DEFINSI
Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella Thypi (Mansjoer,
A, 2009).
Tifoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh
salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan
minuman yang terkontaminasi (Mansjoer, A, 2009).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi
usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A, B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal,
makanan dan minuman yang terkontaminasi.
B. ETIOLOGI
1. 96 % disebabkan oleh salmonella typhi, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak
berspora mempunyai sekuran-kurangnya 3 macam antigen, yaitu : Antigen O (somatic terdiri dari zat
komplek lipolisakarida), Antigen (flagella), dan Antigen VI dan protein membran hialin.
2. Salmonella paratyphi A
3. Salmonella paratyphi B
4. Salmonella paratyphi C
Faktor pencetus lainnya adalah lingkungan, sistem imun yang rendah, feses, urin, makanan/minuman
yang terkontaminasi.
C. PATOFISIOLOGI
1. Kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh Salmonella
(biasanya >10.000 basil kuman). Sebagian kuman dapat dimusnahkan oleh asam HCL lambung dan
sebagian lagi masuk ke usus halus. Jika respon imunitas humoral mukosa (IgA) usus kurang baik, maka
basil Salmonella akan menembus sel-sel epitel (sel M) dan selanjutnya menuju lamina propia dan
berkembang biak di jaringan limfoid plak peyeri di ileum distal dan kelejar getah bening mesenterika.
2. Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening mesenterika mengalami hiperplasia. Basil
tersebut masuk ke aliran darah (bakterimia) melalui ductus thoracicus dan menyebar ke seluruh organ
retikuloendotalial tubuh, terutama hati, sumsum tulang, dan limfa melalui sirkulasi portar dari usus.
3. Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltrasi limfosit, zat plasma, dan sel mononuclear. Terdapat
juga nekrosis fokal dan pembesaran limfa (splenomegali). Di organ ini, kuman S. Thypi berkembang biak
dan masuk sirkulasi darah lagi, sehingga mengakibatkan bakterimia kedua yang disertai tanda dan gejala
infeksi sistemik (demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler, dan gangguan
mental koagulasi).
4. Pendarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di sekitar plak peyeri yang sedang
mengalami nekrosis dan hiperplasia. Proses patologis ini dapat berlangsung hinga ke lapisan otot, serosa
usus, dan mengakibatkan perforasi usus. Endotoksin basil menempel di reseptor sel endotel kapiler dan
dapat mengakibatkan komplikasi, seperti gangguan neuropsikiatrik kardiovaskuler, pernapasan, dan
gangguan organ lainnya. Pada minggu pertama timbulnya penyakit, terjadi jyperplasia (pembesaran sel-
sel) plak peyeri. Disusul kemudian, terjadi nekrosis pada minggu kedua dan ulserasi plak peyeri pada
minggu ketiga. Selanjutnya, dalam minggu ke empat akan terjadi proses penyembuhan ulkus dengan
meninggalkan sikatriks (jaringan parut).
D. MANIFESTASI KLINIK
1. Demam
F Minggu I
Dalam minggu pertama penyakit keluhan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya ,
yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan
tidak enak di perut, batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan
meningkat.
F Minggu II
Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas dengan demam, bradikardia relatif, lidah yang khas
(kotor di tengah, tepi dan ujung merah dan tremor), hepatomegali, splenomegali, meteroismus,
gangguan mental berupa somnolen, stupor, koma, delirium atau psikosis, roseolae jarang ditemukan
pada orang Indonesia.
F Minggu III
Dalam minggu ketiga suhu badan berangsur – angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu
ketiga.
Pada mulut terdapat nafas bau tidak sedap, bibir kering dan pecah – pecah. Lidah ditutupi selaput putih
kotor, ujung ditemukan kemerahan , jarang ditemui tremor.Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan
perut kembung. Hati dan limfa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya didapatkan konstipasi
akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat terjadi diare.
3. Gangguan keasadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam yaitu apatis sampai samnolen.
Jarang stupor, koma atau gelisah.
Disamping gejala–gejala yang biasanya ditemukan tersebut, mungkin pula ditemukan gejala lain. Pada
punggung dan anggota gerak dapat ditemukan bintik – bintik kemerahan karena emboli basil dalam
kapiler kulit.Biasanya dtemukan alam minggu pertama demam kadang – kadang ditemukan bradikardia
pada anak besar dan mungkin pula ditemukan epistaksis.
Transmisi terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi urin/feses dari penderita tifus akut
dan para pembawa kuman/karier. Empat F (Finger, Files, Fomites dan fluids) dapat menyebarkan kuman
ke makanan, susu, buah dan sayuran yang sering dimakan tanpa dicuci/dimasak sehingga dapat terjadi
penularan penyakit terutama terdapat dinegara-negara yang sedang berkembang dengan kesulitan
pengadaan pembuangan kotoran (sanitasi) yang andal (Sudoyo, A.W., & B. Setiyohadi. 2006). Masa
inkubasi demam tifoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasiantara 3-60 hari) bergantung jumlah dan
strain kuman yang tertelan. Selamamasa inkubasi penderita tetap dalam keadaan asimtomatis
(soegijanto,S, 2002).
E. KOMPLIKASI
1. Perdarahan usus
2. Miokarditis
3. Peritonitis → biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus. Ditemukan
gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang.
4. Meningitis ensefalopati
5. Bronkopneumonia
6. Anemia
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tubex TF, spesifik mendeteksi Ig M antibody S thypiii 09 LPS antigen Sthypii dan salmonella sero
group D bakteri.
3. Pemeriksaan darah tepi : untuk melihat tingkat leukosit dalam darah, adanya leukopenia, etc
4. Pemeriksaan urin : untuk melihat adanya bakteri Salmonella Thypi dan leukosit.
5. Pemeriksaan feses : untuk melihat adanya lendir dan darah yang dicurigai akan bahaya perdarahan
usus dan perforasi.
7. Serologis : untuk mengevaluasi reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
9. Pemeriksaan SGOT dan SGPT SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi
dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
G. PENATALAKSANAAN
1. Perawatan
c. Posisi tubuh harus diubah setiap 2 jam sekali untuk mencegah dekubitus
2. Diet
Dimasa lampau, penderita diberi makan diet yang terdiri dari bubur saring, kemudian bubur kasar dan
akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan penderita. Beberapa peneliti menganjurkan makanan
padat dini yang wajar sesuai dengan keadaan penderita. Makanan disesuaikan baik kebutuhan kalori,
protein, elektrolit, vitamin maupun mineralnya serta diusahakan makan yang rendah/bebas selulose,
menghindari makanan yang iritatif. Pada penderita gangguan kesadaran maka pemasukan makanan
harus lebih di perhatikan.
3. Obat-obatan
Obat pilihan adalah kloramfenikol, hati-hati karena mendepresi sum-sum tulang, dosis 50-100 mg/kgBB
dibagi 4 dosis, efek sampingnya adalah Anaplastik anemia
a. Ampisilin.
b. Amoxicillin.
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. A. Identitas Pasien
Umur : 36 Tahun
Suku : Bugis
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Alamat : Pangkajene
Nama : Ny. M
Umur : 26 Tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
2. Keluhan Umum
Demam
Menurut penuturan Klien demam sudah dirasakan sejak 3 hari yang lalu, sebelum masuk rumah sakit
dan demamnya tinggi pada waktu siang dan Malam Hari, disertai Mual, Muntah, keluhan bertambah
berat bila beraktivitas, dan kurang bila dikompres, istirahat dan minum obat. Melihat keadaan klien yang
lemah, pada pukul 15.00 wita, tanggal 15 Maret 2013 Ny. M selaku Istri dari PS. Membawa Tn. A ke RS.
Menurut Klien, dirinya dan Keluarganya tidak ada yang menderita penyakit seperti yang dideritanya
sekarang dan tidak pernah dirawat sebelumnya di Rumah Sakit. Kakek dan Nenek Tn. A semuanya sudah
meninggal karena faktor usia.
