Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGOPERASIAN PLTA SAGULING

Disusun untuk Operasi dan Stabilitas Sistem


Yang Dibimbing oleh
Irham Fadlika, S.T, M. T.

DisusunOleh:
Achmad Syahrudin Fakhri (150536604866)
Eka Mistakim (150536603922)
Emil Furqoni Muttaqin (150536604129)
Hafiz Farhan (150536605571)
S1 TE 2015 A

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PRODI S1TEKNIK ELEKTRO
MARET 2018
BAB I
PENDAHULUAN
Pada Bab I disajikan tentang (1) latar belakang, (2) rumusan masalah dan (3) tujuan.

1.1 Latar Belakang


Ketergantungan manusia terhadap listrik semakin meningkat seiring dengan
perkembangan teknologi yang mengarah kepada elektrifikasi semua perlatatan pemnunjang
kehidupan. Hal tersebut juga berimbas terhadap naiknya permintaan daya listrik masyarakat
Indonesia. Sealah satu cara mengatasi peningkatan permintaan daya tersebut adalah
menyediakan listrik yang tentunya diproduksi dalam suatu pembangkit listrik.
PLTA (Pusat Listrik Tenaga Air) Merupakan salah satu pembangkit listrik yang
memiliki peran penting dalam produksi energi listrik di Indonesia. Kondisi alam Indonesia
yang memiliki dataran tinggi dan ketersediaan air sepanjang tahun menjadi alas an utama
banyaknya PLTA yang dibangun di Indonesia. Selain itu, PLTA merupakan pembangkit
listrik yang menggunakan EBT (Energi Baru dan Terbarukan) sehingga dalam
pengoperasiannya tidak mengeluarkan polusi seperti pada pembangkit listrik tenaga fosil.
Prinsip kerja PLTA memanfaatkan energi potensial dan kinetik air yang digunakan untuk
memutar turbin air, kemudian putaran tersebut dapat menggerakkan generator untuk
membangkitkan listrik. Secara umum komponen utama PLTA adalah bendungan, pipa
pesat, turbin dan generator. Salah satu PLTA yang memiliki peran penting dalam produksi
listrik di Indonesia adalah PLTA Saguling yang terletak di Jawa Barat. Dengan
maemanfaatkan aliran sungai Citarum, PLTA Saguling mampu membangkitkan listrik
sesbesar 797 MW yang kemudian disalurkan melalui jaringan transmisi SUTET (Saluran
Udara Tegangan Ekstra Tinggi) 500kV milk PLN.
Setiap pembangkit listrik tentunya tentunya memerlukan biaya dalam melakukan
opersional, tidak terkecuali PLTA Saguling. Sebagai pembangkit dengan tenaga air, biaya
opersional PLTA Saguling tentu berbeda dengan biaya operasional pembangkit dengan
bahan bakar fosil. Biaya opersional PLTA lebih banyak dikeluarkan dalam hal perawatan
dan pergantian suku cadang. Demi tercapainya pembangkit yang handal dan minim terjadi
gangguan operator pembangkit harus membuat perencanaan perawatan dan penggantian
suku cadang. Selain itu sesuatu yang harus dipertimbangkan adalah adanya risiko yang
timbul akibat terlalu sering melakukan perwatan atau perawatan yang sangat jarang
dilakukan.
Sebagai operator pembangkit, sudah seharusnya mengaplikasikan ilmu manajemen
operasi Pembangkit yang nantinya berpengaruh terhadap kehandalan pembangkit serta
penggunaan anggaran yang maksimal. Untuk mencapai kehandalan beberapa faktor yang
yang harus diperhatikan adalah RAM (Reliability, Availability, and Maintainability).
Implementasi RAM dalam pengoperasian Industri telah banyak digunakan untuk optimasi
performa dan biaya. Dalam makalah ini akan dibahas beberapa persoalan tentang operasi
PLTA Saguling menggunakan implementasi RAM.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, berikut ini dipaparkan rumusan
masalah dalam makalah.
1) Bagaimana operasi pembangkit yang dilakukan di PLTA Saguling.
2) Biaya apasajakah yang dikeluarakan dalam pengooperasian PLTA Saguling.
3) Bagaimana implementasi RAM dalam pengperasian PLTA Saguling.
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, berikut ini dipaparkan tujuan
penulisan makalah.
1) Mengetahui proses operasi PLTA Saguling.
2) Mengetahui Pengeluaran biaya dalam pengoperasian PLTA Saguling
3) Mengetahui hasil implementasi RAM pad PLTA Saguling.
BAB II
PEMBAHASAAN
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan pada Bab I, pada bagian ini disajikan
tentang (1) Operasi Pembangkit yang Dilakukan di PLTA Saguling, (2) Biaya
Pengooperasian PLTA Saguling, 3) Implementasi RAM Dalam Pengperasian PLTA
Saguling.
2.1 Pengoprasian PLTA Saguling.
Unit Pembangkitan (UP) Saguling berlokasi di Rajamandala, Bandung Barat, Jawa
Barat merupakan Terdapat 8 sub unit Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA) yang dikelola oleh
UP Saguling yaitu PLTA Saguling , PLTA Plengan, PLTA Lamajan, PLTA Cikalong,
PLTA Bengkok, PLTA Kracak, PLTA Ubrug dan PLTA Parakankondang dengan total
kapasitas terpasang sebanyak 797 MW. PLTA Saguling sendiri terdiri dari empat unit
generator pembangkit listrik dengan total kapasitas daya sebesar 700,72 MW yang
beroprasi untuk memenuhi kebutuhan listrik pada saat beban puncak.

2.1.1 Sejarah PLTA Saguling


Pembangunan Waduk Saguling berawal dari gagasan seorang insinyur
berkebangsaan Belanda, Prof. Ir. W.J. van Blommestein untuk mengintegrasikan seluruh
pengairan di Jawa Barat. Ia mulai mengumpulkan data-data pendukung di aliran Sungai
Citarum pada dekade 1920-an. Hingga suatu ketika pada tahun 1948 muncul makalahnya
tentang rencana pembangunan Waduk di aliran Sungai Citarum. Namun bukan Waduk
Saguling yang lebih dahulu direncanakan dibangun, melainkan Waduk Jatiluhur karena
dianggap paling mendesak pemanfaatannya. Barulah setelahnya ia merencanakan
pembangunan waduk tambahan, salah satunya Waduk Saguling yang awalnya akan diberi
nama Waduk Tarum.(wikipedia.org)
Pembangunan Waduk Saguling dimulai dengan mulainya kontruksi bendungan di
Desa Saguling, Kecamatan Saguling pada tahun 1980-1986. Konsultan desain
bendungannya dari New JEC (Jepang) serta PT. Indra Karya sedangkan kontraktor
pembangunannya oleh Dummer Travaux Publics (Prancis) dan PT. Raya Contractor. Biaya
pembangunan waduk ini menghabiskan dana 662.968.000 Dollar AS termasuk biaya
pembebasan lahan di 49 desa yang didominasi lahan pertanian[2]. Terdapat sekitar 12.00
Kepala Keluarga (KK) yang harus pindah dari desanya, sebagian ada pula yang
transmigrasi. .(wikipedia.org)

2.1.2 Peralatan pembangkitan di PLTA Saguling


Bangunan PLTA Saguling terdiri atas bangunan sipil, peralatan listrik dan gedung
serta fasilitas perlengkapannya yang semuanya saling mendukung dalam
menjelaskanfungsinya sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Berikut ini
ditampilkan beberapa data peralatan listrik pada PLTA Saguling :
1) Switch Yard ( Daerah Penghubung Distribusi )
 Type : 500 kV full GIS (Gas Insulated Switch gear)
 Kapasitas : 550 kV-4000 A Frekuensi : 50 Hz Withstand
Voltage
 Power frekuensi voltage : 620 kV
 Lighting arrester : 1.550 kV
 Switching surge : 1.175 kV
 Distribusi jaringan : 2 crt ke Gandul, 2 crt ke BandungSelatan,2 crt ke
Cirata.
2) Turbin
 Pihak manufaktur : Toshiba Corporation
 Type : Francis dengan poros vertikal.
 Jumlah : 4 unit
 Kecepatan normal : 333 rpm
 Kecepatan jenis : 91.2 m – kW
 Faktor kavitasi kritis : 0.030
 Debit maksimum : 54.8 m3/s
 Nilai getaran maksimum : 0.05
 Gaya dorong hidrolik -Kondisi transien : 500 t
 Kondisi kontinu : 295 t
 Tingkat kebisingan : 90 dB ( 1 meter dari barrel )
 Kapasitas maksimum : 178.800 kW
 Efektif head : max 263.6 m
 Pembuangan air (discharge) : max 56 m3/s
 Inlet valve : Rotary valve dengan diameter 2.25m
 Governor : electro hydraulic
 Efisiensi : 93.2% untuk output 178.800 MW
92.5% untuk output 143.040 MW
89.1% untuk output 107.280 MW
82.7% untuk output 71.520 MW.
3) Generator
 Type : AC Sinkron 3 phase
 Kapasitas : 206.1 MVA
 Kecepatan Putar : 333 rpm
 Frekuensi : 50 Hz
 Jumlah generator : 4 unit
 Jumlah kutub : 18 kutub
 Tegangan : 16.5 KVA/525 KV
 Arus : 7.212 A
 Eksitasi : Statik
 PF : 0.85 lagging.
4) Transformator
 Jumlah : 2 unit
 Type : outdoor 3 fasa
 Kapasitas : 412.2 MVA / unit.
 Ratio tegangan : 16.5 KVA / 500 KV

5) Energi dan Daya


 Daya maksimum : 700 MW
 Energi pertahun : 2,156 GWH

2.2 Biaya Pengooperasian PLTA Saguling.


Energi potensial air yang digunakan PLTA untuk membangkitkan listrik tidak
memerlukan biaya yang besar seperti pembangkit bahan bakar fosil. Biaya opersional
pembangkit bahan bakar fosil banyak dikelurakan untuk membeli bahan bakar seperti batu
bara, gas maupun minyak bumi. Ketersediaan air yang melimpah pada PLTA bukan berarti
bahwa pembangkit ini tidak memerlukan biaya opersional. Biaya yang dikeluarkan pada
PLTA adalah biaya pemeliharaan, perbaikan dan biaya karena berhenti operasi. Kegiatan
pemeliharaan dilakukan untuk menjaga keandalan semua komponen pembangkitan untuk
meminimalkan suatu kegagalan atau fault. Saat terjadi gangguan, terdapat pengeluaran lagi
yaitu biaya perbaikan. Sedangkan biaya karena berhenti operasi dapat dikaitkan adalah
pembebanan pada pembangkit bahan bakar fosil akibat kurangnya daya dari PLTA.
Biaya opersional yang pasti dikeluarkan adalah biaya preventive maintenance.
Perawatan berkala ini mengacu pada jam operasi dari peralatan. Aktivitas yang dilakukan
dalam pemeliharaan ini berupa mencegah terjadinya kegagalan kerusakan pada sebuah
peralatan atau system peralatan, dengan sebuah program yang terjadwal, sistematis,
tindakan koreksi secara dini, dan berupaya mempertahankan fungsi kerja peralatan dalam
sebuah sistem. Beberapa aspek yang diperhatikan dalam pemeliharan preventif adalah
frekuensi inspeksi, interval pemeliharaan, panduan penggantian komponen, dan manajemen
suku cadang (EBrahimi,2010). Dalam manajemen pemeliharaan preventif , pemeliharaan
mesin dijadwalkan berdasar atas nilai statistic dari Waktu rata-rata terjadi kegagalan atau
disebut Mean Time To Failure (MTTF).
Peralatan utama pembangkit PLTA dibagi menjadi beberapa bagaian hierarki dan fungsi
dengan menggunakan model KKS (Kraftwerk-Kennzeichen System) yang sangat dekat
dengan standar peralatan pembangkit. Berikut tabel hierarki peralatan Utama PLTA
Saguling

System Subsystem Peralatan Utama

ME Hydraulic Turbine Plant


MEA Turbine
MEB Isolating Valve (Inlet Valve)
MED Turbine Bearings
MEX Governor System
MEY Electrical Control And Protection Equipment
MK Generator Plant
Generator, Complete, Incl. Stator, Rotor And All Integral
MKA
Cooling Equipment To Incl. Generator Bushing
MKC Generator Exciter
MKD Generator Bearings
Fluid Supply System For Control And Protection Equipment
MKX
(Compressed Air For Gen. Brake)
MKY Control And Protection Equipment
BA Power Transmission
BAC Generator Circuit Breaker Saguling 1
BAY Control And Protection Equipment
CW Control Rooms
CWF Main Control Panels
MP Common Installations For Main Machine Sets
MPR Forced Cooling System
CH Protection
CHA Cabinets For Generator And Transformer Protection

(Sumber Dokumen Enjinering PLTA Saguling)


Pemeliharaan PLTA Saguling terbagi menjadi 3 yaitu Annual Inspection (AI), Generala
Inspection (GI) dan Major Inspection (MI). Berikut Tabel pemeliharaan PLTA Saguling

Jenis Interval ( Jam ) Durasi Keterangan


Pemeliharaan (hari)

AI 4000-5000 10 Annual Inspection

GI 25000-30000 24-30 General Inspection

MO 50000-60000 60-70 Major Inspectiom

2.2.1 Perhitungan Biaya Pemeliharaan


1) Faktor Biaya Pemeliharaan(CM)

Biaya penggantian dan perbaikan peralatan atau bisa disebut biaya pemeliharaan
peralatan adalah biaya untuk memulihkan peralatan yang mengalami gangguan atau
mengalami penurunan kondisi.

Jenis Inspeksi Biaya Pemeliharaan Kehilangan Produksi


(Rp Juta) (Rp.Juta)
Annual Inspection (AI) 600 2000
General Inspection (GI) 2300 4800
Major Inspection 15000 12000

Menurut (A. S. B. Tam et al,2006) Biaya penggantian dan perbaikan peralatan ini
dikeluarkan untuk satu kali interval yang ditetapkan. Sehingga bila dalam satu tahun ada 3
kali siklus penggantian maka besar dari biaya totalnya adalah 3 x biaya pemeliharaan per
satu intervalPenjelasan formula untuk biaya ini adalah sebagai berikut :

Dimana i: integer positif


CM,n: Total biaya pemeliharaan dalam setahun
Ii : Interval penggantian Komponen I
CM,i : Biaya pemeliharaan untuk komponen i
Y : Waktu layanan operasi dalam setahun

2) Faktor Biaya Resiko Kerusakan (CBD)


Biaya resiko kerusakan (CDB) adalah nilai perkiraan kerugian karena kerusakan
peralatan. Biaya ini berdasar kepada perinsip bahwa semakin lama interval waktu
pemeliharaan maka semakin turun nilai kehandalan peralatan atau semakin tinggi nilai laju
kegagalan.

CBD = 𝐶𝐷𝑇 × (𝐹𝑡 ) × Y


CBD = biaya perkiraan kerusakan
CDT = biaya kerusakan per jam
Ft = Laju kegagalan ( 1-Rt )
Y = waktu pelayanan = 8760 jam

Tabel 4.13 Biaya Down Time ( CDT) dan CBD Pada Tingkat System

ME MK BA CW MP CH
CBD (Rp) 24,783,954 23,261,134 599,444 - - -
Unit 1
CDT (Rp) 3,003 2,818 252 - - -
CBD (Rp) 24,159,148 3,735,000 - - - -
Unit 2
CDT (Rp) 2,996 909 - - - -
CBD (Rp) 24,558,778 4,103,889 204,502,778 - - -
Unit 3
CDT (Rp) 5,975 1,726 86,009 - - -
CBD (Rp) 109,184,579 20,362,282 204,502,778 1,245,000 - 2,121,111
Unit 4
CDT (Rp) 13,012 2,467 86,009 1,019 - 1,737

Total biaya pemeliharaaan adalah jumlah dari jumlah biaya pemeliharaan dalam
setahun pengamatan dan biaya kerugian tidak produksi . Tujuan pembahasan nanti adalah
berupaya meminimalkan total biaya ini. Hal ini dilakukan dengan mencari tahu interval
pemeliharan yang optimal sehingga kemudian total biaya menjadi minimal. Sesuai
penjelasan (A. S. B. Tam et al,2006) total biaya yang akan diminimalkan dapat dituliskan
sebagai berikut :

Dimana CTotal : Total biaya keseluruhan


2.3 Implementasi RAM Dalam Pengperasian PLTA Saguling.
2.3.1 Pengertian RAM

RAM (Reliability, Availability, and Maintainability) merupakan hal penting


yang berkaitan satu sama lain dalam operasional. RAM dapat berfungsi
memastikan system engineering berjalan dengan tingkat kondisi yang baik seperti
tingkat keselamatan, performance, lingkunga, batasan waktu, dan tujuan ekonomis

Implementasi RAM dalam upaya optimalisasi dan efisiensi produksi sudah


banyak digunakan di industri strategis negara-negara maju seperti penerbangan,
nuklir, gas dan minyak bumi, dan transportasi. Para pelaku industri di negara-
negara maju ingin ada optimalisasi terhadap pemeliharaan periodik yang mereka
lakukan karena pemeliharaan ini berdampak pada pengeluaran biaya yang
signifikan dan kehilangan kesempatan produksi. Namun masih sedikit informasi
yang didapatkan tentang implementasinya di industri yang ada di Indonesia.

Penelitian RAM di PLTA belum banyak dilakukan sehingga perlu dilakukan


sebuah penelitian yang dapat menjadi sebuah gambaran bagaimana pengoperasian
PLTA yang optimal ditinjau dari beberapa sisi baik teknik ataupun ekonomi.
PLTA banyak tersebar dan beroperasi di Jawa Barat dengan beragam ukuran
kapasitas produksi sehingga hasil penilitian ini dapat dijadikan pilot project
penelitaian RAM di Industri pembangkit kelompok PLTA di Indonesia.

RAMS analysis lahir dari prediksi statistic terhadap kinerja komponen dan
sering ditunjukkan dalam terminology probability. Jadi reliability adalah
kemungkinan sebuah komponen atau system akan dapat memenuhi fungsinya pada
waktu yang dipersyaratkan (Ghobbar, 2008).

Analisa RAMS menjelaskan karakteristik pada sebuah komponen atau


system. Reliability fokus pada frekuensi kegagalan dari komponen, maintainability
pada perbaikan atau frekuensi pemeliharaan pada komponen, availability pada
total uptime dari komponen dan supportability fokus pada permintaan dari
komponen untuk mendukungnya (Ghobbar, 2008).

Secara umum fungsi kehandalan (reliability) dinyatakan dalam bentuk


persamaan eksponensial sebagai berikiut :
R(t) adalah fungsi keandalan dan F(t) adalah fungsi kegagalan. λ adalah
frekuensi kegagalan. Pengukuran nilai reliability dinyatakan dengan sebuah notasi
peluang sehingga tidak bersifat deterministik.

Dalam manajemen pemeliharaan preventif , pemeliharaan mesin


dijadwalkan berdasar atas nilai statistic dari MTTF. Waktu rata-rata terjadi
kegagalan atau disebut Mean Time To Failure (MTTF) dapat dihitung dengan
formula sebagai berikut:

Data yang dibutuhkan untuk mengestimasi failure rate, λ adalah jumlah


failure yang diobservasi, n, dan waktu pelayanan (operasi), τ. Sehingga estimasi
failure rate, λ, dapat ditunjukan seperti dibawah ini

Availability adalah ketersediaan dari sebuah system dalam beroperasi. Ini


merupakan status kondisi berbasis waktu tertentu. Hal ini merupakan total waktu
“up time” atau waktu siap dan beroperasi dari sebuah system atau komponen.
Persamaan dari ketersediaan ini secara umum adalah

A= MTTF/(MTTF+MTTR)

Dimana MTTR (Mean Time to Repair) adalah sebuah dasar pengukuran dari
maintainability. Jumlah keseluruhan waktu perbaikan dibagi dengan dari system
dibagi dengan jumalh kerusakan yang diperbaiki, dalam sebuah interval tertentu
yang di tetapkan (Military Handbook, 1998).

Maintainability adalah karakteristik dari peralatan yang menggambarkan


kemungkinan bahwa sebuah system atau peralatan danpat dipelihara atau dirawat
pada sebuah batas waktu yang diinginkan dengan ketentuan prosedur dan
sumberdaya yang ditetapkan.

Maka fungsi kemampurawatan ini memprediksi bahwa perbaikan dapat


dilakukan , yang dimulai dari t=0 dan selesai pada waktu t. Fungsinya adalah
sebagai berikut

,
Maka didapatkan :

dimana t = waktu, M(t) fungsi kemampurawatan


2.3.2 Optimasi Interval Pemeliharaan Periodik

Untuk melakukan optimasi terhadap pola pemeliharaan maka ada tiga model
yang bisa dikembangkan sehingga optimasi biaya dan keandalan dapat dilakukan
oleh para operator pembangkit listrik. (A. S. B. Tam et al,2006) menyampaikan
beberapa model yang mudah dan realistis diimplementasikan. Model 1 dapat
digunakan untuk mencapai kebutuhan keandalan yang minimum. Model 2
digunakan untuk menghitung interval pemeliharaan dengan pembatasan biaya.
Dan model 3 digunakan ketika ingin menghitung interval pemeliharaan yang
optimal dengan total biaya yang minimum.

Model 1: Minimalkan biaya dengan syarat batas kehandalan yang ditetapkan


Total biaya pemelihara untuk rentang waktu satu tahun dapat digambarkan sebagai
berikut :

Minimalkan

Mengikuti batasan

Dimana Ii=αiT, Ii0, αi integer positif

CM,n ,Total biaya pemeliharaan dalam setahun n

CM,i , Biaya pemeliharaan untuk komponen i

R(t)System , Reliability dari system

R(t)REQ , Reliability yang ditetapkan

T ,Sembarang konstanta yang diinginkan untuk siklus waktu pemeliharaan yang


realistic,
Ii ,Interval pemeliharaan untuk komponen i

Jika dalam hal ini dianggap reliability system mengikuti distribusi weibull maka

R(t) fungsi kehandalan,

e adalah logaritma natural,

ηi adalah MTTF komponen,

βi parameter bentuk dari weibull

t adalah waktu.

Dan untuk tingkat system fungsi reliability menjadi

Model 2 : Maksimalkan nilai reliability dengan biaya yang tersedia

Dalam bagian ini sasaran dan pembatas telah berubah. Sasarannya adalah
mendapatkan nilai interval pemeliharaan yang terbaik untuk nilai reliability yang
maksimal terhadap biaya yang tersedia. Model optimasinya dapat dituliskan
sebagai berikut :

Maksimalkan

Mengikuti batasan

Dimana

Ii=αiT, Ii≥0, αi integer positif

B ,biaya yang tersedia (rupiah/tahun),


Y siklus jam operasi pertahun

Model 3: Minimalkan biaya total untuk interval pemeliharaan yang optimal.

Model ini berupaya mengoptimalkan total biaya, yaitu biaya kegiatan


pemeliharaan dan perkiraan kerugian biaya tidak berproduksi. Hal ini karena
ketidakhdandalan dari sebuah sistem adalah kemungkinan sebuah sitem tidak
berfungsi atau berproduksi, dan ini disebut dengan istilah perkiraan kerugian biaya
tidak berproduksi (contohnya rupiah per jam). Maka perkiraan kerugian biaya
tidak produksi adalah perkalian antara biaya tidak produksi per waktu dengan nilai
ketidakhandalan untuk satu tahun siklus, yang ini bisa dituliskan sebagai :

CBD , perkiraan kerugian karena tidak berproduksi

CDT , biaya tidak berproduksi per jam

Karena tujuan dari model ini adalah untuk menentukan pola interval
pemeliharan yang optimal sehingga total biaya menjadi minimal maka model ini
dapat dituliskan dengan persamaan :

Minimalkan

Dimana

Ii=αiT, Ii≥0, αi integer positif, dan

CTotal ,Total biaya keseluruhan

Pengolahan Data dengan Aplikasi Software

Perhitungan reliability peralatan akan dilakukan dengan bantuan statistic


sotfware Minitab13. Hal ini dapat mempercepat perhitungan nilai reliability
peralatan. Fasilitas yang ada di software ini memuat analisa grafik beberapa fungsi
seperti weibull, eksponensial, dan lognormal. Hal ini akan mempercepat
perhitungan nilai kehandalan peralatan dengan data yang terbatas.

Software MINITAB 13 dapat melakukan uji goodness of fit dengan metoda


Anderson-Darling untuk melihat pola distribusi kegagalan dari peralatan yang ada.
BAB III
PENUTUP
Pada Bab III disajikan tentang (1) simpulan, (2) saran.
3.1 Simpulan
Berdasarkan paparan bahasan pada Bab II, berikut ini disajikan beberapa simpulan
yang linier mengenai Pengoprasionalan PLTA Saguling.
1) PLTA Saguling merupakan pembangkit yang cukup besar untuk menyuplai
listrik pada transmisi Jawa Bali, dan mampu menerima beban puncak.
2) PLTA Saguling sendiri terdiri dari empat unit generator pembangkit listrik
dengan total kapasitas daya sebesar 700,72 MW.
3) Karakteristik RAM PLTA Saguling adalah sebagai berikut :
A. Kehandalan (reliability)
B. Ketersediaan ( availability)
C. Kemampuan Rawat (maintainability)
4) Penyesuaian kebijakan anggaran operasional sangat mempengaruhi kehandalan
perlatan. Jika reliability sebuah unit 1 diminta tidak kurang dari 36% , dimana
harapannya tidak ada kegagalan selama selang interval pemeliharaan tahunan (
AI ) maka dibutuhkan kenaikan biaya pemeliharaan dari Rp 600 juta menjadi
Rp.1508 juta.
5) Pemeliharaan periodik perlu disesuaikan oleh operator PLTA agar kinerja
operasinya optimal memenuhi keseimbangan faktor kinerja, resiko (berbasis
RAM) dan biaya untuk mencapai standar internasional NERC.

3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan adalah :
1. Pengelola PLTA Saguling segera melakukan tindakan perbaikan terhadap
peralatan yang memiliki reliability rendah sehingga kinerja unit PLTA Saguling
dalam menghasilkan listrik yang bersubser dari energy terbarukan dapat di
pertahankan bahan ditingkatkan. Program rehabilitasi perlu dilakukan secara
menyeluruh sehingga umur peralatan PLTA Saguling dapat ditingkatkan
sehingga kontribusi energy terbarukan dalam system kelistrikan di Jawa Barat
bisa dipertahanakan.
2. Pengelola PLTA Saguling perlu melakukan kerjasama dengan pengelola PLTA
lain yang setipe untuk saling bertukar data reliability dan upaya perbaikan
sehingga memperluas pengetahuan dalam mengelola PLTA .
Daftar Rujukan
 https://www.scribd.com/document/169913987/BENDUNGAN-SAGULING
 https://id.wikipedia.org/wiki/Waduk_Saguling#Pemanfaatan

Anda mungkin juga menyukai