Artikel
Artikel
Abstrak. Penelitian ini mengkaji tentang menyelesaian Sistem Persamaan Linear Fuzzy dengan
Membanding kan Metode Iterasi Jacobi dan Metode Iterasi Gauss-Seidel.Bentuk umum persamaan linear
fuzzy yaitu:
𝑨𝑿̃=𝒀 ̃
Metode iterasi Jacobi merupakan salah satu metode tak langsung, yang bermula dari suatu hampiran
Metode iterasi Jacobi ini digunakan untuk menyelesaikan persamaan linier yang proporsi koefisien nol
nya besar. Iterasi dapat diartikan sebagai suatu proses atau metode yang digunakan secara berulang-
(𝑘)
ulang (pengulangan) dalam menyelesaikan suatu permasalahan matematika ditulis dalam bentuk 𝑥𝑖 =
1 (𝑘−1)
(𝑏𝑖 − ∑𝑛𝑗≠𝑖 𝑎𝑖𝑗 𝑥𝑗 ), 𝑖 = 1,2, … , 𝑛; 𝑘 = 1,2,3, … , 𝑛. Pada metode iterasi Gauss-Seidel, nilai-nilai
𝑎𝑖𝑖
yang paling akhir dihitung digunakan di dalam semua perhitungan. Jelasnya, di dalam iterasi Jacobi,
(𝑘) 1 (𝑘) (𝑘−1)
menghitung dalam bentuk 𝑥𝑖 = (𝑏𝑖 − ∑𝑖−1 𝑗=1 𝑎𝑖𝑗 𝑥𝑗 − ∑𝑟𝑗=𝑖+1 𝑎𝑖𝑗 𝑥𝑗 ). Setelah mendapatkan Hasil
𝑎𝑖𝑖
iterasi kedua Metode tersebut maka langkah selanjutnya membandingkan kedua metode tersebut dengan
melihat jumlah iterasinya dan nilai Galatnya manakah yang lebih baik dalam menyelesaikan Sistem
Persamaan Linear Fuzzy.
Kata kunci : Sistem Persamaan Linear Fuzzy, Metode Itersi Jacobi, Metode Iterasi Gauss-Seidel.
Abstract. This study examines the completion of the Linear Fuzzy Equation System by Comparing the
Jacobi Iteration Method and the Gauss-Seidel Iteration Method. The general form of the linear fuzzy
equation is:
𝑨𝑿̃=𝒀 ̃
The Jacobi iteration method is one of the indirect methods, which stems from an almost a method of this
Jacobi iteration method used to solve linear equations whose proportion of large zero coefficients.
Iteration can be interpreted as a process or method used repeatedly (repetition) in solving a
(𝑘) 1 (𝑘−1)
mathematical problem written in the form 𝑥𝑖 = (𝑏𝑖 − ∑𝑛𝑗≠𝑖 𝑎𝑖𝑗 𝑥𝑗 ), 𝑖 = 1,2, … , 𝑛; 𝑘 = 1,2,3, … , 𝑛.
𝑎𝑖𝑖
In the Gauss-Seidel iteration method, the most recently calculated values are used in all calculations.
(𝑘) 1 (𝑘) (𝑘−1)
Obviously, inside Jacobi iteration, counting in form 𝑥𝑖 = (𝑏𝑖 − ∑𝑖−1 𝑗=1 𝑎𝑖𝑗 𝑥𝑗 − ∑𝑟𝑗=𝑖+1 𝑎𝑖𝑗 𝑥𝑗 )
𝑎𝑖𝑖
After obtaining the result of second iteration of the Method then the next step compare both methods by
seeing the number of iteration and the Error value which is better in solving Linear Fuzzy Equation
System.
Keywords: Linear Fuzzy Equation System, Jacobi Itersi Method, Gauss-Seidel Iteration Method.
PENDAHULUAN
Sistem persamaan linear merupakan kumpulan persamaan linear yang saling berhubungan untuk
mencari nilai variabel yang memenuhi semua persamaan linear tersebut. Sistem persamaan
linier kadang muncul secara langsung dari masalah-masalah yang nyata sehingga membutuhkan
proses penyelesaian. Menyelesaikan suatu persamaan linear adalah mencari nilai-nilai variabel
yang memenuhi semua persamaan linear yang diberikan. Sistem persamaan linear biasanya
terdiri atas m persamaan dan n variabel. Sistem persamaan linear dapat ditulis dalam bentuk
persamaan matriks Ax = b dengan semua entri-entri di dalam A dan b adalah bilangan riil.
Secara umum sistem persamaan linear dapat diselesaikan dengan dua metode yaitu metode
langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung biasanya disebut metode eksak,
diantaranya metode eliminasi, subtitusi, dekomposisi LU, dekomposisi Cholesky, dan
dekomposisi Crout. Metode tidak langsung biasanya disebut iterasi , diantaranya metode iterasi
Jacobi, metode SOR, metode Gauss-Seidel. Metode iterasi Jacobi merupakan salah satu metode
tak langsung, yang bermula dari suatu hampiran penyelesaian awal dan kemudian berusaha
memperbaiki hampiran dalam tak berhingga namun langkah konvergen sedangkan Metode
Gauss Seidel merupakan metode yang menggunakan proses iterasi hingga diperoleh nilai yang
sesungguhnya. Metode ini menggunakan nilai awal dan pada proses selanjutnya menggunakan
nilai yang sudah diketahui sebelumnya.
Konstanta dalam sistem persamaan linear biasanya berupa bilangan riil, namun seiring
perkembangan ilmu matematika, konstanta dalam sistem persamaan linear dapat berupa
bilangan fuzzy dan dapat diselesaikan dengan menggunakan metode yang sama. Fuzzy dapat
diartikan sebagai kabur atau samar-samar, biasanya digunakan dalam masalah yang
mengandung unsur ketidakpastian. Sistem persamaan linear dengan konstanta berupa bilangan
fuzzy disebut sistem persamaan linear fuzzy . bentuk sistem persamaan linear fuzzy seperti
sistem persamaan linear biasa, perbedaanya terletak pada unsur b . unsur b dalam sistem
persamaan linear fuzzy merupakan bentuk parameter yang berada pada interval tertentu.
Penyelesaian sistem persamaan linear fuzzy telah dibahas oleh beberapa peneliti sebelumnya,
diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Beta Norita dengan Judul “Sistem Persamaan
Linear Fuzzy”, ia membahas tentang kajian sistem persamaan linear fuzzy dan solusi sistem
persamaan linear fuzzy. Selajutnya A.Panahi dan T.Allahviranloo dengan judul “Solving Fuzzy
Linear Systems of Equations”, mereka membahas penyelesaian sistem persamaan linear fuzzy
dengan menggunakan metode Segitiga atas dan Segitiga bawah. Selanjutnya Kholifah dengan
judul ”Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Fully Fuzzy Menggunakan Metode Gauss
Seidel”. Ia membahas penyelesaian Sistem persamaan linear fully fuzzy dengan metode Gauss
seidel.
Berdasarkan penelitian dan jurnal tersebt penulis tertarik untuk mengulas skripsi dengan
mengambil dua metode yang digunakan yaitu metode Iterasi Jacobi dan Iterasi Gauss Seidel,
sehingga penulis tertarik mengambil judul “Perbadingan Metode Iterasi Jacobi dan Iterasi Gauss
Seidel dalam menyelesaikan sistem persamaan linear fuzzy”.
∑ 𝑎𝑖𝑗 𝑥𝑗 = ∑ 𝑎𝑖𝑗 𝑥𝑗 = 𝑦𝑖
𝑗=1 𝑗=1
𝑛 𝑛
∑ 𝑎𝑖𝑗 𝑥𝑗 = ∑ 𝑎𝑖𝑗 𝑥𝑗 = 𝑦𝑖
𝑗=1 𝑗=1
Menurut M. Matinfar (2008) sistem persamaan linear fuzzy baru dapat dijelaskan sebagai
berikut :
𝑆11 𝑥1 + ⋯ + 𝑆1𝑛 𝑥𝑛 + 𝑆1𝑛+1 𝑥2 + ⋯+ 𝑆1,2𝑛 𝑥𝑛 = 𝑦1
⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮
𝑆11 𝑥1 + 𝑆𝑛,𝑛 𝑥𝑛 + 𝑆𝑛,𝑛+1 𝑥2 + ⋯ + 𝑆𝑛,2𝑛 𝑥𝑛 = 𝑦𝑛
⋯+
𝑆𝑛+11 𝑥1 + ⋯ + 𝑆𝑛+1,𝑛 𝑥𝑛 + 𝑆𝑛+1,𝑛+1 𝑥2 + ⋯ + 𝑆𝑛+1,2𝑛 𝑥𝑛 = 𝑦1
⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮
𝑆2𝑛,1 𝑥1 + ⋯ + 𝑆2𝑛,1 𝑥𝑛 + 𝑆2𝑛,𝑛+1 𝑥2 + ⋯ + 𝑆2𝑛,2𝑛 𝑥2 = 𝑦𝑛
Persamaan 4.2 dapat ditulis sebagai berikut :
𝑆𝑋̃ = 𝑌̃
Atau
𝐵 𝐵2 𝑋
[ 1 ][ ]
𝐵2 𝐵1 𝑋
Dengan
𝑥1 (𝑟) 𝑥1 (𝑟) 𝑦1 (𝑟) 𝑦1 (𝑟)
𝐵1 𝐵2
𝑆=[ ] , 𝑋 = [ ⋮ ], 𝑋 = [ ⋮ ] 𝑌 = [ ⋮ ] dan 𝑌=[ ⋮ ]
𝐵2 𝐵1
𝑥𝑛 (𝑟) 𝑥𝑛 (𝑟) 𝑦𝑛 (𝑟) 𝑦𝑛 (𝑟)
Definisi 2 (M.Matinfar dkk, 2008)
Terdapat 𝑋 = 𝑥𝑖 (𝑟), 𝑥𝑖 (𝑟), 1 ≤ 𝑖 ≤ 𝑛 adalah solusi dari 𝑆𝑋 = 𝑌 dengan bilangan fuzzy
𝑈 = 𝑢𝑖 (𝑟), 𝑢𝑖 (𝑟), 1 ≤ 𝑖 ≤ 𝑛; adalah:
𝑢(𝑟) = min 𝑥𝑖 (𝑟), 𝑥𝑖 (𝑟), 𝑥𝑖 (1), 𝑥𝑖 (1),
𝑢(𝑟) = max 𝑥𝑖 (𝑟), 𝑥𝑖 (𝑟), 𝑥𝑖 (1), 𝑥𝑖 (1),
Solusi 𝑓𝑢𝑧𝑧𝑦 𝑈 ̃ disebut solusi fuzzy kuat (strong fuzzy solution) jika 𝑢𝑖 = 𝑥𝑖 , 𝑢𝑖 = 𝑥̃𝑖 , maka jika
terdapat salah satu yang tidak sama maka ̃ 𝑈 adalah solusi fuzzy lemah (weak fuzzy solution).
Galat
Misalkan 𝑥̅ suatu nilai hampiran numerik untuk nilai numerik eksak x, yang tidak diketahui.
Nilai
𝑒𝑥̅ = 𝑥 − 𝑥̅ (7)
Disebut galat |𝑒𝑥̅ | disebut galat mutlak, dan nilai
|𝑥−𝑥̅ |
𝑟𝑥̅ = 𝑥
(8)
Himpunan Fuzzy (Fuzzy Set)
Pada himpunan klasik, keberadaan suatu elemen 𝑥 dalam suatu himpunan A hanya memiliki
dua kemungkinan keanggotaan, yaitu 𝑥 menjadi anggota A atau 𝑥 tidak menjadi anggota Suatu
A nilai yang menunjukkan seberapa besar tingkat keanggotaan suatu elemen 𝑥 dalam suatu
himpunan . biasa disebut dengan nilai keanggotaan, yang biasa ditulis dengan 𝜇𝐴 (𝑥).
Pada himpunan klasik, nilai keanggotaan hanya memasangkan nilai 0 atau 1 untuk unsur-
unsur pada semesta pembicaraan, yang menyatakan anggota atau bukan anggota. (Ravita,2012)
Nilai keanggotaan untuk himpunan A adalah fungsi 𝜇𝐴 : 𝑋 → {0,1} dengan
1, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑥 ∈ 𝐴
𝜇𝐴 (𝑥) = { (9)
0, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑥 ∉ 𝐴 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑥 ∈ 𝐴
Bilangan Fuzzy
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kajian teori, dilakukan bulan Desember 2017-Maret 2018
dengan menggunakan buku-buku dan jurnal-jurnal yang membahas tentang sistem persamaan
linear fuzzy, metode numerik, himpunan fuzzy.
