Anda di halaman 1dari 25

Prinsip Sub Prinsip

Keberlanjutan Ekosistem Akuakultur yg memperhatikan daya dukung lingkungan

Proses akuakultur berkelanjutan

Upaya pengelolaan lingkungan di kawasan akuakultur

Kesejahteraan yang Berkeadilan Aspek Sosial


Aspek Ekonomi

Kelembagaan Keberadaan dan efektivitas kelembagaan otoritas


Peraturan yang mendukung keberlangsungan akuakultur

Kepatuhan/penegakan hukum
Partisipasi masyarakat

Sinergitas satuan kerja perangkat daerah

Monev terhadap tata kelola kelembagaan


Indikator
Ada tidaknya peraturan dan/atau kajian tentang
carrying capacity lingkungan sesuai per-UU an dan
penerapannya

Kualitas air buangan (substrat/ sedimen) di kawasan


pembudiyaan ikan (organik. Non-organik, dan residu
antibiotik)

Kuantitas dan kualitas air (sumber air) untuk budidaya

Ancaman/sumber pencemaran eksternal (dari non


akuakultur)
Kesesuaian praktek akuakultur dengan standar
pebudidayaan ikan (terutama dengan CPIB dan CBIB)
dan atau sertifikasi lainnya

Benih ikan yang dibudidayakan tidak membahayakan


lingkungan: a) benih dari alam, b) benih dari hatchery

Kecukupan jumlah dan kualitas benih ikan


Kuantitas dan kualitas pakan yang dipergunakan dalam
aktivitas budidaya ikan
Obat ikan (termasuk bahan kimia dan biologi) dan
pestisida yang dipergunakan dalam akuakultur

Insidensi/wabah penyakit ikan penting yang terjadi di


kawasan akuakultur
Modifikasi lingkungan yang telah dilakukan untuk
pengembangan kawasan akuakultur
Keberadaan dokumen AMDAL (Andal, UKL, UPL) di
kawasan pembudidayaan ikan
Kegiatan monitoring lingkungan perairan di kawasan
pembudidayaan ikan
Perlindungan terhadap keanekaragaman hayati
terutama habitat atau satwa penting yang telah
dilakukan di kawasan akuakultur

Konflik sosial yang diakibatkan oleh kegiatan


akuakultur (baik eksternal maupun internal)
Tenaga kerja pada akuakultur dan penyerapannya
Status lahan: hak milik, sewa/hak garap/ hak guna
usaha/bagi hasil dsb
Akumulasi aset/pemupukan modal untuk kegiatan
akuakultur
Aksesibilitas terhadap modal
Aksesibilitas terhadap pasar untuk memasarkan hasil
akuakultur
Terciptanya pasar bersaing sempurna (fair trade)
Nilai Tukar Pembudidaya (NTP)

Pendapatan Rumah Tangga Perikanan (RTP) budidaya


Rasio tabungan RTP

Rentabilitas usaha atau viabilitas usaha akuakultur: a)


Rasio pendapatan/biaya (R/C); b) Keuntungan/ profit
usaha akuakultur

Peraturan RTRW/ RDTR dan zonasi (RZWP3K)


Peraturan tentang perijinan usaha perikanan yang
didasarkan pada RTRW/ RDTR/ RZWP3K
Penegakan hukum
Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kawasan
budidaya (perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi)

Sinkronisasi program dan kegiatan yang memberikan


dukungan bagi keberlanjutan akuakultur

Monev terhadap tata kelola akuakultur yang dilakukan


oleh kinerja kelembagaan dan program
Pelibatan tenaga kerja lokal (poporsi tenaga lokal dan Untuk mengetahui dampak positif
non lokal) keberadaan aktivitas
pembudidayaan terhadap
kesejahteraan masyarakat lokal,
melalui pelibatan sebagai tenaga
kerja pada kegiatan akuakultur

