Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


a. Pengertian Irigasi
Irigasi adalah pemberian air kepada tanah untuk menunjang curah
hujan yang tidak cukup agar tersedia lengas bagi pertumbuhan tanaman.
(Linsley,Franzini,1992 )
Secara umum pengertian irigasi adalah penggunaan air pada tanah
untuk keperluan penyediaan cairan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
tanam-tanaman.(Hansen, dkk, 1990)
Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 23/1982 Ps. 1, pengertian
irigasi, bangunan irigasi, dan petak irigasi telah dibakukan yaitu sebagai
berikut :
1) Irigasi adalah usaha penyediaan dan penyediaan dan pengaturan air
untuk menunjang pertanian.
2) Jaringan Irigasi adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu
kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari
penyediaan, pengambilan, pembagian pemberian dan penggunaannya.
3) Daerah Irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat air dari satu
jaringan irigasi.
4) Petak Irigasi adalah petak tanah yang memperoleh air irigasi.

b. Jenis-jenis Irigasi
Seperti yang telah dijelaskan diatas irigasi adalah suatu tindakan
memindahkan air dari sumbernya ke lahan-lahan pertanian, adapun
pemberiannya dapat dilakukan secara gravitasi atau dengan bantuan
pompa air. Pada prakteknya ada 4 jenis irigasi ditinjau dari cara pemberian
airnya :

 Irigasi gravitasi (Gravitational Irrigation)


 Irigasi bawah tanah (Sub Surface Irrigation)
 Irigasi siraman (Sprinkler Irrigation)
 Irigasi tetesan (Trickler Irrigation)
(Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala : Volume 3, No. 3,
Agustus 2014 - 22)
1) Irigasi gravitasi (Gravitational Irrigation) Irigasi gravitasi adalah
irigasi yang memanfaatkan gaya tarik gravitasi untuk mengalirkan air
dari sumber ke tempat yang membutuhkan, pada umumnya irigasi ini
banyak digunakan di Indonesia, dan dapat dibagi menjadi: irigasi

1
genangan liar, irigasi genangan dari saluran, irigasi alur dan
gelombang.
2) Irigasi bawah tanah (Sub Surface Irrigation) Irigasi bawah tanah
adalah irigasi yang menyuplai air langsung ke daerah akar tanaman
yang membutuhkannya melalui aliran air tanah. Dengan demikian
tanaman yang diberi air lewat permukaan tetapi dari bawah
permukaan dengan mengatur muka air tanah.
3) Irigasi siraman (Sprinkler Irrigation) Irigasi siraman adalah irigasi
yang dilakukan dengan cara meniru air hujan dimana penyiramannya
dilakukan dengan cara pengaliran air lewat pipa dengan tekanan (4 –6
Atm) sehingga dapat membasahi areal yang cukup luas. Pemberian air
dengan cara ini dapat menghemat dalam segi pengelolaan tanah
karena dengan pengairan ini tidak diperlukan permukaan tanah yang
rata, juga dengan pengairan ini dapat mengurangi kehilangan air
disaluran karena air dikirim melalui saluran tertutup.
4) Irigasi tetesan (Trickler Irrigation) Irigasi tetesan adalah irigasi yang
prinsipnya mirip dengan irigasi siraman tetapi pipa tersiernya dibuat
melalui jalur pohon dan tekanannya lebih kecil karena hanya menetes
saja. Keuntungan sistem ini yaitu tidak ada aliran permukaan.
c. Klasifikasi Jaringan Irigasi
Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran aliran air dan lengkapnya
fasilitas, jaringan irigasi dapat dibedakan kedalam tiga jenis yaitu:
 Irigasi sederhana (Non Teknis)
Jaringan irigasi sederhana biasanya diusahakan secara mandiri oleh
suatu kelompok petani pemakai air, sehingga kelengkapan maupun
kemampuan dalam mengukur dan mengatur masih sangat terbatas.
Ketersediaan air biasanya melimpah dan mempunyai kemiringan yang
sedang sampai curam, sehingga mudah untuk mengalirkan dan
membagi air. Jaringan irigasi sederhana mudah diorganisasikan karena
menyangkut pemakai air dari latar belakang sosial yang sama. Namun
jaringan ini masih memiliki beberapa kelemahan antara lain, terjadi
pemborosan air karena banyak air yang terbuang, air yang terbuang
tidak selalu mencapai lahan di sebelah bawah yang lebih subur, dan
bangunan penyadap bersifat sementara, sehingga tidak mampu
bertahan lama.
 Irigasi semi teknis
Jaringan irigasi semi teknis memiliki bangunan sadap yang permanen
ataupun semi permanen. Bangunan sadap pada umumnya sudah

2
dilengkapi dengan bangunan pengambil dan pengukur. Jaringan
saluran sudah terdapat beberapa bangunan permanen, namun sistem
pembagiannya belum sepenuhnya mampu mengatur dan mengukur.
Karena belum mampu mengatur dan mengukur dengan baik, sistem
pengorganisasian biasanya lebih rumit. Sistem pembagian airnya sama
dengan jaringan sederhana, bahwa pengambilan dipakai untuk
mengairi daerah yang lebih luas daripada daerah layanan jaringan
sederhana.
 Irigasi teknis
Jaringan irigasi teknis mempunyai bangunan sadap yang permanen.
Bangunan sadap serta bangunan bagi mampu mengatur dan mengukur.
Disamping itu terdapat pemisahan antara saluran pemberi dan
pembuang. Pengaturan dan pengukuran dilakukan dari bangunan
penyadap sampai ke petak tersier.
Petak tersier menduduki fungsi sentral dalam jaringan irigasi teknis.
Sebuah petak tersier terdiri dari sejumlah sawah dengan luas
keseluruhan yang umumnya berkisar antara 50 – 100 ha, kadang-
kadang sampai 150 ha. Petak tersier menerima air di suatu tempat
dalam jumlah yang sudah diukur dari suatu jaringan pembawa yang
diatur oleh Dinas Pengairan. Untuk memudahkan sistem pelayanan
irigasi kepada lahan pertanian, disusun suatu organisasi petak yang
terdiri dari petak primer, petak sekunder, petak tersier, petak kuarter
dan petak sawah sebagai satuan terkecil. (Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.7, Juni
2013 (533-541) ISSN: 2337-6732)
Dalam suatu jaringan irigasi yang dapat dibedakan adanya empat
unsur fungsional pokok yaitu :
1) Bangunan-bangunan utama (headworks) dimana air diambil dari
sumbernya, umumnya sungai atau waduk.
2) Jaringan pembawa berupa saluran yang mengalirkan air irigasi ke
petak- petak tersier.
3) Petak-petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem
pembuangan kolektif, air irigasi dibagi-bagi dan dialirkan ke sawah-
sawah dan kelebihan air ditampung di dalam suatu system
pembuangan di dalam petak tersier.
4) Sistem pembuangan yang ada di luar daerah irigasi untuk membuang
kelebihan air lebih ke sungai atau saluran-saluran alamiah.
Tabel 1.1 Klasifikasi Jaringan Irigasi
Klasifikasi Jaringan Irigasi

3
Teknis Semi Teknis Sederhana
Bangunan
Bangunan Bangunan Bangunan
1 permanen atau
utama permanen sederhana
semi permanen
Kemampuan
bangunan
dalam
2 mengukur Baik Sedang jelek
dan mengatur
debit

Saluran irigasi
dan
Saluran irigasi Saluran irigasi
Jaringan pembuangan
3 dan pembuang dan pembuangan
saluran tidak
terpisah jadi satu
sepenuhnya
terpisah
Belum
dikembangkan Belum ada
Dikembangkan atau jaringan
4 Petak tersier
seluruhnya densitas terpisah yang
bangunan dikembangkan
tesier jarang
Efesiensi
5 secara 50 – 60 % 40 – 50 % < 40 %
keseluruhan
6 Ukuran Tak ada batasan Sampai 2000 ha < 500 ha
(Standar Perencanaan Irigasi KP-01, Dept. PU Dirjen Pengairan, 2010)

Nama saluran
Luas debit

Gambar 1.1 Sket Jaringan Irigasi


Keterangan :
BBS = Bangunan Bagi Sekunder
STS = Saluran Tersier
(Standar Perencanaan Irigasi KP-01, Dept. PU Dirjen Pengairan, 2010)

