Anda di halaman 1dari 46

REFERAT

ILMU KESEHATAN ANAK

ASI EKSKLUSIF

Disusun untuk Melaksanakan Tugas Kepaniteraan KlinikLab/SMF


Ilmu Kesehatan Anak RSD dr. Soebandi Jember

Disusun oleh:
Annisa Rachmawati
NIM. 132011101084

Dokter Pembimbing:
dr. H. Ahmad Nuri, Sp.A
dr. B. Gebyar Tri Baskara, Sp.A
dr.Lukman Oktadianto, Sp.A
dr. Ali Shodikin, M.Kes, Sp.A

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER


SMF/LAB ILMU KESEHATAN ANAK
RSD DR. SOEBANDI JEMBER
2018
REFERAT

ILMU KESEHATAN ANAK

ASI EKSKLUSIF

Disusun untuk Melaksanakan Tugas Kepaniteraan KlinikLab/SMF


Ilmu Kesehatan Anak RSD dr. Soebandi Jember

Disusun oleh:
Annisa Rachmawati
NIM. 132011101084

Dokter Pembimbing:
dr. H. Ahmad Nuri, Sp.A
dr. B. Gebyar Tri Baskara, Sp.A
dr.Lukman Oktadianto, Sp.A
dr. Ali Shodikin, M.Kes, Sp.A

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER


SMF/LAB ILMU KESEHATAN ANAK
RSD DR. SOEBANDI JEMBER
2018

i
DAFTAR SINGKATAN

ASI : Air Susu Ibu


BCB : Bayi Cukup Bulan
BKB : Bayi Kurang Bulan
BFJ : Breast Feeding Jaundice
BMJ : Breast Milk Jaundice
IMD : Inisiasi Menyusui Dini
PIH : prolactin-inhibiting hormone
PRH : prolactin-releasing hormone

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul .......................................................................................... i


Daftar singkatan .......................................................................................... ii
Daftar Isi .................................................................................................. iii
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 3
2.1. ANATOMI MAMMA ..................................................................... 3
2.2. FISIOLOGI LAKTASI ................................................................... 6
2.3. AIR SUSU IBU ................................................................................ 10
2.3.1. Pengertian Air Susu Ibu (ASI) ................................................ 10
2.3.2. Komposisi ASI .......................................................................... 10
2.3.3. Produksi ASI ............................................................................ 14
2.3.4. Manfaat Pemberian ASI .......................................................... 15
2.3.5. Tanda Kecukupan ASI ............................................................ 18
2.3.6. Keberhasilan Menyusui ........................................................... 18
2.3.7. Kontraindikasi Pemberian ASI .............................................. 28
2.3.8. Pemberian Asi Pada Keadaan Khusus................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 41

iii
BAB 1. PENDAHULUAN

Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi ideal untuk menunjang kesehatan,
pertumbuhan dan perkembangan bayi secara optimal. Adanya faktor proyektif dan
nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi baik serta kesakitan dan
kematian anak menurun. Beberapa penelitian epidemiologis menyatakan bahwa
ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi, misalnya diare, otitis media
dan infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah. Kolostrum mengandung zat
kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu matang (susu matur). Zat kekebalan
yang terdapat pada ASI antara lain melindungi bayi dari penyakit diare dan
menurunkan kemungkinan bayi terkena penyakit infeksi telinga, batuk, pilek dan
penyakit alergi (Kemenkes, 2014).
ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI tanpa cairan atau makanan padat
apapun kecuali vitamin, mineral atau obat dalam bentuk tetes atau sirup sampai
bayi berusia 6 bulan. Berbagai penelitian telah mengkaji manfaat pemberian ASI
eksklusif dalam menurunkan mortalitas bayi, menurunkan morbiditas bayi,
mengoptimalkan pertumbuhan bayi, membantu perkembangan kecerdasan anak,
dan membantu memperpanjang jarak kehamilan bagi ibu. Sebelum tahun 2001,
World Health Organization (WHO) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif
selama 4-6 bulan. Namun, pada tahun 2001, melalui telaah artikel penelitian
secara sistematik dan berkonsultasi dengan para pakar, WHO merevisi
rekomendasi ASI eksklusif tersebut dari 4-6 bulan menjadi 6 bulan. Hasil telaah
artikel tersebut menyimpulkan bahwa bayi yang disusui secara eksklusif sampai 6
bulan umumnya lebih sedikit menderita penyakit gastrointestinal, dan lebih sedikit
mengalami gangguan pertumbuhan.
Di Indonesia, Departemen Kesehatan RI (Depkes) melalui Program
Perbaikan Gizi Masyarakat telah menargetkan cakupan ASI eksklusif sebesar
80%. Rekomendasi pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan tampaknya
masih terlalu sulit untuk dilaksanakan. Data Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia 1997-2007 memperlihatkan terjadinya penurunan prevalensi ASI

1
eksklusif dari 40,2% pada tahun 1997 menjadi 39,5% dan 32% pada tahun 2003
dan 2007. Penyebab kegagalan praktek ASI eksklusif bermacam-macam seperti
pemberian makanan prelakteal, ibu harus bekerja, bayi sakit, ibu lelah/sakit, ibu
kurang percaya diri, dan lain-lain (Fikawati & Syafiq, 2010).
Berbagai faktor juga telah dihubungkan dengan rendahnya pengetahuan ibu.
Penelitian ASUH tahun 2002, menunjukkan bahwa bukan semata-mata faktor
pengetahuan ibu yang mempengaruhi keberhasilan ASI ekslusif, tetapi ada faktor-
faktor lain di luar pengetahuan ibu yang mempengaruhi keberhasilan ASI
eksklusif. Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan ASI eksklusif adalah
kemampuan untuk melakukan penyusuan segera (immediate breastfeeding). Saat
ini, lebih dikenal dengan istilah Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Salah satu kunci
utama keberhasilan IMD terletak pada penolong persalinan karena dalam menit-
menit pertama setelah bayi lahir peran penolong persalinan sangat dominan. Bila
ibu difasilitasi oleh penolong persalinan untuk IMD diharapkan interaksi ibu dan
bayi ini akan segera terjadi. Dengan IMD, ibu semakin percaya diri untuk tetap
memberikan ASI-nya sehingga tidak merasa perlu untuk memberikan
makanan/minuman apapun kepada bayi karena bayi bisa nyaman menempel pada
payudara ibu atau tenang dalam pelukan ibu segera setelah lahir.
Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan ASI eksklusif adalah tidak
diberikannya makanan atau minuman pralaktal dan melakukan rooming-in. Pada
hari-hari pertama kelahiran, ASI biasanya belum keluar. Masa ini adalah masa
yang rentan bagi bayi untuk diberikan makanan atau minuman pralaktal oleh ibu
maupun bidan. Komitmen yang kuat dari ibu atau bidan untuk ASI eksklusif akan
sangat membantu sehingga bayi tidak diberikan makan atau minuman pralaktal.
Rooming-in, kondisi dimana ibu dan bayi ditempatkan bersama-sama dalam satu
ruang memudahkan ibu untuk bisa selalu memberikan ASI kepada bayi kapan saja
bayi mau, sehingga praktik ASI eksklusif dapat lebih mudah dilaksanakan. Faktor
eksternal seperti anjuran dari tenaga kesehatan (saat ANC, menolong persalinan
dan merawat bayi), orang tua, mertua, dan suami juga merupakan faktor-faktor
yang berpengaruh.
.

2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ANATOMI MAMMA


Glandula mammaria merupakan kelenjar aksesoris kulit khusus, berfungsi
menghasilkan susu. Mamma terdapat pada pria dan wanita. Bentuknya sama pada
pria dan wanita yang belum dewasa. Papilla mammaria kecil dan dikelilingi oleh
daerah kulit yang berwarna lebih gelap disebut areola mammae. Jaringan mamma
tersusun oleh sekelompok kecil sistem saluran yang terdapat di dalam jaringan
ikat dan bermuara di daerah areola (Snell, 2012).
Pada masa pubertas seorang wanita, mamma lambat laun akan membesar
dan akan terbentuk setengah lingkaran dibawah pengaruh hormon ovarium.
Salurannya memanjang, meskipun demikian pembesaran kelenjar terutama
disebabkan karena penimbunan lemak. Dasar Mamma terbentang dari costa II
sampai costa VI dan dari pinggir lateral strenum sampai linea axilaris media.
Sebagian besar kelenjar terletak di dalam fascia superficialis. Sebagian kecil, yang
disebut axillary tail, meluas ke atas dan lateral, menembus fascia profunda pada
pinggir caudal m. Pectoralis mayor dan sampai ke axila. Dibelakang mamma
terdapat sebuah ruang yang berisi jaringan ikat jarang yang disebut spatium
retromammariae.
Setiap payudara memiliki 15-20 lobus, yang tersusun radier dan berpusat
pada papilla mamaria. Saluran utama dari setiap lobus bermuara ke puncak papila
mamma dan mempunyai ampula yang melebar tepat sebelum ujungnya. Dasar
papilla mamma dikelilingi oleh areola. Tonjolan-tonjolan haluspada areola
diakibatkan oleh kelenjar areola di bawahnya. Lobus-lobus kelenjar dipisahkan
oleh septa fibrosa yang berfungsi sebagai ligamentum suspensarium.
Pada awal kehamilan, terdapat penambahan yang cepat panjang dan
cabang-cabang sistem ductus. Alveoli secretorius berkembang pada ujung ductus-
ductus kecil. Jaringan penyambung mulai terisi dengan alveoli secretorius yang
menyebar dan bertunas. Vaskularisasi jaringan penyambung juga meningkat

3
untuk menyediakan makanan yang cukup bagi kelenjar yang sedang berkembang.
Papilla mamaria membesar dan areola menjadi lebih gelap dan lebih besar sebagai
akibat dari bertambahnya deposit pigmen melanin di dalam epidermis. Kelenjar
aerolar membesar dan menjadi lebih aktif.Selama trimester kedua kehamilan,
pertumbuhan melambat. Namun glandula mamaria tetap bertambah membesar,
terutama disebabkan oleh menggelembungnya alveoli secretorius oleh cairan yang
disebut kolostrum.

Gambar 2.1 mamma pada wanita dewasa. A. Tampak anterior dengan sebagian
kulit dibuang untuk memperlihatkan struktur internal. B. Penampang sagital.
C. Axillary tail yang menembus fascia profunda dan meluas
ke dalam axila (sumber: snell,2012).

Pasca menyusui, payudara kembali ke stadium inaktifnya. Susu yang


tertinggal diserap kembali, alveli secretorius mengkerut dan hampir seluruh
alveoli menghilang. Jaringan penyambung interlobaris menebal. Glandula

4
mamaria beserta papilla mamma mengecil dan kembali mendekati ukuran semula.
Pigmentasi areola berkurang, tetapi warna areanya tidak pernah kembali sepucat
sebelumnya.
Setelah menopause, payudara mengalami atrofi. Hampir semua alveoli
secretorius menghilang, meninggalkan ductus. Jumlah jaringan adiposa dapat
bertambah atau berkurang. Payudara cenderung mengecil dan terletak dalam
posisi menggantung. Atrofi pasca menopause disebabkan oleh tidak adanya
hormon estrogen ovarium dan progesteron (Snell, 2012).

