ABSTRACT
PERMATASARI WIDEVYA PUTRI. Tetrazolium test for seed viability
evaluation of tomato (Solanum lycopersicum L.). Supervised by ENY WIDAJATI.
Tetrazolium test is a quick test to determine seed viability. This research used
four levels of seed viability based on the of germination persentage is V1= 80,7%,
V2= 73,6%, V3= 71,3%, and V4= 65,3%. The experimental design used was a
complete randomized group design and regression correlation test. Tetrazolium
solution concentration used 1%. Seeds soaked with tetrazolium solution for 18
hours. The staining produced was 33 patterns, which were grouped into 5 patterns
were high vigor criteria, 8 patterns were low vigor criteria, 13 patterns were
abnormal, and 7 patterns were death. The correlation between staining patterns of
normal criteria and percentage germination, seed growth rate, first count
germination, and normal seedling dry weight at correlation 0,6 - 0,7. This was
indicated that the terazolium test in tomato seeds can be used to detect the potential
viability and vigor.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 1
TINJAUAN PUSTAKA 1
Struktur Benih Tomat 1
Mutu dan Viabilitas Benih 2
Pengujian Tetrazolium 2
METODE 3
Tempat dan Waktu Penelitian 3
Bahan dan Alat 3
Rancangan Percobaan 3
Metode Pelaksanaan 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Pengujian Tetrazolium 8
Evaluasi Viabilitas Benih melalui Pola Pewarnaan pada Uji Tetrazolium 18
KESIMPULAN DAN SARAN 20
Kesimpulan 20
Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 20
LAMPIRAN 23
RIWAYAT HIDUP 27
vi
DAFTAR TABEL
1. Hasil sidik ragam pengaruh lot benih terhadap tolok ukur viabilitas 7
2. Hasil uji lanjut DMRT terhadap tolok ukur viabilitas 8
3. Hasil sidik ragam pola pewarnaan pada uji tetrazolium 8
4. Hasil uji lanjut DMRT terhadap pola pewarnaan normal 8
5. Pola pewarnaan tetrazolium pada benih tomat 9
6. Rata-rata pola pewarnaan tetrazolium pada lot benih tomat 18
7. Nilai korelasi dan regresi antara tolok ukur viabilitas dan uji tetrazolium 19
pada pola pewarnaan normal
8. Nilai korelasi dan regresi antara tolok ukur IV dan KCT dengan uji 19
tetrazolium pada pola pewarnaan normal kuat
DAFTAR GAMBAR
1. Bagian benih tomat yang dipotong melintang dengan perbesaran 4x10 5
2. Struktur benih tomat (Solanum lycopersicum L.) dengan perbesaran 4x10 7
3. Perbandingan ukuran benih tomat dengan benih cabai 7
DAFTAR LAMPIRAN
1. Struktur internal benih cabai (Capsicum annum) menurut Savage (2006) 25
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pola-pola pewarnaan pada uji
tetrazolium untuk mengevaluasi viabilitas benih tomat.
TINJAUAN PUSTAKA
Benih tomat (Solanum lycopersicum L.) dan benih cabai (Capsicum annum)
memiliki struktur yang sama, karena kedua benih tersebut termasuk ke dalam
famili Solanaceae. Struktur benih tomat dan cabai terdiri dari testa (kulit benih),
2
Informasi mutu adalah sasaran utama pengujian atau analisis benih. Benih
yang bermutu dapat menghasilkan yang tanaman bermutu atau dapat menghasilkan
tanaman yang berproduksi normal. Mutu benih mencangkup 3 hal yang tidak
terpisahkan, yaitu mutu genetik yang mengemukakan tingkat kemurnian benih,
mutu fisiologi dengan tingkat viabilitas benih dan mutu fisik dengan tingkat
kebersihan benih (Sadjad, 1993).
Tolok ukur viabilitas benih terdiri dari viabilitas potensial dan vigor benih.
Viabilitas potensial merupakan kemampuan benih untuk tumbuh normal dan
berproduksi normal pada kondisi optimum. Vigor merupakan kemampuan benih
untuk tumbuh normal dan berproduksi normal pada kondisi suboptimum. Tinggi
atau rendahnya viabilitas potensial dapat diukur dengan tolok ukur yaitu daya
berkecambah benih atau daya tumbuh benih dan berat kering kecambah normal.
Tolok ukur vigor kekuatan tumbuh yaitu kecepatan tumbuh benih dan
keserempakan tumbuh benih (Widajati et al., 2013).
Pengujian Tetrazolium
METODE
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih tomat (Solanum
lycopersicum L.) varietas F1 Renata, garam tetrazolium 1%, KH2PO4, Na2HPO4,
dan aquades. Tingkat viabilitas benih yang digunakan berdasarkan uji daya
kecambah, yaitu V1= 80,7%, V2= 73,6%, V3= 71,3%, dan V4= 65,3%. Alat yang
digunakan adalah kertas buram, alat pengecambah benih IPB 73-2A, mikroskop
stereo, timbangan analitik, oven pengering, dan perlengkapan penunjang lainnya.
