Anda di halaman 1dari 9

SULFUR 1% ZALF

!. Latar Belakang

A.Penggunaan Sediaan
Sediaan Sulfur 1% yang akan dibuat adalah salep untuk pemakaian topical, salep adalah
Sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus
larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok. Salep tidak boleh berbau tengik,
kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang mengandung obat atau obat narkotik
adalah 10%. ( IMO, hal 52)

B. Efek farmakologi Sulfur


Elemen ini mempunyai khasiat bakterisid dan fungisid lemah berdasarkan dioksidasinya
menjadi asam pentathionat ( H2S5O6 ) oleh kuman tertentu dikulit. Zat ini juga bersifat keratolitis (
melarutkan kulit tanduk ), sehingga banyak digunakan bersama asam salisilat dalam salep dan lotio (
2 – 10 % ) untuk pengobatan jerawat dan kudis Sulfur Precipitatum adalah yang paling aktif, karena
serbuknya terhalus. ( OOP edisi VI,hal 253 )

C. Dosis Obat
Dioleskan pada permukaan kulit yang terinfeksi.

II. Permasalahan Farmasetika

A.Preformulasi Zat Aktif

Sulfur Precipitatum 1 %

Nama Lain Belerang ( Sulfur precipitatum, sulfur


sublimatum, sulfur depuratum ).( OOP ed VI, hal
253 )
Pemerian Serbuk kuning. ( British Farmakope I dan II, hal
5755 )
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, larut dalam karbon
disulfida, sedikit larut dalam minyak sayur.mp:
sekitar 120 ° C. . ( British Farmakope I dan II, hal
5755 )
Bau memiliki bau tidak jelas hidrogen sulfida. (
British Farmakope I dan II, hal 5755 )
Kegunaan Keratolitik. ( British Farmakope I dan II, hal 5755
)
Penyimpanan Terlindung dari cahaya. ( British Farmakope I
dan II, hal 5755 )

1
B. Permasalahan Farmaseutik

Dari data preformulasi diatas, didapat penyelesaian masalah zat aktif sebagai berikut :

1.Sediaan akan dibuat salep sehingga dibutuhkan basis salep.

2.Basis salep yang digunakan mudah tengik maka dibutuhkan antioksidan.

3.Agar sediaan lebih lembut maka digunakan emolient.

4.Zat aktif yang digunakan adalah sulfur eksternal yaitu sulfur precipicatum.

5.Penyimpanan dalam wadah tertutup cahaya.

III. Penyelesaian Masalah

A.Preformulasi Eksipiean

Vasellin Album (FI IV hal 823,HOPE Hal 421)

Sifat Fisik Warna putih kuning pucat, tidak berbau dan


tidak berasa.
Pemeriaan Masa lunak, lengket, sifat ini tetap setelah zat
ini dileburkan hingga dingin tanpa diaduk,
berproses lemah.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan etanol, larut
dalam klorofom, dalam eter dan eter minyak
tanah larut kadang kadang berforensi lemah.
Inkompatibilitas Inkompatibilitas dengan bahan bahan inert
atau netral
Stabil Stabilitas petrolatum stabil dengan bahan
alam seperti komponen hidrokarbon, mudah
teroksidasi sehingga distabilkan dengan anti
oksidan seperti butilated hidroksianisole,
butilated hidroksianisole alpha tokoperol.
Kegunaan Basis Salep.

BHT RM(C15H24O) BM(220.35) HOPE ; 104


Pemeriaan kuning putih atau pucat kristal padat atau
bubuk dengan bau fenolik karakteristik samar
Struktur Kimia

Nama lain Agidol, BHT, 2,6-bis (1,1-dimetiletil)-4-


methylphenol; butyl hidroksitoluen,
butylhydroxytoluenum, Dalpac; dibutylated
hidroksitoluen, 2,6-di-tert-butil-p-kresol, 3,5-

