I. PENDAHULUAN
1
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
Penilaian Properti oleh Konsultan Jasa Penilai Publik (KJPP) pada bulan
Desember 2015. Menurut hasil kajian tersebut Nilai Wajar untuk tanah,
bangunan sarana pelengkap, peralatan dan perlengkapan adalah Rp.
16.534.000.000,-. Selanjutnya pada bulan Maret 2016 dilakukan Studi
Kelayakan Operasional Depo Pemasaran Hasil Perikanan juga oleh KJPP.
Menurut studi kelayakan operasional tersebut, untuk pemanfaatan dalam
bentuk Kerjasama Pemanfaatan (KSP), besaran kontribusi tetap yang harus
dibayar Oleh Mitra Kerjasama kepada Pemerintah Kota Bogor yaitu sebesar
Rp.551.141.000,-/tahun selama 30 tahun. Sedangkan nilai pembagian
keuntungan diasumsikan sebesar 5% dari total pendapatan Mitra Kerjasama per
tahun selama 30 tahun.
Sampai saat ini Depo Pemasaran Hasil Perikanan tersebut belum juga
dimanfaatkan, karena Investor yang berminat untuk mengelola tidak ada yang
menyanggupi kontribusi ke Pemkot Bogor senilai diatas. Sementara itu, kondisi
bangunan sudah mulai mengalami kerusakan dan hasil kajianpun akhirnya
expired.
Karena setiap bangunan negara beserta fasilitas penunjangnya harus
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, sehingga mampu memenuhi secara
optimal fungsi bangunannya, dengan mempertimbangkan kriteria teknis yang
layak dari segi mutu, biaya dan kriteria administrasi bagi bangunan negara,
maka perlu dilakukan pengkajian ulang terhadap DPHP tersebut.
Dalam rangka merealisasikan rencana diatas, Distani Kota Bogor perlu
mengetahui besaran kontribusi dan pembagian keuntungan yang layak
diperoleh Pemerintah Kota Bogor (”Pemkot Bogor”) dari kerjasama
pemanfaatan aset tersebut. Dinas Pertanian Kota Bogor telah menunjuk CV.
Inovasi Kreasi Mandiri untuk Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran
Hasil Perikanan ini, yang diharapkan dapat melakukan review kajian secara
obyektif dan independen.
2
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
3
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
Jawa Barat, dalam bentuk kerjasama pemanfaatan kepada pihak ketiga sebagai
informasi bagi pihak Distani Kota Bogor. Laporan ini disusun sebagai bahan
pertimbangan bagi Distani Kota Bogor untuk mendapatkan penilaian obyektif
atas besaran kontribusi dan pembagian keuntungan yang diperoleh dari
kerjasama pemanfaatan asset tersebut.
4
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
5
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
6
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
7
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
8
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
b) Pasar monopoli
Pasar monopoli adalah sebuah bentuk pasar yang
dikuasai oleh penjual saja. Dalam hal ini tidak ada barang
subtitusi terhadap barang yang dijual oleh penjual tunggal
tersebut, serta terdapat hambatan untuk masuknya pesaing dari luar.
c) Pasar oligopoli
Pasar oligopoli merupakan perluasan dari pasar monopoli.
Pasar oligopoli dibagi menjadi dua bagian. Pertama, pasar
oligopoli yang mana produsen bersepakat untuk melakukan
tindakan bersama dalam penentuan harga dan kuantitas produksi.
Kedua, pasar oligopoli yang produsennya tidak melakukan
kesepakatan dalam penentuan harga dan kuantitas produksi.
d) Pasar monopolistik
Pasar ini merupakan bentuk campuran antara persaingan
sempurna dengan monopoli. Dikatakan mirip persaingan sempurna
karena ada kebebasan bagi perusahaan untuk masuk keluar pasar,
selain itu, barang yang dijualpun tidak homogen. Oleh karena
barang-barang yang heterogen itu dimiliki oleh beberapa
perusahaan besar saja, pasar ini mirip dengan monopoli.
Jika dilihat dari sisi konsumen, pasar dapat dibedakan sebagai
berikut:
a) Pasar Konsumen, yaitu pasar untuk barang dan jasa yang dibeli atau
disewa oleh perorangan atau keluarga dalam rangka penggunaan
pribadi (tidak untuk dibiniskan).
b) Pasar Industri, yaitu pasar untuk barang dan jasa yang dibeli atau
disewa oleh perorangan atau organisai untuk digunakan pada
produksi barang atau jasa lain.
c) Pasar Reseller, yaitu pasar yang terdiri dari perorangan dan atau
organisasi yang biasa disebut para pedagang menengah yang terdiri
dari dealer, distributor, grossier, agent, dan retailer.
d) Pasar Pemerintah, yaitu pasar yang terdiri dari unit-unit pemerintah
yang membeli atau menyewa barang atau jasa untuk menjalankan
9
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
5) Sasaran Pasar
Analisis dapat dilakukan dengan menelaah tiga faktor, yaitu:
a) Ukuran dan pertumbuhan segmen.
Tahapan terdiri dari pengumpulan dan penganalisisan data tentang
penjualan terakhir, proyeksi laju pertumbuhan penjualan, serta
margin laba yang diharapkan untuk berbagai segmen, lalu pilih
segmen yang diharapkan paling sesuai.
b) Kemenarikan struktural segmen.
Mempelajari faktor-faktor struktural utama yang mempengaruhi
daya tarik segmen dalam jangka panjang.
c) Sasaran dan sumber daya.
