Anda di halaman 1dari 32

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengendalian Intern

Pengendalian intern merupakan bagian yang sangat penting agar tujuan

perusahaan dapat tercapai. Tanpa adanya pengendalian intern, tujuan perusahaan tidak

dapat tercapai secara efektif dan efisien. Semakin besar perusahaan tersebut maka akan

semakin penting pula arti dari pengendalian intern dalam perusahaan.

Pengendalian intern diterapkan untuk mencapai tujuan organisasi, meminimalisir

hal-hal yang akan terjadi di luar rencana, pengendalian intern juga meningkatkan

penerapan prinsip-prinsip good corporate governance.

2.1.1 Pengertian Pengendalian Intern

Menurut Hiro Tugiman (2004), bahwa pengendalian intern yang baik adalah

sebagai berikut:

1. Kegiatan organisasi efektif dan efisien.

2. Laporan keuangan atau informasi dari organisasi dapat dipercaya

3. Manajemen dalam organisasi patuh terhadap hukum dan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku.

Menurut Mulyadi Kanaka Puradiredja (2002), pengendalian intern adalah:

“Suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personil

lain, yang didesain untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian

tiga golongan tujuan berikut:


10

9
1. Efektif dan efisien operasi

2. Keandalan laporan keuangan

3. Kepatuhan terhadap hukum yang berlaku

Sebuah sistem pengandalian intern yang efektif merupakan komponen kritis bagi

manajemen dan dasar bagi kegiatan operasi yang aman dan sehat dalam sebuah

perusahaan. Sebagai sebuah sistem, pengendalian merupakan kumpulan dari berbagai

komponen pengendalian dan aktivitas yang terintegrasi dan yang digunakan oleh

organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan nya. Menurut Mulyadi Kanaka

Puradiredja (2002), terdapat konsep dasar dari pengendalian intern, diantaranya:

1. Pengendalian intern merupakan suatu proses. Pengendalian intern

merupakan cara untuk mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri.

Pengendalian intern merupakan suatu rangkaian tindakan dan menjadi

bagian tidak terpisahkan, bukan hanya sebagai tambahan dari

infrastruktur entitas.

2. Pengendalian intern dipengaruhi oleh manusia. Pengendalian intern bukan

hanya terdiri dari buku pedoman kebijakan dan formulir-formulir, tetapi

juga orang-orang pada berbagai jenjang dalam suatu organisasi, termasuk

dewan komisaris, manajemen, serta personel lainnya.

3. Pengendalian intern diharapkan memberikan keyakinan memadai, bukan

keyakinan penuh. Yaitu bagi manajemen dan dewan komisaris suatu usaha

karena adanya kelemahan-kelemahan bawaan yang melekat pada seluruh


11

sistem pengendalian intern dan perlunya mempertimbangkan biaya dan

manfaat.

4. Pengendalian intern adalah alat untuk mencpai tujuan, yaitu pelaporan

keuangan, kesesuaian, dan operasi.

2.1.2 Tujuan Pengendalian Intern

Pengendalian intern dalam perusahaan dibuat untuk membantu agar organisasi

lebih berhasil dalam mencapai tujuan perusahaan, dan juga memperhatikan aspek biaya

yang harus dikeluarkan dan manfaat yang diharapkan. Tujuan pengendalian intern itu

sendiri adalah untuk memberikan kepercayaan atau keyakinan memadai dalam

mencapai tujuan.

Dalam hal ini tujuan pengendalian intern menurut COSO adalah:

1. Keandalan Pelaporan Keuangan (Reliability of financial reporting)

Adanya informasi mengenai keuangan dan informasi untuk manajemen yang

bebas dan dapat dipercaya, lengkap, dan tepat waktu, termasuk penyiapan laporan

keuangan yang handal serta mencegah penggelapan informasi kepada publik.

Secara lebih rinci tujuan ini berhubungan dengan:

a. Penyiapan laporan yang tepat waktu, bebas dan dapat dipercaya, dan sesuai

dengan kebutuhan untuk pengambilan keputusan

b. Laporan tahunan, laporan keuangan lainnya, dan penjelasan keuangan

maupun laporan kepada pemilik saham, pengawas dan regulator, dari pihak

luar lainnya, yang kesemuanya harus bebas dan dapat dipercaya serta tepat

waktu.
12

2. Efisiensi dan Efektifitas Operasi (Efficiency and effectiveness of operation)

Adanya aktivitas yang efisien dan efektif dalam hubungannya dengan misi dasar

dan kegiatan usaha organisasi, termasuk standar kinerja dan pengamanan sumber

daya. Secara lebih rinci tujuan ini berhubungan dengan:

a. Efektivitas dan efisiensi dari kinerja sebuah perusahaan dalam

menggunakan asset dan sumber daya lainnya.

b. Memastikan bahwa semua pegawai telah bekerja memenuhi sasaran dan

tujuan efisien dan disertai integritas yang tinggi, tanpa biaya yang tidak

diinginkan atau berlebihan.

3. Kesesuai terhadap peraturan hukum yang berlaku (Compliance with applicable

laws and regulations)

Tujuan ini untuk memastikan bahwa kegiatan usaha perusahaan patuh terhadap

hukum, peraturan, rekomendasi, dan regulator, kebijakan dan prosedur intern

perusahaan.

Pengendalian intern setiap entitas memiliki keterbatasan bawaan, yang dikutip

dari Mulyadi Kanaka Puradiredja (2004). Oleh karena itu pengendalian intern hanya

memberikan keyakinan memadai, bukan mutlak kepada manajemen dan dewan

komisaris tentang pencapaian tujuan entitas. Berikut ini adalah keterbatasan bawaan

yang melekat dalam setiap pengendalian intern:

a. Kesahalahan dan pertimbangan

Seringkali manajemen dan personel lain dapat salah dalam

mempertimbangkan keputusan bisnis yang diambil atau dalam

melaksanakan tugas rutin karena tidak memadainya informasi,


13

keterbatasan waktu, atau tekanan lain.

b. Gangguan

Gangguan dalam pengendalian intern yang telah ditetapkan dapat terjadi

karena personel secara keliru memahami perintah atau membuat kesalahan

karena kelalaian, tidak ada perhatian, atau kelelahan. Perubahan yang

bersifat sementara atau permanen dalam personel atau dalam sistem dan

prosedur dapat pula mengakibatkan gangguan.

c. Kolusi

Tindakan bersama beberapa individu untuk tujuan kejahatan disebut

dengan kolusi. Kolusi dapat mengakibatkan bobolnya pengendalian intern

yang dibangun untuk melindungi kekayaan entitas dan tidak terungkapnya

ketidakberesan atau tidak terdeteksinya kecurangan oleh pengendalian

intern yang dirancang.

d. Pengabaian oleh manajemen

Manajemen dapat mengabaikan kebijakan dan prosedur yang telah di

tetapkan untuk tujuan yang tidak sah seperti keuntungan pribadi manajer,

penyajian kondisi keuangan yang berlebihan, atau kepatuhan semu.

e. Biaya lawan manfaat

Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan pengendalian intern tidak

boleh melebihi yang diharapkan dari pengendalian intern tersebut. Karena

pengukuran secara tepat baik biaya maupun manfaat biasanya tidak

mungkin dilakukan, manajemen harus memperkirakan dan


14

mempertimbangkan secara kuantitatif dan kualitataf dalam mengevaluasi

biaya dan manfaat suatu pengendalian intern.

2.1.3 Komponen Pengendalian Intern

Setiap perusahaan memiliki karakteristik atau sifat khusus yang berbeda karena

perbedaan karakteristik tersebut pengendalian intern yang baik pada suatu perusahaan

belum tentu baik pada perusahaan lainnya, oleh sebab itu untuk menciptakan suatu

pengendalian intern harus diperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tujuan

perusahaan secara keseluruhan. Pengendalian intern yang baik harus memenuhi

beberapa kriteria atau komponen tertentu.

COSO dalam Arens (2008;376) menyatakan mengenai unsur-unsur

pengendalian intern sebagai berikut:

1. “Control Environment.

2. Risk Assesment.

3. Control Activities.

4. Information and Communication.

5. Monitoring Activities”.

Penjelasan elemen-elemen pengendalian intern tersebut adalah sebagai berikut:

1. Lingkungan pengendalian (Control Environment)

Lingkungan pengendalian terdiri atas tindakan, kebijakan dan prosedur yang

mencerminkan sikap manajemen puncak, para direktur, dan pemilik entitas

secara keseluruhan mengenai pengendalian intern. Berbagai faktor yang

membentuk lingkungan pengendalian dalam suatu entitas yaitu:

a. Integritas dan nilai organisasi


15

Merupakan hal yang penting bagi pihak manajemen untuk menciptakan

struktur organisasi yang menekankan pada integritas sebagai prinsip dasar

beroperasi, dengan secara aktif mengajarkan dan mempraktikan.

b. Komitmen terhadap kompetensi

Kecakapan atau keahlian menjadi ketentuan sebagai persyaratan yang

ditetapkan oleh direksi di lingkungan pengendalian sebagai suatu nilai yang

mendasar dalam menilai komitmen terhadap kompetensi.

c. Dewan komisaris dan komite audit

Terdiri dari kesadaran terhadap pengendalian yang mencerminkan dari

reaksi yang ditunjukan oleh manajemen dari berbagai jenjang organisasi

terutama dari dewan komisaris dan komite audit atas kelemahan

pengendalian. Jika manajemen segera melakukan tindakan maka akan

terlihat komitmen terhadap penciptaan lingkungan pengendalian yang baik.

d. Filosofi dan gaya operasi

Melalui aktivitasnya manajemen memberikan isyarat mengenai betapa

pentingnya pengendalian intern.

e. Struktur organisasi

Perusahaan menggambarkan alur tanggung jawab dan wewenang. Dengan

memahami struktur organisasi klien, auditor dapat memahami

elemenelemen manajemen dan fungsional dari suatu bisnis dan dapat

menilai bagaimana pengendalian dapat dilaksanakan.

f. Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab


16

Dilakukan apabila seseorang pimpinan mempunyai wewenang dan

tanggung jawab yang diwujudkan secara tertulis dalam uraian tugas utnuk

ditetapkan oleh perusahaan sesuai dengan kedudukannya dalam struktur

organisasi.

g. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia

Hal yang paling penting dalam pengendalian intern adalah sumber daya

manusia yang melaksanakannya. Jika seluruh pegawai berkompeten dan

dapat dipercaya, pengendalian lainnya dapat dikurangi.

2. Penilaian Risiko (Risk Assesment)

Penilaian resiko merupakan identifikasi dan analisis terhadap risiko yang relevan

untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan

bagaimana suatu risiko harus dikelola. Terdapat faktor yang mempengaruhi

risiko:

a. Perubahan dalam lingkungan operasi

Perubahan dalam lingkungan peraturan dan operasi dapat mengakibatkan

perubahan dalam tekanan persaingan dan risiko yang berbeda dan

mengakibatkan perubahan dalam tekanan persaingan dan risiko secara

signifikan.

b. Personel baru

Personel baru mungkin memiliki fokus yang berbeda atau pemahaman

terhadap pengendalian intern.

c. Sistem informasi yang baru atau diperbaiki


17

Perubahan signifikan dan cepat dalam sistem informasi dapat mengubah

risiko yang berkaitan dengan pengendalian intern.

d. Restrukturisasi korporasi

Rekonstruksi dapat disertai dengan pengurangan staff dan perubahan

dalam supervise dan pemisahan tugas yang dapat merubah risiko yang

berkaitan dengan pengendalian intern

3. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu

memastikan bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut

membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi

risiko dalam pencapaian tujuan entitas sudah dilaksanakan. Aktivitas

pengendalian mempunyai berbagai tujuan dan diterapkan diberbagai tingkat

organisasi dan fungsi. Aktivitas pengendalian umumnya dibagi menjadi empat

jenis, yaitu:

a. Pemisahan tugas yang memadai

Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam pemisahan tugas dan

bertanggung jawab untuk mengurangi kecurangan dan kesalahan yaitu;

pemisahan pengawasan asset dari fungsi akuntansi, pemisahan otorisasi

transaksi dengan fungsi pengawasan dari asset yang bersangkutan,

pemisahan tanggung jawab operasi dan pencatatan, pemisahan bagian

informasi teknologi dengan penggunaannya.

b. Otorisasi yang sesuai atas transaksi dan aktivitas


18

Setiap transaksi harus di otorisasi dengan benar untuk memenuhi tujuan

pengendalian

c. Dokumen dan catatan yang memadai

Dokumen dan pencatatan merupakan catatan yang membuat transaksi serta

mengikhtisarkannya. Termasuk didalamnya tagihan penjualan, purchase

order, jurnal penjualan, dan lain-lain.

d. Pengendalian fisik, aktiva, dan catatan

Untuk melaksanakan pengendalian yang baik, asset dan pencatatan harus

diawasi. Asset yang tidak dijaga dapat dicuri. Pencatatannya yang tidak

diawasi dapat dicuri, dirubah, dihancurkan, atau hilang yang mengganggu

proses-proses akuntansi dan operasi bisnis.

4. Informasi dan komunikasi (Information and Communication)

Disekitar aktivitas pengendalian terdapat sistem informasi dan komunikasi.

Mereka memungkinkan orang-orang dalam organisasi untuk dapat bertukar

informasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan, dan mengendalikan

operasinya. Akuntan harus memahami bagaimana (1) transaksi diawali, (2) dan

didapat dalam bentuk yang dibaca oleh mesin, (3) file komputer diakses dan

diperbaharui, (4) data diproses untuk mempersiapkan sebuah informasi, dan

informasi tersebut dilaporkan ke para pemakai internal dan pihak eksternal.

5. Pengawasan (Monitoring Activities)

Pemantauan merupakan proses pengawasan dan penetapan kualitas kinerja

pengendalian internal sepanjang waktu. Pemantauan mencakup penentuan desain

dan operasi pengendalian tepat waktu dan tindakan perbaikan yang dilakukan.
19

Proses ini dilaksanakan melalui aktivitas pemantauan secara terus menerus,

evaluasi secara terpisah atau kombinasi diantara keduanya.

Sasaran utama pengendalian intern, seperti dinyatakan oleh The American

Institute of Certified Public Accountans (1993), yaitu:

1. Melindungi asset perusahaan (yaitu sumber daya, termasuk data dan

informasi).

2. Memastikan ketepatan dan keandalan data dan informasi akuntansi

(menjaga agar data dan informasi bebas dari kesalahan dan menyediakan

hasil yang konsisten bila memproses data yang serupa).

3. Mendorong efisiensi di semua operasi perusahaan

4. Mendorong kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur yang ditetapkan

manajemen.

Berdasarkan kajian diatas pengendalian intern adalah suatu proses yang

dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personil lain, yang didesain untuk

memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut

1. Efektivitas dan efisiensi operasi

2. Keandalan pelaporan keuangan

3. Kepatuhan terhadap hukum yang berlaku

Ketiga golongan tersebut adalah tujuan yang ingin dicapai dari pengendalian

intern, sedangkan yang menjadi komponen untuk mecapai tujuan tersebut adalah:

1. Lingkungan pengendalian
20

a. Integritas dan nilai etika

b. Komitmen terhadap kompetensi

c. Filosofi manajemen dan gaya kepemimpinan

d. Struktur organisasi

e. Komite audit

f. Penugasan, wewenang, dan tanggung jawab

g. Kebijakan sumber daya manusia dan penerapannya

2. Penilaian risiko

a. Perubahan dalam lingkungan operasi

b. Personil baru

c. Sistem informasi yang baru atau dimodifikasi

d. Restrukturisasi korporasi

3. Aktivitas pengendalian

a. Pemisahan tugas yang memadai

b. Otorisasi yang sesuai atas transaksi dan aktivitas

c. Dokumen dan catatan yang memadai

d. Pengendalian fisik atas aktiva dan catatan

4. Informasi dan komunikasi

a. Kelengkapan dan ketersediaan

b. Keamanan dan otorisasi mengakses file computer

5. Pengawasan

a. Pengawasan secara rutin


21

2.1.4 Keterbatasan Pengendalian Intern

Adanya suatu pengendalian di dalam suatu perusahaan dimaksudkan untuk

menciptakan suatu alat yang dapat membantu tercapainya pelaksanaan usaha yang

efektif dan efisien, serta untuk membatasi kemungkinan terjadinya pemborosan dan

penyelewengan. Namun pengendalian intern tidak mencegah secara total kekurangan

dan pemborosan yang mungkin terjadi dalam suatu perusahaan.

Pelaksanaan struktur pengendalian intern yang efektif dan efisien haruslah

mencerminkan keadaan yang ideal. Namun dalam kenyataannya hal ini sulit untuk

dicapai, karena dalam pelaksanaannya struktur pengendalian intern mempunyai

keterbatasan-keterbatasan.

Keterbatasan yang mungkin terjadi sebagai hasil dari penetapan tujuan-tujuan

yang menjadi prasyarat untuk pengendalian intern tidak tepat, penilaian manusia dalam

mengambil keputusan yang dapat salah dan bisa saja faktor kesalahan/kegagalan

manusia sebagai pelaksana, kemampuan manajemen untuk mengesampingkan

pengendalian intern, kemampuan manajemen, personel lainnya, ataupun pihak ketiga

untuk menghindari kolusi, dan juga peristiwa-peristiwa eksternal yang berada di luar

kendali organisasi.

Sistem pengendalian intern yang efektif tidak memberikan jaminan absolute

akan tercapainya tujuan perusahaan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa sistem

pengendalian intern yang handal tidak bisa mengubah manajer yang buruk menjadi

bagus. Akan tetapi sistem pengendalian intern yang handal dan efektif dapat

memberikan informasi yang tepat bagi manajer maupun dewan direksi yang bagus
22

untuk mengambil keputusan maupun kebijakan yang tepat untuk pencapaian tujuan

perusahaan yang lebih efektif pula.

2.2 Good Corporate Governance

2.2.1 Pengertian Good Corporate Governance

Menurut Organization for Economic Co-operation and Development (OECD),

Corporate Governance yaitu:

“Corporate governance is the system by wich business corporation are


directed and controlled. The corporate governance structure specifies the
distribution of right and responsibilities among different participants in the
corporation, such as, the board managers, shareholder and other
stakeholders, and spell out the rules and procedures for making decision on
corporate offairs. By doing this, it also provides the structure through which
the company objectives are set, and the means of attaining those objectives
and monitoring performance.”

OECD mendefinisikan Corporate Governance sebagai sekumpulan hubungan

antara pihak manajemen perusahaan, board dan pemegang saham, dan pemegang

saham, dan pihak lalin yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan. Good

Corporate Governance juga mensyaratkan adanya struktur, perangkat untuk mencapai

tujuan, dan pengawasan atas kinerja. Good Corporate Governance dapat memberikan

perangsang atau intensif yang baik bagi board dan manajemen untuk mencapai tujuan

yang merupakan kepentingan perusahaan dan pemegang saham harus memfasilitasi

pemonitoran yang efektif, sehingga mendorong perusahaan untuk menggunakan

sumberdaya lebih efisien.

Menurut Nogi S. Tangkilisan (2003) Good Corporate Governance, yaitu:


“Kumpulan hukum, peraturan dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi yang
dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan bekerja secara efisien,
menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para
pemegang saham, maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan.”
23

Praktik Good Corporate Governance dipertegas dengan keluarnya Keputusan

Menteri BUMN Nomor Kep-117/M. MBU/2002 pasal 1 tentang penerapan praktik

Good Corporate Governance pada BUMN. Pengertian Good Corporate Governance

dalam keputusan ini adalah:

“Suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk
meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntanbilitas perusahaan guna
mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap
memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya berlandaskan peraturan
perundang-undangan dan nilai-nilai etika.”

2.2.2 Prinsip-prinsip Good Corporate Governance

Prinsip-prinsip Good Corporate Governance menurut Menteri BUMN no Kep-

117/M-M. BUMN 1 Agustus 2002 pasal 3, yaitu:

1. Transparasi

Transparasi yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan

keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materil dan

relevan mengenai perusahaan dan mencegah upaya penyembunyian

informasi yang relevan bagi pengguna maupun stakeholder.

2. Kemandirian

Kemandirian yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara

professional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari

pihak maupun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku dan prinsip-prinsip kooperasi yang sehat.

3. Akuntabilitas
24

Akuntabilitas yaitu kejelasan fungsi-fungsi, pelaksanaan dan

pertanggungjawaban organisasi sehingga pengelolaan perusahaan

terlaksana dengan baik.

4. Pertanggungjawaban

Pertanggungjawaban yaitu kesesuaian didalam pengelolaan perusahaan

terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip

kooperasi yang sehat.

5. Kewajaran

Kewajaran yaitu keadilan dan kesejahteraan didalam memenuhi hak-hak

stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan perundang-undangan

yang berlaku.

Adapun prinsip-prinsip Good Corporate Governance menurut Amin Widjaja

Tunggal (2002), sebagai berikut:

1. Perlindungan terhadap hak-hak pemegang saham (The Rights of Shareholder).

Kerangka kerja Corporate Governance harus dapat melindungi hak-hak

pemegang saham:

1) Hak-hak pemegang saham mencakup:

(1) Metode yang aman dalam pencatatan kepemilikan (ownership

registration).

(2) Mengalihkan atau memindahkan saham.

(3) Memperoleh informasi yang relevan tentang perusahaan pada waktu

yang tepat dan berkala.


25

(4) Berpartisipasi dan member suara dalam rapat umum pemegang

saham.

(5) Memilih anggota dewan komisaris (board of directors).

(6) Mendapatkan pembagian laba perusahaan.

2) Pemegang saham mempunyai hak untuk berpartisipasi dan secara memadai

diberi informasi tentang keputusan yang berkaitan dengan perubahan

perusahaan yang fundamental, seperti:

(1) Perubahan anggaran dasar atau dokumen sejenis dari penjualan.

(2) Otoritas tambahan saham.

(3) Transaksi-transaksi yang luar biasa seperti akibat penjualan

perusahaan.

3) Pemegang saham harus mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi secara

efektif dan memberi suara dalam rapat umum pemegang saham (general

shareholder meeting) dan harus diberi informasi tentang aturanaturan,

mencakup prosedur pemberian suara, yang mempengaruhi rapat umum

pemegang saham yaitu:

(1) Para pemegang saham harus dilengkapin dengan informasi yang

menandai dan tepat waktu yang berkaitan dengan tanggal, tempat,

dan agenda rapat umum, dan juga informasi yang lengkap dan tepat

waktu tentang masalah-masalah yang akan diputuskan dalam rapat.

(2) Peluang harus diberikan kepada pemegang saham untuk menanyakan

tentang dewan komisaris dan mencantumkan hal-hal dalam agenda


26

rapat umum, dengan bergantung pada pembatasanpembatsan yang

masuk akal.

(3) Pemegang saham harus dapat member suara secara pribadi atau in

absential, dan pengaruh yang sama harus diberikan terhadap suara

apakah dilakukan secara pribadi atau absentia.

(4) Struktur modal yang memungkinkan pemegang saham tertentu untuk

memperoleh suatu tingkat pengendalian yang tidak seimbang

atau sepadan dengan kepemilikan ekuitas

mereka harus diungkapkan.

4) Markets for corporate control harus dapat berfungsi dalam keadaan yang

efisien dan transparan.

(1) Aturan-aturan dan prosedur-prosedur yang mempengaruhi akuisi

tentang pengendalian korporat dalam pasar modal, dan

transaksitransaksi yang luar biasa seperti merger, dan penjualan porsi

yang substansial dari aktiva korporat, harus secara jelas diungkapkan

agar investor memahami hak mereka. Transaksi harus terjadi pada

harga yang transparan dibawah kondisi yang wajar yang melindungi

hak dari seluruh pemegang saham sesuai dengan kelompoknya.

(2) Alat-alat yang anti pengambilalihan seharusnya tidak digunakan

untuk melindungi manajemen dari akuntabilitas atau tanggung

jawab.
27

5) Pemegang saham, termasuk investor kelembagaan, harus

mempertimbangkan biaya dan manfaat untuk melaksanakan hak

pemberian suara (voting right).

2. Persamaan perlakuan terhadap seluruh pemegang saham (the equitable

treatment of shareholders)

Kerangka kerja corporate governance harus memastikan perlakuan yang sama

(equitable treatment) terhadap seluruh pemegang saham, mencakup pemegang

saham minoritas dan pemegang saham asing. Semua pemegang saham harus

mempunyai kesempatan untuk memperoleh ganti rugi pelanggan (readdress for

violation) yang efektif atas hak-hak mereka:

1) Semua pemegang saham dari kelompok yang sama harus diperlakukan

secara adil:

(1) Dalam setiap kelompok, semua pemegang saham harus mempunyai

hak pemberian yang sama. Semua investor dapat memperoleh

informasi tentang hak pemberian suara yang melekat pada seluruh

kelompok saham sebelum saham tersebut dibeli. Setiap perubahan

dalam hak pemberian suara harus tergantung pada suara pemegang

saham.

(2) Suara harus diberika oleh custodian atau nominess dalam suatu

keadaan sesuai dengan manfaat pemilik saham.

(3) Proses atau prosedur untuk rapat pemegang saham harus

memungkinkan perlakuan yang sama bagi seluruh pemegang saham.


28

Prosedur perusahaan seharusnya tidak mengakibatkan terlalu sulit

atau mahal untuk memberikan suara.

2) Praktik-praktik Insedent tranding dan self dealing yang


bersifat

penyalahgunaan harus dilarang.

3) Anggota dewan komisaris dan manajer disyaratkan


untuk

mengungkapkan setiap kepentingan yang material dalam transaksitransaksi

atau hal-hal yang mempengaruhi perusahaan.

3. Peran stakeholder yang terkait dengan perusahaan (The role of stakeholder)

Kerangka kerja corporate governance harus mengakui hak-hak stakeholder

seperti yang ditetapkan hukum dan mendorong kerjasama yang aktif antara

perusahaan dan stakeholders dalam menciptakan kemakmuran (creating wealth),

pekerjaan, dan kelangsungan dari perusahaan secara financial sehat:

1) Kerangka kerja corporate governance harus memastikan bahwa hak-hak

stakeholders yang dilindungi hukum dihargai.

2) Apabila kepentingan stakeholders dilindungi hukum, maka stakeholders

harus mempunyai kesempatan untuk memperoleh ganti rugi pelanggaran

yang efektif dari hak-hak mereka.

