Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan yang menguasai seluruh alam
jagad raya beserta isinya. BMKG Stasiun Klimatologi Sicincin Padang setiap
tahunnya menerbitkan Buletin Edisi Khusus Prakiraan Musim, yaitu Prakiraan Musim
Kemarau yang diterbitkan pada Bulan April dan Prakiraan Musim Hujan yang
diterbitkan pada Bulan September.

Prakiraan Musim Kemarau 2016 ini kami buat bersama secara Nasional, kemudian
untuk Tingkat Provinsi kami detailkan pembahasannya. Prakiraan ini kami buat
dengan mempertimbangkan kondisi Dinamis Atmosfer dan Laut sampai dengan
awal Maret 2016.

Demikian diharapkan, Buletin Edisi Khusus Prakiraan Musim Kemarau 2016


bermanfaat bagi pengguna dan pemerhati iklim di Sumatera Barat guna mendukung
dan menunjang kegiatan di berbagai sektor pembangunan.

Sicincin, 12 April 2016

Kepala Stasiun Klimatologi

Prakiraan Musim Kemarau 2016 di Sumatera Barat i


DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................. . i


Daftar Isi .............................................................................................................. ii

I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

II. RINGKASAN .............................................................................................. 4


A. Kondisi Dinamika Atmosfer Dan Laut ................................................. 4
B. Resume Prakiraan Musim Kemarau 2016 .......................................... 8

III. PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2016 .............................................. 12

IV. PENGERTIAN DAN ISTILAH ................................................................ 18

Prakiraan Musim Kemarau 2016 di Sumatera Barat ii


I. PENDAHULUAN

Wilayah Sumatera Barat yang dilewati Garis Khatulistiwa setidaknya memberikan


dampak yang cukup fenomenal terhadap pola hujan yang ada. Secara geografis
sebagian besar wilayahnya berada di bagian selatan garis katulistiwa, bagian barat dari
wilayah ini merupakan lautan yang sangat luas sebagai suplai uap air. Topografi yang
berbukit dan pegunungan serta dataran rendah memanjang sepanjang pantai menambah
khasanah tipe hujan yang terjadi.

Kondisi dinamika laut dan atmosfer yang terjadi terutama Dipole Mode dan monsun
sangat banyak yang mempengaruhi jatuhnya hujan di Sumatera Barat. Daerah
Pertemuan Angin Antar Tropis atau Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ) yang
merupakan daerah pertumbuhan awan, serta kondisi ENSO di Pasifik juga menambah
karakteristik musim di Sumatera Barat.

Berdasarkan hasil analisis data periode 30 tahun terakhir (1981-2010), secara


klimatologis wilayah Sumatera Barat terbagi menjadi 12 Tipe Hujan (Pola Iklim)
diantaranya 7 pola merupakan Zona Musim (ZOM) yaitu wilayah yang mempunyai
perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan periode musim Hujan
(umumnya pola Monsun), sedangkan 5 pola lainnya adalah Non Zona Musim (Non
ZOM). Daerah Non ZOM pada umumnya memiliki ciri mempunyai 2 kali puncak
hujan dalam setahun (pola Ekuatorial) dan sepanjang tahun curah hujannya tinggi atau
rendah.

1. Dipole Mode
Dipole Mode merupakan fenomena interaksi laut–atmosfer di Samudera Hindia
yang dihitung berdasarkan perbedaan nilai (selisih) antara anomali suhu muka laut
perairan pantai timur Afrika dengan perairan di sebelah barat Sumatera.Perbedaan
nilai anomali suhu muka laut dimaksud disebut sebagai Dipole Mode Indeks
(DMI).Untuk DMI positif, umumnya berdampak kurangnya curah hujan di
Indonesia bagian barat, sedangkan nilai DMI negatif, berdampak meningkatnya
curah hujan di Indonesia bagian barat.Dibandingkan dengan El Nino untuk wilayah
Sumatera Barat, Dipole Mode ini lebih berkontribusi terhadap jumlah curah hujan.

