Mata kuliah ini menguraikan secara mendalam semua aspek yang berhubungan dengan birokrasi baik
yang menyangkut teori maupun prakteknya, termasuk masalah-masalah birokrasi yang dihadapi
masyarakat Indonesia.
Fenomena birokrasi selalu ada bersama kita dalam kehidupan kita sehari-hari dan setiap orang
seringkali mengeluhkan cara berfungsinya birokrasi sehingga pada akhirnya orang akan mengambil
kesimpulan bahwa birokrasi tidak ada manfaatnya karena banyak disalahgunakan oleh pejabat
Birokrasi bukanlah suatu fenomena yang baru bagi kita karena sebenarnya telah ada dalam
bentuknya yang sederhana sejak beribu-ribu tahun yang lalu. Namun demikian kecenderungan
mengenai konsep dan praktek birokrasi telah mengalami perubahan yang berarti sejak seratus tahun
terakhir ini. Dalam Masyarakat yang modern, birokrasi telah menjadi suatu organisasi atau institusi
yang penting. Pada masa sebelumnya ukuran negara pada umumnya sangat kecil, namun pada masa kini
negara-negara modern memiliki luas wilayah, ruang lingkup organisasi, dan administrasi yang cukup
Kajian birokrasi sangat penting bagi mereka yang terlibat dalam bidang pemerintahan, karena secara
umum dipahami bahwa salah satu institusi atau lembaga, yang paling penting sebagai personifikasi
negara adalah pemerintah, sedangkan personifikasi pemerintah itu sendiri adalah perangkat
birokrasinya (birokrat).
BMP Birokrasi Indonesia ini terdiri atas 9 modul di mana pada Modul 1 dan 2 diuraikan tentang
pengertian, teori, serta konsep birokrasi. Pada Modul 3 dan 4 dibahas mengenai birokrasi pada masa
kerajaan dan pemerintahan Hindia Belanda. Kajian birokrasi dikaitkan dengan kelompok strategis,
diuraikan pada Modul 5. Pada Modul 6 dijelaskan bagaimana peranan birokrasi dalam perubahan
sosial. Sedangkan pada Modul 7 diuraikan birokrasi sebagai sarana pembangunan. Birokrasi dan
pembangunan ekonomi diuraikan secara jelas pada Modul 8, dan modul terakhir yaitu Modul 9
Untuk menggambarkan materi BMP serta alur pembahasan birokrasi, maka di bawah ini dibuat suatu
Setelah mempelajari mata kuliah ini mahasiswa diharapkan dapat memperoleh pengetahuan dan
pemahaman tentang pengertian, konsep, teori dan aplikasi, serta permasalahan yang berkaitan
Pengertian Birokrasi
Di dalam Modul 1 dijelaskan asal mula pengertian birokrasi serta pengertian birokrasi menurut
Weber. Pada massanya de Gournay, birokrasi terkesan negatif dan menyulitkan dalam melayani
masyarakat, karena pada waktu itu para birokrat seperti pejabat, sekretaris, inspektur, dan juru
tulis lebih dipentingkan untuk melayani raja/penguasa, bukan untuk melayani kepentingan umum.
Weber menekankan perlunya legitimasi sebagai dasar sistem otoritas, serta bagaimana ciri-ciri staf
Kegiatan Belajar 2:
Menurut Weber demokrasi tidak sama dengan birokrasi di mana dalam birokrasi memerlukan
menjadi 5, yaitu kolegialitas, pemisahan kekuasaan, administrasi amatir, demokrasi langsung, dan
representasi (perwakilan).
DAFTAR PUSTAKA
Albrow, Martin. (1989). Birokrasi. alih bahasa M Rusli Karim dan Totok Daryanto. Yogyakarta: Tiara
Wacana.
Castles, L., Nurhadiantomo, & Suyatno. (1986). Birokrasi: Kepemimpinan dan Perubahan Sosial di
Kegiatan Belajar 1:
Konsep Modern tentang Birokrasi:
Ada 7 kelompok konsep birokrasi modern, di mana pada Modul 2, Kegiatan Belajar 1 ini, dijelaskan
mengenai birokrasi sebagai organisasi nasional, birokrasi sebagai inefisiensi organisasi dan birokrasi
Kegiatan Belajar 2:
birokrasi sebagai Administrasi Negara, birokrasi dengan administrasi yang dijalankan oleh pejabat,
DAFTAR PUSTAKA
Albrow, Martin. (1989). Birokrasi. Alih Bahasa M Rusli Karim dan Totok Daryanto. Yogyakarta: Tiara
Wacana.