HASIL PENELITIAN
Simulasi pertama
1 −1 𝑥1 (𝑟) 𝑥1 (𝑟)
𝐴=( ) 𝑥̃ = ( )
1 3 𝑥2 (𝑟) 𝑥2 (𝑟)
−7 + 2𝑟 −3 − 2𝑟
𝑦̃ = ( )
19 + 4𝑟 27 − 4𝑟
Sistem persamaan dari n x n diubah menjadi 2n x 2n yang diamsumsikan dengan matriks m
1. Jika 𝑎𝑖𝑗 ≥ 0 maka 𝑏𝑖𝑗 = 𝑎𝑖𝑗 , 𝑏𝑖+𝑛,𝑗+𝑛 = 𝑎𝑖𝑗
𝑎11 = 1 𝑏11 = 1 𝑏33 = 1
𝑎21 = 1 𝑏21 = 1 𝑏43 = 1
𝑎22 = 3 𝑏22 = 3 𝑏44 = 3
Karena pada contoh diamsumsikan matriks m sehingga 𝑏𝑖𝑗 = 𝑚𝑖𝑗 . Berdasarkan entri-entri yang
di dapat maka akan diperoleh persamaan baru:
𝑚11 𝑥1 + 0 𝑚12 𝑥2 + 0 𝑚13 𝑥1 + 0 𝑚13 𝑥1 = 𝑦1
𝑚11 𝑥1 + 3 𝑚22 𝑥2 + 0 𝑚13 𝑥1 + 0 𝑚13 𝑥1 = 𝑦2
0 𝑚31 𝑥1 + 𝑚32 𝑥2 + 0 𝑚13 𝑥1 + 0 𝑚13 𝑥1 = 𝑦1
0 𝑚41 𝑥1 + 0 𝑚42 𝑥2 + 0 𝑚13 𝑥1 + 0 𝑚13 𝑥1 = 𝑦2
Persamaan diatas dapat diubah menjadi bentuk persamaan matriks baru sebagai berikut:
1 0 0 1 𝑥1 −7 + 2𝑟
𝑥 2
[1 3 0 0] [𝑥 ] = [ 19 + 4𝑟 ]
0 1 1 0 1 −3 − 2𝑟
0 0 1 3 𝑥2 27 − 4𝑟
Dengan
1 0 0 1 𝑥1 −7 + 2𝑟
1 3 0 0 𝑥2
𝑚=[ ], 𝑥̃ = [𝑥 ], 𝑦̃ = [ 19 + 4𝑟 ]
0 1 1 0 1 −3 − 2𝑟
0 0 1 3 𝑥2 27 − 4𝑟
Maka dengan melakukan operasi perkalian terhadap persamaan matriks diperoleh persamaan
linear fuzzy baru yaitu:
x1 x2 7 2r
x1 3x 2 19 4r
x2 x1 3 2r
x1 3x 2 27 4r
Penyelesaian sistem persamaan linear fuzzy yang baru ini dapat dilakukan dengan :
1. Metode Iterasi Jacobi
Bentuk umumnya
(𝑘) 1 (𝑘−1)
𝑥𝑖 = (𝑏𝑖 − ∑𝑛𝑗≠𝑖 𝑎𝑖𝑗 𝑥𝑗 ) , 𝑖 = 1,2, … , 𝑛; 𝑘 = 1,2,3, … , 𝑛 (4.5)
𝑎𝑖𝑖
(𝑘−1)
𝑥1 (𝑘) = −𝑥2 − 7 + 2𝑟
1 19 + 4𝑟
𝑥2 (𝑘) = − 𝑥1 (𝑘−1) +
3 3
(𝑘) (𝑘−1)
𝑥1 = −𝑥2 − 3 − 2𝑟
(𝑘) 1 (𝑘−1) 27 − 4𝑟
𝑥2 = − 𝑥1 +
3 3
Iterasi Pertama
(1) (0)
𝑥1 = −𝑥2 − 7 + 2𝑟
(1) 1 (0) 19 + 4𝑟
𝑥2 = − 𝑥1 +
3 3
(1) (0)
𝑥1 = −𝑥2 − 3 − 2𝑟
(1) 1 (0) 27 − 4𝑟
𝑥2 = − 𝑥1 +
3 3
(0) (0) (0) (0)
Misalkan Nilai awal (𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥1 , 𝑥2 = 0) dengan mensubtitusi Nilai awal pada
iterasi pertama maka di peroleh:
(1)
𝑥1 = −7 + 2𝑟
(1) 19 + 4𝑟
𝑥2 =
3
(1)
𝑥1 = −3 − 2𝑟
(1) 27 − 4𝑟
𝑥2 =
3
Untuk diperoleh iterasi kedua caranya adalah dengan mensubtitusi nilai 𝑥̃ (1) =
19+4𝑟 27−4𝑟
[−7 + 2𝑟, 3 , −3 − 2𝑟, 3 ]
Iterasi kedua
(2) (1)
𝑥1 = −𝑥2 − 7 + 2𝑟
(2) 1 (1) 19 + 4𝑟
𝑥2 = − 𝑥1 +
3 3
(2) (1)
𝑥1 = −𝑥2 − 3 − 2𝑟
(2) 1 (1) 27 − 4𝑟
𝑥2 = − 𝑥1 +
3 3
Dimana iterasi pertama yaitu :
19 + 4𝑟 27 − 4𝑟
𝑥̃ (1) = [−7 + 2𝑟, , −3 − 2𝑟, ]
3 3
(2) 27 − 4𝑟 −27 − 21 + 4𝑟 + 6𝑟 −48 + 10𝑟
𝑥1 = − ( ) − 7 + 2𝑟 = =
3 3 3
(2) 1 19 + 4𝑟 (7 + 19) + (−2𝑟 + 4𝑟) 26 + 2𝑟
𝑥2 = − (−7 + 2𝑟) + = =
3 3 3 3
(2) 19 + 4𝑟 −19 − 9 + (−4𝑟) − 6𝑟 −28 − 10𝑟
𝑥1 = − ( ) − 3 − 2𝑟 = =
3 3 3
(2) 1 27 − 4𝑟 3 + 27 + 2𝑟 − 4𝑟 30 − 2𝑟
𝑥2 = − (−3 − 2𝑟) + = =
3 3 3 3
(2) −48+10𝑟 26+2𝑟 −28−10𝑟 30−2𝑟
Jadi iterasi ke dua adalah 𝑥̃ = [ 3 , 3 , 3
, 3 ]
Iterasi ketiga
(3) (2)
𝑥1 = −𝑥2 − 7 + 2𝑟
(3) 1 (2) 19 + 4𝑟
𝑥2 = − 𝑥1 +
3 3
(3) (2)
𝑥1 = −𝑥2 − 3 − 2𝑟
(3) 1 (2) 27 − 4𝑟
𝑥2 = − 𝑥1 +
3 3
Dimana iterasi kedua yaitu:
−48 + 10𝑟 26 + 2𝑟 −28 − 10𝑟 30 − 2𝑟
𝑥̃ (2) = [ , , , ]
3 3 3 3
(3) 30 − 2𝑟 −30 − 21 + 2𝑟 + 6𝑟 −51 + 8𝑟
𝑥1 = − ( ) − 7 + 2𝑟 = =
3 3 3
(3) 1 −48 + 10𝑟 19 + 4𝑟 48 + 57 − 10𝑟 + 12𝑟 105 + 2𝑟
𝑥2 = − ( )+ = =
3 3 3 9 9
(3) 26 + 2𝑟 −26 − 9 − 2𝑟 − 6𝑟 −35 − 8𝑟
𝑥1 = − ( ) − 3 − 2𝑟 = =
3 3 3
(3) 1 −28 − 6𝑟 27 − 4𝑟 28 + 81 + 10𝑟 − 12𝑟 109 − 2𝑟
𝑥2 = − ( )+ = =
3 3 3 9 9
−51+8𝑟 105+2𝑟 −35−8𝑟 109−2𝑟
Jadi iterasi ketiga yaitu: [ 3 , 9 , 3 , 9 ].