2
di-tert-butyl-4hydroxytoluene
Nama Kimia 2,6-Di-tert-butyl-4-methylphenol
Khasiat Antioksidan, makanan, kosmetik dan obat
obatan
Kelarutan Kelarutan Praktis tidak larut dalam air,
gliserin, propilena
glikol, solusi hidroksida alkali, dan encer
berair
asam mineral. Bebas larut dalam aseton,
benzena, etanol
(95%), eter, metanol, toluen, minyak tetap,
dan minyak mineral.
Lebih larut dari hidroksianisol butylated
dalam minyak makanan dan
lemak.
TB dan TL Titik beku 69-708C
Titik lebur 708C
Kadar Air Kadar air 40,05%
Stabilitas Paparan cahaya, kelembaban, dan panas
menyebabkan perubahan warna dan kerugian
kegiatan
Penyimpanan harus disimpan di tempat yang wadah
tertutup, terlindung dari cahaya, di tempat
yang sejuk dan kering.
Inkompatibilitas fenolik dan mengalami reaksi karakteristik
fenol. Hal ini tidak sesuai dengan oksidasi
kuat
agen seperti peroksida dan permanganates.
Kontak dengan oksidator dapat menyebabkan
pembakaran spontan. Garam besi
menyebabkan perubahan warna dengan
hilangnya aktivitas. Pemanasan dengan
katalitikjumlah asam menyebabkan
dekomposisi yang cepat dengan rilis
isobutene gas yang mudah terbakar.

Paraffin Liq ( FI III Hal 475 ) ( HOPE hal 475 dan 476 )
Warna Tidak berwarna/transparan
Rasa Tidak mempunyai rasa
Bau Tidak berbau
Pemerian Cairan kental,transparan tidak berflouresensi
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol 95%.
Larut dalam kloroform dan eter.
Titik lebur 50˚ sampai 57˚
Bobot jenis 0,870gr – 0,890 gr
Stabilitas Mudah terurai dengan adanya cahaya dan udara dari

3
luar. Disimpan pada temperature kering dan dalam suhu
dingin, kohesif.
Inkompatibilitas Ketidak campuran terurai dengan zat pengoksidasi kuat.
Fungsi Emolient, lubrikan, kendaraan berminyak, pelarut,
adjuvant vaksin
Konsentrasi kegunaan Use Concentration (%)
Ophthalmic ointments 3.0–60.0
Otic preparations 0.5–3.0
Topical emulsions 1.0–32.0
Topical lotions 1.0–20.0
Topical ointments 0.1–95.0
Inkompatibilitas Tidak kompotebel dengan oksidasi kuat.

B.Penyelesaian Masalah
Dari data preformulasi diatas,didapatkan penyelesaian masalah farmasetika zat aktif,
diantaranya :

1. Vasellin album digunakan untuk basis salep.


2. Untuk menghindari bau tengik dari basis salep maka digunakan BHT sebagai
antioksidan.
3. Paraffin liq digunakan sebagai emollient agar sediaan lebih lembut.
4. Sediaan dikemas dalam wadah terlindung cahaya agar zat aktif tetap stabil.

IV.Kesimpulan Formulasi

A.Formulasi Sulfur Zalf 1 % yang diusulkan adalah ;

No Bahan Jumlah Fungsi


1 Sulfur 1% Zat aktif

2 Paraffin Liq 10 % Emolient

3 BHT 0,02 % Antioksidan

4 Vasellin Album Ad 100 gr Basis salep

4
B.PENIMBANGAN BAHAN

Jumlah sediaan yang dibuat untuk optimasi

Jumlah sediaan yang dibuat 30 gram


No Bahan Jumlah
1 sulfur 1 gram

2 BHT 0,02 gram

3 Paraffin liq 10 gram

4 Vasellin album Ad 30 gram

Jumlah sediaan yang akan dibuat 100 gram


No. Bahan Jumlah

1. sulfur 1 gram

2. BHT 0,02 gram

3. Paraffin Liq 10 gram

4. Vasellin album Ad 100 gram

V.Prosedur Pembuatan

I. Bahan Bahan yang akan dilebur ditambahkan 20 % kecuali BHT

1. Paraffin liq 10 gram + 20 % = 12 gram .

2. Vasellin album untuk optimasi, 30 – ( 1 + 0,02 + 12 ) = 16,98 + 20 % = 20,376 gram,


maka sediaan yang akan dibuat 30 gram – 1 gram (Zat Aktif) = 29 gram yang diambil
sebagai basis salep.

3. Vasellin album untuk sediaan 100 gram, 100 – ( 1 + 0,02 + 12 ) = 88,98 + 20 % = 106,
776 gram,maka sediaan yang akan dibuat 100 gram – 1 gram ( zat aktif ) = 99 gram
yang diambil sebagai basis salep.

II. Pembuatan Sulfur Zalf 1 % 30 gram


1. Timbang 12 gram paraffin liq masukkan dalam gelas ukur
2. Timbang 0,02 gram BHT masukkan dalam gelas ukur
3. Timbang 20,376 gram vasellin masukka dalam gelas ukur lalu lebur. ( camp I )

5
4. Setelah Camp I terlebur gerus halus homogeny sampai dingin, timbang 29 gram
sesuai basis salep yang dibutuhkan.
5. Timbang 1 gram Sulfur P masukkan dalam mortir gerus halus.
6. Masukkan basis salep gerus halus homogeny.
7. Masukkan dalam pot salep dan diamati sediaan salepnya, apabila konsentrasinya
cukup baik maka buat sediaan 100 gram sesuai formulasi yang telah dibuat.