4
d. Jaringan Irigasi
Disini akan diberikan definisi praktis mengenai unit-unit control
irigasi seperti petak primer, petak sekunder, dan petak tersier. Bangunan
dibagi-bagi menurut fungsinya dan akan dijelaskan juga pengukur da
pengatur, dijelaskan lebih terperinci dalam bagian-bagian criteria
perencanaan lainnya.
1) Petak Iktiar
Petak iktiar adalah cara pembagian berbagai bagian dalam suatu
jaringan irigasi saling dihubung - hubungkan. Petak iktiar irigasi
tersebut memperlihatkan :
 Bangunan-bangunan utama
 Jaringan dan frase saluran pembuang
 Jaringan dan frase saluran irigasi
 Petak-petak primer, sekunder dan tersier
 Lokasi pembangunan
 Batas-batas daerah irigasi
 Jaringan dan frase jalan
 Daerah-daerah yang tidak dialiri (mis : Desa-desa)
 Daerah-daerah yang tidak dapat dialiri (mis : tanah jelek, terlalu
tinggi)
Petak iktiar pada umumnya dibuat berdasarkan peta topografi yang
dilengkapi dengan garis-garis dan skala 1 : 25000. Petak iktiar detail
yang biasa disebut peta petak, dipakai untuk perencanaan dibuat
dengan skala 1 : 5000. Dan untuk petak tersier 1 : 5000 atau 1 : 2000.
2) Petak Tersier
Perencanaan dasar yang berkenaan dengan inti tanah petak tersier.
Petak ini menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada
bangunan sadap (off take) yang menjadi tanggung jawab pemerintah,
bangunan sadap tersier mengalirkan airnya ke seluruh tersier. Di petak
tersier di pembagian air, eksploitasi dan pemeliharaan menjadi
tanggung jawab para petani yang bersangkutan. Dibawah bimbingan
pemerintah, ini juga menentukan petak tersier, petak yang perlu besar
akan mengakibatkan pembagian air menjadi tidak efisien. Faktor-
faktor penting lainnya adalah jumlah petani dalam suatu petak, jenis
tanaman, topografi daerah-daerah yang ditanami padi, luas petak yang
ideal adalah antara 50-100 ha kadang-kadang 150 ha.
3) Petak sekunder
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya
dilayani oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder
menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau

5
sekunder. Batas-batas petak sekunder pada umumnya berupa tanda-
tanda topografi yang jelas, seperti misalnya saluran pembuang. Luas
petak sekunder bisa berbeda-beda, tergantung pada situasi daerah.
Saluran sekunder sering terletak di punggung medan mengairi kedua
sisi saluran hingga saluran pembuang yang membatasinya. Saluran
sekunder boleh juga direncana sebagai saluran garis tinggi yang
mengairi lerenglereng medan yang lebih rendah saja.

Gambar 1.2 Sket Saluran Sekunder


4) Petak Primer
Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder, yang mengambil
air langsung dari saluran primer yang dilayani oleh satu saluran primer
yang mengambilnya langsung airnya dari sumber air, biasanya sungai.
Proyek-proyek irigasi ternyata mempunyai dua saluran primer yang
menghasilkan dua petak primer. Daerah sepanjang saluran primer
sering tidak dapat dilayani dengan medan dengan cara menyadap air
saluran sekunder. (Standar Perencanaan Irigasi KP-01, Dept. PU Dirjen
Pengairan, 2010)
e. Bangunan
1) Bangunan Utama
Bangunan utama (headwork) dapat didefinisikan sebagai kompleks
bangunan yang direncanakan di sepanjang sungai atau aliran untuk
membelokan air ke dalam jaringan sungai agar dapat dipakai untuk
keperluan irigasi. Bangunan utama bias mengurangi kandungan
sedimen yang berlebihan, serta mengukur air yang masuk. Bangunan
utama terdiri dari bangunan-bangunan pengelak dengan peredam
energi, satu atau dua pengambilan utama, pintu gilas, kolam olakan,
dan jika diperlukan kantong lumpur, tanggul banjir pekerjaan sungai
dan bangunan-bangunan pelengkap. Bangunan utama bias
diklasifikasikan kedalam sejumlah kategori bergantung dari
perencanaan. Berikut ini akan dijelaskan beberapa kategori :
 Bendung atau Bendung Gerak

