Anda di halaman 1dari 8

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III ISBN 978-602-50939-0-6

Langsa-Aceh, 30 Oktober 2017 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA


--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

ANALISIS AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN AKTIVITAS


PEMBELAJARAN GURU PADA MATA PELAJARAN KIMIA
(Studi Kasus di SMA Negeri 8 Banda Aceh Tahun 2016/2017)

Susti Vellayati
Program Studi Magister Pendidikan IPA PPs Unsyiah, Banda Aceh 23111
Email: sustivellayatiharahap@gmail.com

Abstrak. Penelitian studi kasus bertujuan untuk melihat aktivitas guru dan siswa dalam proses
pembelajaran terhadap pembelajaran Kimia di SMA Negeri 8 Banda Aceh. Populasi penelitian ini
adalah siswa SMA Negeri 8 Banda Aceh tahun pelajaran 2016/2017. Sampel penelitian yang
terpilih adalah siswa kelas X IPA 5 yang berjumlah 33 orang, XI IPA 2 yang berjumlah 27 orang
dan XI IPA 3 yang berjumlah 28 siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan
jenis penelitian deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, angket
dan dokumentasi. Berdasarkan analisis data hasil studi kasus yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa persentase rata-rata pada kelas X IPA 5, XI IPA 2 dan XI IPA 3 secara
berturut-turut adalah 51,92%; 63,46% dan 55,77% sehingga aktivitas siswa dikategorikan
baik. Hasil persentase rata-rata untuk kegiatan pembelajar guru pada kelas kelas X IPA 5 dan
XI IPA 3 secara berturut-turut adalah 62,5% dan 56,94% sehingga dikategorikan baik,
sedangkan kelas XI IPA 2 memiliki rata-rata pesentase sebesar 70,84% sehingga dikategorikan
sangat baik. Akan tetapi, aktifitas siswa dan guru masih dikatakan kurang maksimal. Hal ini
dipengaruhi oleh banyaknya aspek penilaian yang belum mendapatkan skor maksimal.
Penyebab banyaknya aspek yang tidak mendapatkan skor maksimal adalah guru tidak
memberikan apersepsi dan motivasi pada pembelajaran awal sehingga pembelajaran cenderung
tidak menarik bagi siswa.
Kata kunci: Studi kasus, aktifitas siswa dan guru

Abstract. This case study aims to see the teachers’ and students’activities in learning process
of chemistry in SMA Negeri 8 Banda Aceh. The population of this study is the students of SMA
Negeri 8 Banda Aceh in the academic year 2016/2017. For this purpose, 33 students of class X
IPA 5, 27 students of class XI IPA 2 and 28 students of class XI IPA 3 participated in this study.
The method used in this study is descriptive qualitative. The data were collected by
observation, interview, questionnaires and documentation. The result shows that the students’
activities in learning chemistry of class X IPA 5, XI IPA 2 and XI IPA 3 can be categorized as
good since the perecentage was only 51.92%; 63.46% and 55.77%. While the teachers’
activities of class X IPA 5 and XI IPA 3 were categorized as good as the percentage is 62,5%
and 56, 94%; class XI IPA 2 were categorized very good the percentage is 70,84%. However,
the activities of students and teachers are still said to be less than the maximum. It was
influenced by many aspects related to activities not get the maximum score. The cause of the
many aspects that are not getting the maximum score is the teacher did not give apersepsi and
motivation on the early learning so that learning tends not attractive to students.
Keywords: case study, activities of students and teachers

PENDAHULUAN

Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai suatu sistem yang memiliki


komponen tertentu agar dapat mencapai keberhasilannya dalam pembelajaran. Salah
satu komponen penting yang dapat mencapai keberhasilan tersebut adalah guru,
karena guru merupakan figur yang dapat berinteraksi langsung dengan siswa. Hasil
dari proses pembelajaran tersebut juga dipengaruhi oleh kemampuan dan perilaku
guru dalam pengolahan pembelajaran. Menurut Suliswanto, (2013) menjelaskan
bahwa proses pembelajaran adalah suatu kegiatan yang prosesnya selalu terkait dan
tidak hanya menyerap informasi yang disampaikan oleh guru, tetapi melibatkan
berbagai faktor yang mempengaruhinya salah satunya ialah aktivitas.
Permasalahan-permasalahan yang cenderung dialami oleh guru selama proses
pembelajaran khususnya pada pembelajaran kimia adalah hampir semua siswa tidak
aktif bertanya apabila menemukan kesulitan dalam proses pembelajaran dan merasa

