PDF Aktivitas Belajar
PDF Aktivitas Belajar
Susti Vellayati
Program Studi Magister Pendidikan IPA PPs Unsyiah, Banda Aceh 23111
Email: sustivellayatiharahap@gmail.com
Abstrak. Penelitian studi kasus bertujuan untuk melihat aktivitas guru dan siswa dalam proses
pembelajaran terhadap pembelajaran Kimia di SMA Negeri 8 Banda Aceh. Populasi penelitian ini
adalah siswa SMA Negeri 8 Banda Aceh tahun pelajaran 2016/2017. Sampel penelitian yang
terpilih adalah siswa kelas X IPA 5 yang berjumlah 33 orang, XI IPA 2 yang berjumlah 27 orang
dan XI IPA 3 yang berjumlah 28 siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan
jenis penelitian deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, angket
dan dokumentasi. Berdasarkan analisis data hasil studi kasus yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa persentase rata-rata pada kelas X IPA 5, XI IPA 2 dan XI IPA 3 secara
berturut-turut adalah 51,92%; 63,46% dan 55,77% sehingga aktivitas siswa dikategorikan
baik. Hasil persentase rata-rata untuk kegiatan pembelajar guru pada kelas kelas X IPA 5 dan
XI IPA 3 secara berturut-turut adalah 62,5% dan 56,94% sehingga dikategorikan baik,
sedangkan kelas XI IPA 2 memiliki rata-rata pesentase sebesar 70,84% sehingga dikategorikan
sangat baik. Akan tetapi, aktifitas siswa dan guru masih dikatakan kurang maksimal. Hal ini
dipengaruhi oleh banyaknya aspek penilaian yang belum mendapatkan skor maksimal.
Penyebab banyaknya aspek yang tidak mendapatkan skor maksimal adalah guru tidak
memberikan apersepsi dan motivasi pada pembelajaran awal sehingga pembelajaran cenderung
tidak menarik bagi siswa.
Kata kunci: Studi kasus, aktifitas siswa dan guru
Abstract. This case study aims to see the teachers’ and students’activities in learning process
of chemistry in SMA Negeri 8 Banda Aceh. The population of this study is the students of SMA
Negeri 8 Banda Aceh in the academic year 2016/2017. For this purpose, 33 students of class X
IPA 5, 27 students of class XI IPA 2 and 28 students of class XI IPA 3 participated in this study.
The method used in this study is descriptive qualitative. The data were collected by
observation, interview, questionnaires and documentation. The result shows that the students’
activities in learning chemistry of class X IPA 5, XI IPA 2 and XI IPA 3 can be categorized as
good since the perecentage was only 51.92%; 63.46% and 55.77%. While the teachers’
activities of class X IPA 5 and XI IPA 3 were categorized as good as the percentage is 62,5%
and 56, 94%; class XI IPA 2 were categorized very good the percentage is 70,84%. However,
the activities of students and teachers are still said to be less than the maximum. It was
influenced by many aspects related to activities not get the maximum score. The cause of the
many aspects that are not getting the maximum score is the teacher did not give apersepsi and
motivation on the early learning so that learning tends not attractive to students.
Keywords: case study, activities of students and teachers
PENDAHULUAN
119
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III ISBN 978-602-50939-0-6
Langsa-Aceh, 30 Oktober 2017 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
kesulitan jika diberikan soal-soal tipe berbeda dengan contoh yang telah dijelaskan.
Selain itu, guru juga cenderung tidak menggunakan metode-metode yang dapat
menarik minat siswa dimana guru lebih sering menggunakan metode ceramah
sehingga siswa tidak terlibat aktif, tetapi cenderung diam, mendengarkan dan
mencatat apa yang di sampaikan oleh guru. Guru juga tidak menampilkan gambar-
gambar, video atau melakukan praktikum atau demonstrasi yang dapat digunakan
untuk mempermudahkan dalam penyampaian materi kimia yang bersifat abstrak.
Untuk memecahkan permasalahan yang sering dialami oleh guru perlu digunakan
suatu metode yaitu berupa studi kasus. Studi kasus merupakan metode yang
digunakan untuk memahami kondisi guru atau siswa secara komprehensif agar
diperoleh pemahaman yang mendalam dan untuk mengatasi masalah yang sedang
dialami sehingga guru dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini sesuai
dengan Rahardjo dan Gudnanto, (2011) yang menyatakan studi kasus adalah suatu
metode untuk memahami individu yang dilakukan secara integrative dan
komprehensif agar diperoleh pemahaman yang mendalam tentang individu tersebut
beserta masalah yang dihadapinya dengan tujuan masalahnya dapat terselesaikan
dan memperoleh perkembangan diri yang baik. Sekolah yang dipilih dalam studi kasus
ini adalah SMA Negeri 8 Banda Aceh. Pemilihan lokasi studi kasus berdasarkan PAMER
2015 dimana nilai UN untuk tingkat nasional SMA Negeri 8 Banda Aceh memiliki rata-
rata sebesar 59,98 dengan jumlah siswa sebanyak 147 orang.
Menurut keterangan yang disampaikan oleh guru bidang studi kimia, proses
pembelajaran sudah menggunakan model dan melakukan praktikum jika materi yang
dipelajari sesuai untuk menerapkannya. Akan tetapi, berdasarkan keterangan yang
didapat dari siswa selama proses pembelajaran guru tidak pernah menggunakan
model dan melakukan praktikum padahal menurut keterangan yang diperoleh sekolah
tersebut memiliki sarana prasarana yang lengkap dan berfungsi dengan baik. Pada
dasarnya prinsip belajar adalah melakukan aktivitas agar siswa menjadi lebih aktif
dalam proses pembelajaran. Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat
penting didalam interaksi proses pembelajaran.
Adanya aktivitas belajar, memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat
lebih memahami materi yang sedang dipelajari. Aktivitas belajar diperlukan, sebab
pada prinsipnya belajar adalah mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Ciri-
ciri belajar yaitu ditandai dengan adanya aktivitas pada proses pembelajaran.
Kemudian Djamarah, (2010) menjelaskan bahwa belajar bukanlah berproses dalam
kehampaan. Tidak pula pernah sepi dari berbagai aktivitas, tidak pernah terlihat orang
yang belajar tanpa melibatkan aktivitas raganya. Oleh karena itu, dengan
dilakukannya penelitian studi kasus diharapkan aktivitas belajar siswa dapat
meningkat dan pembelajaran menjadi lebih aktif. Menurut Khairunisa, dkk., (2013)
menjelaskan bahwa kegiatan pembelajaran melalui studi kasus dapat meningkatkan
aktivitas dan kemandirian belajar siswa baik secara individu maupun kelompok.
Langkah pembelajaran menuntut keaktifan siswa, sedangkan peranan guru sebagai
pemberi stimulasi, pembimbing kegiatan siswa, dan menentukan arah yang harus
dilakukan oleh siswa.
METODE
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Menurut Subandi, (2011) digunakan penelitian deskriptif
karena bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis suatu fakta.
Lokasi Studi
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Ngeri 8 Banda Aceh, tepatnya di Jl. Tgk. Chik
Dipineng Raya Kec. Kuta Alam. Studi kasus ini dilakukan pada Tahun ajaran
2016/2017. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2016. Subjek pada
penelitian ini adalah siswa kelas X IPA 5 berjumlah 33 orang, XI IPA 2 yang berjumlah
27 orang dan XI IPA 3 yang berjumlah 28 orang.
120
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III ISBN 978-602-50939-0-6
Langsa-Aceh, 30 Oktober 2017 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Menurut Widodo (2013), menyatakan jumlah skor keaktifan siswa dan guru
dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
�
���= 𝑥 100%
��
Keterangan:
NP = Nilai persentase yang diharapkan
R = Skor mentah yang diperoleh oleh siswa
SM = Skor maksimal tes
Berdasarkan wawancara yang diperoleh dari guru mata pelajaran kimia SMA
Negeri 8 Banda Aceh diketahui bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi
aktivitas belajar siswa diantaranya: strategi dan model pembelajaran yang diterapkan
oleh guru dalam kelas, lingkungan belajar siswa dan sarana prasarana sekolah.
Menurut keterangan yang diperoleh guru telah menerapkan model pembelajaran dan
memanfaatkan dengan baik sarana prasarana yang telah disediakan sekoleh, seperti
melakukan praktikum, menggunakan infocus dan menggunakan power point dalam
membantu proses pembelajaran. Akan tetapi, selama melakukan observasi dan
bertanya dengan beberapa siswa didapatkan bahwa guru tidak pernah melakukan
praktikum terkait pembelajaran kimia dan selama pembelajaran guru hanya
menjelaskan materi apabila ada siswa yang bertanya kemudian memberikan soal-soal
terkait materi. Selain itu, banyak siswa yang tidak memperhatikan dan mendengarkan
pada saat guru menjelaskan materi dengan alasan siswa sulit memahami materi
tersebut sehingga menyebabkan siswa merasa bosan dalam proses pembelajaran.
Suasana yang membosankan menyebabkan siswa menjadi pasif, sedangkan dalam
proses pembelajaran siswa dituntut untuk menjadi aktif bukan pasif. Hal ini sesuai
121
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III ISBN 978-602-50939-0-6
Langsa-Aceh, 30 Oktober 2017 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
dengan tuntutan Kurikulum 2013 yang menyatakan siswa harus berperan aktif dalam
proses pembelajaran di mana guru hanya sebagai fasilitator saja. Menurut Sariono,
(2014) menyebutkan kurikulum diartikan sebagai sebuah dokumen perencanaan yang
berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar yang
harus dilakukan siswa, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang
dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta
implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata. Sinambela, (2013)
menambahkan kurikulum 2013 juga menuntut agar dalam pembelajaran terjadi
aktivitas belajar yang aktif, menyelidiki dan diharapkan juga guru sebagai fasilitator
dalam pembelajaran dapat merancang pembelajaran agar siswa mampu
menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang kontekstual dan nyata.
Aktivitas belajar siswa adalah unsur dasar yang penting bagi keberhasilan
proses pembelajaran. Melalui aktivitas, siswa akan dapat memahami pelajaran dari
pengalamannya sehingga akan mempertinggi hasil belajarnya (Wahyuningsih dan
Murwani, 2015). Kenan, (2014) menjelaskan bahwa pentingnya aktivitas belajar
dalam pembelajaran agar pemahaman pembelajaran siswa baik sehingga
menghasilkan hasil belajar yang baik pula. Aktivitas siswa selama proses
pembelajaran dinilai dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa yang
dinilai selama melakukan observasi di kelas. Pada studi kasus ini peneliti melakukan 3
kali obsevasi di kelas dan materi yang berbeda, tetapi dengan guru yang sama. Ketiga
kelas yang di observasi berturut-turut dari pertemuan pertama sampai pertemuan
ketiga adalah XI IPA 3, X IPA 5 dana XI IPA 2 dimana setiap penilaian yang diperoleh
oleh peneliti berbeda- beda. Hasil data penilaian observasi terhadap aktivitas siswa
dalam dilihat pada Gambar 1.
63,46
80 55,77 51,92
Aktivitas (%)
60 XI IPA 3
X IPA 5
40 XI IPA 2
20
0
Aktivitas siswa
Gambar 1. Grafik aktivitas pembelajaran siswa kelas X IPA5, XI IPA2 dan XI IPA3
122
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III ISBN 978-602-50939-0-6
Langsa-Aceh, 30 Oktober 2017 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
satu variabel dalam kegiatan pembelajaran yang tidak boleh diabaikan karena turut
berpengaruh terhadap terciptanya pembelajaran yang efektif.
Motivasi adalah aspek yang sangat penting untuk membangkitkan semangat
dalam belajar dan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Oleh karena itu, agar
dapat menimbulkan motivasi, guru harus dapat menunjukkan pentingnya pengalaman
dan materi pelajaran dalam kehidupan siswa. Dengan demikian, siswa akan belajar
bukan sekadar untuk memperoleh nilai akan tetapi didorong oleh keinginan untuk
memenuhi kebutuhannya dalam memperoleh hasil yang memuaskan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Nurmala, dkk., (2014) yang menjelaskan motivasi belajar akan
mendorong semangat belajar pada siswa dan sebaliknya kurangnya motivasi belajar
akan melemahkan semangat belajar yang juga akan mempengaruhi hasil belajar
siswa. Seorang siswa yang belajar tanpa adanya motivasi tidak akan mendapatkan
hasil yang maksimal, terlihat dari aktivitas belajar siswa di dalam kelas ketika sedang
mengikuti pelajaran. Aktivitas belajar siswa sangat penting dalam menentukan
keberhasilan dalam belajar. Selanjutnya Putri dan Isnani, (2015) menyatakan bahwa
motivasi adalah suatu proses diinisiasikannya dan dipertahankannya aktivitas yang
diarahkan pada pencapaian tujuan.
Menurunnya aktivitas pembelajaran siswa ini juga disebabkan karena pada
kegiatan inti guru tidak menjelaskan terkait materi yang akan diajarkan dimana guru
langsung membacakan materi yang perlu di catat oleh siswa dan memberikan soal
tanpa memberikan contoh soal terlebih dahulu agar siswa mudah memahami materi
yang dipelajari. Selain itu, dalam proses pembelajaran guru tidak menerapkan metode
atau media. Kegiatan pembelajaran tersebut menyebabkan siswa cenderung tidak
aktif dan proses pembelajaran tidak menarik bagi siswa. Pembelajaran yang tidak
menarik ini menyebabkan siswa bosan, tidak memperhatikan guru, tidak mencatat,
tidak mengerjakan soal sehingga banyak siswa yang berbicara dengan temannya dan
bermain handphone sehingga aktivitas pembelajaran siswa menurun. Nikmah, (2013)
berpendapat bahwa kurangnya penggunaan metode dan media pembelajaran dalam
pelajaran IPA. Hal ini mengakibatkan merasa jenuh atau bosan bahkan tidak bisa
konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran sehingga dapat menyebabkan
menurunnya minat belajar. Basuki, (2015) menambahkan bahwa aktivitas belajar
siswa dikarenakan siswa yang cenderung ribut, banyak mengobrol dan tidak
menyimak materi yang disampaikan oleh guru, serta proses timbal balik antara guru
dengan siswa kurang terlihat.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa yang
memiliki persentase rata-rata paling tinggi antara kelas X IPA 5, X IPA 2 dan XI IPA 3
adalah kelas XI IPA 2 sebesar 63,46%. Hal ini dikarenakan pada saat kegiatan inti
guru yang biasanya hanya memberikan soal tanpa menjelaskan terlebih dahulu, tetapi
pada kelas tersebut setelah memberikan soal guru sedikit memberikan arahan dan
penjelasan mengenai materi yang dipelajari. Aktivitas siswa yang memiliki persetase
rata-rata paling rendah adalah kelas X IPA 5 sebesar 51,92% karena guru tidak
menjelaskan materi yang dipelajari, penyebab lainnya adalah tidak adanya apersepsi
dan motivasi. Proses pembelajaran sangat dipengaruhi bagaimana cara guru
menyampaikan materi yang akan di ajarkan terutama ada tidaknya penyampai
apersepsi dan motivasi dimana hal ini sangat berpengaruh pada menurunnya aktivitas
siswa. Aktivitas siswa menandakan siswa kurang memahami pembelajaran kimia.
Sesuai pendapat Taufik, (2014) menyampaikan bahwa aktivitas belajar siswa yang
rendah menyebabkan pemahaman dan penguasaan materi pembelajaran menjadi
berkurang.
123
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III ISBN 978-602-50939-0-6
Langsa-Aceh, 30 Oktober 2017 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
70,84
62,5
80 56,94
XI IPA 3
Aktivitas (%)
60
X IPA 5
40 XI IPA 2
20
0
Aktivitas Guru
124
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III ISBN 978-602-50939-0-6
Langsa-Aceh, 30 Oktober 2017 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Basuki. 2015. Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Mata Pelajaran Matematika Siswa
Kelas VII SMPN 2 Bumiratu Nuban Tahun Pelajaran 2014/2015. Jurnal
Pendidikan Matematika, 4 (1): 78-91.
Basyiruddin, U. 2002. Media pembelajaran. Jakarta. Ciputat Press.
Djamarah, S. B. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Erniwati. 2015. Upaya Peningkatan Aktivitas Belajar Sejarah Siswa Melalui
Pembelajaran Cooperatif Learning Tipe Snowball Throwing Di Kelas XI IPS 3 SMA
Negeri 1 Pasaman. Jurnal Pendidikan Indonesia, 1 (1): 1-12.
Kenan. 2014. Upaya Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Melalui Penerapan Metode
Penugasan Pada Materi Pokok Menulis Di Kelas IV SD Negeri 050649 Simpang
Pulau Rambung. Jurnal Saintech, 6 (2): 7-77.
Khairunisa, A., Doyin, M & Qomariyah, U. 2013. Merefleksi Isi Puisi Dengan Metode
Studi Kasus Kreasi Siswa Menggunakan Media Audiovisual. Jurnal Pendidikan
Bahasa Dan Sastra Indonesia, 2 (2): 1-8.
Mariska, Kurniawan, E. S & Fatmaryanti, S. D. 2013. Efektivitas Pemberian Apersepsi
Dan Motivasi Dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Pada Pokok
Bahasan Gaya SMP Negeri 13 Purworejo. Radiasi, 3 (2): 160-165.
Nikmah, A. 2013. Dampak Penggunaan Hand Phone Terhadap Prestasi Siswa. E-Jurnal
Dinas Pendidikan, 5: 1-8.
Nurmala, D. A., Tripalupi, L. E & Suharsono, N. 2014. Pengaruh Motivasi Belajar Dan
Aktivitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Akuntansi. Jurnal Penelitian Pendidikan,
4 (1): 746-751.
Putri, D. T. N & Isnani, G. 2015. Pengaruh Minat Dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar
Pada Mata Pelajaran Pengantar Administrasi Perkantoran. Jurnal Pendidikan
Bisnis Dan Manajemen, 1 (2):118-124.
Rahardjo, S & Gudnanto. 2011. Pemahaman Individu Teknik Non Tes. Kudus: Nora
Media Enterprise.
Sariono. 2014. Kurikulum 2013: Kurikulum Generasi Emas. E-Jurnal Dinas Pendidikan,
3:1-8.
Sinambela, P. N. J. M. 2013. Kurikulum 2013 Dan Implementasinya Dalam
Pembelajaran. Jurnal Generasi Kampus, 6 (2): 17-29.
Subandi. 2011. Deskripsi Kualitatif Sebagai Satu Metode Dalam Penelitian
Pertunjukan. Harmonia, Jurnal Pengetahuan & Pemikiran Seni, 11(2):173-179.
Suliswanto, A. 2013. Pengaruh Kreativitas Dan Aktivitas Belajar Terhadap Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas VII SMP. Jurnal Ilmiah Guru, 1 (3): 1-10.
125
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III ISBN 978-602-50939-0-6
Langsa-Aceh, 30 Oktober 2017 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
126