(0)
𝑥1 (1) = −𝑥2 − 7 + 2𝑟 = 0 − 7 + 2𝑟 = −7 + 2𝑟
1 19 + 4𝑟 1 19 + 4𝑟 7 + 19 − 2𝑟 + 4𝑟 26 + 2𝑟
𝑥2 (1) = − 𝑥1 (1) + = − (−7 + 2𝑟) + = =
3 3 3 3 3 3
(1) (1) 26 + 2𝑟 −26 − 9 − 2𝑟 − 6𝑟 −35 − 8𝑟
𝑥1 = −𝑥2 − 3 − 2𝑟 = − ( ) − 3 − 2r = =
3 3 3
(1) 1 (1) 27 − 4𝑟 1 −35 − 8𝑟 27 − 4𝑟 35 + 81 + 8𝑟 − 12𝑟
𝑥2 = − 𝑥1 + =− ( )+ =
3 3 3 3 3 9
116 − 4𝑟
=
9
26+2𝑟 −35−8𝑟 116−4𝑟
jadi iterasi pertama yaitu: 𝑥̃ (1) = [−7 + 2𝑟, , , ]
3 3 9
Iterasi kedua:
(1)
𝑥1 (2) = −𝑥2 − 7 + 2𝑟
1 19 + 4𝑟
𝑥2 (2) = − 𝑥1 (2) +
3 3
(2) (2)
𝑥1 = −𝑥2 − 3 − 2𝑟
(2) 1 (2) 27 − 4𝑟
𝑥2 = − 𝑥1 +
3 3
Dimana iterasi pertama yaitu:
26 + 2𝑟 −35 − 8𝑟 116 − 4𝑟
𝑥̃ (1) = [−7 + 2𝑟, , , ]
3 3 9
Maka diperoleh:
(1) 116 − 4𝑟 −116 − 63 + 4𝑟 + 18𝑟
𝑥1 (2) = −𝑥2 − 7 + 2𝑟 = − ( ) − 7 + 2r =
9 9
−179 + 22𝑟
=
9
(2) 1 (2) 19 + 4𝑟 1 −179 + 22𝑟 19 + 4𝑟 179 + 171 − 22𝑟 + 36𝑟
𝑥2 = − 𝑥1 + =− ( )+ =
3 3 3 9 3 27
350 + 14𝑟
=
27
(2) 350 + 14𝑟 −350 − 81 − 14𝑟 − 54𝑟
𝑥1 = −𝑥2 (2) − 3 − 2𝑟 = − ( ) − 3 − 2r =
27 27
−431 − 68𝑟
=
27
(2) 1 (2) 27 − 4𝑟 1 −431 − 68𝑟 27 − 4𝑟 431 + 729 + 68𝑟 − 108𝑟
𝑥2 = − 𝑥1 + =− ( )+ =
3 3 3 27 3 81
1160 − 40𝑟
=
81
−179+22𝑟 350+14𝑟 −431−68𝑟 1160−40𝑟
Jadi Iterasi kedua yaitu : 𝑥̃ (2) = [ , , , ]
9 27 27 81
Iterasi ketiga
(2)
𝑥1 (3) = −𝑥2 − 7 + 2𝑟
1 19 + 4𝑟
𝑥2 (3) = − 𝑥1 (3) +
3 3
(3)
𝑥1 = −𝑥2 (3) − 3 − 2𝑟
(3) 1 (3) 27 − 4𝑟
𝑥2 = − 𝑥1 +
3 3
Dimana iterasi kedua yaitu:
−179 + 22𝑟 350 + 14𝑟 −431 − 68𝑟 1160 − 40𝑟
𝑥̃ (2) = [ , , , ]
9 27 27 81
Maka diperoleh :
(2) 1160 − 40𝑟 −1160 − 567 + 40𝑟 + 162𝑟
𝑥1 (3) = −𝑥2 − 7 + 2𝑟 = − ( ) − 7 + 2r =
81 81
−1727 + 202𝑟
=
81
1 19 + 4𝑟 1 −1727 + 202𝑟 19 + 4𝑟
𝑥2 (3) = − 𝑥1 (3) + =− ( )+
3 3 3 81 3
1727 + 1539 − 202𝑟 + 324𝑟 3266 + 122𝑟
= =
243 243
(3) (3) 3266 + 122𝑟 −3266 − 729 − 122𝑟 − 486𝑟
𝑥1 = −𝑥2 − 3 − 2𝑟 = − ( ) − 3 − 2r =
243 243
−3995 − 608𝑟
=
243
(3) 1 (3) 27 − 4𝑟 1 −3995 − 608𝑟 27 − 4𝑟
𝑥2 = − 𝑥1 + =− ( )+
3 3 3 243 3
3995 + 6561 + 608𝑟 − 972𝑟 10556 − 364𝑟
= =
729 729
(3) −1727+202𝑟 3266+122𝑟 −3995−608𝑟 10556−364𝑟
Jadi iterasi ketiga yaitu : 𝑥̃ = [ 81
, 243 , 243
, 729
]
Tabel 4.1 Simulasi Pertama dengan Metode Iterasi Jacobi
r/iter
asi r=0 r = 0.1
ke n 𝒙𝟏 𝒙𝟐 𝒙𝟑 𝒙𝟒 error 𝒙𝟏 𝒙𝟐 𝒙𝟑 𝒙𝟒 error
1 - 6.333 - 9.000 13.3832 - 6.466 - 8.866 13.301
7.000 3 3.000 0 6.800 7 3.200 7
0 0 0 0
2 - 8.666 - 10.00 11.294 - 8.733 - 9.933 11.2566
16.00 7 9.333 00 15.66 3 9.666 3
00 3 67 7
3 - 11.66 - 12.11 4.4611 - 11.68 - 12.08 4.4337
17.00 67 11.66 11 16.73 89 11.93 89
00 67 33 33
⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮
22 - 13.49 - 14.49 0.00019 - 13.54 - 14.44 0.00019
21.49 99 16.49 99 127 21.24 99 16.74 99 063
99 99 99 99
r/iter
asi r = 0.2 r = 0.3
ke n 𝒙𝟏 𝒙𝟐 𝒙𝟑 𝒙𝟒 error 𝒙𝟏 𝒙𝟐 𝒙𝟑 𝒙𝟒 error
1 - 6.600 - 8.733 13.2269 - 6.733 - 8.600 13.1612
6.600 0 3.400 3 6.400 3 3.600 0
0 0 0 0
2 - 8.800 - 9.866 11.223 - 8.866 - 9.800 11.1933
15.33 0 10.00 7 15.00 7 10.33 0
33 00 0 3
3 - 11.71 - 12.06 4.409 - 11.73 - 12.04 4.3871
16.46 11 12.20 67 16.20 3 12.46 44
67 00 0 67
⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮
22 - 13.59 - 14.39 0.00019 - 13.64 - 14.34 0.00018
20.99 99 16.99 99 006 20.74 99 17.24 99 956
99 99 99 99
r/iter
asi r = 0.4 r = 0.5
ke n 𝒙𝟏 𝒙𝟐 𝒙𝟑 𝒙𝟒 error 𝒙𝟏 𝒙𝟐 𝒙𝟑 𝒙𝟒 error