6
Bendung (weir) atau bending gerak (barrage) dipakai untuk
meninggikan muka air di sungai sampai pada ketinggian
diperlukan agar air dapat dialirkan ke saluran irigasi dan petak
tersier. Ketinggian akan menentukan luas daerah yang dialiri.
Bending gerak adalah bangunan yang dilengkapi dengan pintu
yang dapat dibuka untuk mengalirkan air pada saat terjadi banjir
besar dan ditutup apabila aliran kecil.
 Pengambilan Bebas
Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat di tepi sungai
mengalirkan ke dalam jaringan irigasi, tanpa mengatur tinggi muka
air di sungai harus lebih tinggi dari daerah yang dialiri dan jumlah
air yang dibelokan arus dijamin cukup.
 Pengambilan Waduk
Waduk (reservoir) digunakan untuk menampung air irigasi pada
waktu terjadi surplus air sungai agar dapat dipakai sewaktu-waktu
kekurangan air. Jadi fungsi utamanya adalah untuk mengatur aliran
sungai. Waduk yang berukuran besar biasanya mempunyai banyak
fungsi seperti untuk keperluan irigasi, tenaga air pembangkit
listrik, pengendali banjir, perikanan, dan sebagainya. Waduk yang
berukuran kecil dipakai untuk keperluan irigasi saja.
 Stasiun Pompa
Irigasi biasa dipertimbangkan apabila secara grafitasi ternyata tidak
layak dilihat dari segi teknis maupun ekonomis. Pada mulanya irigasi
hanya memerlukan model kecil, tetapi biaya eksploitasinya mahal.
(Standar Perencanaan Irigasi KP-01, Dept. PU Dirjen Pengairan, 2010)
2) Jaringan Irigasi
a. Saluran Irigasi
 Jaringan Irigasi Umum
 Saluran primer membawa air hujan dari jaringan utama ke
saluran sekunder dan petak-petak tersier yang dialiri.
Batas ujung saluran primer adalah pada bangunan, petak-
petak tersier yang dialiri. Batas ujung saluran primer
adalah pada bangunan bagi yang terakhir.
 Saluran sekunder membawa air dari saluran primer ke
petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder
tersebut, batas ujung saluran ini adalah bangunan sadap
akhir.

7
 Saluran pembawa air irigasi dari sumber lain (bukan
sumber yang member air pada bangunan utama proyek) ke
jaringan irigasi primer.
 Saluran muka tersier membawa air sadap tersier yang
terletak di seberang petak tersier lainnya.
 Jaringan Saluran Irigasi Tersier
 Saluran tersier membawa air dari bangunan sadap di
jaringan utama ke dalam petak tersier ke saluran kuarter.
 Saluran kuarter membawa air dari boks kuarter melalui
bangunan sadap tersier atau parit-parit sawah ke sawah-
sawah.
b. Saluran Pembuang
 Saluran / jaringan pembuang tersier
 Saluran pembuang kuarter terletak di dalam satu petak
tersier, menampung air langsung dari sawah dan
membuang air tersebut ke dalam saluran pembuang tersier.
 Saluran pembuang tersier terletak di dan antara petak-
petak tersier yang termasuk dalam unit irigasi sekunder
yang sama dan menampung air, baik dari pembuang
kuarter maupun dari sawah sawah. Air tersebut dibuang ke
dalam jaringan pembuang sekunder.
 Jaringan saluran pembuang utama
 Saluran pembuang kuarter menampung air dari jaringan

pembuang tersier dan membuang air tersebut ke


pembuang primer atau langsung ke jaringan pembuang
alamiah dan keluar daerah irigasi.
 Saluran pembuang primer mengalirkan air lebih dari

saluran pembuang sekunder keluar daerah irigasi. (Standar


Perencanaan Irigasi KP-01, Dept. PU Dirjen Pengairan, 2010)
3) Bangunan Bagi Sadap
Bangunan bagi dan sadap pada irigasi teknis dilengkapi dengan
pintu dan alat pengukur debit untuk memenuhi kebutuhan air irigasi
sesuai jumlah dan pada waktu tertentu.
Namun dalam keadaan tertentu sering dijumpai kesulitan-kesulitan
dalam operasi dan pemeliharaan sehingga muncul usulan sistem
proporsional. Yaitu bangunan bagi dan sadap tanpa pintu dan alat ukur
tetapi dengan syarat-syarat sebagai berikut :
 Elevasi ambang ke semua arah harus sama
 Bentuk ambang harus sama agar koefisien debit sama.
 Lebar bukaan proporsional dengan luas sawah yang diairi.