119
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III ISBN 978-602-50939-0-6
Langsa-Aceh, 30 Oktober 2017 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

kesulitan jika diberikan soal-soal tipe berbeda dengan contoh yang telah dijelaskan.
Selain itu, guru juga cenderung tidak menggunakan metode-metode yang dapat
menarik minat siswa dimana guru lebih sering menggunakan metode ceramah
sehingga siswa tidak terlibat aktif, tetapi cenderung diam, mendengarkan dan
mencatat apa yang di sampaikan oleh guru. Guru juga tidak menampilkan gambar-
gambar, video atau melakukan praktikum atau demonstrasi yang dapat digunakan
untuk mempermudahkan dalam penyampaian materi kimia yang bersifat abstrak.
Untuk memecahkan permasalahan yang sering dialami oleh guru perlu digunakan
suatu metode yaitu berupa studi kasus. Studi kasus merupakan metode yang
digunakan untuk memahami kondisi guru atau siswa secara komprehensif agar
diperoleh pemahaman yang mendalam dan untuk mengatasi masalah yang sedang
dialami sehingga guru dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini sesuai
dengan Rahardjo dan Gudnanto, (2011) yang menyatakan studi kasus adalah suatu
metode untuk memahami individu yang dilakukan secara integrative dan
komprehensif agar diperoleh pemahaman yang mendalam tentang individu tersebut
beserta masalah yang dihadapinya dengan tujuan masalahnya dapat terselesaikan
dan memperoleh perkembangan diri yang baik. Sekolah yang dipilih dalam studi kasus
ini adalah SMA Negeri 8 Banda Aceh. Pemilihan lokasi studi kasus berdasarkan PAMER
2015 dimana nilai UN untuk tingkat nasional SMA Negeri 8 Banda Aceh memiliki rata-
rata sebesar 59,98 dengan jumlah siswa sebanyak 147 orang.
Menurut keterangan yang disampaikan oleh guru bidang studi kimia, proses
pembelajaran sudah menggunakan model dan melakukan praktikum jika materi yang
dipelajari sesuai untuk menerapkannya. Akan tetapi, berdasarkan keterangan yang
didapat dari siswa selama proses pembelajaran guru tidak pernah menggunakan
model dan melakukan praktikum padahal menurut keterangan yang diperoleh sekolah
tersebut memiliki sarana prasarana yang lengkap dan berfungsi dengan baik. Pada
dasarnya prinsip belajar adalah melakukan aktivitas agar siswa menjadi lebih aktif
dalam proses pembelajaran. Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat
penting didalam interaksi proses pembelajaran.
Adanya aktivitas belajar, memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat
lebih memahami materi yang sedang dipelajari. Aktivitas belajar diperlukan, sebab
pada prinsipnya belajar adalah mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Ciri-
ciri belajar yaitu ditandai dengan adanya aktivitas pada proses pembelajaran.
Kemudian Djamarah, (2010) menjelaskan bahwa belajar bukanlah berproses dalam
kehampaan. Tidak pula pernah sepi dari berbagai aktivitas, tidak pernah terlihat orang
yang belajar tanpa melibatkan aktivitas raganya. Oleh karena itu, dengan
dilakukannya penelitian studi kasus diharapkan aktivitas belajar siswa dapat
meningkat dan pembelajaran menjadi lebih aktif. Menurut Khairunisa, dkk., (2013)
menjelaskan bahwa kegiatan pembelajaran melalui studi kasus dapat meningkatkan
aktivitas dan kemandirian belajar siswa baik secara individu maupun kelompok.
Langkah pembelajaran menuntut keaktifan siswa, sedangkan peranan guru sebagai
pemberi stimulasi, pembimbing kegiatan siswa, dan menentukan arah yang harus
dilakukan oleh siswa.
METODE
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Menurut Subandi, (2011) digunakan penelitian deskriptif
karena bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis suatu fakta.