1 - 6.866 - 8.466 13.104 - 7.000 - 8.333 13.0554
6.200 7 3.800 7 6.000 0 4.000 3
0 0 0 0
2 - 8.933 - 9.733 11.1674 - 9.000 - 9.666 11.1455
14.66 3 10.66 3 14.33 0 11.00 7
67 67 33 00
3 - 11.75 - 12.02 4.368 - 11.77 - 12.00 4.3518
15.93 56 12.73 22 15.66 78 13.00 00
33 33 67 00
⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮
22 - 13.69 - 14.29 0.00018 - 13.74 - 14.24 0.00018
20.49 99 17.49 99 912 20.24 99 17.74 99 875
99 99 99 99
r/iter
asi r = 0.6 r = 0.7
ke n 𝒙𝟏 𝒙𝟐 𝒙𝟑 𝒙𝟒 error 𝒙𝟏 𝒙𝟐 𝒙𝟑 𝒙𝟒 error
1 - 7.133 - 8.200 13.0155 - 7.266 - 8.066 12.9844
5.800 3 4.200 0 5.600 7 4.400 7
0 0 0 0
2 - 9.066 - 9.600 11.1275 - 9.133 - 9.533 11.1136
14.00 7 11.33 0 13.66 3 11.66 3
00 33 67 67
3 - 11.80 - 11.97 4.3385 - 11.82 - 11.95 4.3281
15.40 00 13.26 78 15.13 22 13.53 56
00 67 33 33
⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮
22 - 13.79 - 14.19 0.00018 - 13.84 - 14.14 0.00018
19.99 99 17.99 99 845 19.74 99 18.24 99 821
99 99 99 99
r/iter
asi r = 0.8 r = 0.9
ke n 𝒙𝟏 𝒙𝟐 𝒙𝟑 𝒙𝟒 error 𝒙𝟏 𝒙𝟐 𝒙𝟑 𝒙𝟒 error
1 - 7.400 - 7.933 12.9622 - 7.533 - 7.800 12.9488
5.400 0 4.600 3 5.200 3 4.800 0
0 0 0 0
2 - 9.200 - 9.466 11.1036 - 9.266 - 9.400 11.0975
13.33 0 12.00 7 13.00 7 12.33 0
33 00 00 33
3 - 11.84 - 11.93 4.3207 - 11.86 - 11.91 4.3163
14.86 44 13.80 33 14.60 67 14.06 11
67 00 00 67
⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮
22 - 13.89 - 14.09 0.00018 - 13.94 - 14.04 0.00018
19.49 99 18.49 99 804 19.24 99 18.74 99 794
99 99 99 99
r/iterasi
ke n r=1
𝒙𝟏 𝒙𝟐 𝒙𝟑 𝒙𝟒 error
1 -5.0000 7.6667 -5.0000 7.6667 12.9443
2 -12.6667 9.3333 -12.6667 9.3333 11.0955
3 -14.3333 11.8889 -14.3333 11.8889 4.3148
⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮
22 -18.9999 13.9999 -18.9999 13.9999 0.00021921
Dari hasil simulasi pertama pada tabel 4.1 dan 4.2 dengan syarat pemberhentian iterasi |𝑥𝑛 −
𝑥𝑛−1 | < 𝜀 (𝜀 = 10-4) diperoleh metode Iterasi Jacobi mendapatkan Iterasi pemberhentian pada
iterasi ke 22 dan metode Iterasi Gauss-Seidel mendapatkan Iterasi pemberhentian pada iterasi
Ke 8 dan error pada metode Gauss-Seidel lebih cepat konvergen dari pada metode jacobi. Hal
ini menunjukkan bahwa metode Iterasi Gauss-Seidel lebih baik digunakan ketimbang metode
iterasi Jacobi.
Simulasi kedua
Sebuah sirkuit Listrik dalam Penerapan Sistem persamaan Linear Fuzzy untuk menganalisis
sirkuit tersebut dengan sumber yang sama dengan arus sebagai Fuzzy dan resistensinya yang
terlihat pada gambar berikut:
3Ω 12Ω
3Ω
(1 + 8𝑟, 5
(3 + 4𝑟, 8 − 19𝑟)𝑉
+ 11𝑟)𝑉 (2 + 𝑟, 1
+ 𝑟)𝑉
Berdasarkan hukum kirchoff 2 yaitu:
∑ 𝜀 + ∑ 𝐼. 𝑅 = 0
Keterangan:
𝜀 = jumlah ggl Sumber arus (V)
I.R = Jumlah Penurunan tegangan (V)
I = arus Listrik (A)
R = hambatan (W)
Maka diperoleh berdasarkan hukum kirchoff 2 pada gambar yaitu:
3𝐼1 + 3(𝐼1 − 𝐼2 ) = (3 + 4𝑟, 8 + 11𝑟) − (2 + 𝑟, 1 + 𝑟) (4.1)
3(𝐼1 − 𝐼2 ) + 12𝐼2 = (3 + 4𝑟, 8 + 11𝑟) − (2 + 𝑟, 1 + 𝑟) (4.2)
Maka hasil operasi dari persamaan 4.1 dan 4.2 menjadi
6𝐼1 + 3𝐼2 = (1 + 3𝑟, 7 + 10𝑟)
𝐼1 + 3𝐼2 = (1 + 3𝑟, 2 − 6𝑟)
Misalkan
𝐼1 = 𝑥̃1
𝐼2 = 𝑥̃2
Maka diperoleh :
6𝑥̃1 − 3𝑥̃2 = 1 + 3𝑟, 7 + 10𝑟
𝑥̃1 + 3𝑥̃2 = 1 + 3𝑟, 2 − 6𝑟
Tentukan solusi dari persamaan berikut
𝐴𝑥̃ = 𝑦̃