III. Pembuatan Sulfur Zalf 1% 100 gram

1. Timbang 12 gram paraffin liq masukkan dalam gelas ukur


2. Timbang 0,02 gram BHT masukkan dalam gelas ukur
3. Timbang 106,776 gram vasellin masukka dalam gelas ukur lalu lebur. ( camp I )
4. Setelah Camp I terlebur gerus halus homogeny sampai dingin, lalu disaring timbang
99 gram sesuai basis salep yang dibutuhkan.
5. Timbang 1 gram Sulfur P masukkan dalam mortir gerus halus.
6. Masukkan basis salep gerus halus homogeny.
7. Masukkan dalam pot salep terlindung cahaya dan beri etiket.

VI. Hasil percobaan

1. Paraffin liq yang dipakai sebagai emolien sebanyak 10 %.

2. Sediaan yang dibuat 100 gram lebih keras dibandingkan sediaan 30 gram.

3. Warna sediaan 100 gram lebih muda dibandingkan 30 gram karna perbedaan volume basis
salep yang dipakai,basis salep pada sediaan 100 gram > 30 gram.

4. Sediaan tidak berbau tengik.

5. Pada sediaan 100 gram masih terlihat granul granul kecil dari zat aktif.

6. Sediaan halus dan berasa dingin ditangan.

VII. Analisis Titik Kritis Pembuatan Sediaan

1. Sebelum pencampuran ,proses penggerusan pada zat aktif harus halus dan merata.

2. Proses peleburan masing masing zat harus sempurna , tidak boleh ada yang tidak terlebur
dan tercampur secara homogen.

3. Pada pembuatan basis salep harus teliti dan baik,dilihat keadaan fisiknya maka apabila
terlihat kotor maka dilakukan penyaringan.

4. Zat aktif dan basis salep yang digunakan harus diperhitungkan dengan cermat, tidak boleh
berlebihan, karena formulasi perhitungan sudah dilakukan disediaan 30 gram yang hasilnya
sediaanya baik.

6
5. Basis salep yang digunakan dilakukan dengan penimbangan yang cermat karna akan
mempengaruhi sediaan.

VIII. Evaluasi Sediaan

1. Penentuan Organoleptis

a. Warna salep diamati baik,tidak berubah warna.

b. Keberadaan partikel dalam salep diamati kurang baik masih terdapat granul granul yang
ada didalamnya, maka sebelum penambahan basis salep harus dipastikan zat aktifnya
tergerus secara halus.

c. Bau sediaan tidak tengik.

d. Sediaan 100 gram lebih keras dibanding 30 gram dikarnakan vasellin album yang
digunakan lebih banyak dibanding yang 30 gram.

e. Sediaan seharusnya terlindung cahaya sehingga harus memakai pot salep berwarna
gelap.

2. Pembahasan
Cara pembuatan sediaan dilakukan secara triturasi yaitu dibuat dengan cara digerus diatas
mortir dan dibuat dua sediaan ditujukan sebagai sediaan optic untuk mengetahui konsetrasi
formula yang baik sebanyak 30 gram,sedangkan sediaan yang dibuat 100 gram adalah
sediaan dengan konsentrasi yang baik yang sudah dilakukan sebelumnya. BHT di campur
dengan vasellin album dan paraffin liq karna BHT hanya larut dalam minyak lalu dilebur tidak
lebih dari 275 C
ͦ sesuai ketentuan dalam HOPE, setelah semua melebur lalu gerus halus
homogeny dalam mortir apabila basis salep terlihat kotor maka saring terlebih dahulu lalu
timbang sesuai kebutuhan. Timbang 1 % sulfur P dan gerus halus, masukkan sedikit demi
sedekit basis salep gerus halus homogeny lalu masukkan dalam pot salep dan beri etiket.

7
IX. Pustaka Acuan

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV,dan III Jakarta:
Departemen Kesehatan.

Rowe, Raymond C.2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 5th ed., London :


Pharmaceutical Press.

Howard C Ansel Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi keempat.

Drs. Tan Hoan Tjay dan Drs.kirana Rahardja.2007.Obat Obat penting Edisi keenam

8
9

Anda mungkin juga menyukai