2. El Nino dan La Nina


El Nino merupakan fenomena global dari sistem interaksi lautan atmosfer yang
ditandai memanasnya suhu permukaan laut di Ekuator Pasifik Tengah (Nino 3.4)
atau anomali suhu permukaan laut di daerah tersebut positif (lebih panas dari rata-
ratanya). Sementara, dampak pengaruhnya El Nino di Indonesia, sangat tergantung

Prakiraan Musim Kemarau 2016 di Sumatera Barat 1


dengan kondisi perairan wilayah Indonesia. Fenomena El Nino yang berpengaruh di
wilayah Indonesia dengan diikuti berkurangnya curah hujan secara drastis, baru akan
terjadi bila kondisi suhu perairan Indonesia cukup dingin. Namun bila kondisi suhu
perairan Indonesia cukup hangat tidak berpengaruh terhadap kurangnya curah hujan
secara signifikan di Indonesia.

Disamping itu, mengingat luasnya wilayah Indonesia, tidak seluruh wilayah


Indonesia dipengaruhi oleh fenomena El Nino. Sedangkan La Nina merupakan
kebalikan dari El Nino ditandai dengan anomali suhu permukaan laut negatif (lebih
dingin dari rata-ratanya) di Ekuator Pasifik Tengah (Nino 3.4).

Fenomena La Nina secara umum menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat


bila dibarengi dengan menghangatnya suhu permukaan laut di perairan
Indonesia.Demikian halnya El Nino, dampak La Nina tidak berpengaruh ke seluruh
wilayah Indonesia.

Untuk wilayah Sumatera Barat, Kondisi El Nino yang intensitasnya lemah tidak
banyak membawa pengaruh saat musim hujan.

3. Sirkulasi Monsun Asia – Australia


Sirkulasi angin di Indonesia ditentukan oleh pola perbedaan tekanan udara di
Australia dan Asia.Pola tekanan udara ini mengikuti pola peredaran matahari
dalam setahun yang mengakibatkan sirkulasi angin di Indonesia umumnya adalah
pola monsun, yaitu sirkulasi angin yang mengalami perubahan arah setiap setengah
tahun sekali. Pola angin baratan terjadi karena adanya tekanan tinggi di Asia yang
berkaitan dengan berlangsungnya musim hujan di Indonesia. Pola angin
timuran/tenggara terjadi karena adanya tekanan tinggi di Australia yang berkaitan
dengan berlangsungnya musim hujan di Indonesia.

Gambar 01. Kondisi klimatologis angin pada Maret 2016

Prakiraan Musim Kemarau 2016 di Sumatera Barat 2


4. Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (ITCZ)
ITCZ (Inter Tropical Convergence Zone) merupakan daerah tekanan rendah yang
memanjang dari barat ke timur dengan posisi selalu berubah mengikuti pergerakan
posisi matahari ke arah utara dan selatan khatulistiwa. Pada wilayah Indonesia yang
berada di sekitar khatulistiwa, maka pada daerah-daerah yang dilewati ITCZ pada
umumnya berpotensi terjadinya pertumbuhan awan-awan hujan.

5. Suhu Permukaan Laut di Wilayah Perairan Sumatera Barat


Kondisi suhu permukaan laut di wilayah perairan Sumatera Barat dapat digunakan
sebagai salah satu indikator banyak-sedikitnya kandungan uap air di atmosfer, dan
erat kaitannya dengan proses pembentukan awan di atas wilayah ini. Jika suhu
permukaan laut dingin berpotensi sedikitnya kandungan uap air di atmosfer,
sebaliknya panasnya suhu permukaan laut berpotensi cukup banyaknya uap air di
atmosfer.

Prakiraan Musim Kemarau 2016 di Sumatera Barat 3


II. RINGKASAN

A. KONDISI DINAMIKA ATMOSFER DAN LAUT


Dinamika atmosfer dan laut dipantau dan diprakirakan berdasarkan aktivitas
fenomena alam. Monitoring dan prakiraan kondisi dinamika atmosfer dan laut
dimaksud yang akan terjadi pada Musim Kemarau 2016, adalah :
1. Dipole Mode
Nilai Dipole Mode Index (DMI) dalam 3 bulan terakhir adalah : +0,08
(Desember 2015) ; -0,48 (Januari 2016) dan -0.26 (Februari 2016). Sementara,
prediksi Dipole Mode Indeks (DMI) pada bulan Maret hingga Juli 2016
berkisar pada nilai +0,11 s/d +0,36. Nilai ini berada pada kondisi normal
positif. Dengan demikian, mengindikasikan bahwa pada Musim Kemarau 2016,
uap air dari Samudera Hindia menuju wilayah Indonesia dalam kondisi
Normal.

Gambar 02. Prediksi DMI (update awal Februari 2016)

2. El Nino dan La Nina


Sejak akhir Februari tahun 2016 kondisi di Ekuator Pasifik Tengah (region
Nino3.4) berada pada kondisi yang cenderung hangat, kondisi ini diprediksi
terus berlanjut hingga Maret 2016 kemudian meluruh menuju Netral pada April-
Mei 2016. Pada akhir Februari 2016 indeks Nino3.4 sudah berada pada kondisi
El Nino Moderate dengan indeksnya bernilai +1,79.

Prakiraan Musim Kemarau 2016 di Sumatera Barat 4


Beberapa prediksi menunjukkan bahwa kondisi El Nino Moderate akan
meluruh hingga pertengahan tahun 2016. Dalam kaitan ini memberikan
indikasi bahwa awal Musim Kemarau 2016 di Wilayah Indonesia tidak
signifikan terpengaruh kondisi El Nino seiring meluruhnya ke kondisi
Netral.

Gambar 03. Prediksi ENSO (update awal Februari 2016)

3. Sirkulasi Monsun Asia – Australia


Aliran massa udara didominasi angin baratan. Monsun Asia kuat, sedangkan
monsun Australia dalam kondisi netral. Sirkulasi angin pada lapisan 850 mb
untuk wilayah Indonesia bagian selatan bertiup dari arah barat, sedangkan di
wilayah Indonesia bagian utara angin berbelok dari arah timur laut ke tenggara.
Monsun Asia saat ini kuat, diprediksi akan lebih kuat dari klimatologisnya
sampai akhir bulan April 2016. Peluang pembentukan awan yang berpotensi
hujan di sekitar Sumatera..

Prakiraan Musim Kemarau 2016 di Sumatera Barat 5


Gambar 04. Kondisi angin pada Maret 2015

4. Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (ITCZ)


Jika dibandingkan terhadap posisi rata-ratanya, posisi ITCZ masih sesuai
dengan kisaran rata-rata, sehingga potensi sifat musim hujan di beberapa
wilayah diprakirakan akan cenderung normal sesuai kondisi rata-rata wilayah
masing-masing.

5. Suhu Permukaan Laut di Wilayah Perairan Sumatera Barat


Hingga akhir Februari 2016, kondisi suhu permukaan laut di perairan
Indonesia, pada umumnya berada pada kondisi hangat dengan anomali suhu
berkisar +0,25°C s/d +1,5°C. Daerah dengan suhu permukaan laut relatif lebih
hangat berada di perairan di barat Sumatera dan Samudera Hindia bagian
selatan, yang anomali suhu permukaan lautnya mencapai +1,5 s/d +2°C .

Selama Musim Kemarau 2016 diprakirakan secara umum wilayah perairan


Indonesia diprakirakan akan tetap hangat hingga agustus 2016 dengan anomali
suhu berkisar +0,5°C s/d +2°C.

Prakiraan Musim Kemarau 2016 di Sumatera Barat 6


Gambar 05. Prediksi Suhu Muka Laut (update akhir Maret 2016)

Prakiraan Musim Kemarau 2016 di Sumatera Barat 7


B. RESUME PRAKIRAAN KEMARAU 2016
Prakiraan Musim Kemarau 2016 di Sumatera Barat memuat tiga informasi
utama yaitu Awal Musim Kemarau, perbandingan terhadap klimatologisnya
yaitu kondisi normal, biasanya kapan hujan mulai terjadi dan Sifat Hujan selama
musim kemarau.
Tabel. 01
Prakiraan Musim Kemarau 2016
Daerah Zona Musim di Sumatera Barat
Awal Musim
NO
Daerah Kemarau Perbandingan Sifat
ZOM
(Antara)
Pasaman bagian Utara
15 Mei II – Juni I Maju 2 Dasarian BN
(Mapat Tunggul)
Pasaman bagian Utara
16 Mei I – Mei III Sama AN
(Rao Utara)
Lima Puluh Kota bagian
18 Timur dan Mei III – Juni II Mundur 2 Dasarian BN
Kota Payakumbuh
Tanah Datar, sekitar Danau
20 Singkarak, Kota Sawah Mei III – Juni II Mundur 2 Dasarian N
Lunto, Sijunjung, Solok

Solok Selatan bagian Timur,


21 Dharmasraya Mei II – Juni I Maju 1 Dasarian N

Sawah Lunto bagian Selatan,


28 Kota Solok, Kabupaten Solok Mei III – Juni II Sama N
dan Solok Selatan

Solok Selatan bagian Selatan


29 April III – Mei II Sama AN
(Sangir)

Prakiraan Musim Kemarau 2016 di Sumatera Barat 8


Gambar 06. Awal Musim Hujan ZOM Sumbar

Gambar 07. Perbandingan Musim Hujan ZOM Sumbar

Prakiraan Musim Kemarau 2016 di Sumatera Barat 9


Gambar 08. Sifat Hujan ZOM Sumbar

Prakiraan Musim Kemarau 2016 di Sumatera Barat 10


TABEL. 02
Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Hujan Kumulatif
Periode April - September 2016
Daerah Non Zona Musim di Sumatera Barat

NO.
CURAH HUJAN mm SIFAT HUJAN
NON DESKRIPSI WILAYAH
(Okt 2015 – Mar 2016)
ZOM
N10 Mentawai 1501 – 2000 N
Agam bagian tengah, Kota Bukittinggi,
Tanah Datar bagian Barat, Kota Padang
N11 Panjang, Padang Pariaman bagian 1001-1500 N
Tenggara, Kota Padang bagian Timur,
Solok bagian Barat Laut
Pasaman Barat, Agam bagian Barat,
sebagian besar Padang Pariaman, Kota
N12 1001-1500 A
Pariaman, Kota Padang bagian Barat,
Pesisir Selatan bagian Barat Laut

Sebagian besar Pasaman, Pasaman Barat


N13 bagian Timur, Lima Puluh Kota bagian 1001-1500 B
Barat, Agam bagian Timur

N15 Pesisir Selatan >2000 A

Prakiraan Musim Kemarau 2016 di Sumatera Barat 11


III. PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2016

Berdasarkan hasil analisis data periode 30 tahun terakhir (1981-2010) maka di


Sumatera Barat terdapat 12 Pola Hujan yang batas-batasnya tidak mengenal batas
daerah administratif pemerintahan. Untuk mempermudah dalam interpretasi wilayah
administratif dalam setiap ZOM-nya yang sering mengalami kendala, maka peta
ZOM yang ada dipadukan dengan peta administratif kabupaten dan kota yang ada di
Sumatera Barat. Gambaran ini setidaknya dapat memudahkan para pengguna untuk
menentukan daerah yang dimaksud. Berikut pembagian wilayah Pola Hujan di
Sumatera Barat :

Gambar 09. ZOM dan Non ZOM di Sumatera Barat

Prakiraan Musim Kemarau 2016 di Sumatera Barat 12


Untuk memudahkan pemahaman informasi Prakiraan Musim kemarau 2016 dan
interpretasi wilayah Zom dan Non Zom terhadap wilayah adminstratif kabupaten dan
kota, berikut kami terjemahkan wilayah Zom dan Non Zom tersebut terhadap wilayah
Administratif Kabupaten / Kota di Sumatera Barat.
1. KABUPATEN PASAMAN BARAT
Daerah ini merupakan Non .ZOM dengan Periode hujan April – September 2016
adalah antara 1001 s.d 1500 mm dengan sifat hujan Normal.

2. KABUPATEN PASAMAN
Kabupaten Pasaman bagian utara (Rao Utara) secara umum memasuki musim
kemarau pada pertengahan Mei 2016 dengan sifat hujan Atas Normal, jika
dibandingkan dengan klimatologisnya adalah sama terhadap rata-ratanya.
Sementara daerah Pasaman bagian utara (Mapat Tunggul) memasuki awal musim
kemarau pada akhir Mei 2016 dengan sifat Bawah Normal, jika dibandingkan
dengan klimatologisnya maju dua dasarian. Sebelah selatan dari Kabupaten ini
merupakan daerah Non ZOM dengan periode hujan April – September 2016
berkisar 1001-1500 mm dengan sifat hujan Bawah Normal.

3. KABUPATEN LIMA PULUH KOTA


Bagian barat kabupaten ini merupakan daerah Non ZOM dengan Periode hujan
April – September 2016 berkisar 1001-1500 mm dengan sifat hujan Bawah
Normal. Bagian timurnya merupaakn daerah musim yang akan memasuki awal
musim kemarau pada awal Juni 2016 dengan sifat hujan Bawah Normal, jika
dibandingkan dengan klimatologisnya mundur dua dasarian.

4. KOTA PAYAKUMBUH
Wilayah ini memasuki awal kemarau hujan pada awal Juni 2016 dengan sifat
hujan Bawah Normal, jika dibandingkan dengan klimatologisnya mundur dua
dasarian.

5. KABUPATEN AGAM
Kabupaten ini merupakan daerah Non ZOM. Wilayah bagian barat pada periode
April – September 2016 curah hujan berkisar 1001-1500 dengan sifat hujan Atas
Normal. Untuk wilayah bagian tengah dan timur pada periode April – September
2016 curah hujan berkisar 1001-1500 dengan sifat hujan Normal

6. KOTA BUKIT TINGGI


Wilayah ini merupakan daerah Non ZOM dengan periode hujan pada April –
September 2016 curah hujan berkisar 1001-1500 dengan sifat hujan Normal
.

Prakiraan Musim Kemarau 2016 di Sumatera Barat 13


7. KOTA PARIAMAN
Merupakan wilayah Non ZOM periode April – September 2016 curah hujan
berkisar 1001-1500 dengan sifat hujan Atas Normal..

8. KABUPATEN PADANG PARIAMAN


Wilayah ini merupakan daerah Non ZOM dengan periode April – September
2016 curah hujan berkisar 1001-1500 dengan sifat hujan Atas Normal..

.
9. KOTA PADANG
Wilayah ini merupakan daerah Non ZOM dengan periode April – September
2016 curah hujan berkisar 1001-1500 dengan sifat hujan Atas Normal..

10. KOTA PADANG PANJANG


Wilayah ini merupakan daerah Non ZOM dengan periode April – September
2016 curah hujan berkisar 1001-1500 dengan sifat hujan Normal

11. KABUPATEN TANAH DATAR


Bagian barat wilayah ini merupakan daerah Non ZOM dengan periode April –
September 2016 curah hujan berkisar 1001-1500 dengan sifat hujan Normal ,
sedangkan bagian timurnya merupakan daerah ZOM yang akan memasuki awal
kemarau pada awal Juni 2016 dengan sifat hujannya Normal, jika dibandingkan
dengan klimatologisnya mundur dua dasarian.

12. KOTA SAWAH LUNTO


Wilayah ini merupakan daerah ZOM yang akan memasuki awal kemarau pada
awal Juni 2016 dengan sifat hujannya Normal, jika dibandingkan dengan
klimatologisnya mundur dua dasarian.

13. KABUPATEN SIJUNJUNG


Wilayah ini merupakan daerah ZOM yang akan memasuki awal kemarau pada
awal Juni 2016 dengan sifat hujannya Normal, jika dibandingkan dengan
klimatologisnya mundur dua dasarian.

14. KOTA SOLOK


Wilayah ini merupakan daerah ZOM yang akan memasuki awal kemarau pada
awal Juni 2016 dengan sifat hujannya Normal, jika dibandingkan dengan
klimatologisnya mundur dua dasarian.

Prakiraan Musim Kemarau 2016 di Sumatera Barat 14


15. KABUPATEN SOLOK
Wilayah ini merupakan daerah ZOM yang akan memasuki awal kemarau pada
awal Juni 2016 dengan sifat hujannya Normal, jika dibandingkan dengan
klimatologisnya sama terhadap rata-ratanya.

16. KABUPATEN SOLOK SELATAN


Wilayah ini merupakan daerah ZOM yang secara umum akan memasuki awal
kemarau pada awal Juni 2016 dengan sifat hujannya Normal, jika dibandingkan
dengan klimatologisnya sama terhadap rata-ratanya.
Pada bagian selatan dari wilayah ini akan memasuki awal kemarau pada awal
Juni 2016 dengan sifat hujannya Atas Normal, jika dibandingkan dengan
klimatologisnya sama terhadap rata-ratanya.

17. KABUPATEN DHARMASRAYA


Wilayah ini memasuki awal musim kemarau pada akhir Mei 2016 dengan sifat
hujan Bawah Normal dan jika dibandingkan dengan klimatologisnya maju satu
dasarian.

