Jbptppolban GDL Ikarosmala 7563 3 Bab2 5 PDF
Jbptppolban GDL Ikarosmala 7563 3 Bab2 5 PDF
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
II-1
II-2
listrik sebagai hasil akhirnya. Proses konversi dari sistem PLTA dapat dilihat pada
Gambar II.1.
Sumber Reservoir
Air Turbin G
Energi Energi Energi
Potensial Kinetik Air Mekanik
Air
Energi Listrik
Beban
Gambar II. 1 Skema konversi energi pada PLTA
(Sumber : Dokumentasi pribadi)
Daya hidrolik sebagai daya input dari sistem PLTA dapat dihitung berdasarkan
persamaan 2.1.
Ph = 𝝆 × 𝐠 × 𝐇 × 𝐐 (2.1)
𝑃𝑜 = 𝑽 𝒙 𝑰 𝒙 𝑪𝒐𝒔𝝋 (2.2)
II-3
𝑷𝒐
𝜂= 𝒙 𝟏𝟎𝟎% (2.3)
𝑷𝒉
II.2.2
Kelebihan Pembangkit Listrik Tenaga Air
energi yang semakin meningkat setiap waktunya. Energi terbarukan haruslah
mempunyai karakteristik dan ketersediaan yang melimpah. Oleh karena Indonesia
mempunyai potensi air yang sangat besar, maka kita dapat membuat pembangkit
listrik tenaga air skala kecil maupun skala besar guna mencukupi kebutuhan listrik
tersebut.
II-4
Gambar II. 2 Diagram aplikasi berbagai jenis turbin (head vs debit)
(Sumber: http:en.wikipedia.org)
Turbin ini adalah jenis yang paling dapat diandalkan untuk pembangkit
listrik tenaga air. Prinsip kerja turbin francis yaitu air dimasukkan tepat diatas
II-5
runner lalu debit air yang mendorong runner vane diatur oleh guide vane sehingga
runner berputar.
II-6
II.2.5 Guide Vane
\
Guide vane (sudu pengarah) atau yang bisa disebut juga dengan wicket gate
berfungsi untuk mengubah energi tekanan air menjadi energi momentum, selain itu
juga berfungsi sebagai pintu masuk air dari spiral casing menuju runner, guide vane
juga berfungsi sebagai distributor agar air disekeliling runner mempunyai debit
yang sama rata, debit yang rata berguna sebagai pengaman turbin pada saat terjadi
gangguan. Gambar guide vane dapat dlihat pada Gambar II.5. Sudu pengarah (guide
vane) juga dapat mengendalikan sudut dari kecepatan tangensial air yang masuk
atau menumbuk runner dan meminimalkan kebocoran melalui turbin saat tidak
beroperasi.
Bukaan pada guide vane akan mempengaruhi kecepatan putaran turbin, guide
vane akan mengubah energi tekanan pada fluida air menjadi energi momentum saat
air mengalir dan menyalurkan serta memusatkan tekanan ke dalam sudu – sudu
turbin secara tangensial. Semakin besar bukaan guide vane maka turbin akan
berputar semakin cepat dan begitu pula sebaliknya. Jika putaran turbin cepat maka
generator akan menghasilkan daya lebih besar, karena semakin besar kecepatan
turbin maka akan semakin besar pula daya yang dihasilkan oleh generator dan
II-7
semakin besar putaran generator maka frekuensi yang dihasilkanpun akan semakin
besar. Untuk mengetahui sudut dari guide vane dapat dihitung dengan persamaan
2.4.
(2.4)
Dimana, Persamaan 2.4 didapatkan dari gambar II.6.
II-8
Gambar II. 7 Hubungan sudut bukaan guide vane dengan debit keluaran
(Sumber: Subbarao PMV, 2003)
II.2.6 Generator
Generator merupakan alat konversi energi mekanik dari putaran poros
menjadi energi listrik. Pada generator sinkron, kutub – kutub pembangkit medan
magnet (rotor) berputar terhadap stator (jangkar). Selama rotor berputar terjadi
perubahan fluks medan magnet yang membangkitkan tegangan listrik yang disebut
dengan gaya gerak listrik (GGL).
Besarnya tegangan induksi yang dibangkitkan dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan 2.5.
𝒅𝝓
𝜀 = −𝚴 𝒅𝒕 (2.5)
dimana :
ε = Tegangan induksi [volt]
𝑑𝜙 𝑊𝑏
= perubahan fluks per satuan waktu [ ]
𝑑𝑡 𝑠
N = Jumlah lilitan
II-9
Salah satu parameter keluaran dari generator adalah frekuensi. Nilai frekuensi
dipengaruhi oleh putaran generator. Hubungan frekuensi dan kecepatan generator
dapat dilihat dari persamaan 2.6.
