Anda di halaman 1dari 16

PEDOMAN

GIZI

UPT. PUSKESMAS BATANG KUIS


KABUPATEN DELI SERDANG
TAHUN 2018
1
PEMERINTAH KABUPATEN DELI SERDANG
DINAS KESEHATAN
UPT. PUSKESMAS BATANG KUIS
Jln. Pancasila No.26 Batang Kuis, kode pos : 20372
Telpon : (061-7383720)
Email: puskesmas.batangkuis@gmail.com

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah


Hasil Riset Kesehatan Dasar ( Riskesdas ) tahun 2013, besaran masalah gizi
Pada balita di Indonesia yaitu 19,6 %, gizi kurang diantaranya 5,7 % gizi buruk, gizi
lebih 11,9 %, stanting ( pendek ) 37,2 %. Data masalah Gangguan Akibat
Kekurangan Iodium ( GAKI ) berdasarkan hasil survey Nasional tahun 2013 sebesar
11,1 % dan menurut hasil Riskesda 2013, Anemia pada ibu hamil sebesar 37,1 %.
Undang – undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyebutkan
tujuan perbaikan gizi adalah untuk meningkatkan mutu gizi perorangan dan
masarakat . Mutu gizi akan tercapai antara lain melalui penyediaan pelayanan
kesehatan yang bermutu,dan berprofesional disemua diinstitusi pelayanan
kesehatan.Salah satu pelayanan kesehatan yang penting adalah pelayanan gizi di
puskesmas baik puskesmas Rawat inap maupun Puskesma non rawat Inap.Puskesmas
dan Jejaringnya harus membina upaya kesehatan yang berbasis masyarakat.
Puskesmas merupakan penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan
tingkat pertama.Pelayanan gizi di puskesmas terdiri dari kegiatan pelayanan gizi
didalam gedung dan diluar gedung.Pelayanan gizi di dalam gedung umumnya bersifat
individual,dapat berupa pelayanan promotif,preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Sedangkan pelayanan gizi diluar gedung umumnya pelayanan gizi pada kelompok
dan masyarakat dalam bentuk promotif dan preventif.
Dalam pelaksanaanya pelayanan gizi di Puskesmas Dalu Sepuluh berperan
strategis mendukung peningkatan pencapaian target lintas program dan diharapkan
berdampak pada peningkatan kinerja Puskesmas. Kegiatan pelayanan gizi dilakukan
sesuai visi juga dilakukan dengan membudayakan SIAP memberikan pelayanan tidak
menimbulkan resiko terhadap sasaran dan petugas gizi, yang memberikan pelayanan
sesuai dengan kompetensi. Pelayanan gizi yang bermutu dapat diwujudkan apabila
tersedia acuan untuk melaksanakan pelayanan gizi yang bermutu sesuai dengan 4
pilar dalam pedoman gizi seimbang (PGS).
1.2. Tujuan
Tujuan Umum :
Tersedianya acuan dalam melaksanakan pelayanan gizi di puskesmas dan
jejaringnya.

Tujuan Khusus :
a. Tersedianya acuan tentang jenis pelayanan gizi, peran dan fungsi
ketenagaan, sarana dan prasarana di puskesmas dan jejaringnya.
b. Tersedianya acuan untuk melaksanakan pelayanan gizi yang bermutu di
puskesmas dan jejaringnya
c. Tersedianya acuan bagi tenaga gizi puskesmas untuk bekerja secara
profesional memberikan pelayanan gizi yang bermutu kepada pasien/ klien
di puskesmas dan jejarinya.
d. Tersedianya acuan monitoring dan evaluasi pelayanan gizi di puskesmas dan
jejaringnya

1.3.Sasaran Pedoman
1. Tenaga gizi puskesmas dan tenaga kesehatan lainnya di puskesmas
2. Pengelola program kesehatan dan lintas sector terkait
3. Pengambilan kebijakan tingkat kabupaten

1.4.Ruang Lingkup
1. Kebijakan pelayanan gizi di puskesmas
2. Pelayanan gizi di dalam gedung
3. Pelayanan gizi di luar gedung
4. Pencatatan dan pelaporan
5. Monitoring dan evaluasi

1.5.Batasan Operasional
a. Di dalam Gedung
- Konseling gizi terkait penyakit dan faktor resikonya
- Konseling Asi eklusif
- Konseling pemberian makan Bayi dan Anak (PMBA)
- Konseling faktor resiko penyakit tidak menular (PTM)
b. Di luar Gedung
- Edukasi gizi/Penyuluhan dan pembinaan,
- Konseling ASI Eklusif dan PMBA,

3
- Konseling Gizi di Posbindu pada penyakit tidak menular (posbindu PTM
)
- Pengelolahan pemantauan pertumbuhan di posyandu
- Pengelolahan pemberian kapsul vitamin A
- Pengelolahan tablet tambah darah (TTD) untuk ibu hamil dan nifas
- Edukasi dalam rangka pencegahan anemi pada remaja putri dan WUS
- Pengelolahan MP-ASI dan PMT pemulihan,
- Survailans gizi
- Pembinaan gizi di Institusi
- Kerja sama Lintas Dektor dan lintas Program
Beberapa ketentuan perundang- undangan yang digunakan sebagai dasar
Penyelenggaraan pelayanan gizi di Puskesmas adalah sebagai berikut :
1. Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak
2. Peraturan pemerintah nomor 32 tahun 1996 tentang kesehatan
3. Peraturan pemerintah nomor 33 tahun 2012 tentang Asi Eklusif
4. Peraturan presiden nomor 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional
percepatan perbaikan gizi
5. Peraturan menteri kesehatan RI nomor 75 tahun 2013 tentang angka
kecukupan Gizi yang dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia
6. Peraturan menteri kesehatan nomor 26 tahun 2013 tentang praktik tenaga
Gizi

4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

2.1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Tenaga gizi


Berikut ini kualifikasi SDM dan realisasi Tenaga Gizi yang ada di Puskesmas
Pariwisata Pantai Cermin :
Kegiatan Kualifikasi SDM Realisasi
Pelayanan kesehatan gizi Pendidikan minimal 1 orang dengan latar
- Dalam gedung DIII Kesehatan (Gizi) Belakang pendidikan D3 Gizi
- Luar gedung

2.2. Distribusi Ketenagaan


Penanggung jawab Pelayanan kesehatan Gizi dibagi menjadi dalam gedung
puskesmas dan pelayanan kesehatan Gizi Luar gedung. Adapun petugasnya adalah
sebagai berikut :
Kegiatan Petugas Unit terkait
Pelayanan kesehatan Gizi Kepala Puskesmas
- Dalam gedung Pulungan Pardede UKP
- Luar gedung UKM
Rawat Inap

2.3. Jadwal kegiatan


1. Pengaturan kegiatan program gizi dilakukan bersama oleh para pemegang
program dalam kegiatan lokakarya mini bulanan maupun tiga bulanan/ lintas
sektor, dengan persetujuan kepala puskesmas
2. Jadwal kegiatan program gizi dibuat untuk jangka waktu satu tahun, dan di
break down dalam jadwal kegiatan bulanan dan dikoordinasikan pada awal
bulan sebelum pelaksanaan jadwal
3. Secara keseluruhan jadwal dan perencanaan kegiatan program gizi di
koordinasikan oleh Kepala Puskesmas Dalu Sepuluh.

5
Kegiatan pelayanan kesehatan Gizi Sarana Prasana
- Meja, Kursi
- Alat tulis
- Buku Register,buku pencatatan kegiatan
- Timbangan Dewasa, dan Bayi
Dalam Gedung - Microtoice/ penggukur tinggi badan
- Leaflet
- alat peraga/ Foot Model
- buku panduan : penuntun diet,pedoman
Pelayanan anak gizi buruk, tata laksana
Balita gizi buruk,Pedoman pelayanan gizi
Pada pasien tuberkulosis
- Leaflet, Lembar balik, materi materi
Penyuluhan : ininsiasi menyusui Dini,
Strategi peningkatan Penimbangan balita
Di posyandu, Angka kecukupan Gizi
- Tabel antropometri
Luar Gedung - Timbangan : Dacin, Timbanan Injak,
Timbangan bayi
- Microtoice/ Pengukur tinggi badan
- Meja, Kursi, ATK, F2 Gizi, F3 Gizi, dan
Blanko-blanko laporan lain
- Vit A, Fe
- pita Lila