Lokasi Studi
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Ngeri 8 Banda Aceh, tepatnya di Jl. Tgk. Chik
Dipineng Raya Kec. Kuta Alam. Studi kasus ini dilakukan pada Tahun ajaran
2016/2017. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2016. Subjek pada
penelitian ini adalah siswa kelas X IPA 5 berjumlah 33 orang, XI IPA 2 yang berjumlah
27 orang dan XI IPA 3 yang berjumlah 28 orang.

120
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III ISBN 978-602-50939-0-6
Langsa-Aceh, 30 Oktober 2017 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Prosedur Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
wawancara, dokumentasi, observasi dan angket. Informan yang diwawancara dalam
penelitian ini terdiri dari waka kurikulum, guru dan siswa. Metode dokumentasi ini
digunakan mengumpulkan data yang diharapkan berfungsi sebagai metode pelengkap
untuk mencatat berbagai bahan dokumen yang sangat dibutuhkan dalam penelitian
ini, utamanya data tentang jumlah siswa dan guru yang ada di SMA Negeri 8 Banda
Aceh. Observasi pada studi kasus ini masing-masing memiliki skor dari 4-1 dengan
kriteria yang berbeda-beda. Angket pada studi kasus ini terdiri dari 10 pertanyaan
dimana setiap pertanyaan berisi jawaban “Ya” atau “Tidak”.

Pengolahan dan Analisis Data


Perolehan data aktivitas belajar siswa dan aktivitas pembelajaran guru selama
proses pembelajaran berlangsung dari lembar pengamatan yang telah diisi oleh
observer. Interval nilai yang digunakan adalah 1= tidak baik, 2= cukup baik, 3= baik
dan 4= sangat baik. Tim Pustaka Yustisia, (2008) menyatakan pendeskripsian skor
keaktifan selama proses pembelajaran seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Pendeskripsian Skor Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran

No. Skor (%) Kriteria


1 0 – 25 Kurang baik
2 25 – 50 Cukup baik
3 50 – 70 Baik
4 75 – 100 Sangat baik
(Sumber: Tim Pustaka Yustisia, 2008)

Menurut Widodo (2013), menyatakan jumlah skor keaktifan siswa dan guru
dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

���= 𝑥 100%
��
Keterangan:
NP = Nilai persentase yang diharapkan
R = Skor mentah yang diperoleh oleh siswa
SM = Skor maksimal tes

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan wawancara yang diperoleh dari guru mata pelajaran kimia SMA
Negeri 8 Banda Aceh diketahui bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi
aktivitas belajar siswa diantaranya: strategi dan model pembelajaran yang diterapkan
oleh guru dalam kelas, lingkungan belajar siswa dan sarana prasarana sekolah.
Menurut keterangan yang diperoleh guru telah menerapkan model pembelajaran dan
memanfaatkan dengan baik sarana prasarana yang telah disediakan sekoleh, seperti
melakukan praktikum, menggunakan infocus dan menggunakan power point dalam
membantu proses pembelajaran. Akan tetapi, selama melakukan observasi dan
bertanya dengan beberapa siswa didapatkan bahwa guru tidak pernah melakukan
praktikum terkait pembelajaran kimia dan selama pembelajaran guru hanya
menjelaskan materi apabila ada siswa yang bertanya kemudian memberikan soal-soal
terkait materi. Selain itu, banyak siswa yang tidak memperhatikan dan mendengarkan
pada saat guru menjelaskan materi dengan alasan siswa sulit memahami materi
tersebut sehingga menyebabkan siswa merasa bosan dalam proses pembelajaran.
Suasana yang membosankan menyebabkan siswa menjadi pasif, sedangkan dalam
proses pembelajaran siswa dituntut untuk menjadi aktif bukan pasif. Hal ini sesuai