Tjakranegara, Soegianto, SH. (1992). Hukum Tata Usaha dan Birokrasi Negara. Jakarta: Penerbit
Rineka Cipta.
TRADISIONAL
Kegiatan Belajar 1:
Pada masa Kerajaan Sriwijaya, sudah dikenal konsep birokrasi serta pembagian tugas. Namun
demikian raja masih dianggap yang paling berkuasa dan menentukan segala kekuasaan secara mutlak
masih berada di tangan raja.
Struktur pemerintahan Kerajaan Majapahit terdiri dari pemerintah pusat dan daerah. Masing-
masing kerajaan daerah diberi otonomi penuh dan memiliki perangkat pemerintahan yang lengkap,
Kegiatan Belajar 2:
Kerajaan Kutai Kertanegara ing Martapura merupakan gabungan antara kerajaan Kertanegara dan
pemerintahan daerah, di mana pengawasannya ditugaskan kepada Menteri. Sifat pemerintahan tetap
Sedangkan pada masa Kerajaan Mataram, raja dibantu oleh seorang Patih dan para penasihat.
Birokrasi pemerintahan diserahkan kepada Wedana, untuk mengawasi masalah keraton, baik yang
Mataram menggunakan cara kekuasaan, memaksa orang-orang kuat untuk tinggal di keraton, dan cara
perkawinan.
DAFTAR PUSTAKA
Moertono, Sumarsaid. (1985). Negara dan Usaha Bina Negara di Jawa Masa Lalu. Jakarta: Yayasan
Obor.
Suwarno, O.J. (1989). Sejarah Birokrasi Pemerintahan Indonesia Dahulu dan Sekarang. Yogyakarta:
Universitas Atmajaya.
(pengabdian yang belum digaji) kepada seorang priyayi atasan/pejabat. Dari magang tersebut terjadi
hubungan patron-klien, di mana para pemagang akan sabar menunggu sampai diangkat sebagai
pangreh praja di mana kalau perlu mereka akan menjilat, cari muka, dan sebagainya. Jika oleh priyayi
atau atasan dinilai para pemagang itu tidak pantas jadi priyayi, ya tidak akan diangkat.
Dalam hubungan bawahan-atasan/priyayi maka tampak ada penghormatan yang berlebihan, misalnya
jika priyayi rendahan berkunjung ke pejabat yang lebih tinggi maka harus pakai pakaian adat,
sendalnya dilepas, dan sebagainya. Atribut kepangkatan sangat ditonjolkan, misalnya berkunjung ke
Lambat laun banyak priyayi muda yang mendapatkan pendidikan lebih baik walaupun dengan didikan
ala Eropa, misalnya tinggal bersama keluarga Eropa murni, sekolah di sekolah Belanda. Walaupun ada
ketakutan dari pihak Belanda tentang pejabat pribumi yang terlalu maju sehingga akan berani dengan
pejabat Belanda.
Kegiatan Belajar 2:
dan priyayi atau antara pangreh praja dengan Binnenlandsch Besturr (BB) yang lebih baik, dengan
Pemuda pribumi pada akhir abad ke-19 tersebut sudah mulai mendapat pendidikan ala Eropa yang
memadai, seperti Diperbolehkannya kaum pribumi sekolah di ELS, HBS, dan sebagainya. Tujuan
kolonial Belanda dengan memberikan kesempatan kepada kaum pribumi untuk mendapatkan
pendidikan ala Eropa adalah agar mulai lebih dapat membantu kepentingan Belanda dalam penjajahan
DAFTAR PUSTAKA
Sutherland, Heather. (1983). Terbentuknya Sebuah Elite Birokrasi. Jakarta: Sinar Harapan.