6 −3 𝑥̃1 1 + 3𝑟 7 + 10𝑟
( )( ) = ( )
1 3 𝑥̃2 1 + 3𝑟 2 − 6𝑟
6 −3 𝑥1 (𝑟) 𝑥1 (𝑟)
𝐴=( ) 𝑥̃ = ( )
1 3 𝑥2 (𝑟) 𝑥2 (𝑟)
1 + 3𝑟 7 + 10𝑟
𝑦̃ = ( )
1 + 3𝑟 2 − 6𝑟
Sistem persamaan dari n x n diubah menjadi 2n x 2n yang diamsumsikan dengan matriks m
4. Jika 𝑎𝑖𝑗 ≥ 0 maka 𝑏𝑖𝑗 = 𝑎𝑖𝑗 , 𝑏𝑖+𝑛,𝑗+𝑛 = 𝑎𝑖𝑗
𝑎11 = 6 𝑏11 = 6 𝑏33 = 6
𝑎21 = 1 𝑏21 = 1 𝑏43 = 1
𝑎22 = 3 𝑏22 = 3 𝑏44 = 3
Karena pada contoh diamsumsikan matriks m sehingga 𝑏𝑖𝑗 = 𝑚𝑖𝑗 . Berdasarkan entri-entri yang
di dapat maka akan diperoleh persamaan baru:
6𝑚11 𝑥1 + 0 𝑚12 𝑥2 + 0 𝑚13 𝑥1 + 3 𝑚13 𝑥1 = 𝑦1
𝑚11 𝑥1 + 3 𝑚22 𝑥2 + 0 𝑚13 𝑥1 + 0 𝑚13 𝑥1 = 𝑦2
0 𝑚31 𝑥1 + 3 𝑚32 𝑥2 + 6 𝑚13 𝑥1 + 0 𝑚13 𝑥1 = 𝑦1
0 𝑚41 𝑥1 + 0 𝑚42 𝑥2 + 𝑚13 𝑥1 + 3 𝑚13 𝑥1 = 𝑦2
Persamaan diatas dapat diubah menjadi bentuk persamaan matriks baru sebagai berikut:
6 0 0 3 𝑥1 1 + 3𝑟
𝑥 2
(1 3 0 0) (𝑥 ) = 1 + 3𝑟
0 3 6 0 1 7 + 10𝑟
0 0 1 3 𝑥2 2 − 6𝑟
Dengan
6 0 0 3 𝑥1 1 + 3𝑟
𝑥 2
𝑚 = ( 1 3 0 0) , 𝑥̃ = (𝑥 ), 𝑦̃ = 1 + 3𝑟
0 3 6 0 1 7 + 10𝑟
0 0 1 3 𝑥2 2 − 6𝑟
Maka dengan melakukan operasi perkalian terhadap persamaan matriks diperoleh persamaan
linear fuzzy baru yaitu:
6x1 3x 2 1 3r
x1 3x 2 1 3r
3x 2 6 x1 7 10r
x1 3x 2 2 6r
Penyelesaian sistem persamaan linear fuzzy yang baru ini dapat dilakukan dengan
1. Metode Iterasi Jacobi
Bentuk umumnya
(𝑘) 1 (𝑘−1)
𝑥𝑖 = 𝑎 (𝑏𝑖 − ∑𝑛𝑗≠𝑖 𝑎𝑖𝑗 𝑥𝑗 ) , 𝑖 = 1,2, … , 𝑛; 𝑘 = 1,2,3, … , 𝑛
𝑖𝑖
Sehingga diperoleh dari contoh 2 yaitu
(𝑘) 1 (𝑘−1) 1 + 3𝑟
𝑥1 = − 𝑥2 +
2 6
(𝑘) 1 (𝑘−1) 1 + 3𝑟
𝑥2 = − 𝑥1 +
3 3
(𝑘) 1 (𝑘−1) 7 + 10𝑟
𝑥1 = − 𝑥2 +
2 6
(𝑘) 1 (𝑘−1) 2 − 6𝑟
𝑥2 = − 𝑥1 +
3 3
Iterasi pertama
(1) 1 (0) 1 + 3𝑟
𝑥1 = − 𝑥2 +
2 6
(1) 1 (0) 1 + 3𝑟
𝑥2 = − 𝑥1 +
3 3
(1) 1 (0) 7 + 10𝑟
𝑥1 = − 𝑥2 +
2 6
(1) 1 (0) 2 − 6𝑟
𝑥2 = − 𝑥1 +
3 3
(0) (0) (0) (0)
Misalkan Nilai awal (𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥1 , 𝑥2 = 0) dengan mensubtitusi Nilai awal pada
iterasi pertama maka di peroleh:
(1) 1 1 + 3𝑟 1 + 3𝑟
𝑥1 = − (0) + =
2 6 6
(1) 1 1 + 3𝑟 1 + 3𝑟
𝑥2 = − (0) + =
3 3 3
(1) 1 7 + 10𝑟 7 + 10𝑟
𝑥1 = − (0) + =
2 6 6
(1) 1 2 − 6𝑟 2 − 6𝑟
𝑥2 = − (0) + =
3 3 3
1+3𝑟 1+3𝑟 7+10𝑟 2−6𝑟
Jadi iterasi pertama diperoleh yaitu: [ , , , ]
6 3 6 3
Iterasi kedua
(2) 1 (1) 1 + 3𝑟
𝑥1 = − 𝑥2 +
2 6
(2) 1 (1) 1 + 3𝑟
𝑥2 = − 𝑥1 +
3 3
(2) 1 (1) 7 + 10𝑟
𝑥1 = − 𝑥2 +
2 6
(2) 1 (1) 2 − 6𝑟
𝑥2 = − 𝑥1 +
3 3
1+3𝑟 1+3𝑟 7+10𝑟 2−6𝑟
dimana iterasi pertama diperoleh yaitu: [ 6 , 3 , 6 , 3 ]
(2) 1 2 − 6𝑟 1 + 3𝑟 −2 + 1 + 6𝑟 + 3𝑟 −1 + 9𝑟
𝑥1 = − ( )+ = =
2 3 6 6 6
(2) 1 1 + 3𝑟 1 + 3𝑟 5 + 15𝑟
𝑥2 = − ( )+ =
3 6 3 18
(2) 1 1 + 3𝑟 7 + 10𝑟 6 + 7𝑟
𝑥1 = − ( )+ =
2 3 6 6
(2) 1 7 + 10𝑟 2 − 6𝑟 5 − 46𝑟
𝑥2 = − ( )+ =
3 6 3 18
−1+9𝑟 5+15𝑟 6+7𝑟 5−46𝑟
Jadi iterasi kedua yaitu: [ , , , ]
6 18 6 18
Iterasi ketiga
(3) 1 (2) 1 + 3𝑟
𝑥1 = − 𝑥2 +
2 6
(3) 1 (2) 1 + 3𝑟
𝑥2 = − 𝑥1 +
3 3
(3) 1 (2) 7 + 10𝑟
𝑥1 = − 𝑥2 +
2 6
(3) 1 (2) 2 − 6𝑟
𝑥2 = − 𝑥1 +
3 3
−1+9𝑟 5+15𝑟 6+7𝑟 5−46𝑟
Dimana iterasi kedua yaitu: [ 6 , 18 , 6 , 18 ]
(3) 1 5 − 46𝑟 1 + 3𝑟 −5 + 6 + 46𝑟 + 18𝑟 1 + 64𝑟
𝑥1 = − ( )+ = =
2 18 6 36 36
(3) 1 −1 + 9𝑟 1 + 3𝑟 1 + 6 − 9𝑟 + 18𝑟 7 + 9𝑟
𝑥2 = − ( )+ = =
3 6 3 18 18
(3) 1 5 + 15𝑟 7 + 10𝑟 −5 + 42 − 15𝑟 + 60𝑟 37 + 45𝑟
𝑥1 = − ( )+ = =
2 18 6 36 36
(3) 1 6 + 7𝑟 2 − 6𝑟 −6 + 12 − 7𝑟 − 36𝑟 6 − 43𝑟
𝑥2 = − ( )+ = =
3 6 3 18 18
1+64𝑟 7+9𝑟 37+45𝑟 6−43𝑟