8
Tetapi disadari bahwa sistem proporsional tidak bisa diterapkan
dalam irigasi yang melayani lebih dari satu jenis tanaman dari
penerapa sistem golongan. Untuk itu kriteria ini menetapkan agar
diterapkan tetap memakai pintu dan alat ukur debit dengan memenuhi
tiga syarat proporsional.
a. Bangunan bagi terletak di saluran primer dan sekunder pada suatu
titik cabang dan berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran
atau lebih.
b. Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau
sekunder ke saluran tersier penerima.
c. Bangunan bagi dan sadap mungkin digabung menjadi satu
rangkaian bangunan.
d. Boks-boks bagi di saluran tersier membagi aliran untuk dua saluran
atau lebih (tersier, subtersier dan/atau kuarter). (Standar Perencanaan
Irigasi KP-01, Dept. PU Dirjen Pengairan, 2010)
4) Bangunan Pengatur Muka Air
Bangunan-bangunan pengatur muka air, mengatur/mengontrol
muka air di jaringan irigasi utama sampai batas-batas yang diperlukan
untuk dapat memberikan debit yang konstan kepada bangunan sadap
tersier. Bangunan-bangunan pengatur diperlukan di tempat-tempat
dimana muka air disalurkan dipengaruhi oleh bangunan terjun atau got
miring (chute).
a. Bangunan Pembawa
Bangunan-bangunan pembawa air dari arus hulu ke ruas hilir
saluran. Aliran yang melalui bangunan ini bila subkritis atau
superkritis.
 Bangunan pembawa dengan saluran superkritis
Bangunan pembawa dengan aliran subkritis diperlukan tempat-
tempat dimana lereng medanya lebih curam dari pada
kemiringan maksimum saluran.
 Bangunan terjun
Dengan bangunan terjun, menurunnya muka air (dan
tinggi energi) dipusatkan di satu tempat. Bangunan terjun
bias memiliki terjun tegak atau terjun miring. Jika
perbedaan tinggi energi mencapai beberapa meter, maka
konstruksi got miring perlu dipertimbangkan.
 Got Miring
Daerah got miring dibuat apabila trase saluran melewati
ruas medan dengan kemiringan yang tajam dengan jumlah
perbedaan tinggi energi yang besar. Got miring berupa

9
potongan saluran yang diberi pasangan (lining) dengan
aliran superkritis, dan umumnya mengikuti kemiringan
medan alamiah.
 Bangunan pembawa dengan saluran subkritis
 Gorong-gorong
Gorong-gorong dipasang di tempat-tempat dimana lewat
dibawah bangunan (jalan, rel kereta api) atau apabila
bangunan lewat dibawah saluran.
 Talang
Talang dipakai untuk mengalirkan air irigasi lewat diatas
saluran lainnya, saluran pembuang alamiah atau cekungan
lembah-lembah.
 Shypon
Shypon dipakai untuk mengalirkan air irigasi dengan
menggunakan grafitasi di bawah saluran pembuang,
cekungan anak sungai atau sungai.
 Jembatan Shypon
Jenmbatan Shypon adalah saluran tertutup yang bekerja
keras atas dasar tinggi tekan dan dipakai untuk
mengurangi ketinggian bangunan pendukung
diatas lembah yang dalam.
 Flum (flume)
Ada beberapa tipe flum yang dipakai untuk mengalirkan
air irigasi melalui situasi-situasi meda tertentu :
 Flum tumpu (bench flume), untuk mengalirkan air
sepanjang lereng bukit yang curam.
 Flum elevasi (elevated flume), untuk menyebrangkan
air irigasi lewat diatas saluran atau jalan lainnya.
 Flum dipakai apabila batas pembebasan tanah (righ of
way) terbatas atas jika bahan tanah tidak cocok untuk
membuat potongan melintang saluran trapezium
biasa.
 Saluran Tertutup
Saluran tertutup dibuat apabila trase saluran terbuka
melewati suatu daerah dimana potongan melintang harus
dibuat pada galian yang dalam dengan lereng-lereng tinggi
yang tidak stabil. Saluran tertutup juga dibangun di
daerah-daerah permukiman dan di daerah-daerah
pinggiran sungai yang terkena luapan sungai.
 Terowongan