3) Kerangka kerja corporate governance memperbolehkan mekanisme

penguatan kinerja (performance-enchancing mechanism) untuk

partisipasi stakeholders.
29

4) Apabila stakeholders berpartisipasi dalam proses corporate governance,

maka mereka harus mempunyai akses dalam informasi yang relevan.

4. Keterbukaan dan transparasi (Disclosure and Trasparency)

Kerangka kerja corporate governance harus memastikan bahwa pengungkapan

yang tepat waktu dan akurat dilakukan terhadap semua hal yang material

berkaitan dengan perusahaan, mencakup situasi keuangan, kinerja, kepemilikan

dan tata kelola perusahaan.

1) Pengungkapan mencakup, akan tetapi tidak terbatas pada informasi yang

material:

(1) Hasil keuangan dan operasi perusahaan.

(2) Tujuan perusahaan.

(3) Kepemilikan saham-saham utama dan hak-hak pemberian suara.

(4) Anggota dewan komisaris dan eksekutif kunci dan remunerasi

mereka.

(5) Faktor-faktor risiko material yang diperkirakan.

(6) Isu material yang berkaitan dengan pekerjaan dan stakeholders yang

lain.

(7) Struktur dan kebijakan tata kelola.

2) Informasi harus dipersiapkan, diaudit, dan diungkapkan sesuai dengan

standar akuntansi, pengungkapan keuangan dan non keuangan dan audit

yang bermutu tinggi.

3) Audit tahunan harus dilaksanakan oleh auditor independen agar


30

memberikan keyakinan eksternal dan objektif atas cara laporan keuangan

disusun dan disajikan.

4) Saluran penyebaran informasi harus memberikan akses yang wajar, tepat

waktu dan efisien biaya terhadap informasi yang relevan untuk pemakai.

5. Akuntabilitas Dewan Komisaris (The Responsibilities of The Board) Kerangka

corporate governance harus memastikan pedoman strategic perusahaan,

pemonitoran manajemen yang efektif oleh dewan komisaris, dan akuntabilitas

dewan komisaris terhadap perusahaan dan pemegang saham.

1) Anggota dewan komisaris bertindak dengan dasar informasi yang lengkap,

itikad baik, penelitian yang cermat dan hati-hati, dan kepentingan yang

paling baik bagi perusahaan dan pemegang saham.

2) Apabila keputusan dewan komisaris dapat mempengaruhi kelompok

pemegang saham yang berbeda dengan cara yang berbeda, dewan

komisaris harus memperlakukan semua pemegang saham secara layak.

3) Dewan komisaris harus memastikan ketaatan terhadap hukum yang berlaku

dan mempertimbangkan kepentingan stakeholders.

4) Dewan komisaris harus memenuhi fungsi-fungsi kunci tertentu,

mencakup:

(1) Menelaah dan mengarahkan strategi korporat, rencana tindakan

utama, kebijakan risiko, anggaran tahunan dan rencana usaha,

menetapkan sasaran kinerja, memonitor implementasi dan kinerja


31

korporat dan mengawasi pengeluaran modal yang pokok, akuisisi

dan divestures.

(2) Memilih, memberi kompensasi, memonitor dan bila perlu mengganti

eksekutif kunci dan mengawasi perencanaan suksesi

(succession planning).
(3) Menelaah eksekutif kunci dan remunerisasi dewan komisaris, dan

memastikan suatu proses nominasi dewan komisaris yang formil dan

transparan.

(4) Memonitor dan mengelola benturan kepentingan yang potensial dari

manajemen, anggota dewan komisaris dan pemegang saham,

mencakup penyalahgunaan aktiva korporat dan penyalahgunaan

dalam transaksi-transaksi pihak yang mempunyai hubungan

istimewa (related party transactions).

(5) Meyakini integritas akuntansi dan sistem pelaporan keuangan

perusahaan, mencakup audit independen dan sistem pengendalian

yang tepat dan berjalan, khususnya sistem pemonitoran risiko,

pengendalian keuangan dan ketaatan terhadap hukum.

(6) Memonitor efektivitas praktik-praktik tata kelola yang beroperasi

dan melakukan perubahan-perubahan bila perlu.

(7) Mengawasi proses pengungkapan dan komunikasi.

5) Dewan komisaris harus dapat melaksanakan pertimbangan yang objektif

tentang urusan korporat secara independen, khususnya terhadap

manajemen.
32

(1) Dewan komisaris harus mempertimbangkan menugaskan sejumlah

dengan komisaris non-eksekutif yang memadai untuk melakukan

pertimbangan yang independen tentang tugas-tugas dimana terdapat

suatu potensial benturan kepentingan.

(2) Anggota dewan komisaris harus mencurahkan waktu yang memadai

terhadap tanggung jawab mereka.

6) Agar dapat memenuhi tanggung jawab mereka, anggota dewan komisaris

harus mempunyai akses terhadap informasi yang akurat, relevan dan tepat

waktu.

2.2.3 Unsur-unsur Good Corporate Governance

Unsur-unsur (person in charge) dalam corporate governance yang baik, menurut

Amin Widjaja Tunggal (2002) tediri atas:

1. Pemegang Saham dan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Pemegang saham (stakeholder) adalah individu atau insitusi yang mempunyai

taruhan vital (vital stake) dalam perusahaan. Corporate governance harus

melindungi hak-hak pemegang saham. Seperti yang diuraikan dalam

prinsipprinsip corporate governance, hak-hak pemegang saham antara lain:

(1) Mengamankan registrasi dari kepemilikan

(2) Menyerahkan atau memindahkan saham

(3) Mendapatkan informasi yang relevan secara tepat


waktu dan

berkelanjutan
33

(4) Ikut serta dan memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham

(5) Memperoleh bagian atas keuntungan pemegang saham

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah organ perseroan yang memegang

kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan memegang segala wewenang dan tidak

diserahkan kepada Direksi dan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam UU

No. 1/1995 dan atau Anggaran Dasar. RUPS berhak memperoleh segala

keterangan yang berkaitan dengan kepentingan perseroan dari direksi dan atau

komisaris.

2. Komisaris dan Direksi

Board of Derectors merupakan faktor central dalam corporate governance karena

hukum perseroan menempatkan tanggung jawab legal atas urusan suatu

perusahaan kepada Board of Directors . Board of Directors secara legal

bertanggung jawab untuk menetapkan sasaran korporat, mengembangkan

kebijakan yang luas, dan memilih personil tingkat atas untuk melaksanakan

sasaran dan kinerja tersebut. Board of Directors juga menelaah kinerja

manajemen untuk meyakinkan bahwa perusahaan dijalankan secara baik dan

kepentingan pemegang saham dilindungi.

3. Komite Audit

Audit bertugas untuk memberikan pendapat professional yang independen

kepada Dewan Komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh

Direksi kepada Dewan Komisaris serta mengindentifikasi hal-hal yang

memerlukan perhatian dewan komisaris.

4. Sekretasis Perusahaan
34

(1) Fungsi

Suatu perusahaan publik yang terdaftar disyaratkan menunjuk seseorang

investor. Selain itu juga bertindak sebagai compliance officer dan

penyimpanan dokumen-dokumen korporat seperti daftar pemegang saham

dan daftar khusus perusahaan dan notulen Rapat Umum Pemegang

Saham.

(2) Akuntabilitas

Sekertais korporat dipilih untuk ditunjuk oleh dan harus melapor secara

langsung kepada direksi, akan tetapi harus secara berkala dan secara penuh

member nasehat kepada Dewan Komisaris mengenai seluruh tindakan

yang dilakukan Direksi.

(3) Peranan Sekertaris korporat dalam masalah keterbukaan

Sekertais korporat harus mengawasi usaha ketaatan perusahaan dalam

pengungkapan yang disyaratkan oleh hukum dan peraturan

perundangundangan yang berlaku yang mempunyai kekuatan hukum.

(4) Sistem pengendalian informasi internal

Sistem informasi yang tetap perlu ditetapkan oleh direksi agar semua

informasi korporat penting yang material dapat segera dikirimkan kepada

sekretaris korporasi.

5. Manajer dan Karyawan

Sumber kekuasaan manajer dari kombinasi keahlian manajerial mereka dan

tanggung jawab organisasional yang diberikan untuk melaksanakan pekerjaan


35

yang diperlukan. Manajer semakin cenderung mempertimbangkan tanggung

jawab mereka terutama kepada perusahaan dan pemegang saham. Mereka

memandang mereka sendiri bertanggung jawab untuk:

(1) Kelangsungan hidup ekonomis perusahaan;

(2) Memperpanjang umur perusahaan kemasa depan melalui inovasi,

pengembangan manajemen, ekspansi pasar, dan cara-cara lainnya:

(3) Menyeimbangkan permintaan dari seluruh kelompok dengan cara

sedemikian rupa sehingga perusahaan dapat mencapai tujuannya. Pekerja,

khususnya yang diwakili oleh serikat pekerja atau mereka yang memiliki

saham dalam perusahaan dapat mempengaruhi kebijakan tatakelola

perusahaan tertentu.

6. Auditor Internal

Dalam rangka corporate governance, auditor internal melaksanakan fungsi

sebagai berikut:

(1) Bertanggung jawab kepada direktur utama Chief Executif Oficer (CEO) dan

mempunyai akses kepada komite audit.

(2) Memonitor pelaksanaan kepatuhan (compliance) terhadap kebijakan dan

prosedur perusahaan.

(3) Menelaah kinerja korporat melalui mekanisme audit keuangan dan

operasional.

(4) Memelihara dan mengamankan aktiva perusahaan dan menangani faktor

risiko secara baik.


36

(5) Melaksanakan fungsi konsultan dan memastikan pelaksanaan corporate

governance.

Auditor internal perlu mendapatkan dukungan manajer senior dan board of

director sehingga mereka dapat memperoleh kerja sama dari pihak yang di audit

dan melakukan pekerjaan mereka secara bebas tanpa gangguan.

7. Auditor Eksternal

Auditor Eksternal bertanggung jawab memberikan opini terhadap laporan

keuangan perusahaan. Laporan auditor independen adalah ekspresi dari opini

professional mereka mengenai laporan keuangan. Meskipun laporan keuangan

adalah tanggung jawab dari manajemen, auditor independen bertanggung jawab

untuk menilai kewajaran pernyataan manajemen dalam laporan melalui laporan

audit mereka.

8. Stakeholder lainnya

Pemerintah terlibat dalam corporate governance melalui hukum dan peraturan

perundang-undangan. Kreditor yang memberi pinjaman mungkin juga

mempengaruhi kebijakan perusahaan.