18. KABUPATEN PESISIR SELATAN


Wilayah ini merupakan daerah Non ZOM dengan periode April – September
2016 curah hujan berkisar > 2000 dengan sifat hujan Normal

19. KABUPATEN MENTAWAI


Wilayah ini merupakan daerah Non ZOM dengan Periode hujan April –
September 2016 antara 1501 – 2000 mm dengan sifat hujan Normal.

Prakiraan Musim Kemarau 2016 di Sumatera Barat 15


Gambar 10. Awal Musim Hujan Kab/Kota di Sumbar

Gambar 11. Perbandingan Awal Musim Hujan Kab/Kota di Sumbar

Prakiraan Musim Kemarau 2016 di Sumatera Barat 16


Gambar 12. Sifat Musim Hujan Kab/Kota di Sumbar

Prakiraan Musim Kemarau 2016 di Sumatera Barat 17


IV. PENGERTIAN DAN ISTILAH

1. Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 meliputiprakiraan awal Musim Hujan,


prakiraan Sifat Hujan dan perbandingan antara awal Musim Hujan 2015/2016
dengan rata-ratanya.

2. Curah hujan (mm) : merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat
yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1
(satu) millimeter, artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar
tertampung air setinggi satu millimeter atau tertampung air sebanyak satu liter.

3. Curah hujan kumulatif (mm) : merupakan jumlah hujan yang terkumpul dalam
rentang waktu kumulatif tersebut. Dalam periode musim, rentang waktunya
adalah rata-rata panjang musim pada masing- masing Zona Musim (ZOM)

4. Zona Musim (ZOM) : adalah daerah yang pola hujan rata-ratanya memiliki
perbedaan yang jelas antara periode Musim Hujan dan Musim Kemarau. Daerah-
daerah yang pola hujan rata-ratanya tidak memiliki perbedaan yang jelas antara
periode musim Hujan dan Musim Kemarau, disebut Non ZOM.
Luas suatu wilayah ZOM tidak selalu sama dengan luas suatu wilayah
administrasi pemerintahan. Dengan demikian, satu wilayah ZOM bisa terdiri dari
beberapa kabupaten, dan sebaliknya satu wilayah kabupaten bisa terdiri dari
beberapa ZOM.

5. Awal Musim Kemarau, ditetapkan berdasar jumlah curah hujan dalam satu
dasarian (10 hari) kurang dari 50 milimeter dan diikuti oleh 2 (dua) dasarian
berikutnya. Permulaan musim Hujan, bisa terjadi lebih awal (maju), sama, atau
lebih lambat (mundur) dari normalnya (rata-rata 1981-2010).

6. Awal Musim Hujan, ditetapkan berdasar jumlah curah hujan dalam satu dasarian
(10 hari) sama atau lebih dari 50 milimeter dan diikuti oleh 2 (dua) dasarian
berikutnya. Permulaan Musim Kemarau, bisa terjadi lebih awal (maju), sama,
atau lebih lambat (mundur) dari normalnya (rata-rata 1981-2010).

7. Dasarian adalah masa sepuluh hari, dalam 1 bulan dibagi 3 dasarian :


a. Dasarian I : masa dari tanggal 1 s.d. 10
b. Dasarian II : masa dari tanggal 11 s.d. 20
c. Dasarian III : masa dari tanggal 21 s.d. Akhir Bulan

Prakiraan Musim Kemarau 2016 di Sumatera Barat 18


8. Sifat hujan.
Merupakan perbandingan antara jumlah curah hujan selama rentang waktu yang
ditetapkan (satu periode musim hujan atau satu periode Kemarau) dengan jumlah
curah hujan normalnya (rata-rata selama 30 tahun periode 1981-2010).
Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) katagori, yaitu :
Atas Normal (AN) : Jika nilai perbandingan lebih dari 115%
terhadap rata-ratanya.
Normal (N) : Jika nilai perbandingan lebih dari 85%- 115%
terhadap rata-ratanya.
Bawah Normal (BN) : Jika nilai perbandingan kurang dari 85%
terhadap rata-ratanya.

9. Data Normal
Data Normal atau Rata-rata curah hujan yang digunakan sebagai dasar penentuan
curah hujan normal, menggunakan data periode 1981-2010.

Prakiraan Musim Kemarau 2016 di Sumatera Barat 19

Anda mungkin juga menyukai