Gambar 2.2 Luasnya perkembangan ductus dan alveoli secretorius di dalam


payudara kedua jenis kelamin pada stadium kegiatan yang berbeda-beda
(sumber: Snell,2012)

5
2.2. FISIOLOGI LAKTASI
Sistem reproduksi wanita menunjang kehidupan bayi selama konsepsi,
semasa gestasi hingga tahap aal kehidupan di luar rahim. Susu merupakan nutrien
esensial bagi kelangsungan hidup bayi, oleh karena itu, selama gestasi kelenjar
mamma atau payudara dipersiapkan untuk pembentukan susu (laktasi). Payudara
pada wanita tidak hamil terutama terdiri dari jaringan lemak dan sistem
rudimenter. Ukuran payudara ditentukan oleh jumlah jaringan lemak yang tidak
ada kaitannya dengan kemampuan menghasilkan air susu.
Selama kehamilan, estrogen kadar tinggi mendorong perkembangan
ekstensif duktus, sementara progesteron kadar tinggi merangsang pembentukan
alveolus-lobulus. Peningkatan konsentrasi prolaktin (suatu hormon hipofisis
anterior yang dirangsang oleh peningkatan hormon estrogen) dan human
chorionic somatomammotropin (suatu hormon plasenta yang memiliki struktur
serupa dengan hormon pertumbuhan dan prolaktin) juga ikut berperan dalam
perkembangan kelenjar mamma dengan menginduksi sintesis enzim-enzim yang
dibutuhkan untuk memproduksi susu.
Sebagian besar perubahan di payudara terjadi selama paruh pertama
kehamilan sehingga pada pertengahan kehamilan kelenjar mamma telah mampu
sepenuhnya menghasilkan susu. Namun, sekresi susu tidak terjadi sampai proses
persalinan. Konsentrasi estrogen dan progesteron yang tinggi selama paruh
terakhir kehamilan mencegah laktasi dengan menghambat efek stimulatorik
prolaktin pada sekresi susu. Prolaktin adalah perangsang utama sekresi susu.
Karena itu, meskipun steroid-steroid plasenta berkadar tinggi tersebut merangsang
perkembangan perangkat penghasil susu di payudara namun hormon-hormon ini
juga mencegah kelenjar mamma beroperasi hingga bayi lahir dan susu
dibutuhkan. Penurunan mendadak estrogen dan progesteron yang terjadi dengan
keluarnya plasenta saat persalinan memicu laktasi (Sherwood, 2012).
Setelah produksi susu dimulai setelah persalinan, dua hormon berperan
penting untuk mempertahankan laktasi yaitu prolaktin, yang meningkatkan sekresi
susu, dan oksitosin, yang menyebabkan ejeksi (penyemprotan susu).
Penyemprotan susu atau milk letdown, merujuk kepada ekspulsi paksa susu dari

6
lumen alveolus keluar melalui duktus. Pelepasan kedua hormon ini dipicu oleh
penghisapan puting payudara oleh bayi.
Bayi tidak dapat secara langsung menghisap susu keluar dari lumen
alveolus. Susu harus secara aktif diperas keluar alveolus dan masuk menuju
puting payudara oleh kkontraksi sel-sel mioepitel khusus (sel epitel mirip otot)
yang mengililingi setiap alveolus (Gambar 3.1). Penghisapan payudara oleh bayi
merangsang ujung sraf sensorik di puting, menimbulkan potensial aksi yang
merambat melalui medula spinalis ke hipotalamus. Hipotalamus setelah
diaktifkan, memicu pengeluaran oksitosin dari hipofisis posterior. Oksitosin
selanjutnya merangsang kontraksi sel mioepitel di payudara untuk
menyemprotkan susu. Milk letdown ini berlanjut terus selama bayi menyusu.
Dengan cara ini, refleks penyemprotan susu menjamin bahwa payudara
mengeluarkan susu hanya ketika dan dalam jumlah yang dibutuhkan oleh bayi.
Meskipun alveolus mungkin penuh namun susu tersebut tidak dapat dikeluarkan
tanpa oksitosin.

Gambar 2.3 (a) Struktur internal kelenjar mamma. (b) gambaran skematik struktur
mikroskopik sebuah alveolus di dalam kelenjar mamma. Sel-sel epitel alveolus
mensekresikan susu ke dalam lumen. Kontraksi sel mioepitel sekitar menyem-
protkan susu keluar melalui duktus (sumber: Sherwood, 2012)

7
Namun refleks oksitosin dapat terkondisi oleh rangsangan di luar hisapan.
Tanda dan perasaan bahwa refleks oksitosin berjalan meliputi ibu mungkin
merasa ada yang menggelitik dan memeras payudara sesaat, sebelum dan sesudah
menyusui; ASI mengalir dari payudara bila ibu memikirkan bayinya atau
mendengar tangis bayi; ASI menetes pada payudara sebelah ketika bayi
menghisap atau menetek; nyeri karena kontraksi rahim, kadang dengan aliran
darah ketika menyusui dalam minggu pertama; isapan dan menelan yang pelan
dan dalam oleh bayi yang menunjukkan ASI mengalir ke dalam mulutnya.

Gambar 2.4 refleks oksitosin (sumber: Sjarif, et al., 2011)


Penghisapan tidak saja memicu pelepasan oksitosin tetapi juga
merangsang produksi prolaktin. Pengeluaran prolaktin oleh hipofisi anterior
dikontrol oleh dua sekresi hipotalamus: prolactin-inhibiting hormone (PIH) dan
prolactin-releasing hormone (PRH). PIH sekarang diketahui merupakan dopamin,
yang juga berfungsi sebagai neurotransmiter di otak. Sifatkimiawi PRH belum
diketahui pasti, tetapi para ilmuwan menduga PRH sebagai oksitosin yang
dikeluarkan oleh hipotalamus ke dalam sistem porta hipotalamus-hipofisis untuk
merangsang sekresi prolaktin oleh hipofisis anterior. Peran oksitosin ini berbeda
dari peran oksitosin yang diproduksi oleh hipotalamus dan disimpan di hipofisis
posterior.
Sepanjang kehidupan wanita, PIH memiliki pengaruh dominan, sehingga
konsentrasi prolaktin normalnya tetap rendah. Selama laktasi, setiap kali bayi
menghisap terjadi letupan sekresi prolaktin. Impuls-impuls aferen yang dipicu di
puting payudara oleh penghisapan dibawa oleh medula spinalis ke hipotalamus.

8
Refleks ini akhirnya menyebabkan pelepasan prolaktin oleh hipofisis anteior,
meskipun belum jelas apakah ini disebabkan apakah ini disebakan oleh inhibisi
sekresi PIH atau stimulasi PRH atau keduanya. Prolaktin kemudian bekerja pada
epitel alveolus untuk mendorong sekresi susu, menggantikan susu yang keluar.
Stimulasi secara bersamaan penyemprotan dan produksi susu oleh hisapan
memastikan bahwa kecepatan produksi sususeimbang dengan kebutuhan bayi
akan susu. Semakin sering bayi menyusu, semakin banyak susu yang keiuar
melalui penyemprotan dan semakin banyak susu yang diproduksi untuk
pemberian berikutnya (Sherwood, 2012).
Adanya hisapan bayi pada puting payudara akan menyebabkan sinyal
terkirim ke hipofisis. Hipofisis anterior akan mengeluarkan hormon prolaktin
yang akan masuk ke dalam aliran darah dan menimbulkan refleks prolaktin yang
berperan dalam produksi ASI. Sebagian besar prolaktin berada dalam darah
sekitar 30 menit setelah penyusuan, yang berarti prolaktin prolaktin membuat
payudara memproduksi ASI yang berikutnya. Beberapa hal tentang prolaktin
yaitu lebih banyak diproduksi pada malam hari, maka menyusui malam hari
sangat penting untuk memppertahankan laktasi, prolaktin membuat ibu rileks
bahkan kadang mengantuk, maka biasanya ibu dapat beristirahat meskipun
menyusui malam hari, hormon yang berkaitan dengan prolaktin menekan
pematangan sel telur, maka menyusui dapat membantu menunda kehamilan.

Gambar 2.5 refleks prolaktin (sumber: Sjarif, et al., 2011)

9
2.3. AIR SUSU IBU
2.3.1. Pengertian Air Susu Ibu (ASI)
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein laktosa, dan garam-
garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai
makanan utama bagi bayi. Komposisi ASI tidak konstan dan tidak sama dari
waktu ke waktu. Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi ASI adalah
stadium laktasi, ras, keadaan nutrisi, dan diet ibu.
2.3.2. Komposisi ASI
Komposisi ASI tidak selalu sama, disesuaikan dengan kebutuhan bayi
setiap saat. Komposisi ASI akan bervariasi tergantung usia bayi, sehingga ada
yang disebut kolostrum, ASI peralihan dan ASI matur. Komposisi ASI juga
bervariasi dari awal hingga akhir menyusui. Foremilk (ASI awal) adalah ASI yang
bening yang diproduksi pada awal penyusuan. Foremilk banyak mengandung
laktosa dan protein. Hindmilk (susu akhir) adalah ASI yang lebih putih pekat,
diproduksi pada akhir penyusuan. Hindmilk banyak mengandung lemak yang
sangat diperlukan sebagai sumber tenaga dan pembentukan otak (Markum, 2002).
ASI dari ibu yang sehat dapat memenuhi bayi hingga berusia 6 bulan.
Produksi ASI pada bulan pertamaadalah sekitar 600 ml perhari yang meningkat
sampai 800 ml sehari pada bulan keenam. Jumlah ASI yang dapat dihasilkan
seorang ibu dapat diatur oleh bayi sehingga bila ia dibiarkan menyusu sepuasnya
ia akan mendapatkan jumlah ASI yang sesuai dengan kebutuhannya. Setelah 6
bulan, volume ASI yang dihasilkan seorang ibu mulai berkurang dan sudah
saatnya bayi untuk mendapatkan makanan tambahan yang lebih padat (Markum,
2002).
Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa. Di dalam usus halus laktosa
akan dipecah menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim laktase. Produksi enzim
laktase pada usus halus bayi kadang-kadang belum mencukupi, untungnya laktase
terdapat dalam ASI. Sebagian laktosa akan masuk ke usus besar, dimana laktosa
ini akan difermentasi oleh flora normal usus yaitu lactobacillus bifidus. Bakteri
ini akan menciptakan keadaan asam dalam usus dan menekan pertumbuhan

10
kuman patogen pada usus dan meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfor (Sjarif,
et al., 2011)
Lactobacillus bifidus cepat tumbuh dan berkembang biak dalam saluran
cerna bayi yang mendapat ASI. Kuman ini dalam usus akan mengubah laktosa
yang banyak terdapat dalam ASI menjadi asam laktat dan asam asetat, situasi usus
yang asam ini akan menghambat pertumbuhan E.colli, suatu jenis kuman yang
yang paling sering menyebabkan diare pada bayi. Pertumbuhan lactobacillus
bifidusini disebabkan karena ASI mengandung polisakarida yang berikatan
nitrogen, yang tidak terdapat dalam susu formula (Markum, 2002).
Kurang lebih 50% energi yang terkandung dalam ASI berasal dari lemak
atau kurang lebih 40g/L. Lemak dalam ASI ada dalam butiran lemak yang
absorpsinya ditingkatkan oleh BSSL (bile salt-stimulated lipase).Asam lemak
yang terkandung pada ASI kaya akan asam palmitat,asam oleat, asam linoleat, dan
asam alfa linolenat. Trigliserida adalah bentuk lemak utama pada ASI, dengan
kandungan antara 97-98%. Walaupun kadar lemak tinggi dalam ASI namun
mudah diserap oleh bayi karena trigliserida dalam ASI telah lebih dulu dipecah
menjadi asam lemak dan gliserol oleh enzim lipase yang terdapat dalam ASI
sendiri. Kadar lemak dalam ASI mempunyai variasi diurnal yaitu paling rendah di
waktu pagi dan paling tinggi di siang hari. ASI sangat kaya akan lemak esensial
yaitu asam lemak yang tidak bisa diproduksi tubuh tetapi sangat dipelukan untuk
pertumbuhan otak. Asam lemak esensial tersebut adalah asam linoleat 8-17%,
asam alfa linolenat 0,5-1,0% dan derivatnya yaitu asam arakidonat 0,5-0,7% dan
asam doksoheksanoat (DHA) 0,2-0,5% (Sjarif, et al., 2011).
Lemak pada ASI didapatkan pada hindmilk (susu akhir). Bayi mendapat
kebutuhan energinya sebagian besar dari lemak. Karena itu bayi harus menyusu
sampai payudara kosong baru pindahke payudara satunya apabila bayi masih
menginginkannya. Menghentikan bayi yang sedang menyusu akan mengurangi
lemak yang didapat, dengan demikian bayi tidak mendapa cukup energi. Selain itu
menghentikan bayi menyusu sebelum payudara kosong menyebabkan
“hipergalaktia” yang bisa muncul karena memberikan ASI hanya sebentar (5-10
menit) kemudian pindah ke payudara lain. Akibat pengosonganpayudara tidak

11
optimal dan bayi mendapat sejumlah besar foremilk yang mengandung laktosa dan
sedikit hindmilk. Akibat lain hipegalaktia adalah timbulnya malabsorpsi,
pembentukan gas yang berlebihan dan terjadinya gagal tumbuh pada bayi karena
bayi hanya mendapat sedikit lemak.
Kandungan protein ASI dalam bentuk kasein 30% dan whei 70%, dengan
variasi komposisi whei: kasein 90:10 pada hari ke 4-10 setelah melahirkan, 60:40
pada ASI matur (hari ke 11-240) dan 50:50 setelah hari ke 240. Pada susu sapi
perbandingan whei: kasein 18:82. Protein whei tahan terhadap suasana asam dan
mudah diserap sehingga akan mempercepat pengosongan lambung. Selain itu,
protein wheimempunyai fraksi asam amino fenilalanin, tirosin dan metionin
dalam jumlah lebih rendah dibandingkan kasein, tetapi kadar taurin pada protein
whei lebih tinggi. Walaupun kadar protein ASI kurang dari separuh kadar protein
susu sapi, tetapi ASI terdiri dari protein yang mudah dicerna. Ada 2 asam amino
dalam ASI yang tidak terdapat dalam susu sapi yaitu taurin dan sistin. Sistin
dipelukan untuk pertumbuhan somatik, sedangkan taurin diperlukan untuk
perkembangan otak. Sistin dan taurin memang dapat diperoleh dengan penguraian
tirosin, tetapi enzim untuk ini belum terdapat pada neonatus.
Komponen utama protein whei ASI adalah alfa-laktalbumin, sedangkan
protein susu sapi adalah beta-laktaglobulin. Laktoferin, lisozim dan sIgA
(Secretory IgA) adalah merupakan bagian dari protein whei yang berperan dalam
pertahanan tubuh. Laktoferin adalah protein yang terikat zat besi, khasiat
laktoferin adalah menghambat pertumbuhan staphylococcus dan E. Colli dengan
cara mengikat ferum sehingga basil tidak mendapatkan ferum yang sangat
dibutuhkan untuk pertumbuhannya.Laktoferin juga dapat menghambat
pertumbuhan jamur candida. Kadar lisozim ASI 300 kali lebih tinggi dari pada
kadar di dalam susu sapi, selain itu juga lebih tahan terhadap keasaman lambung.
Khasiatnya dapat memecah dinding bakteri. ASI terutama kolostrum mengandung
SigA (Secretory IgA) yang tahan terhadap enzim proteolitik dalam traktus
intestinalis dan dapat membentuk lapisan di permukaan mukosa usus sehingga
mencegah masuknya bakteri patogen dan enterovirus ke dalam sel.
Mikroorganisme yang dihambat antara lain adalah E.Colli, Salmonella, Shigella,

12
Streptococcus, Staphylococcus, Pneumococcus, Poliovirus dan rotavirus
(Markum, 2002).
Sembilan puluh persen sel dalam ASI terdiri dari makrofag. Fungsi
makrofag terutama membunuh dan melakukan fagositosis mikroorganisme, serta
membentuk C3 dan C4, lisozim dan laktoferin. Sepuluh persen lainnya terdiri dari
limfosit T dan B berfungsi untuk melawan organisme yang menyerang melalui
traktus digestivus. Kolokstrum dapat memberikan respon terhadap E.colli yang
diberikan peroral kepada ibunya sebelum terjadi respons sistemik. Hal ini
membuktikan bahwa imunitas seluler dapat dirangsang dalam usus, kemudian
bermigrasi ke kelenjar mamma (Markum, 2002).
ASI dari ibu yang makanannya cukup memadai mengandung vitamin yang
diperlukan bayi. Pada bayi yang prematur atau kurang mendapatkan sinar
matahari memerlukan tambahan vitamin D. Vitamin K terdapat dalam ASI dan
penyerapannya juga cukup baik melalui usus, tetapi oleh karenajumlah ASI yang
diminum dalam 2 hari pertama masih sangat sedikit dan pembentukan vitamin K
dalam usus bayi belum ada, dianjurkan pemberian vitamin K untuk mencegah
penyakit perdarahan pada neonatus. Sekarang sudah terdapat vitamin K yang
dapat diberikan peroral. Vitamin E banyak sekali terkandung dalam ASI, terutama
dalam kolostrum (Markum, 2002).
Kadar garam dan mineral dalam ASI lebih rendah daripada susu sapi.
Fungsi ginjal yang masih belum sempurna belum dapat mengkonsentrasi urin
dengan baik sehingga dibutuhkan susu yang rendah garam dan mineral. Bayi yang
mendapatkan susu sapi atau formula yang tidak dimodifikasi sering menderita
tetani (hipokalsemi), padahal kadar kalsium dan magnesiumnya lebih tinggi dari
ASI. Tetapi kadar fosfor susu sapi juga jauh lebih tinggi, dan fosfor ini mengikat
kalsium dan magnesium sehingga tidak diserap. Zat besi terdapat dalam jumlah
sedikit dalam ASI (dalam susu sapi juga), tetapi besi dalam ASI mudah diserap.
Bayi dilahirkan dengan persediaan zat besi, sel darah merah yang pecah
menghasilkan zat besi yang digunakan kembali, sehingga besi ini ditambah
dengan besi dari ASI cukup untuk bayi sampai berumur 6 bulan.

13
Seng juga diperlukan untuk pertumbuhan, perkembangan dan immunitas.
Unsur ini juga diperlukan untuk mencegah penyakit akrodermatitis enteropatika,
suatu penyakit yang mengenai kulit dan sistem cerna yang bisa fatal. Bayi yang
mendapat ASI tidak pernah menderita penyakit tersebut. Pada bayi berusia 6
bulan yang mendapat ASI dari ibu yang sehat dan tidak terdapat gejala defisiensi
elemen lain sehingga dapat dikatakan bahwa di dalam ASI terdapat cukup elemen
untuk pertumbuhan.

Gambar 2.6 Tabel komposisi kolostrum dan ASI (setiap 100 ml). Sumber: Food
and Nutrition Board, National Research Council Washington DC, 1980.

2.3.3. Produksi ASI


Produksi ASI akan meningkat segera setelah lahir sampai usia 4-6 minggu
dan setelah itu produksinya akan menetap. Produksi ASI pada hari perrtama dan
kedua sangat sedikit tetapi akan meningkat menjadi kurang lebih 500 cc pada hari
ke 5, 600-690 cc pada minggu kedua dan kurang lebih 750 cc pada bulan ke 3
sampai ke 5. Produksi ASI ini akan menyesuaikan kebutuhan bayi (on demand).
Jika saat itu bayi akan mendapat tambahan makanan dari luar (susu formula),
maka kebutuhan bayi akan ASI berkurang dan berakibat produksi ASI akan turun.
Produksi ASI 750-1000 ml/hari menghasilkan energi 510-615 kkal/hari, energi
yang diperlukan bayi dengan berat badan 5-6 kg.
Rerata Volume ASI pada ibu yang menyusui bayi usia 1-6 bulan secara
eksklusif dan on demand mendapat hasil sebagai berikut:
a. bayi menyusu 10-12 kali dalam sehari
b. rata-rata produksi ASI sebanyak 800 ml/hari

14
c. produksi ASI setiap kali menyusui adalah 90 ml/kali, yang dihasilkan 2
payudara
d. pada umumnya bayi akan menyusu pada payudara pertama sebanyak 75
ml dan dilanjutkan 50 ml pada payudara kedua
e. menyusui malam hari.
Selama 3 bulan pertama, bayi yang mendapat ASI eksklusif akan kembali
ke berat badan lahir paling tidak pada usia 2 minggu, dan tumbuh sesuai atau
bahkan diatas grafik sampai usia 3 bulan. Penurunan berat badan pada bayi
selama 2 minggu pertama kehidupan tidak boleh melebihi 10% (Sjarif, et al.,
2011).

2.3.4. Manfaat Pemberian ASI


Menurut Roesli (2004) manfaat ASI bagi bayi yaitu:
1. ASI sebagai nutrisi
Dengan tatalaksana menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal
akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6
bulan.
2. ASI meningkatkan daya tahan tubuh
Bayi yang mendapat ASI eksklusif akan lebih sehat dan lebih jarang sakit,
karena ASI mengandung berbagai zat kekebalan.
3. ASI menjaga kesehatan saluran cerna
ASI memiliki berbagai kandungan yang dapa menjaga kesehatan saluran
cerna. Kesehatan saluran cerna yang optimal sangat diperlukan untuk
pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan seorang anak. Perannya
sebagai barier pada saluran cerna dan sistem pertahanan mukosa, dapat
membuat seorang anak menjadi tolerans.
4. ASI meningkatkan kecerdasan
ASI mengandung nutrien khusus yaitu taurin, laktosa dan asam lemak
ikatan panjang (DHA, AHA, omega-3, omega-6) yang diperlukan otak
bayi agar tumbuh optimal. Nutrien tersebut tidak ada atau sedikit sekali

15
terdapat pada susu sapi. Oleh karena itu, pertumbuhan otak bayi yang
diberi ASI eksklusif selama 6 bulan akan optimal.
5. Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang.
Perasaan terlindung dan disayangi pada saat bayi disusui menjadi dasar
perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri
dan dasar spiritual yang baik.
6. Manfaat lain pemberian ASI bagi bayi yaitu sebagai berikut:
a. Melindungi anak dari serangan alergi.
b. Meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian bicara.
c. Membantu pembentukan rahang yang bagus.
d. Mengurangi risiko terkena penyakit diabetes, kanker pada anak, dan
diduga mengurangi kemungkinan menderita penyakit jantung.
e. Menunjang perkembangan motorik bayi.
Menurut Roesli (2004) menyusui juga memberikan manfaat pada
ibu, yaitu:
1. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan (post partum)
Menyusui bayi setelah melahirkan akan menurunkan resiko
perdarahan post partum, karena pada ibu menyusui peningkatan kadar
oksitosin menyababkan vasokontriksi pembuluh darah sehingga
perdarahan akan lebih cepat berhenti. Hal ini menurunkan angka
kematian ibu melahirkan.
2. Mengurangi terjadinya anemia
Mengurangi kemungkinan terjadinya kekurangan darah atau anemia
karena kekurangan zat besi. Karena menyusui mengurangi
perdarahan.
3. Menjarangkan kehamilan
Selama ibu memberi ASI eksklusif dan belum haid, 98% tidak hamil
pada 6 bulan pertama setelah melahirkan dan 96% tidak hamil sampai
bayi berusia 12 bulan.
4. Mengecilkan rahim

16
Kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat akan sangat membantu
rahim kembali ke ukuran sebelum hamil.
5. Ibu lebih cepat langsing kembali
Oleh karena menyusui memerlukan energi maka tubuh akan
mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil.
6. Mengurangi kemungkinan menderita kanker
Pada umumnya bila wanita dapat menyusui sampai bayi berumur 2
tahun atau lebih, diduga akan menurunkan angka kejadian carcinoma
mammae sampai sekitar 25%, dan carcinoma ovarium sampai 20-
25%.
7. Lebih ekonomis/murah
Dengan memberi ASI berarti menghemat pengeluaran untuk susu
formula dan perlengkapan menyusui. Selain itu, pemberian ASI juga
menghemat pengeluaran untuk berobat bayi karena bayi jarang sakit.
8. Tidak merepotkan dan hemat waktu
ASI dapat segera diberikan tanpa harus menyiapkan atau memasak air,
tanpa harus mencuci botol, dan tanpa menunggu agar suhunya sesuai.
9. Memberi kepuasan bagi ibu
Saat menyusui, tubuh ibu melepaskan hormon-hormon seperti
oksitosin dan prolaktin yang disinyalir memberikan perasaan
rileks/santai dan membuat ibu merasa lebih merawat bayinya.
10. Portabel dan praktis
Air susu ibu dapat diberikan di mana saja dan kapan saja dalam
keadaan siap minum, serta dalam suhu yang selalu tepat.
11. Ibu yang menyusui memiliki resiko yang lebih rendah untuk terkena
banyak penyakit, yaitu endometriosis, carcinoma endometrium, dan
osteoporosis.

17
2.3.5. Tanda Kecukupan ASI
Untuk mencegah malnutrisi pada bayi, terdapat tanda untuk mengetahui
kecukupan ASI terutama pada bulan pertama. Tanda bahwa bayi mendapat cukup
ASI adalah (IDAI, 2011) :
1. Produksi ASI akan berlimpah pada hari ke-2 sampai ke4 setelah melahirkan,
Nampak dengan payudara bertambah besar, berat, lebih hangat dan seringkali
ASI menetes dengan spontan.
2. Bayi menyusu 8-12 kali sehari, dengan perlekatan yang benar pada setiap
payudara dan mengisap secara teratur selama minimal 10 enit pada setiap
payudara.
3. Bayi akan tampak puas setelah menyusu dan seringkali tertidur saat menyusu,
terutama pada payudara kedua.
4. Frekuensi buang air kecil (BAK) bayi > 6kali sehari dengan urine berwarna
jernih. Butiran halus kemerahan pada urine merupakan salah satu tanda ASI
kurang.
5. Frekuensi buang air besar (BAB) > 4 kali sehari dengan volume paling tidak 1
sendok makan, tidak hanya noda membekas pada popok bayi .
6. Feses berwarna kekuningan dengan butiran-butiran berwarna putih susu (seedy
milk) setelah bayi berumur 4-5 hari. Apabila setelah bayi berumur 5 hari feses
masih berupa mekoneum (berwarna hitam) atau transisi antara hijau kecoklatan
menandakan bayi kurang mendapat ASI.
7. Puting payudara akan terasa sakit pada hari-hari pertama menyusui.
8. Berat badan bayi tidak turun lebih dari 10% dibanding berat lahir.
9. Berat badan bayi kembali seperti berat lahir pada usia 10-14 hari setelah lahir
(Sjarif, et al., 2011).

2.3.6. Keberhasilan Menyusui


Keberhasilan menyusui buikan sesuatu yang datang dengan sendirinya
tetapi merupakan ketrampilan yang perlu diajarkan. Agar ibu berhasil menyusui
perlu dilakukan berbagai kegiatab saat antenatal, intranatal dan post natal.
2.3.6.1. Masa Antenatal

18
Selama antenatal ibu dipersiapkan fisik dan psikologik. Untuk persiapan fisik, ibu
perlu diberi penyuluhan dan kesehatan gizi ibu selama hamil. Untuk persiapan
psikologis, ibu diberi penyuluhan agar termotivasi untuk memberikan ASI karena
keinginan untuk memberi ASI adalah faktor yang sangat penting untuk
keberhasilan menyusui.
Adapun penyuluhan yang dianjurkan adalah:
1. Penyuluhan mengenai fisiologi laktasi
2. Penyuluhan tentang perlunya inisiasi menyusui dini
3. Penyuluhan ibu mengenai manfaat ASI dan kerugian susu formula
4. Penyuluhan ibu mengenai manfaat rawat gabung
5. Penyuluhan ibu mengenai gizi ibu hamil dan menyusui
6. Bimbingan ibu mulai cara memposisikan dan melekatkan bayi pada
payudara dengan cara demonstrasi menggunakan boneka
7. Menjelaskan mitos seputar menyusui
8. Menjelaskan cara perawatan payudara pada ibu hamil
Perawatan Payudara
Perawatan payudara adalah perawatan yang dilakukan semasa ibu hamil
usia 6-9 bulan. Perawatan payudara merupakan suatu tindakan untuk merawat
payudara terutama pada masa kehamilan dan menyusui untuk memperlancar
pengeluaran ASI. Selama kehamilan payudara harus dipersiapkan untuk fungsi
uniknya dalam menghasilkan ASI bagi bayi neonatus segera setelah lahir.
Tujuan perawatan payudara ini untuk memelihara kebersihan payudara
agar terhindar dari infeksi, melenturkan dan menguatkan puting susu sehingga
puting tidak mudah lecet dan bayi mudah menyusu, mengeluarkan puting susu
yang masuk kedalam atau datar dan mempersiapkan produksi ASI.
Prinsip perawatan payudara yang harus diperhatikan meliputi Dikerjakan
dengan sistematis dan teratur, menjaga kebersihan sehari-hari, nutrisi harus lebih
baik dari sebelum hamil, memakai bra yang bersih dan menopang payudara, dan
dilakukan setelah usia kehamilan lebih dari 6 bulan.
Beberapa keadaan yang berkaitan dengan teknik dan waktu perawatan
payudara, yaitu:

19
 Pada ibu dengan puting susu yang sudah menonjol dan tanpa riwayat abortus,
perawatannya dapat dimulai pada usia kehamilan 6 bulan keatas,
 Ibu dengan puting susu yang sudah menonjol dengan riwayat abortus,
perawatannya dapat dimulai pada usia kehamilan diatas 8 bulan,
 Pada puting susu yang mendatar atau masuk kedalam, perawatannya harus
dilakukan lebih dini, yaitu usia kehamilan 3 bulan, kecuali bila ada riwayat
abortus dilakukan setelah usia kehamilan setelah 6 bulan.

2.3.6.2. Masa persalinan


1. Berusaha menolong persalinan tanpa trauma lahir
2. Segera setelah bayi stabil (dalam waktu <30 detik) lakukan inisiasi menyusui
dini. Bayi diletakkan dalam keadaan telanjang di atas perut ibu (apabila lahir
pervaginam) atau di atas dada ibunya (apabila lahir secara seksio sesarea)
untuk mencari puting susu dan menghisapmnya (diperlukan waktu 45-75
menit). Penelitian membuktikan bahwa bila bayi disusukan pada jam pertama,
kematian neonatal dapat dikurangi sebanyak 16%. Menurut penelitian ini,
inisiasi dini pemberian ASI dapat mencegah kematian neonatal melalui 4 cara
yaitu:
a. Penghisapan segera bayi baru lahir dapat membantu mempercepat
pengeluaran ASI dan memastikan kelangsungan pengeluaran ASI,
b. Menyusu sedini mungkin dapat mencegah paparan terhadap substansi/zat
dari makanan/ minuman yang dapat mengganggu fungsi normal saluran
pencernaan,
c. Komponen dari ASI awal (kolostrum) dapat memicu memicu pematangan
saluran cerna dan memberi perlindungan terhadap infeksi karna kaya akan
zat kekebalan
d. Kehangatan tubuh ibu sat proses menyusui dapat mencegah kematian bayi
akibat kedinginan (terutama dengan bayi berat lahir rendah).
e. Kontak dini meningkatkan bonding antara keduanya
3. Tatalaksana inisiasi menyusui dini

20
a. Bayi baru lahir yang diputuskan tidak memerlukan resusitasi segera
diletakkan di atas perut ibunya dan dikeringkan mulai dari muika, kepala
serta bagian tubuh lainnya kecuali kedua tangannya. Bau cairan amnion
pada tangan bayi akan membantunya mencari puting ibu yang mempunyai
bau yang sama. Maka agar baunya tetap ada, dad ibu juga tidak boleh
dibersihkan. Mengeringkan bayi tidak perlu sampai menghilangkan verniks
karena verniks dapat berfungsi sebagai penahan panas pada bayi.
b. Setelah 2 menit tali pusat dipotong dan diikat, kemudian bayi
ditengkurapkan di atas perut ibunya dengan kepala bayi menghadap ke
kepala ibunya.
c. Kalau ruang bersalin dingin, kepala bayi diberi topi dan diberikan selimut
yang akan menyelimuti bayi dan ibunya
d. Setelah 12-44 menit bayi akan mulai bergerak dengan menendang,
menggerakkan kaki, bahu dan lengannya. Stimulasi ini akan membantu
uterus berkontraksi. Meskipun kemampuan melihatnya terbatas, bayi dapat
melihat areola mamae yang memang warnanya lebih gelap dan menuju
kesana. Bayi akan membentur-benturkan kepalanya ke dada ibu. Ini
merupakan stimulasi yang menyerupai massage untuk payudara ibu
e. Bayi kemudian mencapai puting dengan mengandalakn indra
penciumannnya dan dipandu oleh bau pada kedua tangannya. Bayi
kemudian akan mengangkat kepala, mulai mengulum puting dan mulai
menyusu. Hal tersebut dapat tercapai antara 27-71 menit
f. Menyusu pertama berlangsung sekitar 15 menit dan setelah selesai selama
2-2,5 jam berikutnya tidak ada keinginan untuk menghisap. Selama
menyusui bayi akan mengkoordinasikan isapan, menelan dan bernapas.
Pada saat itu kadang sudah terdapat kolostrum jadi proses menyusu jangan
diinterupsi
g. Setelah usai penyusuan dini dilanjutkan tindakan asuhan perawatan seperti
menimbang, pemeriksaan antopometri, menyuntikkan vitamin k dan
mengoleskan salep pada mata

21
h. Bayi tetap berada dalam jangkauan ibunya agar dapat disusukan sesuai
sesuai keinginan bayi/ibu.