Analisis sasaran dan sumberdaya dalam kaitannya dengan segmen
pasar. Walaupun ada segmen yang bagus, akan tetapi dapat ditolak
jika tidak prospektif dalam jangka panjang.
Setelah perusahaan memutuskan segmen pasar yang akan dimasuki,
selanjutnya harus diputuskan pula posisi mana yang akan ditempati dalam
segmen tersebut. Penetuan posisi pasar dapat dilakukan dengan mengikuti
tiga langkah, yaitu:
a) Mengidentifikasi keuggulan kompetitif.
b) Memilih keunggulan kompetitif.
c) Mewujudkan dan mengkomunikasikan posisi.
10
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
c) Aspek Keuangan
Kriteria-kriteria yang digunakan dalam melakukan suatu evaluasi
terhadap investasi proyek adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate
of Return (IRR).
1) Net Present Value (NPV)
Net Present Value merupakan manfaat bersih yang diterima selama
umur proyek pada tingkat diskonto tertentu. Ukuran ini bertujuan untuk
mengurutkan alternatif yang dipilih karena adanya kendala biaya
modal, yang mana proyek ini memberikan NPV biaya yang sama atau
NPV penerimaan yang kurang lebih sama setiap tahun. Proyek
dinyatakan bermanfaat jika NPV lebih besar dari nol. Jika NPV sama
dengan nol, berarti biaya dapat dikembalikan persis sama besar oleh
proyek. Pada kondisi ini proyek tidak untung dan tidak rugi. Jika NPV
lebih kecil dari nol maka proyek tidak dapat menghasilkan senilai biaya
11
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
yang digunakan dan ini berarti proyek tersebut tidak layak untuk
dilakukan (Gray et al., 1992).
2) Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) menunjukkan rata-rata tingkat
keuntungan internal tahunan perusahaan yang melaksanakan investasi
dan dapat dinyatakan dalam persen. IRR adalah tingkat suku bunga
yang membuat nilai NPV proyek sama dengan nol. Investasi
dikatakan layak jika IRR lebih besar dari tingkat diskonto. Apabila
IRR lebih kecil dari tingkat diskonto maka proyek tersebut tidak layak
dlaksanakan. Tingkat IRR mencerminkan tingkat bunga maksimal
yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumber daya yang digunakan.
Suatu investasi dinyatakan layak jika IRR lebih besar dari tingkat
diskonto (Gray et al., 1992).
d) Aspek Legalitas
Analisis aspek legalitas ini mengacu pada berbagai peraturan
pemerintah, baik pusat maupun daerah, terkait dengan pengelolaan barang
milik daerah yang dijelaskan pada bagian berikut.
12
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
Penentuan tarif sewa BMN pun telah diatur secara gamblang melalui
formula tarif sewa yang pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor
96/PMK.06/2007 dan disempurnakan dengan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 33/PMK.06/2012. Secara umum tarif sewa diformulasikan
sebagai berikut :
Tarif sewa = tarif pokok sewa x faktor penyesuai sewa
a) Untuk tanah,
Tarif pokok sewa = variabel sewa x Luas tanah x Nilai tanah per m2.
b) Untuk bangunan
Tarif pokok sewa = variabel sewa x Luas bangunan x Nilai bangunan per
m2.
13
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
Komponen besaran variabel sewa yaitu 3,33 untuk tanah dan 6,64 untuk
bangunan. Jangka waktu sewa selama 5 tahun sejak ditandatangani perjanjian
dan dapat diperpanjang dengan persetujuan dari pengelola barang.
Pemerintah Kota Bogor, terkait dengan pemanfaatan barang milik
daerah, sudah mengeluarkan Peraturan Daerah Kota Bogor No. 5 Tahun 2012
Tentang Retribusi Jasa Usaha. Didaalam peraturan tersebut diatur retribusi
terhadap pemakaian kekayaan daerah, khususnya pemakaian benda tidak
bergerak (tanah dan bangunan/gedung) sebagai berikut (Lampiran 1):
a) Tanah
a) Usaha kecil : Rp 0,5% x NJOP/bulan/m2
b) Usaha menengah : Rp 4,0% x NJOP/bulan/m2
c) Usaha besar : Rp 5,0% x NJOP/bulan/m2
b) Bangunan/Gedung
d) Bangunan permanen : Rp 2000,-/bulan/m2
14
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
15
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
16
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
17
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
Dimana:
bobot kriteria ke-i dibandingkan kriteria ke-j.
18
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
Dimana:
19
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
dimana:
consistency index
ordo matriks A
Dimana:
Dimana:
consistency ratio
random index
20
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
dari pakar masih dapat diterima jika tidak, maka penilaian perlu diulang.
Nilai CR = 0.1 memiliki arti bahwa penilaian yang telah diberikan 10%
tidak konsisten jika nilai diberikan secara acak.
21
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
22
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
Pertanian Kota Bogor. Secara alur, kerangka pemikiran review kajian DPHP
dapat dilihat pada Gambar 1.
23
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
24
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
25
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
26
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
27
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
IV. PEMBAHASAN
2013) yang berdiri diatas tanah seluas 535 m2 (sertifikat hak pakai) dan
terletak di Jalan Pajajaran No. 5, Kelurahan Baranangsiang, Kecamatan
Bogor Timur, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Depo Pemasaran Hasil Perikanan Kota Bogor dibangun pada tahun
2013 dan 2014 dengan dana bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK)
Kementerian Kelautan dan Perikanan RI. Berdasarkan Undang-undang
Republik Indonesia No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah berikut peraturan turunannya
(Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575), Peraturan Menteri
Keuangan no 57/PMK.06/2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan Sewa Barang
Milik Negara; Peraturan Menteri Keuangan No.06/PMK.07/2012 tentang
Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Transfer ke Daerah,
Peraturan Menteri Keuangan No.165/PMK.07/2012 tentang Pengalokasian
Anggaran Transfer ke Daerah, dan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
No... Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus
Bidang Kelautan dan Perikanan Tahun 2013 dan Peraturan Menteri Kelautan
dan Perikanan No.36 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana
Alokasi Khusus Bidang Kelautan dan Perikanan Tahun 2014), pembangunan
DPHP ditujukan untuk pengembangan sarana dan prasarana pengolahan,
peningkatan mutu dan pemasaran hasil perikanan. Tujuan tersebut nampak
dari berbagai sarana dan prasarana yang disediakan berupa:
Gudang beku;
Kios pemasaran hasil perikanan dalam bentuk bangunan;
28
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
Sarana dan prasarana pemasaran beragam hasil perikanan, mulai dari ikan
segar, ikan beku, dan produk olahan ikan (fish based product); dan
Sarana dan prasarana pendukung pemasaran.
Gambar 3 berikut juga memperjelas pendapat para pakar agar pengelolaan Fish mart
dilakukan dengan mekanisme Sewa diikuti dengan mekanisme Pinjam Pakai.
29
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
30
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
31
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
Dikaitkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2016 (993.570 jiwa) dan
tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 2,38% per tahun, maka
pada tahun 2018 ini diperkirakan konsumsi ikan Kota Bogor adalah
berkisar 75 ton/hari atau 25,8 ribu ton per tahun. Dengan jumlah
kebutuhan sebesar itu, pemasaran produk ikan segar di Kota Bogor,
khususnya ikan tawar sebagai produk para pelaku usaha budidaya ikan
tawar di wilayah sekitar Kota Bogor (Kabupaten Bogor, Kabupaten
Sukabumi dan Kabupaten Cianjur) masih sangat terbuka lebar.
Dioperasikannya DPHP sebagai salah satu pusat pemasaran ikan segar air
tawar, yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana pendukung yang
memadai yang dapat menjamin mutu (kesegaran) ikan, sangat memiliki
prospek dari sisi pasar.
Berdasarkan lokasinya, yaitu Jalan Pajajaran, DPHP terletak di salah
satu kawasan komersial utama Kota Bogor dan saat ini merupakan salah
satu pusat kuliner Kota Bogor. Tidak sedikit wisatawan luar kota,
khususnya Jakarta, memadati tempat-tempat kuliner yang beroperasi di
sepanjang Jalan Pajajaran tersebut pada akhir minggu. Tercatat beberapa
tempat kuliner tersebut menawarkan menu masakan yang berbasis pada
olahan ikan tawar dan ikan laut. Situasi pasar ini tentunya dapat
meningkatkan nilai tambah hasil perikanan yang dipasarkan apabila DPHP
juga menyediakan jasa kuliner berbasis produk ikan.
b) Aspek Teknis
Pada saat ini, beberapa peralatan tidak lagi berfungsi sebagaimana
mestinya, yaitu:
Genset
Coolbox
Instalasi akuarium
Pompa
Jetpump
Tabung oksigen
Kereta dorong
Mesin cash register
32
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
33
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
28812798539/8/1/disewak
Bangunan 1.000.000 300 300.000.000 an-ruko-bogor-pajajaran
Rata-rata 1.267.857
d) Aspek Legalitas
DPHP bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Kementerian
Kelautan dan Perikanan RI Tahun Anggaran 2013. DAK merupakan dana
yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu
(daerah yang memenuhi kriteria yang ditetapkan setiap tahun untuk
mendapatkan alokasi DAK) dengan tujuan untuk mendanai kegiatan
khusus yang merupakan urusan daerah tertentu dan sesuai dengan prioritas
nasional, sesuai dengan fungsi yang merupakan perwujudan tugas
kepemerintahan di bidang tertentu, khususnya dalam upaya pemenuhan
kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat.
Mengacu pada Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus
Bidang Kelautan dan Perikanan, yang diterbitkan setiap tahun, dinyatakan
bahwa dana alokasi khusus bidang kelautan dan perikanan yang
selanjutnya disebut DAK bidang Kelautan dan perikanan adalah dana yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang
dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu
mendanai kegiatan pembangunan fisik bidang kelautan dan perikanan yang
bersifat investasi jangka menengah guna menunjang pelayanan dasar yang
merupakan urusan provinsi atau kabupaten/kota sesuai dengan prioritas
nasional.
Depo Pemasaran Hasil Perikanan dibangun dengan tujuan untuk
menjaga mutu dan keamanan ikan (hidup atau segar) sebelum
34
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
35
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
Nampak bahwa, DPHP layak untuk dimanfaatkan melalui mekanisme Pinjam Pakai
karena dapat memberikan laba kotor sebesar Rp 57.638.632/bulannya. Asumsi yang
digunakan adalah sebagai berikut:
c) Investasi sebesar Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dibutuhkan untuk
melakukan renovasi bangunan berikut sarana prasarananya.
d) Pangsa pasar (market share) untuk pasar ikan adalah 2.5% dari total pasar ikan
di wilayah Kota Bogor, yaitu sebesar 51 ton/bulan.
e) Komposisi biaya personel untuk pasar ikan
Gaji Total Biaya Personel
Personal Jumlah (orang)
(Rp/bulan) (Rp/Bulan)
Total Biaya Personel 41.000.000
Manajer Umum 1 10.000.000 10.000.000
Pembelian 1 7.500.000 7.500.000
Penyajian 1 6.000.000 6.000.000
Staf 5 3.500.000 17.500.000
f) Rasio pendapatan dibandingkan biaya untuk usaha rumah makan (R/C ratio)
yang digunakan adalah nilai umum yang digunakan dalam analisa usaha rumah
makan yaitu berkisar 1,28.