Moertono, Sumarsaid. (1985). Negara Usaha Bina Negara di Jawa Masa Lalu. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Kegiatan Belajar 1:
Pengertian Kelompok Strategis
Ciri-ciri kelompok strategis dikenali pada kecenderungannya, yaitu menguatkan dan mengembangkan
hasil pengambilalihan di satu pihak, serta memusatkan sasaran pengambilalihan kepada sarana
produksi, sarana kekuasaan dan nilai-nilai, atau dengan kata lain kepentingan ekonomi kekuasaan, di
pihak yang lain. Kelompok strategis ini terbentuk dalam suatu tindakan individu-individu yang diikat
atas, dalam suatu sistem politik tertentu. Ada dua acuan pokok kegiatan kelompok strategis yaitu,
hibridisasi dan koalisi. Selanjutnya tanggung jawab analisis kelompok strategis meliputi, baik
struktur intern suatu kelompok masyarakat, maupun proses terjadi, tumbuh dan hancurnya suatu
kelompok strategis. Kemudian pemeriksaan kegiatan kelompok strategis ini dapat dilakukan dengan
mengumpulkan data pertumbuhan, memisahkan mana yang merupakan kebetulan dan mana yang
merupakan petunjuk keberhasilan atau kegagalan tindakan kelompok, serta perbandingan tipe-tipe
kelompok strategis.
Kegiatan Belajar 2:
Masyarakat yang kuat terus-menerus memperbaiki diri. Masyarakat demikian cenderung memelihara
kepekaan dalam mengenali dirinya, pertama sebagai pencapaian, setelah itu sebagai sisa-sisa masa
lalu yang harus diperbaiki dan akhirnya, sebagai hasil evaluasi terhadap pencapaian masa lalu beserta
hasil penolakan terhadapnya, dalam kesadaran yang lebih tinggi tingkatnya. Beberapa faktor
menguatkan kelompok masyarakat termasuk norma-norma dan adat istiadat, beberapa lagi
membongkarnya termasuk harapan untuk melakukan perbaikan. Ada proses perubahan yang terjadi
secara kebetulan, tetapi suatu rencana perubahan dapat dibuat dengan sengaja oleh para pejuang
atau penyelenggara perubahan. Di pihak yang lain adat istiadat dan norma-norma dapat masuk dalam
jajaran penghambat perubahan, sedangkan cita-cita, harapan dan rencana ke depan menjadi
perangsang untuk mempercepatnya. Ancaman serta pengaruh dari luar dapat pula menghambat atau
memperlancar suatu perubahan. Kemudian suatu tindakan selalu didahului oleh putusan strategis yang
telah masak dipertimbangkan sebelumnya. Tindakan strategis agaknya menjadi jalan keluar
Kegiatan Belajar 3
pemerintahan. Birokrasi adalah tipe kekuasaan legal yang paling murni. Dalam birokrasi
Norma-norma merupakan sumber kekuasaan birokrasi. Di pihak lain kekuasaan politik dalam birokrasi
tidak langsung merupakan kekuasaan ekonomi, sekalipun dapat saling pengaruh mempengaruhi.
merupakan kenyataan yang sangat penting dalam kerangka kerja kelompok-kelompok strategis.
Dengan ini kegiatan kelompok strategis tidak perlu berurusan dengan kepentingan-kepentingan
pribadi lagi, melainkan dengan birokrasi yang lebih netral, dapat diperhitungkan dan diandalkan
DAFTAR PUSTAKA
Kegiatan Belajar 1:
Perubahan Sosial
Keadaan suatu masyarakat tidak pernah tetap akan tetapi akan selalu ada perubahan baik lambat
maupun cepat dan sebaliknya, gejala yang tetap dari suatu masyarakat adalah perubahan.
Perubahan sosial dalam suatu masyarakat modern dapat terjadi secara spontan, namun dalam
penerapan suatu kebijakan sosial yang baru peranan birokrasi sangat dominan. Faktor penyebab
perubahan sosial dapat berasal dari dalam masyarakat itu sendiri (intern) serta dari luar (ekstern).
Kegiatan Belajar 2:
Pada periode kemerdekaan, terjadi perubahan yang mendasar di mana pola perilaku birokrasi
pemerintah dikritik karena dianggap tidak demokrasi atau feodalistik. Keinginan untuk menduduki
jabatan dalam birokrasi pemerintah sebagai sesuatu yang sangat dihormati sudah mulai berkurang.
Pada masa demokrasi terpimpin, pelaksanaan nasionalisasi perusahaan asing mengalami salah urus dan
disalahgunakan untuk kepentingan pribadi para birokrat. Birokrasi menekan lembaga atau organisasi
Peran yang kuat dari birokrasi dalam pembangunan ekonomi akan menyebabkan terjadinya
perubahan-perubahan seperti misalnya di bidang teknologi baru, perubahan kelembagaan atau sikap
DAFTAR PUSTAKA
Pada periode kemerdekaan, terjadi perubahan yang mendasar di mana pola perilaku birokrasi
pemerintah dikritik karena dianggap tidak demokrasi atau feodalistik. Keinginan untuk menduduki
jabatan dalam birokrasi pemerintah sebagai sesuatu yang sangat dihormati sudah mulai berkurang.