120f
n= (2.6)
P
dimana :
n = putaran generator [rpm]
f = frekuensi generator [Hz]
P = jumlah kutub pada generator
II.2.7 Motor Direct Current (DC)
Motor direct current (DC) adalah motor yang banyak digunakan sehari – hari
karena termasuk ke dalam jenis motor paling sederhana, yang memiliki dua kabel,
yaitu catu daya dan ground. Motor DC memerlukan tegangan yang searah dengan
arah kumparan medan untuk diubah menjadi energi mekanik. Pemberian catu daya
dapat di bolak – balik untuk memberikan efek arah putaran yang berbeda.
Jenis motor DC yang digunakan sebagai aktuator di dalam tugas akhir ini
adalah motor DC Power Window seperti pada gambar II.7. Motor DC memiliki
keuntungan utama seperti kecepatannya mudah dikendalikan dan tidak
mempengaruhi kualitas pasokan daya.
II-10
II-11
Tabel II.2 Logika Prinsip Kerja IC VNH2SP30
Kelebihan dari driver motor VNH2SP30 ini adalah cukup presisi dalam
mengontrol motor serta mudah untuk dikontrol.
II.2.9 Sistem Kendali Otomatis
Sistem kendali otomatis adalah suatu sistem pengendalian proses yang
dikendalikan dengan suatu peralatan secara penuh. Sistem kendali dapat dibedakan
menjadi beberapa jenis, salah satunya yaitu berdasarkan prinsip kerja dapat dibagi
menjadi dua sebagai berikut :
a. Sistem kendali lup tertutup
Sistem kontrol lup tertutup adalah sistem kontrol yang sinyal keluarannya
mempunyai pengaruh langsung pada aksi pengontrolan. Jadi, sistem kontrol lup
tertutup adalah sistem kontrol berumpan balik.
II-12
Gambar II.10 Sistem kontrol lup tertutup
(Sumber : Frans Gunterus, 1994)
Sistem kontrol loop terbuka adalah sistem kontrol yang sinyal keluarannya
tidak mempunyai pengaruh langsung pada aksi pengontrolan. Jadi pada sistem
kontrol loop terbuka, keluaran tidak berumpan balik atau tidak diukur.
II-13
Dengan :
PID = output dari kendali PID
Kp = konstanta proporsional
Ti = konstanta integral
Ki = Kp/Ti
Td = konstanta derivatif
Kd = Kp.Td
e(t) = error
Nilai Kp, Ti, dan Td didapatkan dari hasil desain dan tuning dengan
menggunakan
beberapa metode tuning untuk PID. Metode yang banyak digunakan
adalah metode Ziegler Nichols 1, Ziegler Nichols 2 dan Cohen - Coon.
(2.8)
II-14
II-15
Tabel II.4 Persamaan parameter PID
II.2.11 Arduino
Arduino adalah platform mikrokontroler yang popular dan banyak digunakan
dalam bidang elektronika dan juga kontrol. Arduino adalah mikrokontroler yang
bersifat open source, artinya dapat dikembangkan secara perorangan tanpa harus
meminta lisensi asli dari Arduino. Arduino memiliki 28 pin dalam bentuk female.
Arduino memiliki catu daya 5 V untuk bisa beroperasi. Bentuk fisik dari Arduino
seperti terlihat pada gambar II.15 dan spesifikasinya tertera pada tabel II.5.
II-16
(2.8)
II-17
Vinput = Tegangan masukan (0V – 5V)
Vreff = Tegangan referensi (Vreff arduino = 5V)
II.2.12
Encoder Optocoupler
Gambar II.17 Encoder optocoupler
Encoder yang menggunakan sensor optik untuk menghasilkan serial pulsa
0V dan 5V yang dapat dikonversi menjadi putaran. Untuk menggunakan encoder
ini dibutuhkan sebuah piringan yang mempunyai lubang – lubang ataupun celah.
Piringan tersebut ditempatkan ditengah sensor optik yang memiliki LED yang
menghasilkan cahaya menuju piringan dan photo-transistor digunakan untuk
mendekti cahaya dari LED. Ketika cahaya dari LED mengenai piringan tersebut
maka akan photo transistor akan saturasi, sedangkan ketika caata dari LED
menembus lubang ataupun celah dari piringan maka photo transistor akan
menghasilkan pulsa sebesar 5V.