36
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
V.1. Kesimpulan
a) Dibutuhkan biaya untuk perbaikan bangunan dan biaya perbaikan dan/atau
perlengkapan agar fungsi DPHP dapat berjalan dengan baik
b) Mekanisme pemanfaatan DPHP yang paling dipilih adalah mekanisme
sewa diikuti dengan mekanisme pinjam pakai.
c) Besarnya sewa DPHP berdasarkan Perda No.5 Tahun 2012 untuk skala
usaha menengah (Rp 1.644.280/m2/tahun) dan skala usaha besar (Rp
2.049.350 m2/tahun) relatif lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata tarif
sewa bangunan komersil yang relatif sama dan berada di lokasi yang sama
(Rp 1.267.857 m2/tahun).
V.2. Rekomendasi
a) Untuk meningkatkan daya saing pemanfaatan DPHP melalui mekanisme
sewa, maka dapat diusulkan untuk dikurangi besaran retribusinya. Sesuai
pasal 42 dalam Perda No.5 Tahun 2012, pemberian pengurangan retribusi
dilakukan oleh Walikota dengan memperhatikan kemampuan Wajib
Retribusi dengan tata cara yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Walikota.
b) Dibutuhkan penyusunan rencana bisnis oleh Dinas Pertanian untuk
mekanisme Pinjam Pakai. Setelahnya, dilakukan sosialisasi terhadap
berbagai institusi pemerintah yang sekiranya berpotensi untuk
memanfaatkan DPHP melalui mekanisme Pinjam Pakai.
DAFTAR PUSTAKA
37
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
38
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
39
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
1. Perguruan tinggi 1
Prioritas CR
A Aktor
0,18
1 Pemerintah Pusat 0,04
2 Pemda Lainnya 0,02
3 Dinas Teknis (Pertanian) 0,22
4 Investor 0,35
5 BUMD (PD Pasar) 0,03
6 Sekretariat Daerah 0,11
7 BPKAD 0,15
8 Walikota 0,08
B Alternatif Pemanfaatan BMD
a Pemerintah Pusat (1,21)
Sewa BMD 0,05
Pinjam Pakai 0,03
Kerjasama Pemanfaatan 0,08
Bangun Guna 0,15
Bangun Serah Guna 0,27
KSPI 0,43
b Pemerintah Daerah Lainnya 0,15
Sewa BMD 0,22
Pinjam Pakai 0,48
Kerjasama Pemanfaatan 0,08
Bangun Guna 0,05
Bangun Serah Guna 0,03
KSPI 0,14
c Dinas Teknis (Dinas Pertanian) 0,10
Sewa BMD 0,24
Pinjam Pakai 0,15
Kerjasama Pemanfaatan 0,44
Bangun Guna 0,05
Bangun Serah Guna 0,09
KSPI 0,03
d Investor (0,05)
Sewa BMD 0,39
Pinjam Pakai 0,29
Kerjasama Pemanfaatan 0,07
Bangun Guna 0,03
Bangun Serah Guna 0,06
KSPI 0,16
e BUMD 0,69
Sewa BMD 0,25
Pinjam Pakai 0,45
40
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
CR
Average 0,04
41
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
2. Perguruan tinggi 2
Prioritas CR
A Aktor
1,08
1 Pemerintah Pusat 0,01
2 Pemda Lainnya 0,02
3 Dinas Teknis (Pertanian) 0,22
4 Investor 0,05
5 BUMD (PD Pasar) 0,07
6 Sekretariat Daerah 0,16
7 BPKAD 0,21
8 Walikota 0,27
B Alternatif Pemanfaatan BMD
a Pemerintah Pusat 3,37
Sewa BMD 0,15
Pinjam Pakai 0,45
Kerjasama Pemanfaatan 0,23
Bangun Guna 0,09
Bangun Serah Guna 0,05
KSPI 0,02
b Pemerintah Daerah Lainnya 3,06
Sewa BMD 0,15
Pinjam Pakai 0,45
Kerjasama Pemanfaatan 0,23
Bangun Guna 0,09
Bangun Serah Guna 0,05
KSPI 0,02
c Dinas Teknis (Dinas Pertanian) 5,08
Sewa BMD 0,15
Pinjam Pakai 0,45
Kerjasama Pemanfaatan 0,23
Bangun Guna 0,09
Bangun Serah Guna 0,05
KSPI 0,02
d Investor 5,08
Sewa BMD 0,15
Pinjam Pakai 0,45
Kerjasama Pemanfaatan 0,23
Bangun Guna 0,09
Bangun Serah Guna 0,05
KSPI 0,02
e BUMD 5,08
Sewa BMD 0,15
Pinjam Pakai 0,45
Kerjasama Pemanfaatan 0,23
42
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
CR
Average 3,99
Menurut responden perguruan tinggi 2, aktor yang paling berpengaruh
adalah walikota dengan nilai 0,27 sedangkan selanjutnya Aktor Dinas Pertanian
dengan nilai 0,22.