Proporsi tenaga kerja kegiatan akuakultur dibandingkan


dengan total tenaga kerja di daerah
Kompetensi tenaga kerja pada unit pembudidayaan ikan
Dampak kegiatan akuakultur terhadap peningkatan
kapasitas masyarakat lokal di bidang akuakultur (melalui
magang dll)

Jaminan sosial
Prinsip Aspek Indikator Argumentasi 3 2
Keberlanjutan Akuakultur yg Kegiatan akuakultur harus dilakukan Ruang yang sudah ditetapkan tersebut sudah
Ekosistem memperhatikan daya pada wilayah yang telah ditetapkan melalui hasil kajian, baik kualitas lingkungan
dukung lingkungan sebagai kawasan budidaya perikanan perairan dan lahannya maupun untuk
penanganan dampak limbah yang dihasilkan dari
kegiatan tersebut. Secara hukum, ruang yang
dimaksud juga sudah memiliki landasan hukum,
baik RTRW (perairan umum daratan) maupun
RZWP3K (perairan pesisir dan laut)

Keberadaan kajian dan/atau peraturan Tingkat implementasi dari hasil kajian dan/atau Ada peraturan dan Ada peraturan/ kebijakan
daerah yang berkaitan dengan carrying peraturan terkait dengan carrying cappacity ini kebijakan (hasil kajian) dan (hasil kajian), namun
capacity kawasan akuakultur dan juga memperlihatkan tingkat keseriusan para dilaksanakan belum dilaksanakan
penerapannya sesuai peundang- pemangku kepentingan di kawasan tersebut
undangan yang berlaku. terhadap batasan daya dukung lingkungan

Kualitas air buangan (substrat/ Pada dasarnya, apabila kualitas air buangan dari ≥ 70% kawasan memenuhi 30-70% kawasan memenuhi
sedimen) di kawasan pembudiyaan ikan kawasan budidaya memenuhi kriteria sesuai kriteria kriteria
(organik. Non-organik, dan residu peraturan perundangan, diharapkan dapat
antibiotik) sudah memenuhi kriteria menjaga keberlanjutan ekosistem di kawasan
baku mutu lingkungan tersebut. Implementasi dari indikator ini adalah
diterapkannya prinsip-prinsip akuakultur yang
baik serta penerapan biosecurity pada suatu
kawasan

Kuantitas dan kualitas air (sumber air) Air sebagai media budidaya dalam jumlah yang ≥ 70% kawasan mendapatkan 30-70% kawasan
untuk budidaya memadai dan kualitas yang memenuhi pasokan air yang memenuhi mendapatkan pasokan air
persyaratan kehidupan biota ikan sangat kriteria kecukupan dan kualitas yang memenuhi kriteria
menentukan keberlanjutan kegiatan budidaya di kecukupan dan kualitas
kawasan tersebut.

Ancaman/sumber pencemaran Pengendalian yang efektif terhadap ancaman Tidak ada ancaman/ Potensi ada ancaman
eksternal (dari non akuakultur) pencemaran eksternal dari kawasan akuakultur di sumber pencemaran yang
kawasan tersebut. Pada beberapa kondisi signifikan membahayakan
tertentu, air yang akan digunakan untuk media perikanan budidaya
akuakultur perlu dilakukan perlakuan (treatment)
terlebih dahulu.
Proses akuakultur Kesesuaian praktek akuakultur dengan Berbagai standar pembudidayaan ikan telah >60% unit budidaya 30-60% unit budidaya
berkelanjutan standar pembudidayaan ikan (terutama dikembangkan dalam bentuk panduan dan/atau mendapatkan sertifikat telah mendapatkan
dengan CPIB dan CBIB) dan atau sertifikasi cara budidaya ikan yang baik. Tata CBIB/CPIB dan/atau sertifikat CBIB/CPIB
sertifikasi lainnya letak dan jumlah media budidaya, kepadatan ikan sertifikat lainnya dan/atau sertifikat lainnya
(densitas), serta jumlah, jenis dan cara pemberian
pakan adalah faktor-faktor yang harus
diperhatikan untuk menjaga akuakultur pada
kondisi yang berdampak negatif terhadap
lingkungan. implementasi dari panduan tersebut
dapat mendukung terciptanya praktek akuakultur
berkelanjutan.