Rancangan Percobaan
Metode Pelaksanaan
Pembuatan larutan
Pembuatan larutan dilakukan dengan membuat konsentrasi larutan
tetrazolium 1% dalam larutan buffer. Larutan buffer diperoleh dengan cara
melarutkan 9,078 g KH2PO4 ke dalam 1.000 ml aquades (larutan I) dan 9,472 g
Na2HPO4 ke dalam 1.000 ml aquades (larutan II). Larutan I dan II dicampur dengan
5
Pengujian tetrazolium
Pengujian tetrazolium dilakukan pada kelompok benih setiap tingkat
viabilitas. Benih dilembabkan dengan merendam dalam air selama 18 jam pada
suhu 20 ± 2 0 C, kemudian dikering anginkan di atas kertas. Proses selanjutnya
1
dilakukan pelukaan benih dengan memotong melintang ± 3 bagian benih, yaitu testa
benih antara radikula dan kotiledon sampai endosperma. Benih selanjutnya
direndam larutan tetrazolium pada suhu 30 ± 20 C selama 18 jam, kemudian benih
dipotong menjadi 2 bagian secara melintang. Bagian benih yang dipotong
1
melintang ± 3 bagian dapat dilihat pada Gambar 1.
Benih tomat
Silet 1
Dipotong melintang ±3
bagian benih
Gambar 1. Bagian benih tomat yang dipotong melintang dengan perbesaran 4x10.
Pengamatan Penelitian
Tolok ukur viabilitas meliputi: daya berkecambah, berat kering kecambah
normal, kecepatan tumbuh benih, potensi tumbuh maksimum, dan indeks vigor.
Tolok ukur tersebut digunakan sebagai peubah pengukuran mutu fisiologis benih
dalam kegiatan pengamatan dan sebagai pembanding dengan hasil pengujian benih
tomat menggunakan tetrazolium.
KCT =
Keterangan :
KCT : Kecepatan tumbuh benih (%KN/etmal)
d : Presentase jumlah kecambah normal setiap waktu pengamatan
tn : Akhir pengamatan= hari ke-14 (Sadjad et al., 1990)
Benih tomat memiliki bentuk yang pipih bulat, berkulit keras, berukuran kecil
dengan diameter ± 2 mm, dan bobot 1.000 butir ± 3 g. Struktur benih tomat terdiri
dari testa, radikula, hipokotil, kotiledon, dan endosperma (Gambar 2). Struktur
tersebut sama dengan struktur benih cabai (Lampiran 1), tetapi ukuran benih cabai
lebih besar dibandingkan dengan benih tomat (Gambar 3).
7
Testa
Hipokotil
Endosperma
Kotiledon
Radikula
Diameter Diameter
benih tomat benih cabai
± 2 mm ± 3 mm
Tabel 1. Hasil sidik ragam pengaruh lot benih terhadap tolok ukur viabilitas
Tolok Ukur Viabilitas P-value
DB 0,0105*
IV 0,0103*
KCT 0,0220*
PTM 0,0102*
BKKN 0,0315*
Keterangan: *= berpengaruh nyata, tn= tidak berpengaruh nyata pada taraf 5%, DB= daya
berkecambah, IV= indeks vigor, KCT= kecepatan tumbuh benih, PTM= potensi
tumbuh maksimum, BKKN= berat kering kecambah normal.
8
Pengujian Tetrazolium
kriteria mati (Tabel 5). Berdasarkan rata-rata persentase pola pewarnaan pada lot
benih tomat dapat dilihat pada Tabel 6.
Hasil pola pewarnaan normal lemah dan abnormal terdapat pola atau bercak
merah kehitaman pada bagian benih yang diduga bahwa benih tersebut terkena
cendawan karena pada saat penyimpanan tidak ada bahan pelapis kimia yang
melindungi benih dari serangan cendawan. Menurut Subantoro dan Prabowo (2013)
bagian benih jagung dan kedelai yang dominan berwarna merah kehitam-hitaman
atau berwarna coklat kehitaman dapat diindikasi bahwa pertumbuhan benih
menjadi lambat dan abnormal.
