 -71 -91 -124 -146 -178 -214 -258 -335 -445 -585
+16 +22 +34 -3+Ä - -13+Ä -13 -23+Ä 0 -37 2 4 5 7 13 19
> 100 s.d. 120 -54 -79 -104 -144 -172 -210 -254 -310 -400 -525 -690

> 120 s.d. 140 -63 -92 -122 -170 -202 -245 -300 -365 -470 -620 -800

> 140 s.d. 160 +18 +26 +41 -3+Ä - -15+Ä -15 -27+Ä 0 -43 -65 -100 -134 -190 -228 -280 -340 -415 -535 -700 -900 3 4 6 7 15 23

> 160 s.d. 180 -68 -108 -146 -210 -252 -310 -380 -465 -600 -750 -1000

> 180 s.d. 200 -77 -122 -166 -236 -284 -350 -425 -520 -670 -800 -1150

Tingkatan diameter dalam mm


> 200 s.d. 225 +22 +30 +47 -4+Ä - -17+Ä -17 -31+Ä 0 -50 -80 -130 -180 -250 -310 -385 -470 -575 -740 -960 -1250 3 4 6 9 17 26

> 225 s.d. 250 -84 -140 -196 -284 -340 -425 -520 -640 -820 -1050 -1350

Penyimpangan fundamental dalam mikrometer (ìm)


> 250 s.d. 280 -94 -158 -218 -315 -385 -475 -580 -710 -920 -1200 -1550
+25 +36 +55 -4+Ä - -20Ë +Ä -20 -34+Ä 0 -56 4 4 7 9 20 29
> 280 s.d. 315 -98 -170 -240 -350 -425 -525 -650 -790 -1000 -1300 -1700

> 315 s.d. 355 -108 -190 -268 -390 -475 -590 -730 -900 -1150 -1500 -1900
+29 +39 +60 -4+Ä - -21+Ä -21 -37+Ä 0 -62 4 5 7 11 21 32
> 355 s.d. 400 -114 -209 -294 -435 -530 -660 -820 -1000 -1300 -1650 -2100

> 400 s.d. 450 -126 -232 -330 -490 -595 -740 -920 -1100 -1450 -1850 -2400
+33 +43 +66 -5+Ä - -23+Ä -23 -46+Ä 0 -68 5 5 7 13 23 34
> 450 s.d. 500 -132 -252 -360 -540 -660 -820 - -1250 -1600 -2100 -2600
Ì Penyimpangan N untuk kualitas > 8 tidak diberikan bagi diameter sampai dengan 1 mm.
Ë Hal khusus bagi M6 = -9 dari 250 sampai 315 (sebagai ganti dari -11).
Ê Dalam menentukan K,M,N, sampai dengan kualitas 8 dari P s.d. ZC sampai dengan kualitas 7, simbol harga Ä dari kolom terakhir. Contoh untuk P7 dari 18 s.d. 30, Ä =8, maka ES 14.
LAMPIRAN TOLERANSI ISO 71
72 LAMPIRAN TOLERANSI ISO

Lampiran A.3 Toleransi standar untuk diameter D > 500 mm


6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kualitas
Harga dalam mikrometer (ìm) Harga dalam milimeter (mm)
Penyimpangan fundamental dalam mikrometer

> 500 s.d. 630 44 70 110 175 280 440 0,7 1,1 1,76 2,8 4,4

> 630 s.d. 800 50 80 125 200 320 500 0,8 1,25 2,0 3,2 5,0

> 800 s.d. 1000 56 90 140 230 360 560 0,9 1,4 2,3 3,6 5,6

> 1000 s.d. 1250 66 105 165 260 420 600 1,05 1,65 2,6 4,2 6,6

> 1250 s.d. 1600 78 125 195 310 500 780 1,25 1,95 3,1 5,0 7,8

> 1600 s.d. 2000 92 150 230 370 600 920 1,5 2,3 3,7 6,0 9,2

> 2000 s.d. 2500 110 175 280 440 700 1100 1,75 2,8 4,4 7,0 11,0

> 2500 s.d. 3150 135 210 330 540 860 1350 2,1 3,3 5,4 8,6 13,5

Lampiran A.4 Penyimpangan fundamental poros dan lubang untuk diameter D > 500 mm
es, ES = penyimpangan atas
ei, EI = penyimpangan bawah
IT = toleransi standar
SIMBOL

Huruf d e f (g) h js k m n p r s t u

Kualitas 6 s.d. 16
Pada tabel es ei
Penyim-
POROS

pangan

Dihitung ei = es - IT es = ei + IT
Tanda - - - - + + + + + + +
> 500 s.d. 560 150 280 400 600
260 145 76 22 0 0 26 44 78
> 560 s.d. 630 155 310 450 660
> 630 s.d. 710 175 340 500 740
290 160 80 24 0 0 30 50 88
Harga yang tercantum pada tabel dalam

> 710 s.d. 800 185 380 560 840


> 800 s.d. 900 210 430 620 940
320 170 86 26 0 0 34 56 100
> 900 s.d. 1000 220 470 680 1050
> 1000 s.d. 1120 250 520 780 1150
350 195 98 28 0 0 40 66 120
>1120 s.d. 1250 260 580 840 1300
>1250 s.d. 1400 300 640 960 1450
390 220 110 30 0 0 48 78 140
mikrometer (ìm)

>1400 s.d. 1600 330 720 1050 1600


>1600 s.d. 1800 370 820 1200 1850
430 240 120 32 0 0 58 92 170
>1800 s.d. 2000 400 920 1350 2000
>2000 s.d. 2240 440 1000 1500 2300
480 260 130 34 0 0 68 110 195
>2240 s.d. 2500 460 1100 1650 2500
>2500 s.d. 2800 550 1250 1900 2900
520 290 145 38 0 0 76 135 240
>2800 s.d. 3150 580 1400 2100 3200
Tanda + + + - - - - - - -
Penyim-
pangan

Pada tabel ES = EI + IT EI = ES - IT
Dihitung EI ES
LUBANG

SIMBOL

Kualitas 6 s.d. 16

Huruf D E F (G) H JS K M N P R S T U

PLN Corporate University, bekerjasama dengan tim konsultan


MPE (Mechanical Production Engineering) FTMD-ITB,
Tahun 2015

Anda mungkin juga menyukai