2.2.4 Tujuan dan Manfaat Good Corporate Governance

Kegunaan dari Good Corporate Governance menurut Nogi S. Tangkilisan

(2003), yaitu: Good Corporate Governance diakui membantu mengebalkan

perusahaan dari kondisi-kondisi yang tidak menguntungkan, dalam banyak hal

corporate governance yang baik telah terbukti juga meningkatkan kinerja korporat

sampai 30% diatas tingkat kembalian (rate of return) yang normal.


37

Penerapan Good Corporate Governance memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Perbaikan dalam komunikasi

b. Meminimalisasi potensial benturan

c. Fokus dan strategi-strategi utama

d. Peningkatan dalam produktifitas dan efisiensi

e. Kesinambungan manfaat (sustainaibability of benefits)

f. Promosi citra korporat (corporate iamge)

g. Peningkatan kepuasan pelanggan

h. Perolehan kepercayaan investor

Berdasarkan kajian diatas Good Corporate Governance yaitu kumpulan hukum,

peraturan dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi yang dapat mendorong kinerja

sumber-sumber perusahaan bekerja secara efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka

panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham, maupun

masyarakat sekitar secara keseluruhan (Nogi S. Tangkilisan, 2003).

Dalam hal ini prinsip-prinsip dari Good Corporate Governance yang harus

diterapkan menurut Menteri BUMN no Kep-117/M-M. BUMN 1 Agustus 2002 pasal

3 adalah:

1. Transparasi

a. Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan

b. Keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan

mengenai perusahaan

2. Kemandirian
38

Perusahaan dikelola secara professional tanpa benturan kepentingan dan

pengaruh atau tekanan dari pihak manapun.

3. Akuntabilitas

Kejelasan fungsi-fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organisasi

4. Pertanggungjawaban

a. Kesesuaian didalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan

undangundang

b. Kesesuaian terhadap prinsip kooperasi yang sehat

5. Kewajaran

Keadilan dan kesetaraan didalam memenuhi hak-hak stakeholder.

2.3 Kerangka Pemikiran

2.3.1 Peranan Pengendalian Intern dalam Penerapan Prinsip-Prinsip Good

Corporate Governance

Prinsip-prinsip Good Corporate Governance dapat diterapkan dengan baik

apabila perusahaan juga memiliki pengendalian intern yang baik (Trimanto S.

Wardoyo, 2010). Masih menurut Trimanto S. Wardoyo, Good Corporate Governance

merupakan alat pengendalian intern yang berperan penting untuk mengurangi masalah

yang timbul dalam perusahaan karena bermanfaat untuk perbaikan komunikasi,

meminimalkan benturan, fokus terhadap strategi utama, serta peningkatan kepuasan

pelanggan dan perolehan kepercayaan investor (stakeholders).


39

Menurut Inezia Febrianty Arisman (2012) bahwa secara simultan baik

pengendalian internal dan audit internal berpengaruh signifikan dalam pelaksanaan

prinsip-prinsip Good Corporate Governance.

Untuk mencapai tujuan perusahaan berupa kinerja perusahaan secara maksimal,

perusahaan harus dikelola dengan baik. Pengelolaan perusahaan yang baik pada arti

yang luas diistilahkan dengan konsep Good Corporate Governance. Untuk

mewujudkan Good Corporate Governance diperlukan pembangunan berbagai aspek

yang mendukungnya. Pembangunan aspek pada sistem perusahaan antara lain dapat

ditempuh dengan pembangunan pengendalian intern yang baik dan memadai (Nur

Sayidah, 2007).

Suryo Partolo (2007) menyatakan bahwa pengendalian intern berperan dalam

penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance, selain itu juga Good

Corporate Governance merupakan suatu sistem bagaimana suatu organisasi dikelola

dan dikendalikan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance

yaitu transparasi, akuntabilitas, pertanggung jawaban, kemandirian, dan kewajaran

diharapkan akan memberikan kejelasan fungsi, hak, dan tangggung jawab antara pihak-

pihak yang berkepentingan atas perusahaan, proses pengendalian intern dapat

menciptakan keseimbangan antar organ perusahaan dan juga keseimbangan antar

stakeholder. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengendalian intern berperan

dalam penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Selain itu juga Good

Corporate Governance merupakan suatu sistem bagaimana suatu organisasi dikelola

dan dikendalikan.
40

Menurut Hiro Tugiman (2008) menyatakan pengendalian internal adalah proses

yang dipengaruhi oleh semua anggota organisasi untuk meningkatkan efektivitas

kegiatan, kualitas laporan keuangan dan dipatuhinya hukum dan peundang-undangan.

Dimana pengendalian internal yang baik akan membantu dalam penerapan Good

Corporate Governance yang baik dalam perusahaan. Hal ini haruslah diperlihatkan

oleh auditor internal perusahaan.

Pengendalian Intern Good Corporate Governance

(Mulyadi Kanaka Menteri BUMN no. Kep-


Puradiredja, 2002) 117/M-M.BUMN 1 Agustus
2002 pasal 3

1. Lingkungan Pengendalian 1. Transparansi


2. Penilaian Risiko 2. Kemandirian
3. Aktivitas Pengendalian 3. Akuntanbilitas
4. Informasi dan 4. Pertanggungjawaban
Komunikasi 5. Kewajaran
5. Pemantauan

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Seperti yang digambarkan pada Gambar 2.1 diatas, dengan adanya aktivitas

pengendalian intern pada PT.XXX Industri (Persero) diharapkan akan mendorong

penerapan prinsip-prinsip good corporate governance.

Anda mungkin juga menyukai