Jadi iterasi ketiga yaitu :[ , , , ]
36 18 36 18
r/iterasi
ke n r=1
𝒙𝟏 𝒙𝟐 𝒙𝟑 𝒙𝟒 error
1 0.6667 1.3333 2.8333 -1.3333 3.4681
2 1.3333 1.1111 2.1667 -2.2778 1.3529
3 1.8056 0.8889 2.2778 -2.0556 0.57802
⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮
11 1.7429 0.7525 2.4570 -2.1523 0.000446
Tabel 4.4 Simulasi Pertama dengan Metode Iterasi Gauss-Seidel
r/itera
si r=0 r = 0.1
ke n 𝒙𝟏 𝒙𝟐 𝒙𝟑 𝒙𝟒 error 𝒙𝟏 𝒙𝟐 𝒙𝟑 𝒙𝟒 error
1 0.166 0.277 1.027 0.324 1.1253 0.216 0.361 1.152 0.082 1.2301
7 8 8 1 7 1 8 4
2 0.004 0.331 1.000 0.333 0.17316 1.230 0.374 1.145 0.084 0.044032
6 8 8 1 1 8 9 7
3 0.000 0.333 1.000 0.333 0.004809 0.174 0.375 1.145 0.084 0.001223
1 3 0 3 9 3 2 7 8 1
4 0.000 0.333 1.000 0.333 0.000133 0.174 0.375 1.145 0.084 3.3975e-
0 3 0 3 61 3 2 7 8 05
r/itera
si r = 0.2 r = 0.3
ke n 𝒙𝟏 𝒙𝟐 𝒙𝟑 𝒙𝟒 error 𝒙𝟏 𝒙𝟐 𝒙𝟑 𝒙𝟒 error
1 0.266 0.444 1.277 - 1.3881 0.316 0.527 1.402 - 1.5835
7 4 8 0.159 7 8 8 0.400
3 9
2 0.346 0.417 1.291 - 0.085095 0.517 0.461 1.436 - 0.21422
3 9 0 0.163 1 0 2 0.412
7 1
3 0.348 0.417 1.291 - 0.002363 0.522 0.459 1.437 - 0.005950
5 2 4 0.163 7 7 1 1 0.412 6
8 4
4 0.348 0.348 1.291 - 6.566e- 0.522 0.459 1.437 - 0.000165
6 6 4 0.163 05 9 0 1 0.412 29
8 4
r/itera
si r = 0.4 r = 0.5
ke n 𝒙𝟏 𝒙𝟐 𝒙𝟑 𝒙𝟒 error 𝒙𝟏 𝒙𝟐 𝒙𝟑 𝒙𝟒 error
1 0.366 0.611 1.527 - 1.8041 0.416 0.694 1.652 - 2.0419
7 1 8 0.642 7 4 8 0.884
6 3
2 0.688 0.504 1.581 - 0.34335 0.858 0.547 1.726 - 0.47247
0 0 3 0.660 8 1 5 0.908
4 8
3 0.696 0.501 1.582 - 0.009537 0.871 0.543 0.543 - 0.013124
9 0 8 0.660 4 1 0 0 0.909
9 5
4 0.697 0.501 1.582 - 0.000264 0.871 0.542 1.728 - 0.000364
1 0 9 0.661 93 4 9 6 0.909 56
0 5
r/itera
si r = 0.6 r = 0.7
ke n 𝒙𝟏 𝒙𝟐 𝒙𝟑 𝒙𝟒 error 𝒙𝟏 𝒙𝟐 𝒙𝟑 𝒙𝟒 error
1 0.466 0.777 1.777 - 2.2915 0.516 0.861 1.902 - 2.5494
7 8 8 1.125 7 1 8 1.367
9 6
2 1.029 0.590 1.871 - 0.6016 1.200 0.633 2.016 - 0.73073
6 1 6 1.157 5 2 7 1.405
2 6
3 1.045 0.584 1.874 - 0.016711 1.219 0.626 2.019 - 0.020298
3 9 2 1.158 5 8 9 1.406
1 6
4 1.045 0.584 1.874 - 0.000464 1.220 0.626 2.020 - 0.000563
7 8 3 1.158 2 0 7 0 1.406 83
1 7
r/itera
si r = 0.8 r = 0.9
ke n 𝒙𝟏 𝒙𝟐 𝒙𝟑 𝒙𝟒 error 𝒙𝟏 𝒙𝟐 𝒙𝟑 𝒙𝟒 error
1 0.566 0.944 2.027 - 2.8133 0.616 1.027 2.152 - 3.0817
7 4 8 1.609 7 8 8 1.850
3 9
2 1.371 0.676 2.161 - 0.85985 1.542 0.719 2.307 - 0.98898
3 2 9 1.654 1 3 0 1.902
0 3
3 1.393 0.668 2.165 - 0.023885 1.567 0.710 2.311 - 0.027472
6 8 6 1.655 8 7 3 1.903
2 8
r/iterasi
ke n r=1
𝒙𝟏 𝒙𝟐 𝒙𝟑 𝒙𝟒 error
1 0.6667 1.1111 2.2778 -2.0926 3.3535
2 1.7130 0.7623 2.4522 -2.1507 1.1181
3 1.7420 0.7527 2.4570 -2.1523 0.031059
4 1.7428 0.7524 2.4571 -2.1524 0.00086274
4 1.394 0.668 2.165 - 0.000663 1.568 0.710 2.311 - 0.000763
3 6 7 1.655 47 6 5 4 1.903 1
2 8
Dari hasil simulasi kedua pada tabel 4.3 dan 4.4 dengan syarat pemberhentian iterasi |𝑥𝑛 −
𝑥𝑛−1 | < 𝜀 (𝜀 = 10-4) bahwa metode Iterasi Jacobi mendapatkan Iterasi pemberhentian pada
iterasi ke 11 dan metode Iterasi Gauss-Seidel mendapatkan Iterasi pemberhentian pada iterasi
Ke 4 dan error pada metode Gauss-Seidel lebih cepat konvergen dari pada metode Jacobi Hal
ini menunjukkan bahwa metode Iterasi Gauss-Seidel lebih baik digunakan ketimbang metode
iterasi Jacobi.
Kesimpulan
1. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Fuzzy dengan Metode Iterasi Jacoby dan Iterasi
Gauss-Seidel
Terlebih dahulu mengubah bentuk sistem persamaan Linear fuzzy dari matriks n x n menjadi
2n x 2n yang diasumsikan M dengan ketentuan:
a. Jika 𝑎𝑖,𝑗 ≥ 0 maka 𝑏𝑖,𝑗 = 𝑎𝑖,𝑗 dan 𝑏𝑖+𝑛,𝑗+𝑛 = 𝑎𝑖,𝑗
b. Jika 𝑎𝑖,𝑗 < 0 maka 𝑏𝑖,𝑗+𝑛 = −𝑎𝑖,𝑗 dan 𝑏𝑖+𝑛,𝑗 = −𝑎𝑖,𝑗
c. Entri yang lainnya = 0
setelah dilakukan hal tersebut maka diperolehlah persamaan linear fuzzy baru. Kemudian
mencari solusi persamaan linear fuzzy dengan metode Iterasi Jacobi dan metode Iterasi
Gauss-Seidel.
Penyelesaian sistem persamaan linear fuzzy menggunakan iterasi Jacobi dilakukan dengan
(𝑘) 1 (𝑘−1)
mengubah persamaan linear fuzzy baru menjadi bentuk 𝑥𝑖 = 𝑎 (𝑏𝑖 − ∑𝑛𝑗≠𝑖 𝑎𝑖𝑗 𝑥𝑗 ),𝑖 =
𝑖𝑖
1,2, … , 𝑛; 𝑘 = 1,2,3, … , 𝑛. Setelah itu, dilakukanlah proses iterasi dengan mensubstitusi nilai
r = [0, 1] kedalam persamaan linear fuzzy baru sampai proses iterasi berhenti. Syarat
pemberhentian proses iterasi yaitu jika nilai |𝑥𝑛 − 𝑥𝑛−1 | < 𝜀 (𝜀 = 10-4). Sedangkan
Penyelesaian sistem persamaan linear fuzzy menggunakan iterasi Gauss-Seidel yaitu
(𝑘) 1 (𝑘)
mengubah persamaan linear fuzzy baru menjadi 𝑥𝑖 = 𝑎 (𝑏𝑖 − ∑𝑖−1 𝑗=1 𝑎𝑖𝑗 𝑥𝑗 −
𝑖𝑖
∑𝑟𝑗=𝑖+1 𝑎𝑖𝑗 𝑥𝑗(𝑘−1) ), kemudian proses iterasi dengan mensubstitusi nilai r = [0, 1] kedalam
persamaan linear fuzzy baru hingga proses iterasi berhenti dengan syarat pemberhentian
iterasi yaitu jika nilai |𝑥𝑛 − 𝑥𝑛−1 | < 𝜀 (𝜀 = 10-4).
2. Simulasi penyelesaian sistem persamaan linear fuzzy menggunakan Metode iterasi Jacobi
dan metode Gauss-Seidel dengan sofware Matlab R2015 diperoleh bahwa pada simulasi
pertama bahwa Metode iterasi Gauss Seidel paling banyak 8 iterasi sedangkan Metode iteras
Jacobi hanya mendapatkan 22 iterasi. Simulasi kedua Metode iterasi Gauss-Seidel
medapatkan iterasi 5 iterasi sedangkan Metode iterasi Jacobi mendapatkan 15 iterasi.
3. Simulasi pertama dan kedua menunjukkan bahwa Metode iterasi Gauss-Seidel lebih baik
dari pada Metode Iterasi Jacobi jika ditinjau dari jumlah iterasinya karena Metode Gauss-
Seidel iterasinya lebih sedikit. Simulasi pertama dan kedua juga menunjukkan bahwa
Metode Iterasi Gauss-Seidel errornya lebih cepat konvergen dibandingkan Metode iterasi
Jacobi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdi, Muhammad. 2008. Dasar-dasar Teori Himpunan Kabur dan Logika Kabur.
Makassar: Badan Penerbit UNM.
Anton, Howard. 1997. Aljabar Linear Elementer. Jakarta: Erlangga.
Anonim. http:/ntip/organization-irlan.htm. diakses 11 oktober 2017.
Norita Beta.tanpa tahun,”Sistem Persamaan Linear “.Jurnal Matematika FMIPA
Universitas Diponegoro Semarang.
Kholifah.2013.”Penyelesaian Persamaan Linear Fully Fuzzy Menggunakan Metode
Gauss-Seidel”.Skripsi.: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Kusumadewi, Sri dan Hari Purnomo. 2010. Aplikasi Logika Fuzzy untuk Pendukung
Keputusan, edisi Kedua. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kwang F Lee, 2005, First course on Fuzzy Theory and Aplications,Springer, Germany.
M.Matinfar, S.H Nasseri dan M.Sharabi.2008,”Solving Fuzzy Linear System of
Equations by Using Haouseholder Decomposition Method”.Applied
Mathematical Sciences,Vol.2,No.52,2569-2575.India.
Niyyaka, Shella. 2016. Perbandingan Metode Iterasi Jacobi dan Iterasi Gauss-Seidel
Dalam Penyelesaian Sistem Persamaan Linear dengan Menggunakan Simulasi
Komputer. Skripsi.: Universitas Negeri Lampung.
Ravita, Elva & Evawati Alisah. 2012. Studi Tentang Persamaan Fuzzy. Jurnal Cauchy
Vol 2086-0382 :Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Sahid. 2005. Pengantar Komputasi Numerik dengan Matlab. Yogyakarta : Andi.
Sivanandam, S.N., Sumanthi, S., and Deepa, S.N., (2007), Introduction to Fuzzy Logic
using Matlab,Springer, Berlin-Germany.
T.Allahviranloo.,2004, “Numerical methods for fuzzy system of linear
equatons”Appl.Math.Comput.
T.Allahviranloo.,(2005), ”The Adomian decomposition method for fuzzy system of
linear equations”,Appl Math Comput.
Wibowo,Tanjung Ary. 2012. Penyelesaian Sistem Persamaan Fuzzy Non-Linear
dengan Menggunakan Metode Broyden. Skripsi: Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim.