Puji Syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan yang menguasai seluruh alam
jagad raya beserta isinya. BMKG Stasiun Klimatologi Sicincin Padang setiap
tahunnya menerbitkan Buletin Edisi Khusus Prakiraan Musim, yaitu Prakiraan Musim
Kemarau yang diterbitkan pada Bulan April dan Prakiraan Musim Hujan yang
diterbitkan pada Bulan September.
Prakiraan Musim Kemarau 2016 ini kami buat bersama secara Nasional, kemudian
untuk Tingkat Provinsi kami detailkan pembahasannya. Prakiraan ini kami buat
dengan mempertimbangkan kondisi Dinamis Atmosfer dan Laut sampai dengan
awal Maret 2016.
I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
Kondisi dinamika laut dan atmosfer yang terjadi terutama Dipole Mode dan monsun
sangat banyak yang mempengaruhi jatuhnya hujan di Sumatera Barat. Daerah
Pertemuan Angin Antar Tropis atau Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ) yang
merupakan daerah pertumbuhan awan, serta kondisi ENSO di Pasifik juga menambah
karakteristik musim di Sumatera Barat.
1. Dipole Mode
Dipole Mode merupakan fenomena interaksi laut–atmosfer di Samudera Hindia
yang dihitung berdasarkan perbedaan nilai (selisih) antara anomali suhu muka laut
perairan pantai timur Afrika dengan perairan di sebelah barat Sumatera.Perbedaan
nilai anomali suhu muka laut dimaksud disebut sebagai Dipole Mode Indeks
(DMI).Untuk DMI positif, umumnya berdampak kurangnya curah hujan di
Indonesia bagian barat, sedangkan nilai DMI negatif, berdampak meningkatnya
curah hujan di Indonesia bagian barat.Dibandingkan dengan El Nino untuk wilayah
Sumatera Barat, Dipole Mode ini lebih berkontribusi terhadap jumlah curah hujan.
Untuk wilayah Sumatera Barat, Kondisi El Nino yang intensitasnya lemah tidak
banyak membawa pengaruh saat musim hujan.
NO.
CURAH HUJAN mm SIFAT HUJAN
NON DESKRIPSI WILAYAH
(Okt 2015 – Mar 2016)
ZOM
N10 Mentawai 1501 – 2000 N
Agam bagian tengah, Kota Bukittinggi,
Tanah Datar bagian Barat, Kota Padang
N11 Panjang, Padang Pariaman bagian 1001-1500 N
Tenggara, Kota Padang bagian Timur,
Solok bagian Barat Laut
Pasaman Barat, Agam bagian Barat,
sebagian besar Padang Pariaman, Kota
N12 1001-1500 A
Pariaman, Kota Padang bagian Barat,
Pesisir Selatan bagian Barat Laut
2. KABUPATEN PASAMAN
Kabupaten Pasaman bagian utara (Rao Utara) secara umum memasuki musim
kemarau pada pertengahan Mei 2016 dengan sifat hujan Atas Normal, jika
dibandingkan dengan klimatologisnya adalah sama terhadap rata-ratanya.
Sementara daerah Pasaman bagian utara (Mapat Tunggul) memasuki awal musim
kemarau pada akhir Mei 2016 dengan sifat Bawah Normal, jika dibandingkan
dengan klimatologisnya maju dua dasarian. Sebelah selatan dari Kabupaten ini
merupakan daerah Non ZOM dengan periode hujan April – September 2016
berkisar 1001-1500 mm dengan sifat hujan Bawah Normal.
4. KOTA PAYAKUMBUH
Wilayah ini memasuki awal kemarau hujan pada awal Juni 2016 dengan sifat
hujan Bawah Normal, jika dibandingkan dengan klimatologisnya mundur dua
dasarian.
5. KABUPATEN AGAM
Kabupaten ini merupakan daerah Non ZOM. Wilayah bagian barat pada periode
April – September 2016 curah hujan berkisar 1001-1500 dengan sifat hujan Atas
Normal. Untuk wilayah bagian tengah dan timur pada periode April – September
2016 curah hujan berkisar 1001-1500 dengan sifat hujan Normal
.
9. KOTA PADANG
Wilayah ini merupakan daerah Non ZOM dengan periode April – September
2016 curah hujan berkisar 1001-1500 dengan sifat hujan Atas Normal..
2. Curah hujan (mm) : merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat
yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1
(satu) millimeter, artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar
tertampung air setinggi satu millimeter atau tertampung air sebanyak satu liter.
3. Curah hujan kumulatif (mm) : merupakan jumlah hujan yang terkumpul dalam
rentang waktu kumulatif tersebut. Dalam periode musim, rentang waktunya
adalah rata-rata panjang musim pada masing- masing Zona Musim (ZOM)
4. Zona Musim (ZOM) : adalah daerah yang pola hujan rata-ratanya memiliki
perbedaan yang jelas antara periode Musim Hujan dan Musim Kemarau. Daerah-
daerah yang pola hujan rata-ratanya tidak memiliki perbedaan yang jelas antara
periode musim Hujan dan Musim Kemarau, disebut Non ZOM.
Luas suatu wilayah ZOM tidak selalu sama dengan luas suatu wilayah
administrasi pemerintahan. Dengan demikian, satu wilayah ZOM bisa terdiri dari
beberapa kabupaten, dan sebaliknya satu wilayah kabupaten bisa terdiri dari
beberapa ZOM.
5. Awal Musim Kemarau, ditetapkan berdasar jumlah curah hujan dalam satu
dasarian (10 hari) kurang dari 50 milimeter dan diikuti oleh 2 (dua) dasarian
berikutnya. Permulaan musim Hujan, bisa terjadi lebih awal (maju), sama, atau
lebih lambat (mundur) dari normalnya (rata-rata 1981-2010).
6. Awal Musim Hujan, ditetapkan berdasar jumlah curah hujan dalam satu dasarian
(10 hari) sama atau lebih dari 50 milimeter dan diikuti oleh 2 (dua) dasarian
berikutnya. Permulaan Musim Kemarau, bisa terjadi lebih awal (maju), sama,
atau lebih lambat (mundur) dari normalnya (rata-rata 1981-2010).
9. Data Normal
Data Normal atau Rata-rata curah hujan yang digunakan sebagai dasar penentuan
curah hujan normal, menggunakan data periode 1981-2010.