Hasil uji korelasi antara tolok ukur potensi tumbuh maksimum (PTM) pada
viabilitas benih tomat dan pola pewarnaan potensi tumbuh maksimum tetrazolium
(PTMttz) memiliki nilai r sebesar 0,334 dan nilai P-value sebesar 0,288 dengan
persamaan regresi PTM = 63,1 + 0,229 PTMttz. Nilai tersebut menunjukan bahwa
hasil uji korelasi antara PTM dengan PTMttz memiliki arah hubungan yang positif,
tetapi kedua tolok ukur tersebut kurang berhubungan erat. Hasil uji korelasi pada
Tabel 7 antara tolok ukur viabilitas dengan pola pewarnaan normal uji tetrazolium
mempunyai hubungan yang erat dan nyata pada tolok ukur daya berkecambah
(DB), indeks vigor (IV), kecepatan tumbuh benih (KCT) dan berat kering kecambah
normal (BKKN). Tolok ukur DB, IV, KCT dan BKKN merupakan indikasi
munculnya kecambah normal pada pengujian pengecambahan benih. Hasil ini
19
Tabel 7. Nilai korelasi dan regresi antara tolok ukur viabilitas dan uji tetrazolium
pada pola pewarnaan normal
Tolok Ukur
Persamaan Regresi r P-value
Viabilitas
DB DB = 27,1 + 0,619 N 0,7 0,018*
IV IV = 0,7 + 0,462 N 0,7 0,021*
KCT KCT = 7,41 + 0,115 N 0,6 0,035*
BKKN BKKN = 0,03 + 0,000383 N 0,6 0,044*
PTM PTM = 49,7 + 0,465 N 0,6 0,052tn
Keterangan: *= berpengaruh nyata, tn= tidak berpengaruh nyata pada taraf 5%, r= koefisien
korelasi, DB= daya berkecambah, IV= indeks vigor, KCT= kecepatan tumbuh
benih, PTM= potensi tumbuh maksimum, BKKN= berat kering kecambah
normal; N= pola pewarnaan normal (NK+NL).
Penambahan kriteria pada uji tetrazolium dan uji viabilitas dapat digunakan
untuk mendeteksi vigor. Tolok ukur vigor pada uji perkecambahan (uji viabilitas),
yaitu indeks vigor dan kecepatan tumbuh benih. Uji tetrazolium pada pola
pewarnaan normal kuat dapat digunakan untuk indikasi vigor, karena pola
pewarnaan total berwarna merah atau dominan berwarna merah dapat digunakan
untuk indikasi munculnya kecambah normal kuat. Hasil uji korelasi pada Tabel 8
antara tolok ukur IV dan KCT dengan pola pewarnaan normal kuat uji tetrazolium
tidak mempunyai hubungan yang erat pada semua tolok ukur viabilitas. Uji
tetrazolium pada pola pewarnaan normal kuat belum dapat digunakan sebagai
indikasi menentukan vigor benih tomat karena memiliki nilai korelasi yang rendah
dan tidak nyata.
Tabel 8. Nilai korelasi dan regresi antara tolok ukur IV dan KCT dengan uji
tetrazolium pada pola pewarnaan normal kuat
Tolok Ukur
Persamaan Regresi r P-value
Viabilitas
IV IV = 17,1 + 0,467 NK 0,5 0,077tn
KCT KCT = 14,0 + 0,0495 NK 0,2 0,512tn
Keterangan: *= berpengaruh nyata, tn= tidak berpengaruh nyata pada taraf 5%, r= koefisien
korelasi, IV= indeks vigor, KCT= kecepatan tumbuh benih, NK= pola pewarnaan
normal kuat.
20
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Dina, Widajati E., Wirawan B. dan Ilyas S. 2007. Pola topografi pewarnaan
tetrazolium sebagai tolok ukur viabilitas dan vigor benih kedelai (Glycine
max L.Merr.) untuk pendugaan pertumbuhan tanaman di lapang. Bul.Agron.
35(2):88-95.
Eviliani U. 2016. Uji tetrazolium untuk kriteria vigor benih cabai (Capsicum
annum). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
21
Gagliardi B. and Filho J.M. 2011. Assessment of the physiological potential of bell
pepper seeds and relationships with seedling emergence. Rev.bras.sementes.
33(1):162-170.
Gomez K.A. dan Gomez A.A. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian.
Sjamsuddin E., Baharsjah J.S., penerjemah. UI Press, Jakarta. Terjemahan
dari: Statistical Prosedurs for Agriculture Research.
Ilyas S. dan Widajati E. 2015. Teknik dan Prosedur Pengujian Mutu Benih
Tanaman Pangan. IPB Press, Bogor.
[ISTA] International Seed Testing Association. 2014. Seed Science and
Technology. International Rules for Seed Testing. International Seed Testing
Association, Zurich.
Savage W.E.F. and Metzger G.L. 2006. Seed dormancy and the control of
germination. Tansley Review - New Phytologist. 171: 501-523.
Rahmayani S.F. 2015. Pengujian tetrazolium dan respirasi benih koro pedang
(Canavalia ensiformis). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sadjad S, Murniati E, Ilyas S. 1990. Parameter pengujian vigor benih. Grasindo,
Jakarta.
Sadjad S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. PT Gramedia Widiasarana Indonesia,
Jakarta.
Subantoro R. dan Prabowo R. 2013. Pengkajian viabilitas benih dengan tetrazolium
test pada jagung dan kedelai. Mediagro. 9(2):1-8.
Walpole R.E. 1993. Pengantar Statistik Edisi ke-3. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Widajati E., Murniati E., Palupi E.R., Kartika T., Suharto M.R. dan Qodir A. 2013.
Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. IPB Press, Bogor.
22
LAMPIRAN
25
LAMPIRAN
Testa
Endosperma Kotiledon
Radikula
27
RIWAYAT HIDUP