2.3.6.3. Masa pasca persalinan


1) Merawat ibu bersama bayinya (rawat gabung)
Rawat gabung adalah suatu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru
dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam sebuah ruang
selama 24 jam penuh. Sebuah penelitian membuktikan bahwa bila bayi tidur
bersama ibunya maka ibu akan memberikan ASInya 3 kali lebih lama pada waktu
malam, 2 kali lebih sering dan 39% menyusui lebih lama dibanding apabila bayi
dipisahkan. Keuntungan rawat gabung antara lain :
- aspek psikologis
antara ibu dan bayi akan terjalin proses lekat (bonding). Hal ini sangat
mempengaruhi perkembangan psikologis bayi selanjutnya. Kehangatan tubuh
ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak diperlukan oleh bayi. Rasa aman,
terlindung dan percaya pada orang lain merupakan dasar terbentuknya rasa
percaya diri pada bayi. Ibu akan merasa bangga karena dapat memberikan yang
terbaik bagi bayinya,
- aspek fisik
ibu dengan mudah menyusui kapan saja ketika bayi menginginkannya. Dengan
demikian, ASI juga dapat cepat keluar,
- aspek fisiologis
bayi dapat disusui dengan frekuensi lebih sering dan menimbulkan refleks
prolaktin yang memacu proses produksi ASI dan refleks oksitosin yang
membantu pengeluaran ASI dan mempercepat involusi ASI. Pemberian ASI
eksklusif dapat juga diberikan sebagai metode keluarga berencana (metode
amenore laktasi) asal memenuhi syarat yaitu uia bayi belum 6 bulan, ibu belum
haid lagi, dan bayi dapat diberikan ASI eksklusif,
- aspek edukatif
pada ibu primipara, akan mempunyai pengalaman menyusui dan merawat
bayinya. Juga memberi kesempatan bagi perawat untuk tugas penyuluhan

22
antara lain posisi dan perlekatan bayi untuk menyusui dan tanda-tanda bahaya
pada ibu. Ibu juga dapat segera dapat mengenali perubahan fisik atau perilaku
bayi dan menanyakan pada petugas hal-hal yang dianggap tidak wajar. Sarana
ini dapat juga dipakai sebagai sarana pendidikan bagi keluarga.
- aspek medis
bayi tidak terpapar dengan banyak petugas sehingga infeksi nosokomial dapat
dicegah. Disamping itu, kolostrum yang mengandung berbagai zat protektif
akan cepat keluar dan memberikan daya tahan bagi bayi
- aspek ekonomi
pemberian ASI dapat sedini mungkin sehingga anggaran pengeluaran untuk
memberi susu formula dan peralatan untguk nmembuatnya dapat dihemat.
Ruang bayi tidak perlu ada dan ruang dapat dilakukan untuk hal lain. Lama
perawatan juga dapat dikurangi sehingga pergantian pasien dapat lebih cepat.
Tidak semua bayi atau ibu dapat dirawat gabung. Syarat rawat gabung
adalah sebagai berikut:
a. usia kehamilan >34 minggu dan berat lahir >1800 gram; diharapkan refleks
menelan dan menghisapnya sudah baik
b. nilai APGAR pada lima menit ≥ 7
c. tidak ada kelainan kongenital yang memerlukan perawatan khusus
d. tidak ada trauma lahir atau morbiditas lain yang berat
e. bayi yang lahir dengan seksio sesarea yang menggunakan pembiusan umum,
rawat gabung dilakukan setelah ibu dan bayi sadar, misalnya 4-6 jam setelah
operasi selesai. Apabila pembiusan secara spinal, bayi dapat segera
disusukan. Apabila ibu masih mendapat infus, bayi tetap disusukan dengan
bantuan petugas.
f. Ibu dalam keadaan sehat.
Kontraindikasi rawat gabung bagi ibu adalah
a. Ibu dengan kelainan jantung yang ditakutkan menjadi gagal jantung,
b. Ibu dengan preeklamsi berat atau eklamsi,
c. Ibu dengan penyakit akut yang berat,
d. Ibu dengan karsinoma payudara,

23
e. Ibu dengan psikosis.
Kontraindikasi rawat gabung bagi bayi adalah
a. Bayi dengan berat lahir sangat rendah
b. Bayi dengan kelainan konghenital yang berat
c. Bayi yang memerlukan observasi atau terapi khusus (bayi kejang, sakit berat).
Apabila rawat gabung tidak dapat dilaksanakan, maka ASI harus diperah dan
diberikan pada bayi dengan cara lain, misalnya dengan sendok, cangkir, pipet atau
dengan sonde lambung sesuai kemampuan bayi.
2) Mengajarkan ibu persiapan dan cara menyusui
Seringkali kali kegagalan menyusui disebabkan karena kesalahan
memposisikan dan melekatkan bayi. Puting ibu jadi lecet, membuat ibu segan
menyusui sehingga produksi ASI berkurang dan bayi jadi malas menyusu. Untuk
itu perlu persiapan sebelum menyusui, berikut persiapan menyusui yang perlu
diperhatiakan :
a) Massage Payudara
Massage payudara ini dilakukan dengan tujuan untuk membentuk otot-otot
serta kelenjar payudara penghasil ASI supaya bekerja optimal. Caranya adalah
dengan memijit payudara secara ringan dengan menggunakan dua sisi tangan
yang dikepalkan dengan arah mendekati putting, seperti ditekan-tekan. Kemudian
kedua tangan dikepalkan, tangan kiri menekan kearah atas menuju puting dan
tangan kanan kea rah bawah dengan posisi di bagian atas payudara, ditekankan
menuju puting. Gerakan memijat tangan kanan dan kiri dilakukan secara bersama.
Massage dilakukan pada payudara kanan dan kiri secara bergantian.

24
b) Membersihkan Puting Payudara
Pada puting payudara terdapat lubang kelenjar tempat keluarnya air susu. Jika
tidak sering dibersihkan, maka akan terdapat kerak atau kotoran di permukaan
puting yang dapat menghambat keluarnya air susu. Selain itu kerak-kerak tersebut
juga dapat menimbulkan luka pada puting ketika dihisap bayi, jika tidak sering
dibersihkan selagi masih hamil. Cara membersihkannya adalah menggunakan
kapas yang diolesi atau dicelupkan paa baby oil. Kemuddian secara halus, oleskan
di permukaan puting, diamkan beberapa saat. Setelah kotoran mulai melunak dan
mudah dimabil, angkat kotoran dengan kapas lain yang sudah direndam di dalam
air hangat. Setelah puting payudara bersih, bilas atau cuci dengan air hangat.
Tidak perlu menggunakan sabun.
c) Kenakan BH yang nyaman dan menopang payudara dengan baik
d) Jangan membersihkan puting dan payudara dengan sabun atau alkohol
karena akan membuat puting dan payudara menjadi kering dan mudah
luka
 Rawatlah puting setiap hari dengan air hangat saja dan tidak menggunakan
vaseline atau bahan lain yang mengandung zat berbahaya
 Wilayah aerola cukup dibersihkan dengan ASI. Sebelum menyusui, jangan
bersihkan aerola (daerah gelap sekitar puting) dengan air. Gunakan ASI,
karena sudah mengandung antibodi.
Adapun langkah menyusui yang benar adalah sebagai berikut:
a. cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir,
b. perah sedikit ASI dan oleskan ke puting dan areola sekitarnya (sebagai
desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu),
c. ibu duduk dengan santai, kaki tidak boleh menggantung
d. posisikan bayi dengan benar
- bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakkan dekat
lengkungan siku ibu, bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu,
- perut bayi menempel ke tubuh ibu
- mulut bayi berada di depan puting ibu

25
- lengan yang di bawah merangkul tubuh ibu, jangan berada diantara
tubuh ibu dan bayi. Tangan yang di atas boleh dipegang ibu atau
diletakkan di atas dada ibu,
- telinga dan lengan yang di atas berada dalam satu garis lurus
e. bibr bayi dirangsang dengan puting ibu dan akan membuka lebar,
kemudian dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dan puting
serta areola dimasukkan ke dalam mulut bayi,
f. cek apakah perlekatan sudah benar
- dagu menempel ke payudara ibu
- mulut terbuka lebar
- sebagian besar aerola terutama yang berada di bawah masuk ke dalam
mulut bayi
- bibir layi terlipat keluar
- pipi bayi tidak boleh kempot (karena tidak menghisap, tapi memerah
ASI)
- tidak boleh terdengar bunyi decak, hanya boleh terdengar bunyi
menelan
- ibu tidak kesakitan
- bayi tenang

Gambar 5.1 Posisi dan perlekatan bayi yang benar

26
3) Pemberian ASI ad libitum
Pemberian ASI pada jadwal. Pada hari pertama ASI belum banyak sehingga
bayi akan sering meminta menyusu. Apabila ASI sudah banyak bayi akan
mengatur sendiri kapan ia ingin menyusu.
4) Mengososngkan payudara
Pada hari-hari pertama menyusu dari satu payudara antara 5-10 menit dan
boleh dari kedua payudara karena ASI belum banyak. Setelah ASI banyak bayi
perlu mengosongkan salah satu payudara baru menyusu pada payudara yang
lainnya. Untuk penyusuan berikut mulai dari payudara yang belum kosong.
Pengosongan payudara setiap kali menyusu mempunyai 3 keuntungan yaitu
merupakan umpan balik untuk merangsang pembentukan ASI kembali, mencegah
terjadinya bendungan ASI dan komplikasinya, bayi mendapat komponen ASI
yang lengkap (foremilk dan hindmilk).

5) Tidak memberikan minuman lain sebelum ASI keluar


Bayi sehat cukup bulan mempunyai cadangan cairan dan energi yang dapat
mempertahankan metabolismenya selama 72 jam, dengan hisapan bayi yang
terus-menerus maka kolostrum akan cepat keluar. Pemberian minuman lain
sebelum ASI keluar akan mengurangi keinginann bayi untuk menghisap, dengan
akibat pengeluaran ASI akan tertunda.
6) Mengajarkan ibu cara memerah ASI
Untuk bayi-bayi yang belum bisa menghisap (BKB/bayi sakit), ibu perlu
diajarkan cara memerah ASI. Memerah ASI sudah dimulai 6 jam setelah
melahirkan dan dilakukan paling kurang 5 kali dalam 24 jam. Cara memerah ASI:
- cuci tangan yang bersih
- siapkan wadah yang bermulut lebar yang mempunyai tutup dan telah direbus
- bentuk jari telunjuk dan ibu jari seperti huruf C dan letakkan di atas areola
mamae. Tekan jari telunjuk dan ibu jari ke arah dada ibu kemudian perah
dan lepas. Gerakan perlahan dan lepas dilakukan berulang.
7) Mengajarkan ibu cara menyimpan ASI perah
- ASI perah dapat disimpan dalam suhu ruangan selama 6-8 jam

27
- Di dalam lemari es pendingin (4ºC) tahan 3x24 jam
- Di dalam freezer kulkas 1 pintu tahan 2 minggu
- Di dalam freezer kulkas 1 pintu tahan 2-3 bulan
- Di dalam deep freezer (-18 ºC) tahan 6 bulan.
8) Mengajarkan ibu cara memberikan ASI perah
- ASI yang sudah disimpan di dalam lemari pendingin, sebelum diberikan
kepada bayi perlu dihangatkan dengan merendamnya di dalam air panas,
- ASI yang sudah dihangatkan bila bersisa tidak boleh dikembalikan ke dalam
lemari es, oleh karena itu hangatkanlah ASI secukupnya sebanyak yang kira-
kira bisa dihabiskan oleh bayi dalam sekali minum,
- ASI yang disimpan di lemari pembeku perlu dipindahkan ke lemari
pendingin untuk mencairkannnya sebelum dihangatkan
- ASI perah sebaiknya tidak diberikan dengan botol karena akan mengganggu
penyusuan langsung dari payudara, berikanlah dengan menggunakan sendok
atau cangkir. Menghisap dari botol berbeda dengan menyusu dari ibu.
9) Memberikan susu formula hanya bila ada indikasi medis
Perlu ditentukan apakah bayi memang memerlukan susu formula, antara lain ibu
dengan HIV atau tambahan untuk bayi yang lahir sangat prematur setelah bayi
berusia 3-4 minggu (bayi memerlukan ASI prematur padahal ASI telah berubah
menjadi ASI matur).

2.3.7. Kontraindikasi Pemberian ASI


Ada beberapa kontraindikasi pemberian ASI yaitu:
1. Bayi yang menderita galaktosemia. Dalam hal ini bayi tidak mempunyai
enzim galaktase, sehingga galaktosa tidak dapat dipecah. Bayi juga tidak
boleh minum susu formula.
2. Ibu dengan HIV yang dapat memberikan susu formula yang memenuhi syarat
AFASS
3. Ibu dengan penyakit jantung yang apabila menyusui dapat terjadi gagal
jantung
4. Ibu yang memerlukan terapi obat-obatan tertentu misalnya kemoterapi

28
5. Ibu yang memerlukan pemeriksaan dengan obat-obat radioaktif perlu
menghentikan ASI kepada bayinya selama 5x waktu paruh obat. Setelah itu
bayi boleh menetek lagi. Sementara itu ASI tetap diperah dan dibuang agar
tidak mengurangi produksi (Kosim, et al., 2008)

2.3.8. Pemberian Asi Pada Keadaan Khusus


1) Pemberian ASI pada BKB
Bagi BKB ASI adalah makanan terbaik. Komposisi ASI yang dihasilkan oleh ibu
yang melahirkan prematur (ASI prematur) berbeda dengan komposisi ASI ibu
yang melahirkan cukup bulan (ASI matur). Komposisi ASI prematur ini hanya
berlangsung beberapa minggu dan akan berubah menjadi seperti ASI matur.
Untuk bayi dengan masa gestasi >34 minggu dapat disusukan langsung kepada
ibunya karena refleks menghisap dan menelannya sudah cukup baik. Komposisi
ASI yang prematur akan berubah menjadi ASI matur dalam waktu 3-4 minggu,
namun pada saat itu masa gestasi bayi sudah cukup bulan sehingga komposisi ASI
sesuai dengan kebutuhannya. Untuk bayi pada usia kronologis 4 minggu dengan
masa gestasi belum 37 minggu selain ASI perlu ditambahkan dengan Human
Milk Fortifier atau susu formula untuk BKB. Untuk bayi dengan masa gestasi
>32-34 minggu refleks menelan sudah cukup baik tetapi refleks hisapnya belum.
ASI perlu diperah dan diberikan dengan sendok/ cangkir/ pipet. Untuk bayi
dengan masa gestasi <32 minggu ASI perah diberikan dengan sonde lambung
karena refleks hisap dan menelan belum baik (Kosiem M & Yunanto, 2008).
Telah dibuktikan bahwa komposisi ASI yang melahirkan cukup bulan
berbeda dengan komposisi ASI dengan melahirkan cukup bulan. Kadar proteinnya
lebih tinggi dan disesuaikan dengan kebutuhan bayi prematur untuk mengejar
ketertinggalannya (Markum, 2002). Selain itu ASI bayi prematur mengandung
lebih banyak sistein, taurin, lipase yang meningkatkan absorpsi lemak, asam
lemak tak jenuh rantai panjang, nukleotida dan gangliosida. Kandungan gizi ASI
bayi prematur lebih tinggi dibandingkan dengan bayi matur (cukup bulan)
sehingga pertumbuhan bayi prematur awalnya seringkali cukup baik. (Sjarif, et

29
al., 2011). Berikut komposisi ASI dari ibu yang melahirkan cukup bulan (ASI
matur) dibandingkan dengan ASI yang melahirkan kurang bulan (ASI prematur).

Kandungan ASI matur ASI prematur


nutrisi 1 minggu 4 minggu
Energi (kkal) 700 670 700
Protein (g) 13 24 18
Karbohidrat 70 61 70
Lemak (g) 42 38 40
Natrium (mmol) 6,5 22 13
Kalium (mmol) 15 18 16
Kalsium (mmol) 8,7 6,2 5,4
Fosfor (mmol) 4,8 4,6 4,6

2) Ibu dengan TBC paru


Kuman TBC tidak melalui ASI sehingga bayi boleh menyusu ke ibu. Ibu perlu
diobati secara adekuat dan diajarkan pencegahan penularan ke bayi dengan
menggunakan masker. Bayi tidak langsung diberi BCG oleh karena proteksinya
tidak langsung terbentuk. Walaupun sebagian obat antiTBC melalui ASI,
kadarnya tidak cukup sehingga bayi tetap diberikan profilaksis dengan INH dosis
penuh. Pengobatan TBC pada ibu memerlukan waktu paling kurang 6 bulan.
Setelah pengobatan 3 bulan secara adekuat, biasanya ibu sudah tidak menularkan
lagi, dan pada bayi dilakukan uji mantoux. Bila hasilnya negatif, terapi INH
dihentikan. Dua hari kemudian bayi diberikan vaksinasi BCG agar kadar INH
dalam darah sudah sangat rendah sehingga BCG bisa “jadi” (Kosiem M &
Yunanto, 2008). Tabel di bawah ini berisi tatalaksana menyusui pada ibu dengan
tuberkulosis.
TB aktif yang didiagnosis sebelum TB aktif yang didiagnosis setelah
persalinan persalinan
> 2 bulan sebelum < 2 bulan < 2 bulan sesudah > 2 bulan sesudah
sebelum
BTA BTA positif - - -

30
negatif
 Berikan  Berikan  Berikan  Berikan OAT  Berikan OAT
OAT pada OAT pada OAT pada pada ibu pada ibu
ibu ibu ibu  Berikan ASI  Berikan ASI
 Berikan  Berikan  Berikan  Berikan  Berikan
ASI ASI ASI profilaksis profilaksis
 Tidak  Berikan  Berikan dengan INH dengan INH
perlu profilaksis profilaksis selama 6 bulan selama 6 bulan
profilaksis dengan dengan  Iminisasi BCG  Bila BCG belum
pada bayi INH INH setelah selesai diberikan saat
 Imunisasi selama 6 selama 6 profilaksis lahir, imunisasi
BCG saat bulan bulan BCG setelah
lahir  Imunisasi  Imunisasi selesai
BCG BCG profilaksis
setelah setelah
selesai selesai
profilaksis profilaksis

3) Ibu dengan hepatitis B


Transmisi virus Hepaitis B sekitar 50% apabila ibu tertular secara akut sebelum,
selama, atau segera setelah kehamilan. Biasanya terjadi transmisi selama masa
persalinan. HbsAg ditemukan di dalam ASI, tetapi dokumantasi mengenai
transmisi melalui ASI tidak banyak. Ibu dengan HbsAg (+) boleh menyusui
asalkan bayinya telah diberikan vaksin hepatits B pertama dengan dosis 0,5 ml
sebelum 12 jam setelah lahir dan dengan imunoglobulin spesifik HbIg (Hepatitis
B imunoglobulin) 0,5 ml.
4) Ibu dengan HIV
Virus HIV memang ditemukan di dalam ASI, namun transimisi virus HIV dari ibu
ke bayinya sebesar 35%. Dua puluh persen waktu antenatal dan intra natal,
sedangkan lima belas persen melalui ASI. Saat ini telah ditemukan obat
antiretroviral dan persalinan melalui seksio sesarea sehingga penularan ante dan
intranatal dapat ditekan menjadi 4% tetapi transmisi melalui ASI tidak dapat
ditekan. Dengan demikian pemberian ASI dari ibu dengan HIV dilarang dan bayi
diberi susu formula. Pemberian susu formula ini harus memenuhi syarat AFASS
(Acceptable, Feasable, Affordable, Sustainable, Save). Namaun daerah yang