10
Terowongan dibangun apabila keadaan ekonomi/anggaran
memungkinkan untuk saluran tertutup guna melewatkan
air melewati bukit-bukit dan medan yang tinggi.
b. Bangunan Lindung
Bangunan lindung dipergunakan untuk melindungi saluran
baik dari dalam maupun dari luar. Dari luar bangunan itu
memberikan perlindungan terhadap hempasan air bangunan yang
berlebihan dan terhadap aliran sungai yang berlebihan akibat
kesalahan eksploitasi atau akibat masuknya air dari luar saluran.
 Bangunan Pembuang Silang
Gorong-gorong adalah bangunan pembuang silang yang paling
umum digunakan sebagai pelindung luar, liat juga bangunan
yang mengenai bangunan pembawa. Shypon dipakai jika
saluran irigasi kecil melintas saluran yang paling besar. Dalam
hal ini, biasanya dipakai lebih aman dan ekonomis untuk
membawa air
irigasi dengan Shypon lewat dibawah saluran pembuang
tersebut.
 Pelimpah
Ada tiga tipe lindungan umum yang dipakai, yaitu saluran
pelimpah, Shypon pelimpah dan pintu pelimpah otomatis.
Pengatur pelimpah diperlukan tepat di hulu bangunan bagi, di
ujung hilir saluran primer atau sekunder dan tempat-tempat
lainnya yang dianggap perlu demi jaringan keamanan.
 Bangunan Penguras
Bangunan penguras biasanya dengan pintu yang dioperasikan
dengan tangan, dipakai untuk mengosongkan seluruh ruas
saluran bila diperlukan untuk mengurangi tingginya biaya.
Bangunan ini dapat digabungkan dengan bangunan pelimpah.
 Saluran Pembuang Samping
Aliran buangan biasanya ditampung di saluran terbuka yang
mengalir parallel di sebelah atas saluran irigasi. Saluran-
saluran ini membawa air ke bangunan pembuang silang, atau
kalau debit relatif kecil dibuang air irigasi ke dalam saluran
melalui lubang pembuang.
c. Jalan dan Jembatan
Jalan-jalan inspeksi diperlukan untuk inspeksi, eksploitasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi dan pembuang oleh Dinas Pengairan.
Masyarakat boleh menggunakan jalan-jalan inspeksi ini untuk

11
keperluan-keperluan tertentu saja. Apabila saluran di bangun
sejajar dengan jalan umum di dekatnya maka tidak di perlukan jala
inspeksi di sepanjang sisi irigasi.
Jembatan di bangun untuk dihubungkan dengan jalan-jalan
inspeksi di seberang saluran irigasi/pembuang atau untuk
menghubungkan jalan inspeksi dengan jalan umum.
d. Bangunan Pelengkap
Tanggul-tanggul diperlukan utuk melindungi daerah irigasi
terhadap banjir yang berasal dari sungai atau saluran pembuang
besar. Pada umumnya tanggul diperlukan di sepanjang saluran
primer.
Fasilitas-fasilitas eksploitasi secara efektif secara aman.
Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain meliputi, kantor-kantor di
lapangan, bengkel, perumahan untuk staf irigasi, jaringan
komunikasi, patok hectometer, papan eksploitasi, papan duga dan
sebagainya.
Bangunan-bangunan pelengkap yang di buat sewaktu di
gunakan dan sepanjang saluran meliputi :
1. Pagar, rel pengaman dan sebagainya, guna member pengaman
sewaktu terjadi keadaan-keadaan gawat.
2. Tempat-tempat suci, tempat mandi ternak dan sebagainya
untuk mencapai air di saluran tanpa merusak lereng.
3. Kisi-kisi penyaring untuk mencegah tersumbatnya bangunan
(Shypon) dan gorong-gorong panjang oleh benda-benda yang
hanyut.
e. Jembatan-jembatan untuk keperluan penyebrangan bagi penduduk.
(Standar Perencanaan Irigasi KP-01, Dept. PU Dirjen Pengairan, 2010)

12

Anda mungkin juga menyukai