Pada masa demokrasi terpimpin, pelaksanaan nasionalisasi perusahaan asing mengalami salah urus dan
disalahgunakan untuk kepentingan pribadi para birokrat. Birokrasi menekan lembaga atau organisasi
Peran yang kuat dari birokrasi dalam pembangunan ekonomi akan menyebabkan terjadinya
perubahan-perubahan seperti misalnya di bidang teknologi baru, perubahan kelembagaan atau sikap
PEMBANGUNAN
Kegiatan Belajar 1:
Peran birokrasi dalam pembangunan merupakan bentuk kajian yang penting. Ada beberapa segi yang
penting dalam praktek birokrasi yang berfungsi untuk menunjang pembangunan, yaitu adanya
birokrasi sebagai alat integrasi nasional, birokrasi sebagai pelopor pembangunan dan birokrasi
sebagai agen sosialisasi politik. Sebagai alat integrasi nasional, praktek birokrasi mempunyai peran
yang berbeda antara negara maju dan negara berkembang. Selain itu terdapat beberapa faktor
penentu yang dapat mempengaruhi integrasi nasional. Ketiga peran di atas hanyalah sebagian kecil
Pelaksanaan birokrasi berhubungan erat dengan perangkat pelaksananya, yaitu para administrator.
Mereka memiliki kewenangan untuk menentukan garis-garis kebijakan birokrasi yang didasarkan atas
pertimbangan rasional dan pengalaman yang dimilikinya. Hal ini bukan berarti mereka bebas
menentukan kebijakan dengan sebesar-besarnya, tetapi mereka hendaknya berpegang pada segi
etika yang merupakan pedoman bagi administrator untuk menjalankan roda pembangunan seoptimal
mungkin berlandaskan pada nilai-nilai moral yang terkandung dalam etika pembangunan.
Kegiatan Belajar 2:
Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan yang dicita-citakan oleh banyak negara di dunia. Ia
menjanjikan keadaan dunia yang lebih baik dan adanya tanggung jawab masyarakat dalam
pemerintahan. Birokrasi memiliki berbagai macam dasar moral di dalamnya, yaitu keyakinan akan nilai
dan martabat manusia, kebebasan manusia, adanya aturan hukum yang pasti, asas persetujuan
Birokrasi adalah media yang dapat berperan dalam pengembangan demokrasi, ia mampu
menjembatani kebijakan administratif dari penguasa dengan aspirasi rakyat. Dalam praktek birokrasi
dapat menimbulkan keadaan yang demokratis maupun anti demokrasi, tergantung kepada sifat
keterbukaan atau ketertutupan birokrasi itu sendiri. Semakin terbuka birokrasi maka kadar
Sumber dari adanya birokrasi salah satunya adalah adanya prinsip demokrasi. Oleh karena itu,
sebenarnya tidak terdapat kontradiksi yang mutlak antara birokrasi dengan demokrasi. Birokrasi
dianggap mempunyai peran yang penting dalam dunia modern. Ia dapat berperan sebagai alat untuk
Kegiatan Belajar 3:
Pembinaan Karier dan Etika Birokrasi
Pemerintahan
Pembinaan karier dalam birokrasi pemerintahan ditujukan guna menjamin terselenggaranya tugas-
tugas umum pemerintahan dan pembangunan secara berdaya guna dan berhasil guna dalam rangka
mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Oleh karena itu, diperlukan
pembinaan aparat birokrasi sebagai unsur aparatur negara yang penuh kesetiaan dan ketaatan
kepada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, bersih, berwibawa, bermutu tinggi dan sadar akan
tanggung jawabnya. Dalam hubungan ini Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974, telah meletakkan
landasan yang kokoh untuk mewujudkan pegawai negeri seperti dimaksud di atas dengan cara
mengatur kedudukan, kewajiban, hak pembinaan pegawai negeri sebagai salah satu kebijaksanaan dan
Untuk mendorong prestasi pegawai negeri, mereka diberi penghargaan dalam bentuk kenaikan
pangkat, penempatan pada jabatan tertentu dan kesempatan belajar untuk meningkatkan pengalaman
DAFTAR PUSTAKA
Braam, P.A. Geert. (2001). Sosiologi Pemerintahan. Terjemahan JRG. Djopari. Jakarta: Institut Ilmu
Pemerintahan.
Chandra, Robert. (2001). Indonesia Civil Service Reforms, Thesis. National University Singapore.
Locke, John. (2002). Kuasa Itu Milik Rakyat. Terjemahan Widyamartaya. Kanisius.
Penerbit Hapsara.
Peraturan Pemerintah RI No. 12 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Peraturan No. 5 Tahun 1999
Santoso, Priyo Budi. (1995). Birokrasi Pemerintah Orde Baru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Subagio Untung. “Reformasi Daerah: Sebuah Terobosan melalui Pembentukan Satu Tingkat Daerah
Otonom”, dalam Widya Praja (Jurnal Ilmu Pemerintahan, No. 3 Tahun 2006, Institut Pemerintahan
Dalam upaya membangun birokrasi Indonesia yang modern, acuan yang digunakan adalah model
birokrasi legal-rasional. Namun dalam pembangunan selanjutnya, tipe birokrasi legal-rasional yang
dihasilkan berbeda dengan apa yang dikonsepsikan Weber, karena masuknya unsur-unsur birokrasi
tradisional-patrimonial. Pengaruh sejarah dan kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia ternyata
menghasilkan corak birokrasi yang khas Indonesia, di mana unsur-unsur tradisional, modern dan
Birokrasi pada masa Orde Baru memainkan peranan yang sangat sentral dalam proses pembangunan
ekonomi sehingga terkesan “meninggalkan” unsur-unsur lain yang seharusnya terlibat dalam setiap
tahap pembangunan. Karena dominannya peran birokrasi maka partisipasi masyarakat terasa kurang
berakar atau menjadi “pelengkap” saja dari kiprah birokrasi dalam pembangunan, dan segala
sesuatunya terkesan birokratis (lamban, kaku, tertutup). Sehubungan dengan itu maka desakan untuk
semakin mengupayakan debirokratisasi, deregulasi politik dan demokrasi ekonomi semakin kuat.
Kegiatan Belajar 2:
birokrasi menjadi lemah. Dalam posisi yang demikian, birokrasi menjadi tidak fungsional untuk
melayani masyarakat. Agar fungsi birokrasi sebagai “alat pemerintah” yang bekerja untuk
kepentingan rakyat, birokrasi seharusnya berada dalam posisi netral. Kalaupun posisi ini tidak dapat
sepenuhnya dicapai, namun birokrasi semestinya mempunyai kemandirian sebagai lembaga yang tetap
tegak membela kepentingan umum. Ia lebih meningkatkan diri sebagai “abdi masyarakat” daripada
adaptif yang intinya adalah menjaga hubungan yang harmonis dengan masyarakat, terbuka terhadap
gagasan-gagasan inovatif, peka terhadap perubahan dan tuntutan masyarakat serta meningkatkan
produktivitas pelayanan.
DAFTAR PUSTAKA
Santoso, Budi Priyo. (1995). Birokrasi Pemerintah Orde Baru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Penerbit Hapsara.
DI INDONESIA
Kegiatan Belajar 1:
Banyak orang beranggapan birokrasi sama dengan inefisiensi organisasi. Gejala-gejala atau petunjuk
adanya birokrasi antara lain seperti terlalu percaya kepada preseden, kurang inisiatif, penundaan,
Korupsi dan nepotisme biasanya terdapat pada setiap aktivitas birokrasi dan kebanyakan terjadi di
negara sedang berkembang karena memang sedang giat-giatnya membangun.. Korupsi tidak begitu
saja terjadi tapi pasti ada penyebabnya seperti berlakunya kewajiban-kewajiban tradisional kepada
keluarga, faktor ekonomi, sifat demonstration effect, dan sebagainya sehingga dampak korupsi jelas
aparatur birokrasi tetapi kurang memiliki keahlian yang memadai, bekerja kurang produktif dan tidak
efisien.
Sebenarnya luasnya tugas birokrasi pada pemerintah sebagai hal yang wajar, hanya perlu diimbangi
dengan kemampuan yang memadai dari aparatur birokrasi. Sektor swasta juga belum banyak
DAFTAR PUSTAKA