31
miskin susu formula tidak dapat memenuhi syarat AFASS tersebut, untuk itu ada
kebijaksanaan bahwa ibu dapat memberikan ASI tetapi dengan syarat:
a. ASI harus diperah, tidak boleh menyusu langsung, karena bila menyusu
langsung ada saja luka pada putingyang menyebabkan penularan lebih
besar
b. ASI diberikan secara eksklusif tidak boleh ditambah dengan susu formula,
karena susu formula menyebabkan perdarahan kecil pada usus bayi dan
virus dalam ASI akan lebih mudah diserap
c. ASI perah kalau bisa dipasteurisasi, tetapi hal ini sukar dilakukan karena
tidak tersedianya alat. Sebuah penelitian di Afrika Selatan membuktikan
bahwa apabila ASI perah dimasukkan ke dalam air yang baru saja
mendidih (sudah tidak ada gelembung) selama 15 menit, virus AIDS
sudah mati
d. ASI eksklusif dianjurkan selama 3-6 bulan saja kemudian pemberian ASI
dihentikan.
5) Ibu dengan CMV
Ibu dengan seropositif CMV boleh memberikan ASI pada BCB. Pada BKB,
kurang dari 1500 gram, perlu dipertimbangkan manfaat ASI dengan resiko terjadi
transmisi CMV. Dengan cara membekukan dan atau pasteurisasi dapat sangat
menurunkan kandungan virus CMV dalam ASI.
6) Ibu dengan varisela/ herpes zoster
Kalau ibu terlihat lesi antara 5 hari sebelum dan 5 hari setelah lahir, pisahkan bayi
dari ibunya sampai ibu tidak infeksius lagi. Bayi boleh diberi ASI perah apabila
tidak ada lesi pada payudara. Setelah tidak infekius, bayi dapat menetek langsung.
7) Ibu dengan toksoplasmosis
Transmisi toksoplasmosis selama menyusui belum pernah dilaporkan. ASI
mungkin mengandung antibiotik terhadap toxoplasma gondii. Mengingat
ringannya infeksi pasca natal dan adanya antibodi di dalam ASI, tidak ada alasan
untuk tidak memberikan ASI dari ibu yang terinfeksi toksoplasmosis.
8) Ibu dengan infeksi lain

32
Bila tidak ada kontraindikasi menyusu, ibu yang demam boleh
memberikan ASI. Tidak alasan untuk ibu yang sakit infeksi untuk menghentikan
pemberian ASI karena bayi sudah terpapar penyakit tersebut sejak masa inkubasi.
Disamping itu, ibu membentuk antibodi terhadap penyakit yang dideritanya yang
akan disalurkan melalui ASI kepada bayinya. Tentu ibu dianjurkan melaksanakan
hal-hal untuk mencegah penularan misalnya menggunakan masker atau
memberikan ASI perah. Mungkin ibu memerlukan bantuan orang lain untuk
merawat bayinya (Kosiem M & Yunanto, 2008).
9) ASI ekslusif pada ibu yang bekerja
Bagi ibu yang bekerja menyusui tidak perlu dihentikan. Ibu bekerja tetap
harus memberi ASI kepada bayinya karena banyak keuntungannya. Jika
memungkinkan bayi dapat dibawa ke tempat ibu bekerja. Namun hal ini akan
sulit dilaksanakan apabila di tempat bekerja atau di sekitar tempat bekerja tidak
tersedia sarana penitipan bayi atau pojok laktasi. Bila tempat bekerja dekat dengan
rumah, ibu dapat pulang untuk menyusui bayinya pada waktu istirahat atau minta
bantuan seseorang untuk membawa bayinya ketempat bekerja.Walaupun ibu
bekerja dantempat bekerja jauh dari rumah, ibu tetap dapat memberikan ASI
kepada bayinya. ASI dapat diberikan secara eksklusif dan sesering mungkin
selama ibu cuti melahirkan. Ibu tidak disarankan untuk memberikan makanan lain
sebelum bayi benar benar sudah membutuhkannya, tidak disarankan
jugamemberikan ASI melalui botol, melainkan melalui cangkir atau sendok yang
mulai dilatih 1 minggu sebelum ibu mulai bekerja.
Ibu sudah harus belajar cara memerah ASI segera setelah bayi lahir. Sebelum
pergi bekerja ASI dikeluarkan dan dititipkan pada pengasuh bayi untuk diberikan
kepada bayi. Sediakan waktu yang cukup dan suasana yang tenang agar ibu dapat
dengan santai mengeluarkan ASI. ASI dikeluarkan sebanyak mungkin
danditampung di cangkir atau gelas yang bersih. Walaupun jumlah ASI hanya
sedikit tetap sangat berguna bagi bayi.Tinggalkan sekitar ½ cangkirpenuh (100
ml) untuk sekali minum bayi saat ibu keluar rumah.Tutup cangkir yang berisi ASI
dengan kain bersih, simpan di tempat yang paling sejuk di rumah, di lemari es,
atau di tempat yang aman, agak gelap dan bersih. ASI jangan dimasak atau

33
dipanaskan, karena panas akan merusak bahan-bahan anti infeksi yang terkandung
dalam ASI. Setelah ASI diperah bayi tetap disusui untuk mendapatkan ASI akhir
(hindmilk), karena pengisapan oleh bayi akan lebih baik dari pada pengeluaran
ASI dengan cara diperah. Di tempat bekerja, ibu dapat memerah ASI 2-3 kali
(setiap 3 jam). Pengeluaran ASI dapat membuat ibu merasa nyaman dan
mengurangi ASI menetes. Simpan ASI di lemari es dan dibawa pulang dengan
termose saat ibu selesai bekerja. Kegiatan menyusui dapat dilanjutkan pada
malam hari, pagi hari sebelum berangkat, dan waktu luangibu. Keadaan ini akan
membantu produksi ASI tetap tinggi.
ASI dapat disimpan di dalam ruangan dengan suhu 27-32 °C. Kolostrum
dapat disimpanselama 12 jam, sedangkan ASI pada suhu 19-25 °C dapat tahan
selama 4-8 jam. Bila ASI disimpan di dalam lemari es pada suhu 0-4 °C akan
tahan selama 1-2 hari. Penyimpanan di dalam lemari pembeku (freezer) di dalam
lemaries 1 pintu ASI tahan selama 2 bulan, sedangkan dalam freezer di lemaries 2
pintu (pintu freezer terpisah) tahan selama 3-4 bulan. Tempat menyimpan ASI
sebaiknya dari plastic polietylen, atau gelas kaca.
10) Putting susu datar/tertarik kedalam (Inverted Nipple)
Dengan pengurutan putting susu, posisi putting susu ini akan menonjol
keluar seperti keadaan normal. Jika dengan pengurutan posisinya tidak menonjol,
usaha selanjutnya adalah dengan memakai Breast Shield atau dengan pompa
payudara (Breast Pump). Jika dengan cara-cara tersebut diatas tidak berhasil (ini
merupakan True Inverted Nipple) maka usaha koreksi selanjutnya adalah dengan
tindakan pembedahan (operatif).
11) Putting susu lecet (Abraded and or cracked nipple)
Penyebabnya:
- Tehnik menyusui yang kurang tepat.
- Pembengkakan payudara
- Iritasi dari bahan kimia, misalnya sabun
- Moniliasis (infeksi jamur)
Penanganan:
- Posisi bayi sewaktu menyusu harus baik

34
- Hindari pembengkakan payudara dengan lebih seringnya bayi disusui, atau
mengeluarkan air susu dengan urutan (massage)
- Payudara dianginkan di udara terbuka
- Putting susu diolesi dengan lanolin
- Jika penyebabnya monilia, diberi pengobatan dengan tablet Nystatin.
- Untuk mengurangi rasa sakit, diberi pengobatan dengan tablet analgetika
12) Saluran air susu tersumbat (Obstructed Duct)
Penyebab:
1. Air susu mengental hingga menyumbat lumen saluran. Hal ini terjadi sebagai
akibat air susu jarang dikeluarkan.
2. Adanya penekanan saluran air susu dari luar.
Penanganan:
- Payudara dikompres dengan air hangat, setelah itu bayi disusui
- Payudara siurut (massage), setelah itu bayi disusui
- Bayi disusui lebih sering
- Bayi disusui mulai dengan payudara yang salurannya tersumbat (Sibuea, 2003).
13) Hiperbilirubin yang Berhubungan dengan ASI
Keberhasilan proses menyusui ditentukan oleh faktor ibu dan bayi.
Hambatan pada proses menyusui dapat terjadi karena produksi ASI yang tidak
cukup, atau ibu kurang sering memberikan kesempatan pada bayinya untuk
menyusu. Pada beberapa bayi dapat terjadi gangguan menghisap. Hal ini
mengakibatkan proses pengosongan ASI menjadi tidak efektif. ASI yang
tertinggal di dalam payudara ibu akan menimbulkan umpan balik negatif sehingga
produksi ASI menurun. Gangguan menyusui pada ibu dapat terjadi preglandular
(defisiensi serum prolaktin, retensi plasenta), glandular (jaringan kelenjar
mammae yang kurang baik, riwayat keluarga, post mamoplasti reduksi), dan yang
paling sering gangguan postglandular (pengosongan ASI yang tidak efektif).
Hiperbilirubinemia yang berhubungan dengan pemberian ASI dapat
berupa breastfeeding jaundice (BFJ) dan breastmilk jaundice (BMJ). Bayi yang
mendapat ASI eksklusif dapat mengalami hiperbilirubinemia yang dikenal dengan
BFJ. Penyebab BFJ adalah kekurangan asupan ASI. Biasanya timbul pada hari ke-

35
2 atau ke-3 pada waktu ASI belum banyak. Breastfeeding jaundice tidak
memerlukan pengobatan dan tidak perlu diberikan air putih atau air gula. Bayi
sehat cukup bulan mempunyai cadangan cairan dan energi yang dapat
mempertahankan metabolismenya selama 72 jam. Pemberian ASI yang cukup
dapat mengatasi BFJ. Ibu harus memberikan kesempatan lebih pada bayinya
untuk menyusu. Kolostrum akan cepat keluar dengan hisapan bayi yang terus
menerus. ASI akan lebih cepat keluar dengan inisiasi menyusu dini dan rawat
gabung.
Breastmilk jaundice mempunyai karakteristik kadar bilirubin indirek yang
masih meningkat setelah 4-7 hari pertama. Kondisi ini berlangsung lebih lama
daripada hiperbilirubinemia fisiologis dan dapat berlangsung 3-12 minggu tanpa
ditemukan penyebab hiperbilirubinemia lainnya. Penyebab BMJ berhubungan
dengan pemberian ASI dari seorang ibu tertentu dan biasanya akan timbul pada
setiap bayi yang disusukannya. Semua bergantung pada kemampuan bayi tersebut
dalam mengkonjugasi bilirubin indirek (bayi prematur akan lebih berat
ikterusnya). Penyebab BMJ belum jelas, beberapa faktor diduga telah berperan
sebagai penyebab terjadinya BMJ. Breastmilk jaundice diperkirakan timbul akibat
terhambatnya uridine diphosphoglucoronic acid glucoronyl transferase (UDPGA)
oleh hasil metabolisme progesteron yaitu pregnane-3-alpha 20 beta-diol yang ada
dalam ASI ibu-ibu tertentu. Pendapat lain menyatakan hambatan terhadap fungsi
glukoronid transferase di hati oleh peningkatan konsentrasi asam lemak bebas
yang tidak di esterifikasi dapat juga menimbulkan BMJ. Faktor terakhir yang
diduga sebagai penyebab BMJ adalah peningkatan sirkulasi enterohepatik.
Kondisi ini terjadi akibat (1) peningkatan aktifitas beta-glukoronidase dalam ASI
dan juga pada usus bayi yang mendapat ASI, (2) terlambatnya pembentukan flora
usus pada bayi yang mendapat ASI serta (3) defek aktivitas uridine
diphosphateglucoronyl transferase (UGT1A1) pada bayi yang homozigot atau
heterozigot untuk varian sindrom Gilbert
The American Academy of Pediatrics (AAP) telah membuat parameter
praktis untuk tata laksana hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan yang sehat
dan pedoman terapi sinar pada bayi usia gestasi <35 minggu. Pedoman tersebut

