Anda di halaman 1dari 2

Emulsi adalah suatu sistem terdispersi kasar dari dua atau lebih cairan yang tidak larut

satu sama lain, atau dapat diartikan dimana suatu cairan yang satu terdispersi dalam cairan yang
lain (Edy, 2007). Menurut Syamsuni (1691), Emulsi digolongkan menjadi dua macam, yaitu
emulsi tipe O/W (oil in water) atau minyak dalam air) dan emulsi tipe W/O (water in oil) atau air
dalam minyak. Emulsi tipe O/W adalah emulsi yang terdiri atas butiran minyak yang tersebar
atau terdispersi ke dalam air. Minyak sebagai fase internal dan air sebagai fase eksternal. Emulsi
W/O adalah emulsi yang terdiri atas butiran air yang tersebar atau terdispersi ke dalam minyak.
Air sebagai fase internal dan minyak sebagai fase eksternal. Dua fase dalam sediaan emulsi yang
saling memisah dapat saling bercampur dengan adanya penambahan emulgator ke dalamnya.
Menurut Febrina (2007), emulgator akan mengelilingi butir-butir dari fase minyak sehingga fase
minyak tersebut akan bercampur dengan fase air. Emulgator mempunyai dua bagian yaitu bagian
yang larut dalam air atau polar dan bagian yang larut dalam minyak atau non polar. Hal ini
memungkinkan fase air dan fase minyak dari suatu emulsi dapat bercampur.
Formulasi emulsi pada percobaan kali ini menggunakan olive oil sebagai zat aktifnya
dengan tipe emulsi minyak dalam air. Olive oil atau minyak zaitun memiliki banyak manfaat
diantaranya untuk menurunkan kadar kolesterol dan hipertensi. Hal ini dikarenakan minyak
zaitun kaya akan MUFA (Mono Unsaturated Fatty Acid), terutama asam oleat (70-80%). Selain
itu minyak zaitun juga mengandung antioksidan dan senyawa fenol yang dapat mengikat LDL
(Low Density Lipoprotein) teroksidasi. Menurut Lamuela (2004), asam oleat yang terdapat
dalam makanan dapat menurunkan kadar LDL apabila dikonsumsi 15% dari total kebutuhan
energi sehari. Pada formulasi olive oil ini, yang berperan sebagai fase terdispersinya yaitu olive
oil atau minyak zaitun, sedangkan fase pendispersinya yaitu aquadest. Formulasi emulsi ini
menggunakan PGA sebagai emulgatornya. PGA merupakan emulgator alami yang berasal dari
tumbuhan. PGA dapat digunakan sebagai emulgator pada konsentrasi 10-20% dan pada
formulasi ini menggunakan PGA dalam kadar 15%. PGA memiliki daya emulgator yang baik
dan sangat stabil pada emulsi minyak dalam air, sehingga dapat menghasilkan emulsi yang baik
serta memiliki viskositas yang baik. Formulasi ini menggunakan natrium benzoat sebagai
pengawetnya dengan kadar sebesar 0,2%. Natrium benzoat dipilih sebagai pengawet karena
memiliki daya antimikroba untuk mencegah pertumbuhan jamur dan bakteri yang baik, serta
agar waktu penyimpanan sediaan emulsi lebih lama. Gliserin digunakan sebagai pemanis dalam
formulasi sediaan emulsi ini dikarenakan rasanya yang manis serta berfungsi sebagai
antimicrobial preservative dan humectant. Aquadest dipilih sebagai pelarut pada formulasi ini
dikarenakan aquadest merupakan pelarut universal dan aman untuk penggunaan oral.
Penggunaan emulsi tipe o/w memang sangat disarankan bagi sediaan emulsi yang
tujuannya adalah oral. Hal ini dikarenakan sediaan o/w tidak terlalu berminyak karena hanya
mengandung kandungan minyak yang sedikit. Secara eksternal dapat digunakan sebagai cooling
effect sedangkan secara internal digunakan agar menutupi rasa pahit dari minyak (Khan et al.,
2011). Hal ini yang mendasari alasan pembuatan emulsi dari olive oil itu sendiri. Karena
memilik banyak manfaat seperti antihipertensi, antikolesterolemia dan diabetes, olive oil yang
berbahan dasar minyak sangat tidak enak untuk diminum secara oral, maka dari itu
dicetuskannya emulsi olive oil agar dapat menutupi rasa tidak enak pada minyak sehingga pasien
lebih mudah mengkonsumsi olive oil tersebut.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat diamati hasil dari formulasi emulsi
yang telah dibuat menggunakan bahan-bahan diatas. Hasilnya ialah emulsi olive oil ini cukup
stabil karena fasa minyak terdispersi seluruhnya kedalam fasa air. Evaluasi organoleptis yang
pertama kali dilakukan adalah melihat warna dari emulsi. Warna dari emulsi adalah putih keruh.
Hal ini tidak sesuai dengan yang diharapkan dimana warna yang diharapkan adalah putih susu.
Warna putih keruh dapat disebabkan karena penggunaan emulgator PGA. Selanjutnya bau yang
dihasilkan adalah bau khas dari minyak zaitun. Homogenitas antara minyak dan air adalah cukup
homogen sehingga tidak tampak adanya pemisahan antara partikel air dan minyak. Volume
terpindahkan adalah 55 mL dimana hal ini tidak sesuai secara teoritis yaitu pada sediaan 60 mL
volume terpindahkan yang didapat seharusnya adalah 58 mL.
Berdasarkan uraian evaluasi diatas, dapat kita simpulkan bahwa emulsi olive oil yang
dibuat sudah memenuhi syarat sediaan emulsi. Oleh karenanya diharapkan kedepan
pengembangan formulasi olive oil dapat dikerjakan secara lebih baik dari percobaan yang telah
dilakukan. Dengan adanya evaluasi terhadap sediaan, diharapkan kedepannya praktikan
mengetahui apa saja yang kurang dari pengerjaan emulsi ini dan dapat memperbaiki atau
mengembangkannya secara lebih baik lagi di kemudian hari.

Daftar Pustaka:
Khan, A. B., Naveed, A., Haji Muhammad, S. K.,, Khalid, W., Tariq M., Akhtar , R.,,
Muhammad, I., and Haroon, K. 2011. Basics of pharmaceutical emulsions: A review,
African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol. 5(25): 2716-2723.
Lamuela-Raventós, R., Gimeno, E., & Fitó, M., Castellote, A., Covas, M., Torre-Boronat, M.,
dan López-Sabater, M. 2004. Interaction of Olive Oil Phenol Antioxidant Components
with Low-density Lipoprotein. Biological research. 37: 247-52.
Supriyo, E. 2007. PENGARUH KONSENTRASI SURFACTANT PADA FORMULASI
PROPUXURE 20 EC DAN EFEKTIFITASNYA DALAM MEMBASMI NYAMUK
AEDES AEGYPTI. Tesis. Universitas Diponegoro: Semarang.
Febrina, E. 2007, Formulasi Sediaan Emulsi Buah Merah (pandanus conoideus LAM.) sebagai
Produk Antioksidan Alami. Laporan Penelitian Peneliti Muda (LITMUD), Fakultas
Farmasi Universitas Padjajaran.

Anda mungkin juga menyukai