Anda di halaman 1dari 9

Nama : Melinda Ade Kantari

NIM : J1A018074
Kelas : ITP Genap
Kelompok : 4

Pengertian Titrasi
Titrasi adalah salah satu metode kimia untuk menentukan konsentrasi suatu larutan
dengan cara mereaksikan sejumlah volume larutan tersebut terhadap sejumlah volume larutan
lain yang konsentrasinya sudah diketahui. Larutan yang konsentrasinya sudah
diketahui disebut larutan baku. Larutan yang belum diketahui konsentrasinya ditambahkan
beberapa tetes indikator, kemudian ditetesi dengan larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya. Titik akhir titrasi adalah tepat pada saat terjadi perubahan warna indikator.
Titrasi yang melibatkan reaksi asam dan basa disebut titrasi asam-basa. Ada dua jenis titrasi
asam basa, yaitu asidimetri (penetuan konsentrasi larutan basa dengan menggunakan larutan
baku asam) dan alkalimetri (penentuan konsentrasi larutan asam dengan menggunakan larutan
baku basa).

Cara Melakukan Titrasi


Untuk melakukan titrasi, kita harus menyiapkan terlebih dahulu paralatan yang terdiri
dari Buret, Statif dan Klem, dan Erlenmeyer. Selain itu harus disiapkan juga larutan baku.
Larutan baku yang konsentrasinya sudah diketahui ditempatkan dalam buret dan disebut
larutan penitrasi. Larutan penitrasi harus sudah diketahui konsentrasinya. Larutan yang akan
ditentukan konsentrasinya ditempatkan dalam labu titrasi dan disebut larutan yang dititrasi.
Volume larutan yang akan dititrasi harus sudah diketahui. Selanjutnya, ke dalam larutan yang
akan dititrasi diteteskan indikator asam-basa. Penempatan larutan dalam buret dan labu titrasi
boleh ditukar. Larutan baku boleh dijadikan larutan penitrasi dan boleh juga dijadikan larutan
yang akan dititrasi.
Larutan penitrasi diteteskan perlahan-lahan ke dalam larutan yang dititrasi. Penetesan
baru dihentikan bila sudah tercapai titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi diketahui dari perubahan
warna larutan indikator. Selain titik akhir titrasi, dikenal juga titik ekivalen. Titik ekivalen
adalah suatu keadaan zat dalam larutan yang dititrasi tepat habis bereaksi dengan zat dalam
larutan penitrasi (asam dan basa tepat habis bereaksi). Tepat pada saat seluruh zat habis
bereaksi, larutan indikator segera berubah warna, dan pada saat inilah penetesan dari buret
harus segera dihentikan.

Jenis Titrasi
Adapun dibawah ini akan dijelaskaan jenis-jenis titrasi, diantaranya sebagai berikut :
A. Titrasi Redoks
Sesuai dengan namanya Titrasi redoks ini merupakan jenis titrasi dengan reaksi
redoks. Secara umum terdappata tiga macam reaksi redoks.
1. Titrasi iodometri.
Merupakan titrasi redoks yang dengan menggunakan I2 serta juga merupakan jenis
reaksi tidak langsung. Karena I2 yang akan bereaksi tersebut harus dibuat terlebih
dahulu dengan reaksi redoks sebelumnya.
2. Titrasi iodimetri.
Merupakan titrasi redoks dengan I2 juga. Namun bedanya dengan iodometri, I2 yang
digunakan itu langsung dalam wujud I2 sehingga disebut juga dengan reaksi
langsung.
3. Titrasi permanganometri.
Merupakan reaksi titrasi dengan memanfaatkan ion Mn2+. Indikator yang digunakan
itu biasanya amilum yang dapat membentuk kompleks dengan I2 yakni iodo-amilum
berwarna biru. Selain dari itu bisa juga menggunakan autoindikator. Yang mana
kelebihan larutan standar yang menetes pada larutan hasil reaksi utama yang sudah
stoikiometris akan menunjukkan gejala tertentu seperti contohnya pada perubahan
warna yang menandai titrasi harus dihentikan.
B. Titrasi Kompleksasi
Titrasi kompleksasi ini merupakan jenis titrasi dengan reaksi kompleksasi atau
juga pembentukan ion kompleks. Biasanya digunakan untuk dapat menganalisa kadar
logam pada larutan sampel yang dapat membentuk kompleks dengan larutan standar yang
biasanya itu merupakan ligan. Indikator yang digunakan itu juga biasanya akan bereaksi
dengan kelebihan titran (sama-sama membentuk ion kompleks) serta menunjukkan
perubahan warna. Pada titrasi jenis ini terdapat banyak hal yang harus ditimbang dan juga
diperhatikan mengingat pembentukan ion kompleks ialah spesifik pada kondisi tertentu.
Contohnya pada pH tertentu sehingga larutan sampel tersebut harus didapar dengan
buffer pH tertentu pula.

C. Titrasi Asam Basa


Titrasi asam basa ialah metode analisis kuantitatif yang dengan berdasarkan reaksi
asam basa. Sesuai dengan persamaan umum reaksi asam basa = asam+ basa à garam+ air.
Indikator yang biasa digunakan ialah indikator yang dapat memprofilkan perubahan
warna pada trayek pH tertentu. Kurva titrasi asam basa tersebut biasanya dapat dibuat
dengan membuat plot antara ml titran (sb.x) dengan pH larutan (sb.y).

REAKSI PENETRALAN ASAM KUAT DAN BASA KUAT

Jika larutan asam dan basa direaksikan, maka dihasilkan garam dan air. Persamaan reaksinya
dapat dituliskan sebagai berikut :
Asam + Basa →Garam + Air
Jika HCl dicampurkan dengan NaOH, maka ion H+dari HCl akan bereaksi dengan ion
OH– dari NaOH membentuk air (H2O). Reaksi ini disebut reaksi penetralan. Sementara,
Cl– dari HCl akan bereaksi dengan ion Na+ dari NaCl membentuk garam NaCl.
HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
Di dalam larutannya, HCl dan NaOH akan terurai menjadi ion-ionnya, sehingga reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut.
H+(aq) + Cl–(aq) + Na+(aq) + OH–(aq) → Na+(aq) + Cl–(aq) + H2O(aq)
Dari reaksi di atas dapat disederhanakan menjadi reaksi ion bersih adalah
H+(aq) + OH–(aq) → H2O(aq)
REAKSI PENETRALAN ASAM LEMAH DAN BASA KUAT
Jika asam lemah CH3COOH dicampurkan dengan basa kuat NaOH, maka akan dihasilkan
garam CH3COONa yang bersifat basa. Reaksi yang terjadi adalah
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O(l)
Larutan CH3COOH merupakan asam lemah sehingga akan mengion sebagian, sedangkan
NaOH akan mengion sempurna. Reaksi ionnya dapat dituliskan sebagai berikut.
CH3COOH(aq)+Na+(aq)+OH–(aq)→ CH3COO–(aq) + Na+(aq) + H2O(l)
Sehingga reaksi ion bersihnya dapat dituliskan sebagai berikut.
CH3COOH(aq) + OH– (aq)→ CH3COO–(aq) + H2O(l)

REAKSI PENETRALAN BASA LEMAH DAN ASAM KUAT

Jika basa lemah NH4OH (NH3 + H2O) dicampurkan dengan asam kuat HCl, maka akan
dihasilkan garam NH4Cl yang bersifat asam. Reaksi yang terjadi adalah
NH4OH(aq) + HCl(aq) → NH4Cl(aq) + H2O(l)
Larutan NH4OH akan terurai sebagian, sedangkan HCl akan terurai sempurna. Persamaan
reaksi ion yang terjadi adalah
NH4OH(aq) + H+(aq) + Cl–(aq) → NH4+(aq) + Cl–(aq) + H2O(l)
Sehingga reaksi ion bersihnya dapat dituliskan sebagai berikut.
NH4OH(aq) + H+(aq) → NH4+(aq) + H2O(l

REAKSI PENETRALAN ASAM LEMAH DAN BASA LEMAH


Jika asam lemah CH3COOH dicampurkan dengan basa lemah NH4OH, maka akan terbentuk
garam NH4CH3COO dan air. Reaksi yang terjadi adalah
CH3COOH(aq) + NH4OH(aq) → NH4CH3COO(aq) + H2O(l)

D. Titrasi Argentometri
Titrasi argentometri merupakan jenis titrasi yang digunakan khusus untuk reaksi
pengendapan. Prinsip umumnya ialah mengenai kelarutan serta juga tetapan hasil kali
kelarutan dari reagen-reagen yang bereaksi. Dengan secara umum, metode titrasi
argentometri terdapata tiga macam.
1. Metode Mohr.
Pada metode ini tidak ada indikator yang digunakan. Sehingga untuk dappat menandai
titik akhir titrasi ialah tingkat kekeruhan dari larutan sampel. Pada saat larutan standar
sudah mengalami reaksi stoikiometris dengan larutan sampel, maka ml larutan standar
berikutnya yang menetes pada larutan sampel akan menghasilkan endapan disebabkan
karena larutan hasil reaksi titrasi telah jenuh.Namun, terdapat juga digunakan
indikator yang dapat bereaksi dengan kelebihan larutan standar serta juga membentuk
endapan dengan warna yang berbeda dari endapan reaksi utama.
2. Metode Volhard.
Dalam Metode ini ialah menggunakan indikator yang akan bereaksi dengan kelebihan
larutan standar yang membentuk ion kompleks dengan warna tertentu.
3. Metode Fajans.
Metode ini menggunakan indikator adsorpsi. Endapan yang terbentuk dari reaksi
utama tersebut dapat menyerap indikator adsorpsi pada permukaannya sehingga
endapan itu terlihat berwarna.

Titrasi pengendapan adalah titrasi yang melibatkan terbentuknya endapan.


Berdasarkan cara penentuan titik akhirnya ada beberapa metode titrasi pengendapan
yaitu metode gay lussac,metode Mohr (pembentukkan endapan berdasarkan pada titik
akhir), metode Fajans (adsorbsi indikator pada endapan) dan metode
Volhard (terbentuknya kompleks warna yang larut pada titik akhir) (Skoog et al, 1994).
Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah melibatkan
reaksi pengendapan antara ion halida (Cl-, I-, Br-) dengan ion perak Ag+. Titrasi ini biasanya
disebut sebagai Argentometri yaitu titrasi penentuan analit yang berupa ion halida (pada
umumnya) dengan menggunakan larutan standar Perak Nitrat (AgNO3) (Indigomorie,
2009).
Titrasi Argentometri berdasarkan pada reaksi pengendapan zat yang akan dianalisa
dengan larutan baku AgNO3 sebagai penitrasi, menurut reaksi : (Underwood dan Day,
1998)
Ag+ + X- ↔ AgX (s)
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut
antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan
NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dari analit membentuk garam
yang tidak mudah larut (AgCl).
AgNO3 (aq) + NaCl (Aq) → AgCl (s) + NaNO3 (Aq)

Prinsip-prinsip yang mendasari titrasi pengendapan :


a. Reaksi pengandapan merupakan reaksi yang salah satu produknya berbentuk
endapan. Endapan terjadi karena zat yang terjadi tidak/sukar larut di dalam air atau
pelarutnya (Zulfikar, 2010)
b. Kesetimbangan. Kesetimbangan dinamis adalah keadaan dimana dua proses yang
berlawanan terjadi dengan laju yang sama, akibatnya tidak terjadi perubahan bersih
dalam sistem pada kesetimbangan (Ratna, 2009). Jika bentuk umum suatu zat yang
sedikit larut dalam air adalah AxBy maka persamaan kesetimbangan larutan
tersebut adalah sebagai berikut :

AxBy → xAy+ (aq) + yBx- (aq)

Persamaan tetapan kesetimbangan atau persamaan tetapan hasil kali kelarutan dari
AxBy adalah sebagai berikut :
Ksp = [Ay+]x[Bx-]y

Indikator yang digunakan pada titrasi pengendapan yang melibatkan garam perak ada
tiga indikator. Metode Mohr menggunakan ion kromat (CrO42-) untuk mengendapkan
AgCrO4 yang berwarna kuning. Metode Volhard menggunakan ion Fe3+ untuk membentuk
kompleks berwarna dengan ion sianat; SCN-. Dan metode Fajans memanfaatkan “indikator-
indikator adsorbsi”.

 Permanganometri
Permanganometri merupakan sebuah titrasi yang sering dipakai dalam dunia
farmasi, khususnya dalam penentuan kadar suatu senyawa berdasarkan dari reaksi redoks
dalam pembuatan sediaan-sediaan obat. Contohnya dalam bentuk tablet, kapsul ataupun
injeksi. Selain itu juga digunakan dalam menganalisa zat-zat organik dan juga digunakan
untuk menentukan kadar besi dalam tubuh. Lalu apa yang dimaksud dengan
permanganometri? Tahukah kamu apa itu permanganometri? Mungkin diantara kamu ada
yang sudah tahudefinisi permanganometri dan ada juga yang belum tahu. Untuk kamu yang
belum tahu arti permanganometri itu apa, maka di sini kami akan menjelaskan pengertian
permanganometri. Berikut ini penjelasannya yang meliputi pengertian permanganometri,
prinsip dasar permanganometri, reaksi permanganometri dan sumber-sumber kesalahan
pada titrasi permanganometri.
Permanganometri adalah titrasi yang dapat dilakukan atas dasar reaksi oleh
KMnO4 (kalium permanganat). Reaksi ini dipusatkan pada reaksi reduksi dan oksidasi
yang timbul antara KMnO4 dengan bahan-bahan baku tertentu. Lebih seertus tahun
Titrasi dengan KMnO4 telah dikenal. Umumnya titrasi dapat dilakukan dengan cara
langsung dengan alat yang bisa dioksidasi misalnya garam oksalat atau asam dan
Fe2+ yang bisa larut, dan lain-lain.

Prinsip Dasar Permanganometri


Permangaometri dalam banyak kasus dilakukan dalam larutan yang sangat asam yang
mana reakssi berikut ini yang merupakan Prinsip Dasar Permanganometri terjadi:
MnO4- + 8H+ + 5e- -> Mn2+ + 4H2O
Potensial standar dari reaksi elektrokimia ini yaitu:
E0 = +1.51 V
Yang menunjukkan kalau KMnO4 (dalam medium asam) yaitu sebuah agen pengoksidasi yang
sangat kuat.
Pada larutan asam lemah MnO4- tidak bisa menerima lima elektron untuk membentuk Mn+2,
dalam hal ini hanya menerima tiga elektron dan membentuk MnO2(s) lewat reaksi elektrokimia
sebagai berikut ini:
MnO4- + 4H+ + 3e- -> MnO2 + 2H2O (E0 = +1.69V)
Apabila larutan mempunyai konsentrasi c(NaOH)>1 mol dm-3 maka terjadi reaksi berikut ini:
MnO4- + e- -> MnO42- (E0 = +0.56V)
Reaksi Permanganometri
Reaksi titrasi permanganometri difokuskan pada rekasi oksidasi dan reduksi yang
terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi permanganometri dengan
KMnO4 telah dikenal lebih dari 100 tahun. Titrasi kebanyakan dilakukan dengan secara
langsung atas alat yang bisa dioksidasi seperti garam oksalat, asam, Fe+ yang bisa larut dan
sebagainya. Beberapa dari ion logam yang tidak dioksidasi bisa ditritasi dengan cara tidak
langsung dengan permanganometri sebagai berikut ini:
 Ion-ion PB dan Ba bisa diendapkan sebagai garam khromat. Sesudah disaring, dicuci
serta dilarutkan dengan asam, ditambah juga larutan baku yaitu FeSO4 berlebih.
Sebagian Fe2+ akan dioksidasi khormat kemudian sisanya bisa ditentukan banyaknya
dengan cara melakukan titrasi dengan KMnO4.
 Ion-ion Hg (I), Zn, Pb, Sr, Ba, Ca yang bisa diendapkan sebagai oksalat. Sesudah
diendapkan, lalu disaring dan dicucu, kemudian dilarutkan ke dalam H2SO4berlebih
sehingga secara kuantitatif akan terbentuk asam oksalat. Asam okalat tersebut yang
akan dititrasi kemudian hasil dari titrasi bisa dihitung berapa banyaknya ion logam yang
bersangkutan.

Sumber-sumber Kesalahan pada Titrasi Permanganometri


Terdapat beberapa sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri,
diantaranya yaitu terletak pada:
1. Larutan pentiter KMnO4 pada buret
Jika percobaan dilakukan pada waktu yang lama, maka larutan KMnO4 pada buret
yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2. Hal itu yang menyebabkan pada titik akhir
dalam titrasi ini akan didapat pembentukan presipitat coklat yang semestinya yaitu larutan
yang warnanya merah rosa.
2. Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4
Terlalu lambatnya pemberian KMnO4 pada larutan H2C2O4 yang sudah
ditambahkan dengan H2SO4 dan sudah dipanaskan mungkin dapat terjadi kehilangan
oksalat sebab membentuk hidrogen peroksida yang selanjutnya terurai menjadi air.
H2C2O4 + O2 -> H2O2 + 2 CO2
H2O2 -> H2O + O2
Hal tersebut bisa menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang dibutuhkan untuk
titrasi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kesalahan titrasi permanganometri yang
dilakukan.
3. Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4
Terlalu cepatnya pemberian KMnO4 pada larutan asam oksalat (H2C2O4) yang
sudah ditambahkan asam sulfat (H2SO4) serta sudah dipanaskan akan cenderung
menyebabkan reaksi antara MnO4- dan Mn2+.
MnO4- + 3 Mn2+ + 2 H2O -> 5 MnO2+ 4 H+

Anda mungkin juga menyukai