Anda di halaman 1dari 30

KUALITAS RUANG

KARTIKA EKA SARI


KOMPONEN METODE
PEMBENTUK EVALUASI
INTRODUCTION
Ruang kota adalah suatu wadah/spasial yang dibentuk sedemikian rupa
untuk memenuhi kebutuhan manusia

Non Spasial Spasial

Kualitas kebijakan Kualitas Ruang


KUALITAS RUANG

Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan


dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang
memenuhi atau melebihi harapan

Evaluasi kualitas ruang dapat dilihat berdasarkan kebutuhan


masyarakat (sudah memenuhi/melebihi harapan)
TINGKAT KEBUTUHAN MASYARAKAT (hildebrand Frey, 1999)

Semua kebutuhan fisik masyarakat antara lain: tempat tinggal dan tempat kerja, pendapatan yang memadai,
Dasar pendidikan dan kursus, transportasi dan memungkinkan untuk mengadakan komunikasi dengan fasilitas fasilitas dan
pelayanan pelayanan kota.

Keselamatan (safety), keamanan (security) dan perlindungan (protection), unsur susunan dan kontrol terhadap
Kedua lingkungan yang harus bebas dari polusi,kebisingan, kecelakaan, dan kriminologi.

Lingkungan sosial yang kondusif. penghuninya mempunyai pertumbuhan yang baik, anak anak mereka bisa saling
Ketiga mengadakan sosialisasi, mereka merasa sebagai bagian dari komunitas dan merasa memiliki terbadap
lingkungannya.

Memberikan appropriate image. Tercipta reputasi yang baik serta gengsi yang dapat menggambarkan
Ke penghuninya. Disamping dapat memberikan rasa percaya diri yang kuat, status dan martabat yang tinggi bagi
empat mereb.
TINGKAT KEBUTUHAN MASYARAKAT (hildebrand Frey, 1999)

Memberi kesempatan penghuninya untuk berkreasi sendiri. Ada peran masyarakat dalam menciptakan ruang
Kelima sesuai kebutuhan mereka sendiri

Ke Karya desain yang baik, sebagai tempat dengan nilai estetis tinggi, secara fisik dapat memberi kesan yang
enam mendalam, merupakan suatu tempat budaya dan karya seni yang bermutu.

Semakin tinggi taraf hidup, semakin tinggi tuntutan


kualitas ruang
MENGUKUR
KUALITAS
RUANG
Lingkungan alam
Terukur
Bentuk dan massa bangunan, serta Intensitas bangunan

Bagaimana menilai
kualitas rancang
Harus dijaga keseimbangannya

Tidak
Aspek kualitatif pada wilayah studi
terukur

Dalam mengukur kualitas ruang kota dapat digunakan kriteria desain tak terukur, dan peran ruang
publik sangat besar dalam meningkatkan kualitas ruang kota
Perbandingan teori untuk analisis
kualitas ruang
Urban design Urban System
Plan for San Research and Kevin Lynch
Fransisco Engineering

• Kenyamanan • Kelayakan & hubungan • Vitalitas


• Visual yg menarik • Ekspresi dari identitas • Sense (kepekaan)
• kegiatan (activity) • Akses & sirkulasi • Kelayakan (fit)
• clarity & convenience (kejelasan & kenyamanan) • Activity support • Akses
• karakter khusus • views • Pemeriksaan (control)
• Ketajaman (clarity) • Elemen alam
• Pemandangan kawasan (vista) • Kenyamanan visual
• variasi/Kontras • Care and maintenance
• Harmoni/Kecocokan Aspek kualitatif dilihat dr
• Integrasi skala & bentuk fungsi

Aspek kualitatif diukur dari visual


KRITERIA PERANCANGAN
CASE STUDY
Kualitas Ruang Koridor Jl.
Rajawali, Kota Surabaya
sebagai bagian dari Urban
Herritage
Jl. Rajawali sbg
Siginifikansi
“Pintu masuk”
budaya & sejarah
koTA Surabaya

Pusat sirkulasi kendaraan Tarikan pergerakan dari Deretan bangunan kolonial kondisi bangunan kolonial yg
(Terminal JMP) Plaza JMP (eks pusat kota Surabaya) beragam

Menurunkan kualitas ruang Menuntut kualitas ruang yang bagus/ estetis

Tipologi/ Kualitas Ruang pada koridor Jl.


Rajawali
4

1 2

6
5

3
Deretan elemen lain yang membentuk
Softscape garis semu (pohon, parkir, signage, dll)
Tinggi dinding

Lebar Lantai (Lebar


trotoar+Lebar trotoar +
Lebar Setback

Setback bangunan
Teknik Overlay
hardscape Deretan bangunan

Penetapan Pemenggalan Pengelompok Perhitungan


Intepretasi
streetwall deret an tipologi enclosure

Peta Cluster Hardscape peta tipologi Nilai kualitas Peta Kualitas


STEP 1 Setback (6, 8 ,12 m)
Kluster 1 Kluster 3 Setback (o - 6 m)
Tinggi (8, 11, 18 m)
Tinggi (6, 10, 14 m)

Data Tinggi

Setback (3 - 60 m) Setback (0 m)
kluster 2 Kluster 4
Tinggi (6, 10, 14 m) Tinggi (10 m)

Data lebar setback


Pembagian penggalan-penggalan jalan berdasarkan 2 (dua) deret klaster
STEP 2 yang saling berhadapan. Penggalan/segmen berdasarkan persimpangan
pada koridor Jl. Rajawali.
Menghasilkan 9 (sembilan) segmen pada Jl. Rajawali

Pengelompokan segmen berdasarkan kesamaan tipologi. Terdapat 2 sd 3


STEP 3
segmen yang memiliki kesamaan tipologi dengan segmen yang
berhadapan.
Sehingga dapat dikelompokan menjadi 5 jenis tipologi.

STEP 4 Penggambaran kelima tipologi segmen


1 Tipologi 1 merupakan penggalan yang tebentuk oleh 2 klaster hijau tua (4) yang
saling berhadapan. Memiliki nilai h konsisten yakni 10 meter dan nilai d yang
tidak dipengaruhi setback bangunan.

2 Tipologi 2 merupakan penggalan yang terbentuk oleh 2 klaster hijau muda


(3) yang saling berdapan. Memiliki nilai h konsisten yakni 10 meter namun
nilai d dipengaruhi oleh jarak setback bangunan

Tipologi 3 merupakan penggalan yang terbentuk oleh klaster (3) hijau


3
muda dan klaster (2) salem yang saling berdapan. Disalah satu sisinya
memiliki nilai h konsisten yakni 14 meter dengan setback 6 s/d 0 (nol)
meter. Sedang disisi lainya ketinggian konsisten yakni 10 meter namun nilai
d dipengaruhi oleh setback yang sangat jauh yakni 60 meter. Sehingga
pada tipologi ini nilai main enclosure sukar ditentukan

4 Tipologi 4 merupakan penggalan yang memiliki karakter streetwall yang


tidak jelas. Klaster (1) merah sendiri mengindikasikan bahwa deret
bangunan tersebut memiliki ketinggian yang tidak konsisten serta setback
yang jauh.
Tipologi 5 merupakan penggalan yang terbentuk dari salah satu klaster
5 yang berhadapan dengan kavling tanpa bangunan. Sehingga penggalan
ini tidak memiliki nilai main enclosure karena tidak didilingkupi oleh 2 (dua)
elemen hardscape yang berhadapan. Penggalan ini hanya memiliki nilai
second enclosure yang dilihat dari h/d antara bangunan ke deretan
pepohonan atau pun pagar pembatas
STEP 5 INTEPRETASI TIPOLOGI 1 (KUALITAS KUAT)

Penggalan ini memiliki nilai main enclosure d/h = 2,55 



dan second enclosure d/h = 2,35
. Berdasarkan kategori derajat ketertutupan menurut [7], nilai d/h
pada penggalan ini berada ditengah-tengah antara Therehold of
enclosure (d/h=2) dan Minimum enclosure (d/h=3). Hal ini
menunjuan bahwa penggalan ini masih dalam batas kesan ruang
tertutup. Dimana pengguna ruang jalan akan melihat bangunan
secara menyeluruh bersama dengan detailnya dan juga
memperhatikan bangunan dalam hubungan dengan sekelilingnya
. Kesimpulannya adalah kualitas keterlingkupan atau ketertutupan
pada penggalan ini masih terasa kuat; keseluruhan bangunan dan
detilnya serta kesinambungannya dengan lingkungan sekitarnya
masih diperhatikan oleh penggun ruang, sehingga karakter visual
dari fasad bangunan sangat mempengaruhi persepsi pengguna
ruang terhadap karakter koridor Heritage Jalan Rajawali yang
terbentuk; dan sangat memungkinkan terjadinya interaksi bersama
oleh pengguna ruang. 

STEP 5 INTEPRETASI TIPOLOGI 2 (KUALITAS LEMAH)

Penggalan ini memiliki nilai main enclosure d/h = 3,45 



dan second enclosure d/h = 2,45. Dilihat dari nilai main enclousure-
nya penggalan ini sudah melewati batas minimum enclosure (d/
h=3) menurut kategori dari Speiregen (1965), namum belum
termasuk pada kategori loss of enclosure (d/h=4). Hal ini
menunjukan bahwa kesan ketertutupan pada penggalan ini masih
ada meski terasa terasa lemah 


Kesimpulannya adalah kualitas keterlingkupan atau ketertutupan


pada penggalan ini masih ada namun terasa lemah; kesan
keterlingkupan diperkuat oleh elemen softscape-nya yakni deretan
pepohonan; serta masih memungkinkan terjadinya interaksi
bersama antar pengguna ruang
STEP 5 INTEPRETASI TIPOLOGI 3 & 5 (KUALITAS SEMU)

Penggalan ini memiliki nilai main enclosure d/h=8,45 



dan nilai second enclosure d/h=2,45
ruang kehilangan kualitas ketertutupannya dan bangunan yang ada
hanya berperan sebagai edge depan (foreground) dalam keseluruhan
pemandangan koridor. Sedangkan berdasarkan kategori dari Ashihara
(1970), pada kategori ini interaksi bersama mulai menghilang dan
interaksi antara bangunan sukar dirasakan. Namun dilihat dari nilai
second enclosure-nya penggalan ini masih memiliki kesan
keterlingkupan khususnya untuk skala ruang pergerakan.
Kesimpulannya adalah kualitas keterlingkupan atau ketertutupan pada
penggalan ini mulai menghilang; namun kesan keterlingkupan semu
masih bisa dirasakan karena kehadiran elemen softscape-nya yakni
deretan pepohonan; kemungkinan terjadiya interaksi bersama antar
pengguna mulai menghilang dan interaksi antar bangunan sukar
dirasakan. Hal ini membuat kesan Jalan Rajawali sebagai ruang terbuka
publik mulai menghilang.
STEP 5 INTEPRETASI TIPOLOGI 4 (KUALITAS TIDAK TERDEFINISI)

Penggalan ini memiliki nilai main enclosure yang beragam dalam satu
penggalan, dimana nilainya berkisar antara d/h = 2,3 hingga d/h= 3,9
dan nilai second enclosure dengan nilai berkisar d/h = 2,5 hingga d/h
=3,4
Kesimpulannya adalah pada penggalan ini kualitas keterlingkupan atau
ketertutupan ruang kemungkinan terasa namun sulit didefinisikan
BEHAVIOUR
MAPPING
EVOLUSI BEHAVIOUR MAPPING

Individual - centered map


Behavioural Matrix
BY HAND Drawn behavioural mapping

GPS
video
BY TECHNOLOGY Location

Comprehensive data,
SMART TECHNOLOGY simple method
INDIVIDUAL CENTERED

Melacak pergerakan/ perpindahan responden

Bisa dilakukan dengan metode pengumpulan data survey primer (Kuisioner & wawancara)

Kelebihan : Bisa memetakan secara sosial (persepsi, sikap dan perilaku & tempat populer
Kelemahan : Karena menggunakan form kuisioner maka informasinya terbatas
PLACE CENTERED

Memetakan pergerakan pada satu tempat yang spesific


Place centered using GIS
memanfaatkan data GIS untuk melakukan survey secara berkelanjutan dan mengidentifikasi
pergerakan

Kelebihan : lebih faktual & spasial, serta mudah mengupdate


Kelemahan : Butuh hardware dan perangkat berkecepatan
internet tinggi
GPS as a Data Source

Melengkapi responden dengan perangkat GPS, sehingga


akurasi data pergerakan lebih lengkap dan kompatibel
dengan GIS

Kelemahan : Perilaku responden bisa berubah karena


merasa diawasi melalui alat GPS
Obser vation by video

Mengidentifikasi perilaku
responden dengan cara
mengolah data rekaman
hasil video
Behaviour Mapping

GBT Lantai GBT Lantai Dekanat GBT Lantai


2 3 Lobby 1

Anda mungkin juga menyukai