Untuk alternatif pemanfaatan Barang milik derah bagi Pemerintah pusat
dengan prioritas tertinggi yaitu Pinjam Pakai dengan nilai 0,45. Bagi
pemerintah daerah lainnya adalah Pinjam pakai dengan nilai 0,45. Untuk dinas
pertanian adalah pinjam pakai dengan nilai 0,45. Sedangkan bagi investor
adalah pinjam pakai dengan nilai 0,45. Bagi BUMD PD pasar adalah pinjam
pakai dengan nilai 0,45. Bagi Sekda adalah pinjam pakai dengan nilai 0,45.
Bagi BPKAD adalah pinjam pakai dengan nilai 0,45. Dan bagi Walikota adalah
pinjam pakai dengan nilai 0,45.
Consistensi Average menunjukan angka 3,99.
43
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
3. Dinas Pertanian
Prioritas CR
A Aktor
0,62
1 Pemerintah Pusat 0,01
2 Pemda Lainnya 0,15
3 Dinas Teknis (Pertanian) 0,32
4 Investor 0,14
5 BUMD (PD Pasar) 0,08
6 Sekretariat Daerah 0,10
7 BPKAD 0,10
8 Walikota 0,10
B Alternatif Pemanfaatan BMD
a Pemerintah Pusat 0,50
Sewa BMD 0,27
Pinjam Pakai 0,09
Kerjasama Pemanfaatan 0,21
Bangun Guna 0,16
Bangun Serah Guna 0,11
KSPI 0,16
b Pemerintah Daerah Lainnya 1,77
Sewa BMD 0,14
Pinjam Pakai 0,22
Kerjasama Pemanfaatan 0,08
Bangun Guna 0,22
Bangun Serah Guna 0,23
KSPI 0,12
c Dinas Teknis (Dinas Pertanian) 1,77
Sewa BMD 0,14
Pinjam Pakai 0,22
Kerjasama Pemanfaatan 0,08
Bangun Guna 0,22
Bangun Serah Guna 0,23
KSPI 0,12
d Investor 1,77
Sewa BMD 0,14
Pinjam Pakai 0,22
Kerjasama Pemanfaatan 0,08
Bangun Guna 0,22
Bangun Serah Guna 0,23
KSPI 0,12
e BUMD 1,77
Sewa BMD 0,14
Pinjam Pakai 0,22
Kerjasama Pemanfaatan 0,08
44
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
CR Average 1,50
Menurut responden Dinas Pertanian, aktor yang paling berpengaruh
adalah Dinas Pertanian dengan nilai 0,32 sedangkan selanjutnya Aktor Sekda
Lainnya dengan nilai 0,15.
Untuk alternatif pemanfaatan Barang milik derah bagi Pemerintah pusat
dengan prioritas tertinggi yaitu sewa dengan nilai 0,27. Bagi pemerintah daerah
lainnya adalah bangun serah guna dengan nilai 0,23. Untuk dinas pertanian
adalah bangun serah guna dengan nilai 0,23. Sedangkan bagi investor, BUMD
PD pasar, Sekda, BPKAD dan walikota adalah Bangun serah guna dengan nilai
0,23.
Consistensi Average menunjukan angka 1,50.
4. BUMD
45
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
Prioritas CR
A Aktor
0,15
1 Pemerintah Pusat 0,04
2 Pemda Lainnya 0,08
3 Dinas Teknis (Pertanian) 0,11
4 Investor 0,02
5 BUMD (PD Pasar) 0,50
6 Sekretariat Daerah 0,09
7 BPKAD 0,08
8 Walikota 0,08
B Alternatif Pemanfaatan BMD
a Pemerintah Pusat 0,147
Sewa BMD 0,05
Pinjam Pakai 0,48
Kerjasama Pemanfaatan 0,13
Bangun Guna 0,07
Bangun Serah Guna 0,08
KSPI 0,20
b Pemerintah Daerah Lainnya 0,135
Sewa BMD 0,06
Pinjam Pakai 0,41
Kerjasama Pemanfaatan 0,17
Bangun Guna 0,05
Bangun Serah Guna 0,06
KSPI 0,25
c Dinas Teknis (Dinas Pertanian) 0,171
Sewa BMD 0,06
Pinjam Pakai 0,40
Kerjasama Pemanfaatan 0,25
Bangun Guna 0,06
Bangun Serah Guna 0,08
KSPI 0,16
d Investor 0,269
Sewa BMD 0,45
Pinjam Pakai 0,05
Kerjasama Pemanfaatan 0,07
Bangun Guna 0,12
Bangun Serah Guna 0,12
KSPI 0,20
e BUMD 0,276
Sewa BMD 0,44
Pinjam Pakai 0,02
Kerjasama Pemanfaatan 0,07
Bangun Guna 0,18
Bangun Serah Guna 0,18
46
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
KSPI 0,11
f Sekretariat Daerah 0,244
Sewa BMD 0,40
Pinjam Pakai 0,04
Kerjasama Pemanfaatan 0,07
Bangun Guna 0,19
Bangun Serah Guna 0,19
KSPI 0,11
g BPKAD 0,24
Sewa BMD 0,04
Pinjam Pakai 0,42
Kerjasama Pemanfaatan 0,25
Bangun Guna 0,08
Bangun Serah Guna 0,08
KSPI 0,13
h Walikota 0,24
Sewa BMD 0,04
Pinjam Pakai 0,42
Kerjasama Pemanfaatan 0,25
Bangun Guna 0,08
Bangun Serah Guna 0,08
KSPI 0,13
CR Average 0,21
Menurut responden BUMD (PD. Pasar), aktor yang paling berpengaruh
adalah BUMD dengan nilai 0,50 sedangkan selanjutnya Aktor Dinas Pertanian
dengan nilai 0,11.
Untuk alternatif pemanfaatan Barang milik derah bagi Pemerintah pusat
dengan prioritas tertinggi yaitu Pinjam Pakai dengan nilai 0,48. Bagi
pemerintah daerah lainnya adalah Pinjam pakai dengan nilai 0,41. Untuk dinas
pertanian adalah pinjam pakai dengan nilai 0,40. Sedangkan bagi investor
adalah sewa dengan nilai 0,45. Bagi BUMD PD pasar adalah sewa dengan nilai
0,44. Bagi Sekda adalah sewa dengan nilai 0,40. Bagi BPKAD adalah pinjam
pakai dengan nilai 0,42. Dan bagi Walikota adalah pinjam pakai dengan nilai
0,42.
Consistensi Average menunjukan angka 0,21.
47
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
5. BPKAD
Prioritas CR
A Aktor
6,096
1 Pemerintah Pusat 0,02
2 Pemda Lainnya 0,02
3 Dinas Teknis (Pertanian) 0,35
4 Investor 0,16
5 BUMD (PD Pasar) 0,02
6 Sekretariat Daerah 0,14
7 BPKAD 0,14
8 Walikota 0,15
B Alternatif Pemanfaatan BMD
a Pemerintah Pusat 0,154
Sewa BMD 0,52
Pinjam Pakai 0,12
Kerjasama Pemanfaatan 0,20
Bangun Guna 0,05
Bangun Serah Guna 0,05
KSPI 0,05
b Pemerintah Daerah Lainnya (0,043)
Sewa BMD 0,43
Pinjam Pakai 0,06
Kerjasama Pemanfaatan 0,33
Bangun Guna 0,06
Bangun Serah Guna 0,06
KSPI 0,06
c Dinas Teknis (Dinas Pertanian) 0,125
Sewa BMD 0,43
Pinjam Pakai 0,07
Kerjasama Pemanfaatan 0,20
Bangun Guna 0,10
Bangun Serah Guna 0,10
KSPI 0,10
d Investor 0,001
Sewa BMD 0,38
Pinjam Pakai 0,07
Kerjasama Pemanfaatan 0,37
Bangun Guna 0,06
Bangun Serah Guna 0,06
KSPI 0,06
e BUMD 0,00
Sewa BMD 0,38
Pinjam Pakai 0,07
Kerjasama Pemanfaatan 0,37
48
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
CR Average 0,001
Menurut responden BPKAD, aktor yang paling berpengaruh adalah
Dinas Pertanian dengan nilai 0,35 sedangkan selanjutnya Aktor Investor dengan
nilai 0,11.
Untuk alternatif pemanfaatan Barang milik derah bagi Pemerintah pusat
dengan prioritas tertinggi yaitu sewa dengan nilai 0,52. Bagi pemerintah daerah
lainnya adalah sewa dengan nilai 0,43. Untuk dinas pertanian adalah sewa
dengan nilai 0,43. Sedangkan bagi investor adalah sewa dengan nilai 0,38. Bagi
BUMD PD pasar adalah sewa dengan nilai 0,38. Bagi Sekda adalah sewa
dengan nilai 0,38. Bagi BPKAD adalah sewa dengan nilai 0,38. Dan bagi
Walikota adalah sewa dengan nilai 0,38.
Consistensi Average menunjukan angka 0,001.
49
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
6. Investor
Prioritas CR
A Aktor
3,30
1 Pemerintah Pusat 0,03
2 Pemda Lainnya 0,05
3 Dinas Teknis (Pertanian) 0,13
4 Investor 0,14
5 BUMD (PD Pasar) 0,12
6 Sekretariat Daerah 0,15
7 BPKAD 0,12
8 Walikota 0,26
B Alternatif Pemanfaatan BMD
a Pemerintah Pusat 0,11
Sewa BMD 0,41
Pinjam Pakai 0,09
Kerjasama Pemanfaatan 0,21
Bangun Guna 0,08
Bangun Serah Guna 0,11
KSPI 0,10
b Pemerintah Daerah Lainnya 0,17
Sewa BMD 0,41
Pinjam Pakai 0,10
Kerjasama Pemanfaatan 0,10
Bangun Guna 0,10
Bangun Serah Guna 0,10
KSPI 0,10
c Dinas Teknis (Dinas Pertanian) 0,17
Sewa BMD 0,41
Pinjam Pakai 0,10
Kerjasama Pemanfaatan 0,10
Bangun Guna 0,10
Bangun Serah Guna 0,10
KSPI 0,10
d Investor 0,17
Sewa BMD 0,41
Pinjam Pakai 0,10
Kerjasama Pemanfaatan 0,10
Bangun Guna 0,10
Bangun Serah Guna 0,10
KSPI 0,10
e BUMD 0,17
Sewa BMD 0,41
Pinjam Pakai 0,10
Kerjasama Pemanfaatan 0,10
50
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
CR Average 0,45
Menurut responden Investor, aktor yang paling berpengaruh adalah
Walikota dengan nilai 0,26 sedangkan selanjutnya Aktor Setda dengan nilai
0,15.
Untuk alternatif pemanfaatan Barang milik derah bagi Pemerintah pusat
dengan prioritas tertinggi yaitu sewa dengan nilai 0,41. Bagi pemerintah daerah
lainnya, dinas pertanian, investor, dan BUMD PD pasar adalah sewa dengan
nilai 0,41.
Consistensi Average menunjukan angka 0,45.
51
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
7. KKP 1
Prioritas CR
A Aktor
5,65
1 Pemerintah Pusat 0,03
2 Pemda Lainnya 0,02
3 Dinas Teknis (Pertanian) 0,35
4 Investor 0,12
5 BUMD (PD Pasar) 0,23
6 Sekretariat Daerah 0,07
7 BPKAD 0,14
8 Walikota 0,05
B Alternatif Pemanfaatan BMD
a Pemerintah Pusat 0,04
Sewa BMD 0,12
Pinjam Pakai 0,06
Kerjasama Pemanfaatan 0,08
Bangun Guna 0,24
Bangun Serah Guna 0,24
KSPI 0,24
b Pemerintah Daerah Lainnya 0,11
Sewa BMD 0,12
Pinjam Pakai 0,08
Kerjasama Pemanfaatan 0,08
Bangun Guna 0,24
Bangun Serah Guna 0,24
KSPI 0,24
c Dinas Teknis (Dinas Pertanian) 0,56
Sewa BMD 0,03
Pinjam Pakai 0,09
Kerjasama Pemanfaatan 0,09
Bangun Guna 0,26
Bangun Serah Guna 0,26
KSPI 0,26
d Investor 0,03
Sewa BMD 0,04
Pinjam Pakai 0,45
Kerjasama Pemanfaatan 0,23
Bangun Guna 0,09
Bangun Serah Guna 0,09
KSPI 0,09
e BUMD 0,03
Sewa BMD 0,04
Pinjam Pakai 0,45
Kerjasama Pemanfaatan 0,23
52
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
CR Average 0,72
Menurut responden KKP 1, aktor yang paling berpengaruh adalah Dinas
Pertanian dengan nilai 0,35 sedangkan selanjutnya Aktor BUMD dengan nilai
0,23.
Untuk alternatif pemanfaatan Barang milik derah bagi Pemerintah pusat
dan pemerintah daerah lainnya dengan prioritas tertinggi yaitu bangun guna,
bangun serah guna, KSPI dengan nilai 0,24. Untuk dinas pertanian adalah
bangun guna, bangun serah guna dan KSPI dengan nilai 0,26. Sedangkan bagi
investor adalah pinjam pakai dengan nilai 0,41. Bagi BUMD PD pasar adalah
pinjam pakai dengan nilai 0,41. Bagi Sekda adalah kerjasama pemanfaatan
dengan nilai 0,40. Bagi BPKAD adalah pinjam pakai dengan nilai 0,45. Dan
bagi Walikota adalah bangun guna, bangun serah guna dan KSPI dengan nilai
0,27.
Consistensi Average menunjukan angka 0,72.
53
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
8. KKP 2
Prioritas CR
A Aktor
4,25
1 Pemerintah Pusat 0,03
2 Pemda Lainnya 0,03
3 Dinas Teknis (Pertanian) 0,36
4 Investor 0,09
5 BUMD (PD Pasar) 0,21
6 Sekretariat Daerah 0,08
7 BPKAD 0,15
8 Walikota 0,04
B Alternatif Pemanfaatan BMD
a Pemerintah Pusat 0,08
Sewa BMD 0,13
Pinjam Pakai 0,50
Kerjasama Pemanfaatan 0,20
Bangun Guna 0,06
Bangun Serah Guna 0,06
KSPI 0,06
b Pemerintah Daerah Lainnya 1,88
Sewa BMD 0,30
Pinjam Pakai 0,16
Kerjasama Pemanfaatan 0,22
Bangun Guna 0,11
Bangun Serah Guna 0,11
KSPI 0,11
c Dinas Teknis (Dinas Pertanian) 4,18
Sewa BMD 0,27
Pinjam Pakai 0,19
Kerjasama Pemanfaatan 0,14
Bangun Guna 0,13
Bangun Serah Guna 0,13
KSPI 0,13
d Investor 0,03
Sewa BMD 0,04
Pinjam Pakai 0,45
Kerjasama Pemanfaatan 0,23
Bangun Guna 0,09
Bangun Serah Guna 0,09
KSPI 0,09
e BUMD 0,03
Sewa BMD 0,40
Pinjam Pakai 0,04
Kerjasama Pemanfaatan 0,07
54
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
CR
Average 1,59
Menurut responden KKP 2, aktor yang paling berpengaruh adalah Dinas
Pertanian dengan nilai 0,36 sedangkan selanjutnya Aktor BUMD dengan nilai
0,21.
Untuk alternatif pemanfaatan Barang milik derah bagi Pemerintah pusat
dengan prioritas tertinggi yaitu pinjam pakai dengan nilai 0,50. Bagi
pemerintah daerah lainnya yaitu sewa dengan nilai 0,30, Untuk dinas pertanian
adalah sewa dengan nilai 0,27. Sedangkan bagi investor adalah pinjam pakai
dengan nilai 0,45. Bagi BUMD PD pasar adalah sewa dengan nilai 0,40. Bagi
Sekda adalah kerjasama pemanfaatan dengan nilai 0,40. Bagi BPKAD adalah
pinjam pakai dengan nilai 0,45. Dan bagi Walikota adalah sewa dengan nilai
0,25.
Consistensi Average menunjukan angka 1,59.
55
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
9. SETDA Hukum
Prioritas CR
A Aktor
5,92
1 Pemerintah Pusat 0,02
2 Pemda Lainnya 0,02
3 Dinas Teknis (Pertanian) 0,18
4 Investor 0,18
5 BUMD (PD Pasar) 0,04
6 Sekretariat Daerah 0,18
7 BPKAD 0,18
8 Walikota 0,18
B Alternatif Pemanfaatan BMD
a Pemerintah Pusat 2,01
Sewa BMD 0,37
Pinjam Pakai 0,16
Kerjasama Pemanfaatan 0,20
Bangun Guna 0,09
Bangun Serah Guna 0,09
KSPI 0,08
b Pemerintah Daerah Lainnya 2,01
Sewa BMD 0,37
Pinjam Pakai 0,16
Kerjasama Pemanfaatan 0,20
Bangun Guna 0,09
Bangun Serah Guna 0,09
KSPI 0,08
c Dinas Teknis (Dinas Pertanian) 2,01
Sewa BMD 0,37
Pinjam Pakai 0,16
Kerjasama Pemanfaatan 0,20
Bangun Guna 0,09
Bangun Serah Guna 0,09
KSPI 0,08
d Investor 2,01
Sewa BMD 0,37
Pinjam Pakai 0,16
Kerjasama Pemanfaatan 0,20
Bangun Guna 0,09
Bangun Serah Guna 0,09
KSPI 0,08
e BUMD 2,01
Sewa BMD 0,37
Pinjam Pakai 0,16
Kerjasama Pemanfaatan 0,20
56
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
CR
Average 2,45
Menurut responden Setda bagian hukum, aktor yang paling berpengaruh
adalah Dinas Pertanian, investor, BPKAD, Setda, dan Walikota dengan nilai
0,18.
Untuk alternatif pemanfaatan Barang milik derah untuk seluruh actor
adalah sewa dengan nilai 0,37, diikuti dengan kerjasama pemanfaatan 0,20.
Consistensi Average menunjukan angka 2,45.
57
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
58
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
CR
Average 0,40
Menurut responden Setda Bagian Kerjasama, aktor yang paling
berpengaruh adalah walikota dengan nilai 0,34 sedangkan selanjutnya Aktor
Dinas Pertanian dengan nilai 0,21.
Untuk alternatif pemanfaatan Barang milik derah bagi Pemerintah pusat
dengan prioritas tertinggi yaitu sewa dengan nilai 0,32. Bagi pemerintah daerah
lainnya adalah sewa dan Pinjam pakai dengan nilai 0,31. Untuk dinas pertanian
adalah sewa, pinjam pakai dan kerjasama pemanfaatan dengan nilai 0,30.
Sedangkan bagi investor, BUMD PD pasar, Sekda, BPKAD dan Walikota
adalah sewa, pinjam pakai dan kerjasama pemanfaatan dengan nilai 0,30.
Consistensi Average menunjukan angka 0,40.
59
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
60
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
4 Susun
4 Rak Serbaguna Uk. Bag atas 120x60x15 4 Unit Sesuai
cm, bag bawah 100x50x44
cm
2 Wrapping Mesin Zeppelin HW-450 2 Unit Sesuai
3 Aquarium Tebal 10 Uk.150x80x80 cm 3 Unit Sesuai
mm
3 Rak Aquarium Uk. 90x80x150 cm 3 unit Sesuai
Stainless
2 Pompa Resun type penguin 0 Tidak sesuai
1 Jetpump Shimizu 0 Tidak Sesuai
12 Aquarium tebal 12 Uk. 160x70x70 cm, tebal 12 unit Sesuai
mm kaca 12 mm
6 Aquarium filter Uk. 100x50x50 cm tebal 6 unit Sesuai
kaca 6 mm
6 Rak aquarium besar Uk. 160x70x100 cm, 6 unit Sesuai
bahan stainless holo 4x6
cm
6 Rak aquarium kecil Uk. 160x70x25 cm, bahan 6 unit Sesuai
stainless holo 4x6 cm
12 Mesin kolam LP 4500 daya 110 watt 12 unit Sesuai
3 Filter net Uk. 200x100x4 cm 3 Sesuai
6000 Bloball Bahan plastic uk. 3,5 cm 6000 Sesuai
6 Karang jahe Batu karang laut 4 Tidak sesuai
4 Timbangan digital Sonic ACS-P 30 kg 3 unit Jumlah 4 unit, 1
unit Dikantor
Distan
5 Tabung oksigen Kapasitas 6 m3 4 unit Tidak sesuai
2 Meja kasir Uk 1 biro 1 / 2 biro 2 unit Sesuai
2 Kursi kasir Indachi D-360 PUH 2 unit Sesuai
Hidrolik beroda
1 Neon box Uk. 2 m2 1 unit Sesuai
8 Pisau stainless Guidini panjang 20 cm 8 unit Sesuai
8 Tray Mirani uk. 67x27x22 cm 8 unit Sesuai
8 Gerobak angkut Terra roda 1 8 unit Sesuai
1 CCTV 1 set 1 set Sesuai
10 Tempat sampah - 10 unit Sesuai
2 Mesin poles lantai - 2 unit Sesuai
1 Papan nama depo Rangka besi dan lampu 1 unit Sesuai
LED
2 Seafood Counter GEA Mangrove 180 uk. 2 unit Sesuai
180x116x111 cm, volume
115 liter
3 Freezer GEA SD-256 uk. 3 unit Sesuai
107x60x80 cm, volume
256 liter
10 Coolbox Ocean bahan HDPE kap. 10 unit Sesuai
100 liter
2 Kereta dorong PONG besi aluminium 0 Tidak sesuai
(Trolly) kap. Angkut 100 kg dpt
dilipat
61
Laporan Penyusunan Review Kajian Depo Pemasaran Hasil Perikanan
Dinas Pertanian Kota Bogor
62