6
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN GIZI

3.1. Lingkup Kegiatan


1. Kegiatan pelayanan gizi dilakukan di dalam gedung, antara lain :
- Penyelenggaraan makan pasien Rawat Inap yaitu didapur puskesmas
- Ruang Perawatan pasien,
- Konseling gizi dan ASI Eklusif diruamg konsultasi gizi
2. Kegiatan pelayanan gizi di luar Gedung antara lain :
- Posyandu
- Posbindu
- Pustu
- Polindes
3. Kegiatan di Dalam Gedung
a. Persiapan Ruangan
b. Pelayanan dengan alur
 Pasien datang sendiri atau dirujuk dari structural puskesmas ( pustu, pos
bindu atau sarana kesehatan lain )
 Pasein mendaftar di loket pendaftaran puskesmas
 Pasien mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan masalah ke
Sehatanya di poli umum /BP, poli KIA, poli Gigi oleh petugas medis
Atau para medis.
 Pasien Rawat jalan yang beresiko/ tidak resiko mengalami masalah gizi
Akan mendapatkan konseling gizi atas permintaan pasien atau tenaga
Medis yang sudah disertai dengan pemeriksaan penunjang (
laborat,Radiologi )
c. Melakukan tindakan yang diperlukan sesuai permasalahan yang dihadapi
pasien :
- Klinik gizi ( Pojok Gizi )
- Konsultasi gizi
- Melaksanakan program kesehatan gizi masyarakat dengan sasaran ibu
Hamil
- Ibu nifas, bayi danbalita
- Bayi baru lahir mendapatkan IMD ( Inisiasi Menyusui Dini ) dan dengan
- Promosi , motivasi ASI Eklusif.
- Pemberian tablet tambah darah (TTD ) untu ibu hamil.
- Pengukuran lingkar lengan atau LILA ibu hamil

7
- Pemberian kapsul vitamin A untuk bayi, balita dan bufas.
- Perawatan gizi buruk yang ditemukan.

2.Kegiatan di luar gedung


a. Persiapan :
Penjadwalan Kegiatan
Penjadwalan kegiatan penyuluhan ,pembinaan kader kesehatan.
b.Pelaksanaan :
- Pelayanan gizi balita,Bumil, bufas, PUS ( sasaran posyandu )berupa
- Penimbangan / pemantawan tumbuh kembang bayi anak balita dan
Penyuluhan
- Sesuai masalah yang dihadapi
- Promosi dan motivasi AS Eklusif
- Pemantawan pemberian kapsul Vitamin A
- Pengukuran tinggi badan / panjang badan bayi, balita terutama yang
Dicurigai
- Bermasalah
- Penyuluhan,Pemantauan Status Gizi dan Konsultasi gizi
- Pemetaan Kadarzi
- Monitoring Garam beryodium
- Penyuluhan kelompok di posyandu
- Penyuluhan makanan Pendamping ASI pada usia 6-24 bln dan
penyuluhan
- pola makan yang benar pada anak balita terutama yang bermasalah ( Gizi
Kurang atau gizi lebih )
- Pemberian PMT Pemulihan Bagi prioritas Gizi buruk/kurang dari
keluarga
miskin ( Gakin )
- Pemantauan pemberian Tablet tambah darah (TTD) pada bumil dan
Bufas
- Pemberian PMT pemulihan Bumil KEK dari keluarga miskin (Gakin)
- Pelacakan kasus gizi buruk

3.2.Strategi / Metode
Merupakan cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan kegiatan upaya
kesehatan lingkungan. Ada tiga strategi yaitu :
1. Strategi advokasi .