Benih ikan yang dibudidayakan tidak Penggunaan benih golongan GMO (Genetic >70% benih ikan asli 30-70% menggunakan
membahayakan lingkungan: a) benih Modified Organism) harus dihindari, serta dan/atau berasal dari jenis ikan asli, dan
dari alam, b) benih dari hatchery bilamana jenis ikan yang dibudidayakan hatchery, dan ikan yang terdapat potensi
merupakan ikan introduksi, harus dipastikan dibudidayakan tidak membahayakan
adanya kontrol ketat sehingga tidak mengganggu membahayakan lingkungan lingkungan
keberadaan ikan-ikan asli.

Kecukupan jumlah dan kualitas benih Ketersediaan benih ikan yang cukup (baik dari Benih ikan tersedia dalam Benih tersedia dalam
ikan jumlah maupun kualitas) diharpakan dapat jumlah dan kualitas cukup jumlah dan kualitas yang
mendukung keberlanjutan proses akuakultur pada saat musim tanam cukup namun tidak sesuai
maupun ekosistemnya. dengan kebutuhan pada
musim tanam

Kuantitas dan kualitas pakan yang Jumlah dan kualitas pakan yang cukup dan cara >70% areal budidaya ikan >50-70% areal budidaya
dipergunakan dalam aktivitas budidaya pemberiannya yang baik dan benar dapat pada suatu kawasan ikan pada suatu kawasan
ikan mendukung keberlanjutan proses akuakultur dan menggunakan pakan menggunakan pakan
sekaligus memperkecil dampak negatif dari sisa terdaftar dengan cara dan terdaftar dengan cara dan
pakan yang terbuang ke lingkungan di kawasan dosis sesuai anjuran dosis sesuai anjuran
akuakultur.

Obat ikan (termasuk bahan kimia dan Penggunaan obat ikan yang baik dan benar Seluruh kawasan Seluruh kawasan
biologi) dan pestisida yang (bersertifikat dan sesuai petunjuk) dapat pembudidaya menggunakan obat
dipergunakan dalam akuakultur memberikan dampak yang baik bagi menggunakan obat ikan/pestisida legal,
keberlanjutan kegiatan akuakultur pada suatu ikan/pestisida yang legal namun belum sesuai
kawasan dan juga meminimalisir dampak negatif dan sesuai dosis anjuran anjuran
terhadap ekosistem
Insidensi/wabah penyakit ikan penting Kecenderungan insidensi/wabah penyakit ikan di Dalam 2 (dua) tahun Terjadi insidensi/ wabah
yang terjadi di kawasan akuakultur suatu kawasan akuakultur dapat mencerminkan terakhir tidak ada wabah penyakit ikan penting,
tingkat ancaman terhadap keberlanjutan atau ada insidensi penyakit namun dapat
kegiatan akuakultur di kawasan tersebut. ikan penting yang dapat ditanggulangi dengan
dikendalikan dengan tingkat tingkat kegagalan panen
kegagalan panen <10% luas 10-50%
kawasan.

Modifikasi lingkungan yang telah Seringkali pengembangan akuakultur pada suatu a). Tidak melakukan Sudah melakukan
dilakukan untuk pengembangan kawasan dilakukan dengan modifikasi lingkungan, konversi; atau b). kompensasi namun belum
kawasan akuakultur sebagai contoh konversi ekosistem mangrove Melakukan konversi namun memenuhi jasa dan fungsi
untuk pengembangan tambak. Kegiatan sudah dilakukan lingkungan
modifikasi lingkungan yang tidak terkendali dapat kompensasi sehingga
mengancam keberlanjutan proses akuakultur itu memenuhi jasa dan fungsi
sendiri maupun keberlanjutan ekosistem di lingkungan sesuai
kawasan tersebut. ketentuan peraturan
perundangan

Upaya pengelolaan Keberadaan dokumen AMDAL (Andal, Tingkat keseriusan pemangku kepentingan >60% kawasan budidaya >30%-60% kawasan telah
lingkungan di kawasan UKL, UPL) di kawasan pembudidayaan terhadap pengelolaan lingkungan pada suatu telah melakukan kajian melakukan kajian
akuakultur ikan kawasan akuakultur dapat dilihat dari penilaian dampak penilaian dampak
keberadaan dokumen AMDAL (AMDAL unit usaha lingkungan dan lingkungan dan belum
maupun AMDAL kawasan) dan implementasinya. pemenuhannya seluruh kawasan
Implementasi pengelolaan lingkungan yang melakukan upaya
didasarkan pada dokumen pengelolaan pemenuhannya
lingkungan yang sesuai dengan peraturan yang
berlaku, diharapkan dapat meminimalisasi
dampak negatif dari kegiatan akuakultur,
sehingga pada akhirnya dapat memberikan
dukungan positif bagi keberlangsungan ekosistem
di kawasan tersebut.

Kegiatan monitoring lingkungan Ketertiban kegiatan monitoring lingkungan (dan Bila terdapat program, Bila terdapat rencana dan
perairan di kawasan pembudidayaan upaya antisipasi/mitigasi) yang dilakukan dapat mencakup rencana, pelaksanaannya namun
ikan mencerminkan tingkat keseriusan para pelaksanakan dan evaluasi tidak ada evaluasi dan
pemangku kepentingan terhadap keberlanjutan serta tindak lanjutnya tindaklanjut
ekosistem di kawasan akuakultur.
Perlindungan terhadap Kelestarian keanekaragaman hayati dalam Terdapat Terdapat kebijakan/
keanekaragaman hayati terutama bentuk perlindungan terhadap satwa/flora dan kebijakan/program program perlindungan
habitat atau satwa penting yang telah habitat penting sangat diperlukan untuk perlindungan keanekaragaman hayati
dilakukan di kawasan akuakultur mendorong terciptanya keberlanjutan eksositem keanekaragaman hayati dan namun implementasinya
pada suatu kawasan. Untuk itu, dalam diimplementasikan dengan kurang baik
pengembangan akuakultur perlu dibarengi baik
dengan upaya perlindungan habitat/satwa
penting untuk menjaga keanekaragaman hayati
di kawasan tersebut. keberadaan aturan dan
upaya nyata terhadap perlindungan habitat
penting yang telah dilakukan mencerminkan
implementasi dari indikator ini.

Kesejahteraan Konflik sosial yang Konflik sosial (internal dan eksternal) Untuk meyakinkan bahwa kegiatan akuakultur Tidak terjadi konflik dalam 5 Dalam 5 (lima) tahun
yang Berkeadilan diakibatkan oleh dapat diterima masyarakat dan tidak (lima) tahun terakhir terakhir terjadi konflik
kegiatan akuakultur menimbulkan insidensi konflik sosial di kawasan namun dapat dikendalikan
(baik eksternal maupun tersebut, sehingga berdampak terhadap sehingga tidak
internal) dan keberlanjutan kegiatan usaha budidaya maupun menimbulkan dampak
mekanisme resolusi ketenteraman masyarakat.
terhadap konflik sosial
yang terjadi

Mekanisme resolusi konflik


Tenaga kerja pada Pelibatan tenaga kerja lokal (poporsi Untuk mengetahui dampak positif keberadaan Tenaga kerja lokal >60% Tenaga kerja lokal
akuakultur dan tenaga lokal dan non lokal) aktivitas pembudidayaan terhadap kesejahteraan sebanding dengan tenaga
penyerapannya masyarakat lokal, melalui pelibatan sebagai kerja pendatang
tenaga kerja pada kegiatan akuakultur

Proporsi tenaga kerja kegiatan Semakin besar proporsi tenaga kerja yang bekerja Proporsi tenaga kerja Proporsi tenaga kerja
akuakultur dibandingkan dengan total pada kegiatan akuakultur, menunjukkan semakin perikanan budidaya cukup perikanan budidaya
tenaga kerja di daerah tingginya manfaat keberadaan kegiatan besar sedang
akuakultur bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat di daerah tersebut.
Kompetensi tenaga kerja pada unit Proporsi tenaga kerja profesional dalam suatu >60% tenaga kerja di bidang 30-60% tenaga kerja di
pembudidayaan ikan unit usaha sangat mempengaruhi produktivitas budidaya kompeten/ bidang budidaya
tenaga kerja yang berpengaruh secara linear memiliki sertifikat kompeten/ memiliki
terhadap pendapatan tenaga kerja. Untuk itu, pelatihan/ kompetensi sertifikat pelatihan/
upaya yang diarahkan untuk meningkatkan kompetensi
profesionalitas tenaga kerja akan memberikan
dampak positif terhadap kesejahteraan
masyarakat.

Dampak kegiatan akuakultur terhadap Keberadaan kegiatan akuakultur di suatu daerah >50% pembudidaya 30-50% pembudidaya
peningkatan kapasitas masyarakat lokal diharapkan dapat meningkatkan kapasitas memberi kesempatan membuka diri untuk
di bidang akuakultur (melalui magang masyarakat lokal dibidang akuakultur. Apabila hal kepada masyarakat lokal kegiatan magang
dll) ini terjadi, maka selain berdampak positif bagi untuk ikut magang pada masyarakat lokal
peningkatan kesejahteraan masyarakat secara unit pembudidayaan ikan
umum, juga dapat meminimalisasi kemungkinan
terjadinya konflik sosial.

Jaminan sosial Jaminan sosial bagi tenaga kerja Semakin lengkap jaminan sosial yang tersedia, Terdapat program jaminan Terdapat program jaminan
akuakultur di kawasan tersebut berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan sosial bagi usaha budidaya sosial, namun belum
(jaminan kesehatan, jaminan hari tua tenaga kerja akuakultur di kawasan tersebut. dan diimplementasikan lengkap dan/atau belum
dan jaminan pendidikan) dengan baik diimplementasikan
dengan baik

Proporsi tenaga kerja yang Semakin besar proporsi tenaga kerja yang
mendapatkan jaminan sosial pada suatu mendapatkan jaminan sosial pada suatu kawasan
kawasan akuakultur akuakultur, berbanding lurus dengan tingkat
kesejahteraan tenaga kerja akuakultur
Aspek Ekonomi Kejelasan status lahan tingkat kawasan Kejelasan status lahan usaha sangat berpengaruh >70% lahan budidaya 50-70% luas lahan
dan unit usaha bagi keberlangsungan usaha budidaya, yang pada berstatus hak milik budidaya yang berstatus
akhirnya bermuara pada peningkatan dan/atau HGU hak milik dan/atau HGU
kesejahteraan masyarakat. Pada tataran kawasan
kejelasan status lahan budidaya dapat
ditunjukkan oleh pengalokasian tata ruang yang
jelas oleh pemerintah daerah untuk kegiatan
akuakultur. Sedangkan pada tingkat unit usaha,
kejelasan status lahan budidaya antara lain
ditunjukkan oleh keberadaan alas hak atas lahan
usaha dan/atau perijinan yang dimiliki oleh
pelaku kegiatan akuakultur.

Aksesibilitas terhadap modal kemudahan akses terhadap modal juga dapat Seluruh pembudidaya Hanya pembudidaya yang
mendukung keberlangsungan dan dapat mengakses modal bankable yang dapat
pengembangan usaha perikanan pada suatu dari lembaga keuangan mengakses modal dari
kawasan. Dengan demikian berbagai kebijakan formal lembaga keuangan formal
yang ditetapkan untuk memberikan akses
permodalan bagi pelaku kegiatan perikanan
memberikan nilai positif bagi pengembangan
usaha akuakultur.

Aksesibilitas terhadap pasar untuk Senada dengan aksesibilitas terhadap >70% pembudidaya ikan 50-70% pembudidaya ikan
memasarkan hasil akuakultur, hingga permodalan usaha, maka aksesibilitas terhadap dapat memasarkan hasil dapat memasarkan hasil
terciptanya pasar persaingan sempurna pasar juga sangat mempengaruhi perikanan budidaya dan perikanan budidaya
(fair trade) keberlangsungan kegiatan akuakultur, baik di tidak ada pihak yang dapat
tingkat unit usaha maupun secara kawasan. menentukan harga
Kemudahan memasarkan hasil akuakultur dapat
menjamin keberlangsungan usaha budidaya dan
tingkat keuntungan yang diperoleh. dengan
demikian, aksesibilitas pasar merupakan faktor
yang penting dalam peningkatan kesejahteraan
dan pemerataan pendapatan masyarakat.
Terciptanya pasar persaingan sempurna Pasar persaingan sempurna adalah suatu pasar di Telah tercipta pasar Hanya penjual atau
(fair trade) mana jumlah penjual dan pembeli (konsumen) persaingan sempurna dan pembeli yang menikmati
sangat banyak dan produk atau barang yang memberikan kepuasan kepuasan keuntungan
ditawarkan atau dijual sejenis atau serupa. Pasar kepada penjual dan
persaingan sempurna merupakan pasar di mana pembeli
penjual dan pembeli tidak dapat memengaruhi
harga, sehingga harga di pasar benar-benar
merupakan hasil kesepakatan dan interaksi
antara penawaran dan permintaan. Permintaan
yang terbentuk mencerminkan keinginan
konsumen, sementara penawaran mencerminkan
keinginan produsen. Dalam pasar persaingan
sempurna, penjual dan pembeli sama sekali tidak
mempunyai kemampuan untuk memengaruhi
harga pasar karena sudah ada ikatan batin bahwa
antara penjual dan pembeli mengetahui struktur
dan informasi yang ada di dalam pasar
persaingan sempurna.

Rentabilitas atau viabilitas usaha Kelayakan usaha secara ekonomis dapat RC ratio >1 RC ratio = 1
akuakultur menjamin kelangsungan usaha
Akumulasi aset dan/atau pemupukan Akumulasi aset yang diakibatkan oleh kegiatan Rata-rata >30% keuntungan Rata-rata 10-30%
modal untuk kegiatan akuakultur akuakultur (reinvestasi dari keuntungan usaha) usaha perikanan budidaya keuntungan usaha
mengindikasikan tingkat kesuksesan kegiatan dialokasikan untuk perikanan budidaya
akuakultur, yang berkaitan langsung dengan penambahan aset dan/atau dialokasikan untuk
kesejahteraan pelaku kegiatan akuakultur. pemupukan modal usaha penambahan aset
perikanan budidaya dan/atau pemupukan
modal usaha perikanan
budidaya
Nilai Tukar Pembudidaya (NTP) - Secara konsep NTP menyatakan tingkat NTP >1 (pengeluaran NTP relatif sama dengan 1
pendapatan RTP budidaya --> sdh kemampuan tukar atas barang-barang (produk) nelayan untuk konsumsi (pengeluaran nelayan
mencerminkan rentabilitas/viabilitas yang dihasilkan Nelayan dan Pembudidaya Ikan di rumah tangga dan biaya untuk konsumsi rumah
usaha akuakultur pedesaan terhadap barang/jasa yang dibutuhkan produksi lebih rendah tangga dan biaya produksi
untuk konsumsi rumah tangga dan keperluan dibandingkan dengan relatif sama dibandingkan
dalam proses produksi Nelayan dan Pembudidaya pendapatan hasil usahanya) dengan pendapatan hasil
Ikan. NTP dirumuskan sebagai perbandingan usahanya)
antara indeks harga yang diterima Nelayan dan
Pembudidaya Ikan (It) dengan indeks harga yang
dibayar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (Ib) yang
dinyatakan dalam persentase.

Rasio tabungan RTP Tabungan rumah tangga dapat mengindikasikan >70% pembudidaya ikan 50-70% pembudidaya ikan
tingkat kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi menabung menabung
proporsi pendapatan dari kegiatan
pembudidayaan ikan yang ditabung
menunjukkan semakin tingginya dampak
kegiatan akuakultur terhadap tingkat
kesejahteraan pelaku kegiatan tersebut.

Kelembagaan Keberadaan dan efektivitas Keberhasilan penerapan EAA pada suatu kawasan Terdapat lembaga formal Terdapat lembaga
kelembagaan otoritas akuakultur sangat dipengaruhi oleh ada tidaknya yang jelas otoritasnya serta otoritas, namun tidak
peran suatu kelembagaan yang berwenang efektif (sinergi) tercipta sinergi
mengatur para pemilik kepentingan dalam
memanfaatkan ruang/ wilayah yang sama dengan
kawasan akuakultur

Peraturan yang Peraturan RTRW/ RDTR dan zonasi Keberadaan peraturan terkait tata cara Terdapat peraturan daerah Peraturan daerah tentang
mendukung (RZWP3K) pemanfaatan suatu wilayah adalah penting tentang RTRW/RDTR, RTRW/RDTR, dan/atau
keberlangsungan dalam rangka menghindari konflik kepentingan. dan/atau RZWP3K telah RZWP3K masih dalam
akuakultur Peraturan yang perlu ada agar suatu kawasan dilaksanakan proses penyusunan
akuakultur dapat dikelola dengan baik adalah dan/atau masih dalam
adanya keberadaan peraturan tentang: (1) tahap sosialisasi.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) serta
pengaturan zonasi untuk akuakultur; (2) Perzinan
usaha akuakultur (perikanan) yang didasarkan
pada RTRW dan zonasi untuk kegiatan akuakultur
Peraturan tentang perijinan usaha Terdapat peraturan daerah Terdapat peraturan
perikanan yang didasarkan pada RTRW/ tentang perijinan perikanan daerah tentang perijinan
RDTR/ RZWP3K budidaya dan telah usaha akuakultur dan baru
dilaksanakan >80% dilaksanakan 50-80%

Kepatuhan/ penegakan Penegakan hukum Semakin tinggi tingkat kepatuhan hukum dan Tidak ada pelanggaran Ada pelanggaran dan
hukum semakin tinggi upaya penegakkan hukum yang dan/atau semua sebagian ditindaklanjuti
berkait dengan kegiatan akuakultur di suatu pelanggaran diproses dan
kawasan dapat dijadikan indikasi bahwa suatu ditindaklanjuti
kawasan akuakultur mendapat pengakuan dari
seluruh pihak.

Partisipasi masyarakat Partisipasi masyarakat dalam Pelibatan masyarakat dalam penentuan rencana Masyarakat berpartisipasi Masyarakat berpartisipasi
pengelolaan kawasan budidaya tata ruang dan wilayah untuk kawasan akuakultur aktif dalam pengelolaan secara pasif
(perencanaan, pelaksanaan dan merupakan hal penting agar pemanfaatan suatu kawasan budidaya
evaluasi) kawasan untuk kegiatan akuakultur diakui oleh
seluruh pihak

Sinergitas satuan kerja Sinkronisasi program dan kegiatan yang Esistensi kawasan akuakultur hanya Seluruh peraturan/ Terdapat peraturan
perangkat daerah memberikan dukungan bagi berkelanjutan apabila seluruh peraturan dan kebijakan menghambat dan/atau kebijakan yang
keberlanjutan akuakultur kebijakan yang dijalankan oleh seluruh SKP (tidak sinkron) tidak sinkron, namun tidak
pemangku kepentingan di wilayah kawasan berdampak negatif bagi
akuakultur saling bersinergi dan tidak akuakultur
memberikan dampak yang mengakibatkan
kepentingan salah satu pihak terabaikan.

Monev terhadap tata Monev terhadap tata kelola akuakultur Kegiatan monitoring dan evaluasi perlu dilakukan Telah dilakukan monitoring Telah dilakukan
kelola kelembagaan yang dilakukan oleh kinerja untuk menjamin agar tidak ada kegiatan yang dan evaluasi dengan hasil monitoring dan evaluasi,
kelembagaan dan program memberikan dampak negatif terhadap kawasan pelaksanaan pengelolaan semua pelaksanaan telah
akuakultur dan memastikan agar kawasan kawasan sesuai dengan sesuai dengan rencana
akuakultur tidak memberikan dampak negatif rencana namun masih ada catatan
bagi pihak lain.
1

Belum ada kegiatan


kajian dan/atau
penerapan kebijakan

≤ 30% kawasan memenuhi


kriteria

≤ 30% kawasan
mendapatkan pasokan air
yang memenuhi kriteria
kecukupan dan kualitas

Terdapat sumber
pencemar yang potensial
membahayakan eksisten
perikanan budidaya
<30% unit budidaya telah
mendapatkan sertifikat
CBIB/CPIB dan/atau
sertifikat lainnya

<30% benih berasal dari


hatchery dan
membahayakan
lingkungan

Benih ikan tidak tersedia,


baik jumlah maupun
kualitasnya

<50% areal budidaya ikan


pada suatu kawasan
menggunakan pakan
terdaftar dengan cara dan
dosis sesuai anjuran

Terdapat pembudidaya
yang menggunakan obat
ikan/pestisida ilegal
dan/atau obat terlarang
Terjadi insidensi/wabah
penyakit ikan penting
yang tidak dapat
dikendalikan

melakukan konversi dan


tidak melakukan
kompensasi/ rehabilitasi

<30% dilakukan kajian


penilaian dampak
lingkungan

Bila tidak ada program


dan/atau kegiatan
monitoring lingkungan
Bila tidak ada kebijakan/
program dan/atau
implementasi
perlindungan
keanekaragaman hayati

Selama 5 (lima) tahun


terakhir terjadi konflik
dan tidak tertangani

Tenaga kerja lokal <40%

Proporsi tenaga kerja


perikanan budidaya
rendah
<30% tenaga kerja di
bidang budidaya
kompeten/ memiliki
sertifikat pelatihan/
kompetensi

<30% pembudidaya mau


menerima magang
masyarakat lokal

Tidak terdapat program


jaminan sosial bagi usaha
budidaya
Bila <50% lahan berstatus
hak milik dan/atau HGU

Pembudidaya tidak
dapat/ sulit mengakses
permodalan dari lembaga
keuangan formal

<50% pembudidaya ikan


dapat memasarkan hasil
perikanan budidaya
Penjual dan pembeli tidak
mendapatkan
keuntungan

RC ratio <1
NTP < 1 (pengeluaran
nelayan untuk konsumsi
rumah tangga dan biaya
produksi lebih tinggi
dibandingkan dengan
pendapatan hasil
usahanya)

<50% pembudidaya ikan


menabung

Tidak ada lembaga


otoritas pengelola yang
jelas

Tidak ada peraturan


Tidak ada peraturan atau
ada namun
pelaksanaannya <50%

Ada pelanggaran dan


tidak ditindaklanjuti

Tidak ada partisipasi


masyarakat

Ada peraturan yang tidak


sinkron dan berpotensi
menghambat
keberlangsungan
akuakultur

Tidak dilakukan
monitoring dan evaluasi
atau banyak yang
menyimpang dari
rencana
18,000
14,700
3,300

Anda mungkin juga menyukai