36
juga berlaku pada bayi cukup bulan yang sehat dengan BFJ dan BMJ. AAP tidak
menganjurkan penghentian ASI dan telah merekomendasikan pemberian ASI
terus menerus (minimal 8-10 kali dalam 24 jam). Penggantian ASI dengan
pemberian air putih, air gula atau susu formula tidak akan menurunkan kadar
bilirubin pada BFJ maupun BMJ yang terjadi pada bayi cukup bulan sehat.
Gartner dan Auerbach mempunyai pendapat lain mengenai pemberian ASI
pada bayi dengan BMJ. Pada sebagian kasus BMJ, dilakukan penghentian ASI
sementara. Penghentian ASI akan memberi kesempatan hati mengkonjungasi
bilirubin indirek yang berlebihan. Apabila kadar bilirubin tidak turun maka
penghentian ASI dilanjutkan sampai 18-24 jam dan dilakukan pengukuran kadar
bilirubin setiap 6 jam. Apabila kadar bilirubin tetap meningkat setelah
penghentian ASI selama 24 jam, maka jelas penyebabnya bukan karena ASI, ASI
boleh diberikan kembali sambil mencari penyebab hiperbilirubinemia yang lain.
Jadi penghentian ASI untuk sementara adalah untuk menegakkan diagnosis.
Persamaannya dengan AAP yaitu bayi dengan BFJ tetap mendapatkan ASI
selama dalam proses terapi. Tata laksana yang dilakukan pada BFJ meliputi (1)
pemantauan jumlah ASI yang diberikan apakah sudah mencukupi atau belum, (2)
pemberian ASI sejak lahir dan secara teratur minimal 8 kali sehari, (3) pemberian
air putih, air gula dan formula pengganti tidak diperlukan, (4) pemantauan
kenaikan berat badan serta frekuensi BAB dan BAK, (5) jika kadar bilirubin
mencapai 15 mg/dL, perlu melakukan penambahan volume cairan dan stimulasi
produksi ASI dengan melakukan pemerasan payudara, (6) jika kadar bilirubin
mencapai kadar 20 mg/dL, perlu melakukan terapi sinar jika terapi lain tidak
berhasil, dan (7) pemeriksaan komponen ASI dilakukan jika hiperbilirubinemia
menetap lebih dari 6 hari, kadar bilirubin meningkat melebihi 20 mg/dL, atau
riwayat terjadi BFJ pada anak sebelumnya.
Yang dimaksud dengan fototerapi intensif adalah radiasi dalam spektrum
biru-hijau (panjang gelombang antara 430-490 nm), setidaknya 30 µW/cm2 per
nm (diukur pada kulit bayi secara langsung di bawah pertengahan unit fototerapi)
dan diarahkan ke permukaan kulit bayi seluas-luasnya. Pengukuran harus

37
dilakukan dengan radiometer spesifik dari manufaktur unit fototerapi
tersebut.
Selanjutnya pertanyaan yang sering timbul adalah kapan terapi sinar harus
dihentikan. Sampai saat ini belum ada standar pasti untuk menghentikan terapi
sinar, akan tetapi terapi sinar dapat dihentikan bila kadar BST sudah berada di
bawah nilai cut off point dari setiap kategori. Untuk bayi yang dirawat di rumah
sakit pertama kali setelah lahir (umumnya dengan kadar BST > 18 mg/dL (308
µmol/L) maka terapi sinar dapat dihentikan bila BST turun sampai di bawah 13 -
14 mg/dL (239 µmol/L). Untuk bayi dengan penyakit hemolitik atau dengan
keadaan lain yang diterapi sinar di usia dini dan dipulangkan sebelum bayi berusia
3-4 hari, direkomendasikan untuk pemeriksaan ulang bilirubin 24 jam setelah
dipulangkan. Bayi yang dirawat di rumah sakit untuk kedua kali dengan
hiperbilirubinemia dan kemudian dipulangkan, jarang terjadi kekambuhan yang
signifikan sehingga pemeriksaan ulang bilirubin dilakukan berdasarkan indikasi
klinis.
Sebagian besar unit neonatal di Indonesia masih memberikan terapi sinar
pada setiap bayi baru lahir cukup bulan dengan BST >12 mg/dL atau bayi
prematur dengan BST >10 mg/dL tanpa melihat usia. Diharapkan agar
penggunaan terapi sinar atau transfusi tukar disesuaikan dengan anjuran AAP.
Gartner dan Auerbach merekomendasikan jika kadar bilirubin > 20 mg/dL pada
bayi cukup bulan, maka penting untuk menurunkan kadar bilirubin secepatnya.
Terapi sinar harus segera dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan laboratorium
darah untuk penegakan diagnosis BFJ dan BMJ. Pada beberapa kasus, pemberian
cairan intra vena dapat dipertimbangkan misalnya ada dehidrasi atau sepsis.
Terapi sinar dapat dilakukan bila ada riwayat pada saudara sebelumnya
mengalami BMJ. Batas kadar bilirubin untuk melakukan terapi sinar biasanya
lebih rendah pada kasus tersebut (< 12 mg/dL). Pemantauan lanjut saat bayi sudah
di rumah juga penting dilakukan. Pemantauan dapat berlangsung selama kurang
lebih 14 hari. Pemantauan dilakukan terutama jika kadar bilirubin mencapai > 12
mg/dL (Rohsiswatmo, 2013).

38
14) Bayi Kembar
Menyusui bayi kembar pada dasarnya sama seperti bayi tunggal walaupun lebih
berpotensi bermasalah dan banyak membutuhkan dukungan. Kehamilan kembar
sering dikaitkan dengan kelahiran cara operasi caesar, krjadian bayi prematur dan
berat badan lahir rendah atau berat badan lahir sangat rendah. Jumlah ASI yang
diproduksi ibu secara bermakna berhubungan langsung dengan kebutuhan bayi
dan berat badan bayi, sehingga secara alami hisapan bayi akan mnestimulasi
pertambahan volume ASI. Bayi kembar dapat disusui secara simultan atau
terpisah sesuai kebutuhan masing-masing bayi, atau bergantian. Menyusui
simultan lebih menghemat waktu dan memiliki keuntungan lain yaitu bayi akan
kuat hisapannya akan merangsang refleks aliran untuk kembarannya yang daya
hisapnya lebih lemah. Ibu dengan bayi kembar secara konsisten akan
memproduksi jumlah ASI dua kali lebih banyak dari jumlah ASI yang diproduksi
ibu dengan bayi tunggal, bahkan ibu dengan triplet dapat memproduksi 3 liter ASI
dalam 24 jam. Komposisi laktosa, protein dan lemak sangat bervariasi namun
mnecukupi kebutuhan bayi. Kegiatan menyusui membutuhkan energi yang cukup
besar. Selain untuk kebutuhan ibu, energi yang cukup juga untuk memproduksi
ASI. Dalam 100 ml ASI terkandung 67-75 kkal, sehingga ibu ibu dengan bayi
kembar memproduksi hampir 2 liter perhari membutuhkan tambahan energi
sebesar 1500 kkal per hari. Konseling menyusui terbukti dapat meningkatkan
keberhasilan menyusui bayi kembar secara eksklusif. Adapun faktor seperti usia
ibu, cara melahirkan, berat badan lahir bayi, pendidikan ibu, tidak mempengaruhi
keberhasilan menyusui (Sjarif, et al., 2011).
15) Penggunaan obat pada masa menyusui
Sebagian besar obat-obatan bisa digunakan pada ibu menyusui. Hanay obat-
obatan tertentu yang tidak diperbolehkan atau sebaiknya diganti dengan obat lain.
Tabel dibawah ini memuat obat-obatan yang tidak dianjurkan atau dilarang untuk
ibu menyusui (Sjarif, et al., 2011).
Penggunaan Macam obat
Kontraindikasi untuk ibu menyusui Obat-obatan anti kanker, obat-obatan
yang mengandung radioaktif

39
(sementara)
Boleh menyusui, tetapi obat tersebut Obat-obat psikotropika dan anti kejang
mempunyai efek pada bayi sehingga
harus diwaspadai (misalnya
mengantuk)
Tidak dianjurkan apabila masih ada Kloramfenikol, tetrasiklin,
pilihan lainnya metronidazol.
Waspadai gejala ikterik pada bayi Sulfonamid, kotrimokasasol, dapson
Tidak dianjurkan apabila masih ada Kontrasepsi yang mengandung
pilihan lainnya (dapat menurunkan estrogen, diuretik thiazid
produksi ASI)
Aman digunakan Sebagian besar obat lainnya aman
digunakan oleh ibu menyusui

40
DAFTAR PUSTAKA

Aminah, T., 2013. Perawatan Payudara Masa Hamil. [Online]


Available at: https://www.youtube.com/watch?v=3YOXLxHbt_A
[Diakses 19 september 2017].

Fikawati, S. & Syafiq, A., 2010. Kajian Implementasi dan Kebijakan Air Susu Ibu
Eksklusif dan Inisiasi Menyusui Dini di Indonesia. 14(1).

Kemenkes, 2014. Situasi dan Analisis ASI Eksklusif, Jakarta: Pusat data dan
Informasi.

Kosiem M, S. & Yunanto, A., 2008. Buku Ajar Neonatologi IDAI. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI.

Kosim, M. et al., 2008. Buku Ajar Neonatologi. 1st penyunt. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI.

Markum, A., 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. 1st penyunt. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI.

Rohsiswatmo, 2013. IDAI. [Online]


Available at: http://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/indikasi-terapi-sinar-
pada-bayi-menyusui-yang-kuning
[Diakses 19 September 2017].

Sherwood, L., 2012. Fisiologi Manusia: dari sel ke sistem. Jakarta: buku
kedokteran EGC.

Sibuea, D., 2003. Problema Ibu Menyusui.

Sjarif, D., Lestari, E., Mexitalia, M. & Nasar, S., 2011. Nutrisi Pediatrik dan
Penyakit Metabolik. 1st penyunt. Jakarta: Balai Penerbit IDAI.

Snell, 2012. Anatomi Klinis Berdasarkan Klinis. 1st penyunt. jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. Dalam: Jakarta: EGC.

41
LAMPIRAN

Rumus Perkiraan Berat Badan (Soetjiningsih, 1995)


 Lahir: 3,25 kg
 Usia 3-12 bulan: {usia (bulan)+ 9} / 2 kg
 Usia 1-6 tahun: usia(tahun)x2+8 kg
 Usia 6-12 tahun{usia (tahun) x7-5}/ 2 kg

Rumus perkiraan berat badan


usia Penambahan BB
Trimester I 700-1000 gram/bulan
Trimester II 500-600 gram/bulan
Trimester III 350-450 gram/bulan
Trimester IV 250-350 gram/bulan

42

Anda mungkin juga menyukai