8
Merupakan kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar membantu atau
mendukung pelaksanaan program. Advokasi adalah pendekatan kepada
pengambil keputusan dari berbagai tingkat dan sektor terkait dengan
kesehatan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meyakinkan para penjabat
pembuat keputusan atau penentu kebijakan bahwa program kesehatan yang
akan dilaksanakan tersebut sangat penting oleh sebab itu perlu dukungan
kebijakan atau keputusan dari penjabat tersebut. Dukungan dari pejabat
pembuat keputusan dapat berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan
dalam bentuk undang undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, surat
instruksi, dana atau fasilitas lain.
2. Strategi kemitraan.
Tujuan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dapat tercapai apabila ada
dukungan dari berbagai elemen yang ada di masyarakat. Dukungan dari
masyarakat dapat berasal dari unsure informal (tokoh agama dan tokoh
adat) yang mempunyai pengaruh dimasyarakat. Tujuannya adalah agar
Para tokoh masyarakat menjadi jembatan antara sektor kesehatan sebagai
pelaksana program dengan masyarakat sebagai penerima program
kesehatan. Strategi ini dapat dikatakan sebagai upaya membina suasana
yang kondusif terhadap kesehatan. Bentuk kegiatan dapat berupa pelatihan
tokoh masyarakat, seminar, lokakarya, bimbingan kepada tokoh masyarakat
dan sebagainya.
3. Strategi pemberdayaan masyarakat.
Adalah strategi yang ditunjukan kepada masyarakat secara langsung.
Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Bentuk
kegiatan pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan
antara lain penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan
masyarakat dalam bentuk usaha untuk meningkatkan pendapatan keluarga.
Dengan meningkatkan kemampuan ekonomi keluarga akan berdampak
terhadap kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan. Misalnya terbentuk
dana sehat, terbentuk pos obat desa, dan sebagainya.

3.3.Langkah kegiatan
A. Perencanaan ( P1)
1) Petugas merencanakan kegiatan gizi pada RKA, JKN (yang bersumber
dari dana JKN) dan atau melalui RKA,BOK yang bersumber dari dana
bantuan operasional kesehatan

9
B. Penggerakan dan pelaksanaan (P2)
Pada kegiatan P2 petugas melakukan:
- Membuat jadwal kegiatan
- Mengkoordinasikan dengan bendahara JKN/Bendahara BOK
- Mengkoordinasikan dengan lintas program tentang kegiatan yang akan
Dilaksanakan
- Melaksanakan kegiatan
C. Pengawasan,Pengendalian penilaian (P3)
- Petugas mencatat hasil kegiatan dan melaporkan hasil kegiatan
- Petugas menganalisa hasil kegiatan
- Petugas membuat kajian pencapaian dan menindak lanjuti

10
BAB V
LOGISTIK

Perencanaan logistic adalah merencanakan kebutuhan logistik yang


pelaksanannya dilakukan oleh semua petugas penanggung jawab program
kemudian diajukan sesuai dengan alur yang berlaku di masing masing
organisasi.
Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan program gizi
direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini lintas program dan lintas sektor
sesuai dengan tahapan kegiatan dengan metode pemberdayaan yang akan
dilaksanakan.
1. Kegiatan di dalam gedung Puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana
antara lain :
- Meja Kursi
- Alat Tulis
- Buku Catatan Kegiatan
- Leaflet
- Buku panduan
- Komputer
2. Kegiatan di luar gedung Puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana
Yang meliputi :
- Leaflet
- Buku catatan kegiatan
Prosedur pengadaan barang dilakukan oleh koordinatior program gizi berkoordinasi
dengan petugas pengelola barang dan dibahas dalam pertemuan mini lokakarya
Puskesmas untuk mendapatkan persetujuan Kepala Puskesmas. Sedangkan dana yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan direncanakan Oleh koordinator program gizi
berkoordinasi dengan bendahara Puskesmas dan Dibahas dalam kegiatan mini
lokakarya puskesmas untuk selanjutnya dibuat Perencanaan kegiatan ( POA – Plan of
Action ) .

11
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN

Setiap kegiatan yang dilakukan pasti akan menimbulkan resiko atau Dampak,
baik resiko yang terjadi pada masyarakat sebagai sasaran kegiatan Maupun resiko
yang terjadi pada petugas sebagai pelaksana kegiatan. Keselematan pada sasaran
harus diperhatikan karena masyarakat tidak hanya Menjadi sasaran satu kegiatan saja
melainkan menjadi sasaran banyak Program kesehatan lainnya. Tahapan- tahapan
dalam mengelola keselamatan Sasaran antara lain :
1. Identifikasi Resiko
Penanggung jawab program sebelum melaksanakan kegiatan harus
mengidentifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada
saat pelaksanaan kegiatan. Identifikasi resiko atau dampak dari pelaksanaan
kegiatan dimulai sejak membuat perencanaan. Hal ini dilakukan untuk
meminimalisasi dampak yang ditimbulkan dari pelaksanaan kegiatan upaya
pencegahan resiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan
yang akan dilaksanakan.
2. Analisis Resiko
Tahap selanjutnya adalah petugas melakukan analisis terhadap resiko atau
dampak dari pelaksanaan kegiatan yang sudah didentifikasi. Hal ini perlu
dilakukan untuk menentukan langkah-langkah yang akan diambil dalam
menangani resiko yang terjadi.
3. Rencana Pencegahan Resiko Meminimalisasi Resiko.
Setelah dilakukan identifikasi dan analisis resiko, tahap selanjutnya adalah
menentukan rencana yang akan dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko atau
dampak yang mungkin terjadi. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah atau
meminimalkan resiko yang mungkin terjadi.
4. Rencana Upaya Pencegahan.
Tahap selanjutnya adalah membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
mengatasi resiko atau dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan yang dilakukan.
Hal ini perlu dilakukan untuk menentukan langkah yang tepat dalam mengatasi
resiko atau dampak yang terjadi.
5. Monitoring dan Evaluasi.
Monitoring adalah penilaian yang dilakukan selama pelaksanaan kegiatan sedang
berjalan. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan sudah
berjalan sesuai dengan perencanaan. Sehingga dengan segera dapat direncanakan

12
tindak lanjutnya. Tahap yang terakhir adalah melakukan Evaluasi kegiatan. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan sudah tercapai.

13
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja atau occupational safety. Dalam istilah sehari-hari sering


Disebut safety saja, secara filosifi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya Untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohani Petugas dan
hasil kegiatannya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu Pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan tejadinya Kecelakaan dan
penyakit akibat pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan.
Keselamatan kerja merupakan rangkain usaha untuk menciptakan suasana
kerja yang aman, kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan
kerusakan serta penurunan kesehatan akibat dampak dari pekerjaan yang dilakukan,
bagi petugas pelaksana dan petugas terkait. Keselamatan kerja disini lebih terkait
pada perlindungan fisik petugas terhadap resiko pekerjaan.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan
telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya
kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga,
masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Sering dengan kemajuan ilmu dan teknologi, khususnya sarana dan
prasarana kesehata, maka resiko yang dihadapi petugas kesehatan semakin
meningkat. Petugas kesehatan merupakan orang pertama yang terdepan terhadap
masalah kesehatan, untuk itu semua petugas kesehatan harus mendapat pelatihan
tentang kebersihan, epidemiologi dan desinfeksi. Sebelum bekerja dilakukan
pemeriksaan kesehatan untuk memastikan kondisi tubuh yang sehat. Menggunakan
desinfektan yang sesuai dan dengan cara benar, mengelola limbah infeksius dengan
benar dan harus menggunakan alat pelindung diri yang benar.

14
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu adalah kegiatan yang bersifat rutin yang dirancang untuk
mengukur dan menilai mutu pelayanan. Pengendalian mutu sangat berhubungan
dengan aktifitas pengawasan mutu, sedangkan pengawasan mutu merupakan upaya
untuk menjaga agar kegiatan yang dilakukan dapat berjalan sesuai rencana dan
menghasilkan keluaran yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Kinerja pelaksanaan dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan indikator
sebagai berikut :
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketepatan metoda yang digunakan
4. Tercapainya indikator
Hasil pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi serta permasalahan yang
ditemukan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap bulan.

15
BAB IX
PENUTUP

Pedoman pelaksanaan program gizi ini dibuat untuk memberikan petunjuk


dalam pelaksanaan kegiatan program gizi di Puskesmas Dalu sepuluh, penyusunan
pedoman disesuaikan dengan kondisi real yang ada di puskesmas, tentu saja masih
memerlukan inovasi-inovasi yang sesuai dengan pedoman yang berlaku secara
nasional. Perubahan perbaikan, kesempurnaan masih diperlukan sesuai dengan
kebijakan, kesepakatan yang menuju pada hasil yang optimal.
Pedoman ini digunakan sebagai acuan bagi petugas dalam melaksanakan
pelayanan program gizi di puskesmas agar tidak terjadi penyimpangan atau
pengurangan dari kebijakan yang telah ditentukan.

Pelaksana Gizi

Pulungan Pardede, AMG


NIP. 19800727 201001 1 015

16

Anda mungkin juga menyukai