121
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III ISBN 978-602-50939-0-6
Langsa-Aceh, 30 Oktober 2017 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

dengan tuntutan Kurikulum 2013 yang menyatakan siswa harus berperan aktif dalam
proses pembelajaran di mana guru hanya sebagai fasilitator saja. Menurut Sariono,
(2014) menyebutkan kurikulum diartikan sebagai sebuah dokumen perencanaan yang
berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar yang
harus dilakukan siswa, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang
dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta
implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata. Sinambela, (2013)
menambahkan kurikulum 2013 juga menuntut agar dalam pembelajaran terjadi
aktivitas belajar yang aktif, menyelidiki dan diharapkan juga guru sebagai fasilitator
dalam pembelajaran dapat merancang pembelajaran agar siswa mampu
menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang kontekstual dan nyata.
Aktivitas belajar siswa adalah unsur dasar yang penting bagi keberhasilan
proses pembelajaran. Melalui aktivitas, siswa akan dapat memahami pelajaran dari
pengalamannya sehingga akan mempertinggi hasil belajarnya (Wahyuningsih dan
Murwani, 2015). Kenan, (2014) menjelaskan bahwa pentingnya aktivitas belajar
dalam pembelajaran agar pemahaman pembelajaran siswa baik sehingga
menghasilkan hasil belajar yang baik pula. Aktivitas siswa selama proses
pembelajaran dinilai dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa yang
dinilai selama melakukan observasi di kelas. Pada studi kasus ini peneliti melakukan 3
kali obsevasi di kelas dan materi yang berbeda, tetapi dengan guru yang sama. Ketiga
kelas yang di observasi berturut-turut dari pertemuan pertama sampai pertemuan
ketiga adalah XI IPA 3, X IPA 5 dana XI IPA 2 dimana setiap penilaian yang diperoleh
oleh peneliti berbeda- beda. Hasil data penilaian observasi terhadap aktivitas siswa
dalam dilihat pada Gambar 1.

63,46
80 55,77 51,92
Aktivitas (%)

60 XI IPA 3
X IPA 5
40 XI IPA 2
20
0
Aktivitas siswa

Gambar 1. Grafik aktivitas pembelajaran siswa kelas X IPA5, XI IPA2 dan XI IPA3

Berdasarkan Gambar 1, data hasil penilaian aktivitas siswa secara keseluruhan


pada kelas XI IPA 3, X IPA 5 dan XI IPA 2 dapat disimpulkan memiliki kategori baik
untuk masing-masing kelas. Pada kelas XI IPA 3 mendapat rata-rata persentase
sebesar 55,77%; kelas X IPA 5 mendapat rata-rata persentase sebesar 51,92% dan
kelas XI IPA 2 mendapat rata-rata persentase sebesar 63,46%. Walaupun
dikategorikan aktivitas siswa baik, tetapi dapat diperhatikan pada Gambar 1 masih
terdapat beberapa aspek aktivitas siswa yang belum mencapai skor maksimal dimana
aspek ini dapat menyebabkan menurunnya aktivitas pembelajaran siswa. Salah satu
aspek yang belum mencapai skor maksimal adalah apersepsi dan motivasi.
Apersepsi dan motivasi merupakan bagian penting yang dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa. Apersepsi adalah menghubungkan pelajaran lama dengan
pelajaran baru, sebagai batu loncatan sejauh mana siswa menguasai pelajaran lama
sehingga dengan mudah menyerap pelajaran baru. Dengan demikian fungsi apersepsi
dalam kegiatan pembelajaran adalah untuk mengaitkan apa yang telah diketahui atau
di alami siswa dengan apa yang akan dipelajari. Selain itu, dengan adanya apersepsi
proses pembelajaran menjadi lebih aktif dan dapat meningkatkan aktivitas siswa.
Menurut Mariska, dkk., (2013) menyatakan bahwa konsep apersepsi sebagai salah

122
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III ISBN 978-602-50939-0-6
Langsa-Aceh, 30 Oktober 2017 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

satu variabel dalam kegiatan pembelajaran yang tidak boleh diabaikan karena turut
berpengaruh terhadap terciptanya pembelajaran yang efektif.
Motivasi adalah aspek yang sangat penting untuk membangkitkan semangat
dalam belajar dan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Oleh karena itu, agar
dapat menimbulkan motivasi, guru harus dapat menunjukkan pentingnya pengalaman
dan materi pelajaran dalam kehidupan siswa. Dengan demikian, siswa akan belajar
bukan sekadar untuk memperoleh nilai akan tetapi didorong oleh keinginan untuk
memenuhi kebutuhannya dalam memperoleh hasil yang memuaskan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Nurmala, dkk., (2014) yang menjelaskan motivasi belajar akan
mendorong semangat belajar pada siswa dan sebaliknya kurangnya motivasi belajar
akan melemahkan semangat belajar yang juga akan mempengaruhi hasil belajar
siswa. Seorang siswa yang belajar tanpa adanya motivasi tidak akan mendapatkan
hasil yang maksimal, terlihat dari aktivitas belajar siswa di dalam kelas ketika sedang
mengikuti pelajaran. Aktivitas belajar siswa sangat penting dalam menentukan
keberhasilan dalam belajar. Selanjutnya Putri dan Isnani, (2015) menyatakan bahwa
motivasi adalah suatu proses diinisiasikannya dan dipertahankannya aktivitas yang
diarahkan pada pencapaian tujuan.
Menurunnya aktivitas pembelajaran siswa ini juga disebabkan karena pada
kegiatan inti guru tidak menjelaskan terkait materi yang akan diajarkan dimana guru
langsung membacakan materi yang perlu di catat oleh siswa dan memberikan soal
tanpa memberikan contoh soal terlebih dahulu agar siswa mudah memahami materi
yang dipelajari. Selain itu, dalam proses pembelajaran guru tidak menerapkan metode
atau media. Kegiatan pembelajaran tersebut menyebabkan siswa cenderung tidak
aktif dan proses pembelajaran tidak menarik bagi siswa. Pembelajaran yang tidak
menarik ini menyebabkan siswa bosan, tidak memperhatikan guru, tidak mencatat,
tidak mengerjakan soal sehingga banyak siswa yang berbicara dengan temannya dan
bermain handphone sehingga aktivitas pembelajaran siswa menurun. Nikmah, (2013)
berpendapat bahwa kurangnya penggunaan metode dan media pembelajaran dalam
pelajaran IPA. Hal ini mengakibatkan merasa jenuh atau bosan bahkan tidak bisa
konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran sehingga dapat menyebabkan
menurunnya minat belajar. Basuki, (2015) menambahkan bahwa aktivitas belajar
siswa dikarenakan siswa yang cenderung ribut, banyak mengobrol dan tidak
menyimak materi yang disampaikan oleh guru, serta proses timbal balik antara guru
dengan siswa kurang terlihat.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa yang
memiliki persentase rata-rata paling tinggi antara kelas X IPA 5, X IPA 2 dan XI IPA 3
adalah kelas XI IPA 2 sebesar 63,46%. Hal ini dikarenakan pada saat kegiatan inti
guru yang biasanya hanya memberikan soal tanpa menjelaskan terlebih dahulu, tetapi
pada kelas tersebut setelah memberikan soal guru sedikit memberikan arahan dan
penjelasan mengenai materi yang dipelajari. Aktivitas siswa yang memiliki persetase
rata-rata paling rendah adalah kelas X IPA 5 sebesar 51,92% karena guru tidak
menjelaskan materi yang dipelajari, penyebab lainnya adalah tidak adanya apersepsi
dan motivasi. Proses pembelajaran sangat dipengaruhi bagaimana cara guru
menyampaikan materi yang akan di ajarkan terutama ada tidaknya penyampai
apersepsi dan motivasi dimana hal ini sangat berpengaruh pada menurunnya aktivitas
siswa. Aktivitas siswa menandakan siswa kurang memahami pembelajaran kimia.
Sesuai pendapat Taufik, (2014) menyampaikan bahwa aktivitas belajar siswa yang
rendah menyebabkan pemahaman dan penguasaan materi pembelajaran menjadi
berkurang.

123
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III ISBN 978-602-50939-0-6
Langsa-Aceh, 30 Oktober 2017 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

70,84
62,5
80 56,94
XI IPA 3

Aktivitas (%)
60
X IPA 5
40 XI IPA 2

20
0
Aktivitas Guru

Gambar 2. Aktifitas Pembelajaran Guru

Berdasarkan Gambar 2, dapat diketahui bahwa rata-rata persentase aktifitas


pembelajaran guru pada kelas XI IPA 3 dan X IPA 5 secara berturut-turut sebesar
56,94% dan 62,5% sehingga dapat disimpulkan aktifitas pembelajaran guru
dikategorikan baik, sedangkan kelas XI IPA 2 memiliki rata-rata pesentase sebesar
70,84% sehingga aktifitas pembelajaran guru dikategorikan sangat baik. Walaupun
aktifitas pembelajaran guru dikategorikan baik dan sangat baik, tetapi masih banyak
aspek penilaian yang tidak mencapai skor maksimal. Hal ini karena guru tidak
mengkondisikan siswa terlebih dahulu sebelum memulai pembelajaran, memberikan
apersepsi dan memberikan motivasi sehingga berdampak pada rata-rata persentase
yang berbeda. Selain itu, guru seharusnya menjelaskan materi yang akan
disampaikan terkait materi pembelajaran, tetapi pada saat observasi didapatkan
bahwa guru sama sekali tidak menjelaskan materi. Dimana setelah selesai
memberikan salam guru mata pelajaran langsung membaca materi yang perlu dicatat
oleh siswa dan kemudian memberikan soal tanpa terlebih dahulu memberikan contoh
soal kepada siswa sehingga bagi siswa yang tidak memahami soal tersebut maju ke
depan untuk bertanya kepada guru atau bertanya kepada temannya yang dapat
menjawab soal tersebut. Hal inilah yang menyebabkan aktivitas siswa menurun dan
cenderung pasif saat proses pembelajaran berlangsung dimana pada kegiatan ini
siswa seharusnya dapat menunjukkan aktivitas belajar yang ditandai dengan siswa
menjadi lebih aktif, inovatif dan memiliki rasa ingin tahu yang besar. Hal ini sesuai
dengan pendapat Erniwati, (2015) menjelaskan bahwa pembelajaran aktif adalah
suatu pembelajaran yang mengajak anak didik untuk belajar aktif, berarti mereka
mendominasi pembelajaran. Hal ini terlihat ketika kegiatan pembelajaran yang
berlangsung diantaranya tingkat aktivitas dan interaksi selama pembelajaran
berlangsung sangat baik, siswa menjadi lebih kreatif dan inovatif, untuk memenuhi
rasa ingin tahunya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dari ketiga kelas yaitu
kelas X IPA 5, XI IPA 2 dan XI IPA 3 yang memiliki rata-rata persentase paling tinggi
adalah XI IPA 2 dan rata-rata persentase paling rendah adalah XI IPA 3 sehingga
dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran belum sesuai dengan yang diharapkan
karena adanya beberapa kendala, seperti proses pembelajaran yang masih berpusat
pada guru, tidak menggunakan metode dan tidak memanfaatkan sarana prasana yang
tersedia di sekolah tersebut sehingga perlu diadakannya perubahan dan pembaharuan
cara guru mengajar. Salah satunya adalah dengan menerapkan sebuah media yang
tepat untuk proses pembelajaran yang dapat memudahkan dan menarik minat siswa
sehingga aktivitas siswa dapat meningkat. Basyiruddin, (2002) menyatakan bahwa
penggunaan media pembelajaran secara tepat dapat membantu memudahkan belajar
dan menarik perhatian siswa lebih besar sehingga menimbulkan semangat belajar.

124
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III ISBN 978-602-50939-0-6
Langsa-Aceh, 30 Oktober 2017 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil observasi dan analisis data dapat disimpulkan bahwa


aktifitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung secara keseluruhan
dikategorikan baik, tetapi aktifitas siswa masih dikatakan kurang maksimal. Hal ini
dapat dilihat masih banyaknya aspek penilaian yang belum mendapatkan skor
maksimal. Penyebab banyaknya aspek yang tidak mendapatkan skor maksimal adalah
guru tidak memberikan apersepsi dan motivasi pada pembelajaran awal sehingga
pembelajaran cenderung tidak menarik bagi siswa. Pembelajaran yang tidak menarik
ini menyebabkan siswa bosan, tidak memperhatikan guru, tidak mencatat, tidak
mengerjakan soal sehingga banyak siswa yang berbicara dengan temannya dan
bermain handphone akibatnya aktivitas pembelajaran siswa menurun. Hal ini juga
terjadi pada aktifitas pembelajaran guru, dimana masih banyak aspek penilaian yang
belum mencapai skor maksimal. Guru tidak menjelaskan materi yang akan diajarkan
dan langsung memberikan soal tanpa memberikan contoh soal terlebih dahulu.

DAFTAR PUSTAKA

Basuki. 2015. Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Mata Pelajaran Matematika Siswa
Kelas VII SMPN 2 Bumiratu Nuban Tahun Pelajaran 2014/2015. Jurnal
Pendidikan Matematika, 4 (1): 78-91.
Basyiruddin, U. 2002. Media pembelajaran. Jakarta. Ciputat Press.
Djamarah, S. B. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Erniwati. 2015. Upaya Peningkatan Aktivitas Belajar Sejarah Siswa Melalui
Pembelajaran Cooperatif Learning Tipe Snowball Throwing Di Kelas XI IPS 3 SMA
Negeri 1 Pasaman. Jurnal Pendidikan Indonesia, 1 (1): 1-12.
Kenan. 2014. Upaya Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Melalui Penerapan Metode
Penugasan Pada Materi Pokok Menulis Di Kelas IV SD Negeri 050649 Simpang
Pulau Rambung. Jurnal Saintech, 6 (2): 7-77.
Khairunisa, A., Doyin, M & Qomariyah, U. 2013. Merefleksi Isi Puisi Dengan Metode
Studi Kasus Kreasi Siswa Menggunakan Media Audiovisual. Jurnal Pendidikan
Bahasa Dan Sastra Indonesia, 2 (2): 1-8.
Mariska, Kurniawan, E. S & Fatmaryanti, S. D. 2013. Efektivitas Pemberian Apersepsi
Dan Motivasi Dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Pada Pokok
Bahasan Gaya SMP Negeri 13 Purworejo. Radiasi, 3 (2): 160-165.
Nikmah, A. 2013. Dampak Penggunaan Hand Phone Terhadap Prestasi Siswa. E-Jurnal
Dinas Pendidikan, 5: 1-8.
Nurmala, D. A., Tripalupi, L. E & Suharsono, N. 2014. Pengaruh Motivasi Belajar Dan
Aktivitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Akuntansi. Jurnal Penelitian Pendidikan,
4 (1): 746-751.
Putri, D. T. N & Isnani, G. 2015. Pengaruh Minat Dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar
Pada Mata Pelajaran Pengantar Administrasi Perkantoran. Jurnal Pendidikan
Bisnis Dan Manajemen, 1 (2):118-124.
Rahardjo, S & Gudnanto. 2011. Pemahaman Individu Teknik Non Tes. Kudus: Nora
Media Enterprise.
Sariono. 2014. Kurikulum 2013: Kurikulum Generasi Emas. E-Jurnal Dinas Pendidikan,
3:1-8.
Sinambela, P. N. J. M. 2013. Kurikulum 2013 Dan Implementasinya Dalam
Pembelajaran. Jurnal Generasi Kampus, 6 (2): 17-29.
Subandi. 2011. Deskripsi Kualitatif Sebagai Satu Metode Dalam Penelitian
Pertunjukan. Harmonia, Jurnal Pengetahuan & Pemikiran Seni, 11(2):173-179.
Suliswanto, A. 2013. Pengaruh Kreativitas Dan Aktivitas Belajar Terhadap Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas VII SMP. Jurnal Ilmiah Guru, 1 (3): 1-10.

125
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III ISBN 978-602-50939-0-6
Langsa-Aceh, 30 Oktober 2017 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Taufik, M. 2014. Pengaruh Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Geografi Terhadap


Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Dondo Kabupaten Toli-Toli. E-
Journal Geo, 2 (4): 1-14.
Tim Pustaka Yustisia. 2008. Panduan Penyusunan KTSP Lengkap (Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan) SD, SMP, Dan SMA. Jakarta: Buku Kita.
Wahyuningsih, D & Murwani, S. 2015. Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa
Pada Pembelajaran Biologi Melalui Implementasi Model Numbered Head Together
Pada Siswa Kelas Xi Sma Negeri 2 Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Matematika
Dan Sains, 1: 65-71.
Widodo, W. L. 2013. Peningkatan Aktivitas Belajar Dan Hasil Belajar Siswa Dengan
Metode Problem Based Learning Pada Siswa Kelas VIIA MTs Negeri Donomulyo
Kulon Progo Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal Fisika Indonesia, 49(17):32-35.

126

Anda mungkin juga menyukai