5. Genogram
6. Keadaan Umum
c. Tanda-tanda Vital :
F Suhu : 380C
F Nadi : 84x/i
F TD : 140/80 mmHg
F Pernafasan : 24x/i
a. Nutrisi
Di Rumah : klien makan 3x sehari dengan nasi, lauk pauk dan sayur
Di RS : Klien Makan 2x sehari dengan komposisi bubur, lauk pauk dan buah, porsi tdk dihabiskan
b. Minum
Di Rumah : kbiasaan klien minum 6-8 gelas/hari, jenis minum air putih
c. Eliminasi
1. BAK
2. BAB
Di Rumah : klien tidur siang skitar jam 15.00-17.00 dan tidur malam sekitar jam 22.00 WITA. waktu
tidur ± 6-7 jam
e. Aktivitas
Di RS :Aktivitas klien terganggu karena harus istirahat di tempat tidur karena keaadaan klien lemah
dan aktivitas dibantu dengan keluarganya
f. Kebersihan Diri
Di Rumah : Klien mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, klien mencuci rambut 1x seminggu dan
memotong kukunya jika panjang
Di RS : klien tidak pernah mandi karena kondisinya lemah. Karena itu klien hanya di seka-seka(lap
basah) oleh keluarganya.
g. Rekreasi
Di Rumah : klien biasanya menonton TV dan mendengar musik dan terkadang kalau hari libur klien
mengajak keluarganya berjalan-jalan.
8. PSIKOSOSIAL
A. Psikologis
Klien dapat menerima dengan sabar terhadap penyakit yang dideritanya dank lien menganggap ini
adalah cobaan dan teguran dari Tuhan. Klien juga dapat beradaptasi dengan baik di lingkugan RS. Dan
tim kesehatan.
B. Sosial
Hubngan klien dengan keluarganya tampak harmonis dilihat dari banyaknya keluarga yang
berkunjung selama klien dirawat. Klien juga dapat berkomunikasi dengan tim kesehatan lainnya.
C. Spiritual
Klien beragama islam tetapi selama klien dirawat di Rumah Sakit klien tidak dapat melakukan shalat,
klien hanya berdoa untuk minta kesembuhannya.
Bentuk mesosepalus, tidak terdapat kotoran atau ketombe, pergerakan tidak kaku dapat digerakkan ke
kiri kekanan, tidak terdapat luka pada kulit kepala dan kulit kepala cukup bersih.
b) Rambut
Rambut klien pendek lurus, warna hitam dan rambut klien terlihat bersih.
c) Mata
Bentuk mata simetris, fungsi penglihatan baik, konjungtiva tidak anemis, pupil dan reflex cahaya baik,
klien tidak memakai alat bantu penglihatan.
d) Hidung
Bentuk dan posisi hidung simestris, fungsi penciuman baik, tidak terdapat secret atau benda asing yang
menempel, tidak terdapat epitaksis dan tidak ada peradangan.
e) Telinga
Bentuk dan posisi simetris, ketajaman pendengaran baik, tidak terdapat serumen dan cairan pada lubang
telinga, tidak terdapat perdarahan dank lien tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
Bentuk bibir simetris, warna bibir tampak kehitaman, mikosa bibir tampak kering, fungsi pengecapan
baik, tidak terdapat perdarahan dan pendengaran, mulut cukup bersih dank lien tidak menggunakan gigi
palsu.
g) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid, tidak terdapat peradangan dan leher
dapat digerakkan secara anatomis.
Bentuk simetris, tidak terdengar bunyi wheezing dan tidak ada penurunan ekspansi paru kiri dan kanan.
i) Abdomen
Bentuk simetris, abdomen terlihat bersih tidak terdapat luka. Abdomen klien kembung saat perkusi, saat
auskultasi bising usus 15x/menit (Normal: 8-12x/menit).
j) Reproduksi
Jenis kelamin klien adalah laki-laki, mempunyai seorang istri dan dua orang anak.
k) Ekstremitas
F Ekstremitas atas: dapat digerakkan dengan baik dan ekstremitas atas dekstra terpasang infuse.
F Ekstremitas bawah: keduanya dapat digerakkan dengan baik tapi keadaan klien yang lemah terpaksa
klien istirahat total ditempat tidur.
l) Integument
Warna kulit klien sawo matang, tidak terdapat lesi dan memar.
F WIDAL Negatif
11. PENGOBATAN
F Inf RL 28 tpm
F PCT 3x1
F Ceftriaxon 2 gram/hr
F Baquanor 2x1
F Plasmodin 1x3
F Divavit 1x1
F Nurodex 2x1
F Megazing 1x1
KLASIFIKASI DATA
Data Subjectiv:
F Klien mengatakan demam sudah dirasakan sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk RS.
F Klien mengatakan demamnya tinggi pada waktu siang dan malam hari.
F Klien mengatakan keluhan bertambah jika melakukan aktivitas dan demamnya berkurang jika
dikompres dan beristirahat.
Data Objectiv:
F Perkusi: kembung
F TTV:
- Suhu: 380C
- Nadi : 84x/menit
- Pernafasan : 24x/menit
ANALISA DATA
No
Data
Penyebab
Masalah
1.
2.
3.
DS:
F Klien mengatakan demam sudah dirasakan sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk RS.
F Klien mengatakan demamnya tinggi pada waktu siang dan malam hari.
DO:
F Suhu: 380C
DS:
F Klien mengatakan keluhan bertambah jika melakukan aktivitas dan demamnya berkurang jika
dikompres dan beristirahat.
DO:
DS:
DO:
F Perkusi: kembung
Lemah
Gangguan pola tidur
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
1.
2.
3.
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
DS:
F Klien mengatakan demam sudah dirasakan sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk RS.
F Klien mengatakan demamnya tinggi pada waktu siang dan malam hari.
DO:
F Suhu 380C
DS:
F Klien mengatakan keluhan bertambah jika melakukan aktivitas dan demamnya berkurang jika
dikompres dan beristirahat.
DO:
DS:
DO:
F Perkusi: kembung
Kriteria hasil : Melaporkan tidur nyenya,Klien tidur 8-10 jam semalam, Klien tampak segar.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kekurangan nutrisi tidak terjadi
Kriteria hasil : Nafsu makan meningkat, Tidak ada keluhan anoreksia, nausea, Porsi makan dihabiskan.
4. Anjurkan untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam/masase punggung sebelum tidur.
1. Kaji kemampuan makan klien.
4. Anjurkan kepada orang tua klien/keluarga untuk memberikan makanan yang disukai.
5. Anjurkan kepada orang tua klien/keluarga untuk menghindari makanan yang mengandung
gas/asam, pedas.
1. Tanda-tanda vital berubah sesuai tingkat perkembangan penyakit dan menjadi indikator untuk
melakukan intervensi selanjutnya
2. Pemberian kompres dapat menyebabkan peralihan panas secara konduksi dan membantu tubuh
untuk menyesuaikan terhadap panas
3. Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan sehingga perlu diimbangi dengan asupan
cairan yang banyak.
4. Mempercepat proses penyembuhan, menurunkan demam. Pemberian antibiotik menghambat
pertumbuhan dan proses infeksi dari bakteri
1. Mengetahui kebiasaan tidur klien, mengetahui gangguan yang dialami, memudahkan intervensi
selanjutnya.
4. Menambah selera makan dan dapat menambah asupan nutrisi yang dibutuhkan klien.
5. Dapat meningkatkan asam lambung yang dapat memicu mual dan muntah dan menurunkan
asupan nutrisi.
No.Dx
Tgl./Jam
Implementasi
Evaluasi
1.
2.
3.
15 Maret 2013
06.00
07.15
07.45
08.00
16 Maret 2013
06.00
07.15
15 Maret 2013
13.00
13.15
14.00
19.00
16 Maret 2013
09.00
20.00
17 Maret 2013
08.15
09.00
12.15
13.00
13.15
16.00
4. Menganjurkan untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam/masase punggung sebelum tidur.
1. Mengkaji pola tidur klien.
4. Menganjurkan kepada orang tua klien/keluarga untuk memberikan makanan yang disukai.
5. Menganjurkan kepada orang tua klien/keluarga untuk menghindari makanan yang mengandung
gas/asam, pedas.
F Klien mengatakan demam sudah dirasakan sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk RS.
F Klien mengatakan demamnya tinggi pada waktu siang dan malam hari.
O:
F PCT 3x1
F Ceftriaxon 2 gram/hr
F TTV:
- Suhu: 380C
- Nadi : 84x/menit
- Pernafasan : 24x/menit
P : Lanjutkan intervensi
S:
O:
F Suhu: 370C
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan Intervensi
1. Observasi tanda-tanda vital.
S:
O:
P : Lanjutkan Intervensi
S:
O:
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan Intervensi
4. Anjurkan untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam/masase punggung sebelum tidur.
S:
F Klien mengatakan nafsu makan sudah membaik
O:
F Nurodex 2x1
F Megazing 1x1
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan Intervensi
4. Anjurkan kepada orang tua klien/keluarga untuk memberikan makanan yang disukai.
5. Anjurkan kepada orang tua klien/keluarga untuk menghindari makanan yang mengandung
gas/asam, pedas.