Anda di halaman 1dari 4

1.

Perdarahan postpartum

Perdarahan postpartum adalah perdarahan berlebihan yang terjadi setelah melahirkan.


Kondisi ini sangat serius dan dapat menyebabkan kematian pada ibu. Ada dua jenis
perdarahan pasca persalinan:

a. Perdarahan postpartum primer terjadi saat Anda kehilangan lebih dari 500 ml darah
dalam 24 jam pertama setelah persalinan. Kondisi ini umum, terjadi pada 5 dari 100
wanita. Perdarahan parah (lebih dari 2 liter) lebih jarang terjadi, hanya menyerang 6
dari 1000 wanita.
b. Perdarahan postpartum sekunder terjadi saat Anda memiliki perdarahan berat melalui
vagina di antara 24 jam hingga 12 minggu setelah persalinan. Kondisi ini menyerang
kurang dari 2 dari 100 wanita.

Kondisi ini sangat umum ditemui dan dapat biasanya terjadi pada wanita di atas usia
35 tahun. Perdarahan postpartum dapat ditangani dengan mengurangi faktor-faktor risiko.
Diskusikan dengan dokter untuk informasi lebih lanjut.

2. Tanda-tanda dan gejala perdarahan postpartum


Gejala umum dari perdarahan postpartum adalah:
a. Kehilangan darah berwarna merah terang secara berlebih melalui vagina setelah
persalinan.
b. Nyeri pada perut bawah.
c. Demam.

Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda
memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda.

Perdarahan postpartum adalah suatu keadaan gawat darurat. Jika Anda memiliki
tanda-tanda atau gejala-gejala di atas atau pertanyaan lainnya, segera ke instalasi gawat
darurat terdekat dan konsultasikanlah dengan dokter Anda. Tubuh masing-masing orang
berbeda. Selalu konsultasikan ke dokter untuk menangani kondisi kesehatan Anda.
3. Penyebab perdarahan postpartum

Pada kebanyakan kasus, perdarahan postpartum awal terjadi karena rahim tidak dapat
cukup berkontraksi untuk mengencangkan pembuluh darah di dinding rahim. Hal ini dapat
disebabkan oleh kelelahan otot rahim setelah persalinan yang berkepanjangan, rahim yang
merenggang sebagai akibat kehamilan ganda, kelebihan cairan ketuban, atau ukuran bayi
yang besar.

Kontraksi rahim juga dapat terganggu oleh pertumbuhan non kanker pada rahim atau
jika beberapa atau semua plasenta tetap berada di rahim setelah persalinan.

4. Faktor-faktor risiko perdarahan postpartum?


Ada banyak faktor risiko untuk perdarahan postpartum, yaitu:
a. Pernah mengalami perdarahan postpartum pada kehamilan sebelumnya
b. Memiliki IMT (indeks massa tubuh) lebih dari 35
c. Pernah memiliki 4 bayi atau lebih
d. Mengandung kembar dua atau kembar tiga
e. Etnis Asia Tenggara (termasuk Indonesia)
f. Memiliki plasenta yang terletak rendah (placenta previa)
g. Plasenta keluar lebih awal (placental abruption)
h. Pre-eklampsia dan/atau tekanan darah tinggi
i. Anemia
j. Persalinan dengan operasi Caesar
k. Induksi persalinan
l. Plasenta yang tertahan
m. Episiotomi (gunting vagina untuk membantu persalinan)
n. Forcep atau persalinan ventouse
o. Persalinan lebih dari 12 jam
p. Memiliki bayi berukuran besar (lebih dari 4 kg)
q. Memiliki bayi pertama saat Anda berusia di atas 40 tahun.
5. Diagnosis pendaraha postpartum

Jika Anda belum berada di rumah sakit, Anda akan segera di bawa ke rumah sakit.
Denyut jantung dan tekanan darah akan diawasi untuk melihat adanya shock. Jika
perdarahan postpartum dini telah terjadi, dokter akan merasakan perut bawah untuk melihat
apakah rahim berkontraksi. Plasenta akan diperiksa untuk melihat apakah sudah komplit.
Jika rahim terlihat berkontraksi namun perdarahan berlanjut, serviks dan vagina akan
diperiksa. Hal ini dilakukan di bawah pengaruh anestesi umum atau anestesi epidural.

Apabila Anda memiliki perdarahan postpartum akhir, dokter dapat melakukan scan
ultrasonik, menggunakan pemindai pada vagina untuk melihat sisa plasenta pada virus.
Vaginal swab dapat dilakukan untuk melihat adanya infeksi.

6. Pengobatan untuk perdarahan postpartum

Apabila perdarahan postpartum dini disebabkan oleh buruknya kontraksi rahim, Anda
akan diberikan suntikan untuk membantu kontraksi rahim. Dokter juga dapat memijat perut
Anda. Apabila langkah-langkah tersebut tidak bekerja, obat-obatan dapat diberikan untuk
membantu rahim berkontraksi.

Apabila perdarahan berlanjut, operasi dapat diperlukan. Pada kasus yang langka,
histerektomi dapat diperlukan. Perdarahan akibat plasenta yang tertahan diatasi dengan
mengangkat sisa plasenta secara manual melalui vagina.

a. Apabila kehilangan darah disebabkan oleh robekan pada serviks atau vagina, akan
dilakukan penjahitan.
b. Apabila perdarahan postpartum akhir merupakan akibat infeksi, antibiotik akan
diberikan.
c. Apabila perdarahan berlanjut, operasi dapat diperlukan untuk memeriksa rahim dan
mengangkat sisa plasenta. Kehilangan darah akibat perdarahan postpartum akan harus
diganti dengan transfusi darah.

Bukti berkualitas tinggi menunjukkan bahwa penanganan aktif pada tahap ketiga
persalinan mengurangi insidensi dan keparahan perdarahan postpartum. Penanganan aktif
merupakan kombinasi dari pemberian uterotonik (utamanya oksitosin) segera setelah
persalinan, penjepitan dan pemotongan tali pusat secara dini dan traksi tali pusat secara
lembut dengan teknik peregangan tali pusat terkendali saat uterus sedang berkontraksi.

Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda
mengatasi perdarahan postpartum:

a. Suplemen zat besi. Mengonsumsi suplemen zat besi dapat mengurangi kemungkinan
perlunya tranfusi darah jika Anda memiliki PPH. Beberapa wanita juga dapat diberikan
suplemen zat besi jika berisiko terhadap anemia.
b. Atur janji dengan dokter. Apabila Anda pernah melakukan operasi caesar pada kehamilan
sebelumnya, penting untuk memeriksa bahwa plasenta tidak menempel pada area luka
sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai