Kunjungan ANC
Dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan
Kunjungan Waktu Alasan
TM 1 Sebelum 14 minggu Mendeteksi masalah yang dapat ditangani sebelum
membahayakan jiwa
Mencegah masalah, missal: tetanus neonatal, anemia,
kebiasaan tradisional yang berbahaya
Membangun hubungan saling percaya
Memulai persiapan kelahiran dan kesiapan komplikasi
Mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan,
olahraga, istirahat, seks dsb)
TM 2 14-28 minggu Sama dengan TM 1 ditambah kewaspadaan khusus
terhadap hipertensi kehamilan (deteksi gejala
preeclampsia, pantau TD, evaluasi edema, proteinuria)
TM 3 28-36 minggu Sama, ditambah: deteksi kehamilan ganda
Imunisasi TT 0,5 cc
Imunisasi Interval Lama Perlindungan Perlindungan
TT 1 Pada kunjungan ANC pertama - -
TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun 80%
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun 95%
TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 99%
TT 5 1 tahun setelah TT 4 25 tahun/seumur hidup 99%
2. Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang terjadi pada masa kehamilan kurang dari 22 minggu. Pada masa kehamilan muda,
perdarahan pervaginam yang berhubungan dengan kehamilan dapat berupa: abortus, kehamilan mola,
kehamilan ektopik.
a. Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22
minggu atau buah kehamilan belum mampu hidup diluar kandungan.
b. Kehamilan ektopik terganggu
Kehamilan ektopik terjadi bila ovum yang telah dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar cavum
uteri. Pada keadaan ini besar kemungkinan terjadi keadaan gawat. Keadaan gawat ini dapat
terjadi apabila kehamilan ektopik terganggu. Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan
ektopik terganggu. Pada rubtur tuba, nyeri perut bagian bawah terjadi terjadi secara tiba-tiba dan
intensitasnya disertai dengan perdarahan yang menyebabkan penderita pingsan dan masuk dalam
keadaan syok.
c. Kehamilan Mola
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tanpa janin dan ditemukan jaringan
seperti buah anggur. Secara makroskopik mola hidatidosa mudah dikela yaitu berupa gelembung-
gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari beberapa
mm sampai 1-2 cm.
d. Hipertensi Gravidarum
Hipertensi dalam kehamilan
Gejala dan tanda yang selalu Gejala dan tanda yang kadang- Diagnosis kemungkinan
ada kadang ada
Tekana diastolik ≥ 90 mmHg Hipertensi kronik
pada kehamilan < 20 minggu
Tekana diastolik 90-110 Hipertensi kronik dengan
mmHg pada kehamilan < 20 superimposed pre-eklamsia
minggu ringan
Protein urin < ++
Tekana diastolik 90-110 Hipertensi dalam kehamilan
mmHg (2 ppengukuran
berjarak 4 jam) pada
kehamilan > 20 minggu
Proteinurin -
Tekana diastolik 90-110 Pre-eklamsi ringan
mmHg (2 ppengukuran
berjarak 4 jam) pada
kehamilan > 20 minggu
Proteinurin ++
Tekana diastolok ≥ 110 mmhg Nyeri kepala (tidak hilang Pre-eklamsi berat
pada kehamilan > 20 minggu dengan analgesik biasa)
Proteinurin ≥ +++ Penglihatan kabur
Oliguria (< 400ml/24 jam)
Nyeri abdomen atas
(epigastrium)
Edema paru
Kejang Koma Eklamsia
Tekanan diastolik ≥ 90 mmHg Sama seperti pre-eklamsi berat
pada kehamilan > 20 minggu
Proteinurin ≥ ++
A. Dukungan Persalinan
Dukungan selama persalinan meliputi :
1. Lingkungan
Suasana yang rileks dan bernuansa rumah akan sangat membantu ibu dan pasangannya untuk
cepat merasa nyaman,namun sikap para staf sangatlah penting dibandingkan dengan kondisi fisik
ruangan .ruangan persalinan perlu dilengkapi dengan meubeler sedemikian rupa sehingga
keadaan darurat dapat dapat ditangani dengan cepat dan efisienoleh karena itu efek klinis tidak
dapat dikesampingkan.demikian juga wallpaper dan gorden berwarna sejuk serta penggunaan tirai
untuk menutup peralatan persalinan akan mengurangi keangkeran ruangan ,penerangan yang
efisien mudah dipindah-pindah,ibu bersalin senang dengan penerangan redup .diupayakan agar
keluarga yang masuk kedalam ruang bersalin dibatasi untuk menjaga kebersihan.
2. Teman yang mendukung
Seorang teman yang mendukung merupakan sumber kekuatan yang besar dan memberikan
kesinabungan dukungan dimana teman yang mendukung tersebut tidak bisa digantikan oleh
siapapun bidan yang juga berarti “bersama wanita”, ia harus berusaha untuk menjadikan teman
yang mendukung, bekerja dengan wanita tersebut bersama keluarga. Bidan diharapkan trampil
dan peka serta fungsi untuk mengembangkan hubungan dengan wanita asuhannya dan keluarga,
hubungan tersebut bersifat teraupetik.
3. Mobilitas
Diusahakan ibu didorong untuk tetap tegar dan bergerak, persalinan akan berjalan lebih cepat dan
ibu akan merasa dapat menguasai keadaan, terutama jika ibu didorong untuk berusaha berjalan
bila memungkinkan dan berusaha merubah posisi tidur (miring kekiri ,jongkok atau merangkak).
4. Memberi informasi
Ibu dan keluarga harus diberi informasi selengkapnya tentang kemajuan persalinan dan semua
perkembangannya selama proses persalinan, setiap tindakkan atau intervensi yang akan dilakukan
harus diantisipasi dan dijelaskan. Ibu harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan klinis.
5. Tehnik relaksasi
Diharapkan ibu pernah mendapat penyuluhan tentang tehnik relaksasi pada saat ANC, bila ibu
belum pernah maka harus diajarkan dulu tehnik relaksasi, penyuluhan itu yang diberikan pada
saat ANC dengan penyuluhan pada saat inpartu harus sama supaya ibu tidak binggung. Bidan
harus mengingatkan tentang tehnik relaksasi terutama bernafas.
6. Percakapan
Seorang ibu dalam masa inpartu membutuhkan waktu untuk bercakap-cakap dan ada waktunya
untuk diam.bagi ibu yang sedang dala proses persalinan benar, maka kesunyian yang bersikap
akrab dan simpatik sudah pasti disukainya. Pada tahap ini ibu aka merasa lelah, setiap kontraksi
akan memerlukan konsentrasi penuh dan semua cadangan mosional dan fisik dikerahkannya,ibu
mungkin akan menutup semua pembicaraan yang tidak perlu dan berkonsentrasi terhadap
kemajuan persalinan.jika kesunyian sangat dibutuhkan maka sentuhan dan expresi wajah dan
orang-orang disekitarnya sangatlah dibutuhkan.
7. Dorongan semangat
Sebagian besar ibu akan mencapai tahap dimana mereka merasa tidak bisa melanjutkan lagi dan
putus asa. Bidan harus berusaha member dorongan semangat kepada ibu selama proses
persalinan. Dengan beberapa kata yang diucapkannya secara lembut setelah kontraksi atau
beberapa pujian non verbal pada saat terjadi kontraksi akan sangat member semangat /dorongan
ibu. Ibu yang sudah dibuat merasa bahwa ia sangup dan sudah membuat kemajuan persalinan
besar akan merespon dengan dengan terus berusaha.bidan berusaha untuk dapat berkomunikasi
dengan member respon yang hangat dan antusias, maka persalinan akan berhasil maju.
B. Pengurangan Rasa Sakit
Faktor-faktor yang mempengaruhi rasa sakit
1. Rasa takut dan cemas
Rasa takut dan cemas akan meningkatkan respons seseorang terhadap rasa sakit .rasa takut
kepada sesuatu yang tidak diketahui, rasa takut terhadap kesendirian dalam mengatasi suatu
pengalaman seperti persalinan dan rasa takut akan kegagalan dalam mengatasi rasa cemas akan
menambah kecemasan. Pengalaman pahit terdahulu juga akan menambah kecemasan ini.
2. Kepribadian
Kepribadian memainkan peranan dan wanita secara alamiah, tegang dan cemas akan lebih rendah
dalam menghadapi stress dibandingkan wanita yang rileks dan percaya diri.
3. Kelelahan
Wanita yang sudah lelah beberapa jam persalinan mungkin didahului oleh periode ketika tidurnya
terganggu oleh ketidaknyamanan dan akhir kehamilannya akan kurang mampudalam mentolelir
rasa sakitnya.
4. Budaya dan social
Factor budaya dan social juga memainkan peran.beberapa budaya mengharapkan stoitisme (sabar
dan membiarkannya) sedang budaya lainnya mendorong keterbukaan untuk menyatakan
perasaan. Persepsi terhadap rasa sakit bisa saja berubah jika wanita tersebut telah
mengalaminyeri dan penderitaan sebelumnya.
5. Pengharapan
Pengharapan akan memberikan warna pada pengalaman. Wanita yang realistis dalam
pengharapannya mengenai persalinannya dan mengenai responnya yang mungkin terhadap hal itu
barangkali wanita yang paling baik terlengkapi, selama ia masih percaya diri bahwa dia akan
mendapatkan bantuan dan dukungan yang dibutuhkan dan jaminan bahwa ia akan memperoleh
analgesia yang sesuai.
Berdasarkan hasil penelitian, pemeberian dukungan fisik, emosional dan psikologis selama
persalinan akan dapat membantu mempercepat proses persalinan dan membantu ibu memperoleh
kepuasan dalam melalui proses persalinan normal. Metode mengurangi rasa nyeri yang dilakukan
secara terus menerus dalam bentuk dukungan harus dipilih yang bersifat sederhana, biaya rendah,
resiko renedah, membantu kemajuan persalinan, hasil kelahiran bertambah baik dan bersifat sayang
ibu. Pendekatan untuk mengurangi rasa sakit dapat dilakukan dengan cara:
1. Menghadirkan seseorang yang dapat memberikan dukungan selama persalinan (suami, orang
tua);
2. Pengaturan posisi :duduk atau setengah duduk, posisi merangkak, berjongkok atau berdiri,
berbaring miring ke kiri;
3. Relaksasi dan pernafasan;
4. Istirahat dan privasi;
5. Penjelasan mengenai proses/kemajuan/prosedur yang akan dilakukan;
6. Asuhan diri;
7. Sentuhan.
Beberapa teknik dukungan untuk mengurangi rasa sakit:
1. Kehadiran seorang pendamping yang terus menerus, sentuhan yang nyaman, dan dorongan dari
orang yang memberikan support;
2. Perubahan posisi dan pergerakan;
3. Sentuhan dan massase;
4. Counterpressure untuk mengurangi tegangan pada ligament;
5. Pijatan ganda pada pinggul;
6. Penekanan pada lutut;
7. Kompres hangat dan kompres dingin;
8. Berendam;
9. Pengeluaran suara;
10. Visualisasi dan pemusatan perhatian (dengan berdoa);
11. Musik yang lembut dan menyenangkan ibu.
C. Perdarahan pada kala III
Perdarahan pada kala III umum terjadi dikarenakan terpotongnya pembuluh-pembuluh darah dari
dinding rahim bekas implantasi plasenta. Jumlah darah yang umum keluar tidak lebih dari 500 cc atau
setara dengan 2,5 gelas belimbing. Apabila setelah lahirnya bayi darah yang keluar melebihi 500 cc
maka dapat dikategorikan mengalami perdarahan pascapersalin primer. Pada pasien yang mengalami
perdarahan pada kala III atau mengalami pengeluaran darah sebanyak lebih 500 cc, tanda-tanda yang
dapat dijumpai secara langsung diantaranya perubahan pada tanda-tanda vital seperti pasien mengeluh
lemah, limbung, berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea, sistolik<90 mmHg, nadi>100 x/mnt,
kadarHb<8 g%. Beberapa penyebab perdarahan pasca persalinan primer yang sering terjadi adalah :
1. Atonia uteri
adalah melemahnya kontraksi uterus setelah melahirkan. Penyebab karena tak ada pemicu
kontraksi (hormone oksitosin lemah, adanya hambatan pada uterus ketika akan berkontraksi
seperti sisa plasenta, otot2 uterus terlalu mengembang sehingga untuk berkontraksi mengalami
hambatan biasanya karena bayi besar/makrosomia, polihidramnion, dll). Tindakan yang bisa
dilakukan adalah kompresi bimanual interna/eksterna dan menyuntikkan uterotonika bagi ibu
yang tidak ada riwayat HT.
2. Restensi oplasenta
Pengertian yaitu plasenta tidak lahir lebih dari 30 menit. Penyebab perlekatan plasenta. Tindakan
yang bisa dilakukan adalah manual plasenta
3. Perlukaan jalan lahir
Pengertian yaitu robeknya jalan lahir ketika proses persalinan. Penyebab peregangan otot
berlebihan. Tindakan yang bisa dilakukan adalah penjahitan
ASUHAN PADA MASA NIFAS
A. Istirahat
Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan, akan terasa lebih lelah bila partus berlangsung
agak lama. Seorang ibu baru akan cemas apakah ia mampu merawat anaknya atau tidak setelah
melahirkan. Hal ini mengakibatkan susah tidur, alasan lainnukya adalah terjadi gangguan pola tidur
karena beban kerja bertambah, ibu harus bangun malam untuk meneteki, atau mengganti popok yang
sebelumnya tidak pernah dilakukan. Berikut adalah hal-hal yang dapat dianjurkan pada ibu :
1. Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
2. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan,serta
untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal:
1. Mempengaruhi jumlah ASI yang diproduksi
2. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
3. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayinya dan dirinya sendiri.
B. Seksual
Dinding vagina kembali pada keadaan sebelum hamil dalam waktu 6-8 minggu. Secara fisik
aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan 1
atau 2 jari ke dalam vagina ibu tanpa terasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak
merasakan ketidaknyamanan, maka aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja
ibu siap.
Banyak budaya,yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu
tertentu,misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan.Keputusan bergantung pada
pasangan yang bersangkutan.
Hubungan seksual dapat dilakukan dengan aman ketika luka episiotomi telah sembuh dan lokia
telah berhenti. Sebaiknya hubungan seksual dapat ditunda sedapat mungkin sampai 40 hari setelah
persalinan karena pada saat itu diharapkan organ-organ tubuh telah pulih kembali. Ibu mengalami
ovulasi dan mungkin mengalami kehamilan sebelum haid yang pertama timbul setelah persalinan.
Oleh karena itu, bila senggama tidak mungkin menunggu sampai hari ke – 40, suami/istri perlu
melakukan usaha untuk mencegah kehamilan. Pada saat inilah waktu yang tepat untuk memberikan
konseling tentang pelayanan KB.
C. Keluarga berencana
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah / melawan dan konsepsi yang berarti
pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan.
Tujuan dari kontrasepsi adalah menghindari / mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut. Kontrasepsi yang cocok untuk
ibu nifas antara lain :
1) Metode amenorrhea laktasi (MAL)
2) Pil progestin (mini pil)
3) Kontrasepsi implant
4) AKDR
3. Suntikan Progestin
Metode ini sangat efektif dan aman, dapat dipakai olehsemua perempuan dalam usia
reproduksi, kembalinya kesuburan lebih lambat (rata-rata 4 bulan), serta cocok untuk masa laktasi
karena tidak menekan produksi ASI. Beberapa keuntungan dari metode ini adalah sebagai berikut
:
a. Sangat efektif.
b. Pencegahan kehamilan jangka panjang.
c. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
d. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit-penyakit
jantung dan gangguan pembekuan darah.
e. Tidak berpengaruh terhadap produksi ASI.
f. Dapat digunakan oleh perempuan usia lbih dari 35 tahun sampai premenopause.
g. Membantu mencegah kangker endometrium dan kehamilan ektopik.
h. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
i. Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.
j. Menurunkan krisis anemia bulan sabit.
Sementara itu, keterbatasan yang dimiliki oleh metode ini adalah sebagai berikut.
a. Sering ditemukan ganguan haid seperti siklus haid yang memendek/memanjang, perdarahan
banyak/sedikit, perdarahan tidak teratur/spotting dan tidak haid sama sekali.
b. Sangat bergantung pada sarana pelayanan kesehatan (harus kembali pada suntikan).
c. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya.
d. Kesubuan kembali terlambat setelah penghentian pemakaian, karena belum habisnya
pelepasan obat suntikan dari Deponya.
e. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan
libido, ganguan emosi (jarang), sakit kepala, nervositas, dan jerawat.
f. Hal yang perlu diperhatikan adalah selam 7 hari setelah suntikan pertama, tidak boleh
melakukan hubungan seksual.
4. Kontrasepsi Implan
Efektif selama 5 tahun untuk Norplant, 3 tahun untuk jadena, Indoplant, dan Implanon.
Kontrasepsi dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi. Pemasangan dan
pencabutan perlu pelatihan. Kesuburan segera kembali setelah implant dicabut. Beberapa
keuntungan dari kontrasepsi ini adalah sebagi berikut.
a. Daya guna tinggi, perlindungan jangka panjang.
b. Pengembalian tingkat kesuburan cepat setelah pencabutan.
c. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
d. Bebas pengaruh dari estrogen.
e. Tidak menggangu kegiatan sengama.
f. Tidak menggangu produksi ASI sehingga aman dipakai saat laktasi.
g. Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.
Beberapa keterbatasan yang dimiliki kontrasepsi ini adalah sebagai berikut.
a. Pada kebanyakan pemakai, dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan
bercak/spotting, hipermenorea, atau meningkatnya jumlah darah haid, serta amenore.
b. Timbul keluhan-keluhan seperti : nyeri kepala, nyeri dada, perasaan mual pening/pusing, dan
peningkatan/penurunan berat badan.
c. Membutuhkan tindak pembedahan minor.
A. Posisi Menyusui
a. Posisi Berbaring Miring
Posisi ini baik dilakukan pada saat pertama kali atau ibu dalam keadaan lelah atau nyeri.
b. Posisi Duduk
Pada saat pemberian ASI dengan posisi duduk dimaksudkan untuk memberikan topangan pada/
sandaran pada punggung ibu dalam posisi tegak lurus (90 derajat) terhadap pangkuannya. Posisi
ini dapat dilakukan dengan bersila di atas tempat tidur atau lantai, ataupun duduk di kursi.
c. Tidur Telentang
Seperti halnya pada saat dilakukan inisiasi menyusu dini, maka posisi ini juga dapat dilakukan
oleh ibu. Posisi bayi berada di atas dada ibu diantara payudara ibu.
Tanda-tanda bayi bahwa telah berada pada posisi yang baik pada payudara antara lain:
1. Seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada ibu.
2. Mulut dan dagu bayi berdekatan dengan payudara.
3. Areola tidak akan tampak jelas.
4. Bayi akan melakukan hisapan lamban dan dalam, dan menelan ASInya.
5. Bayi terlihat senang dan tenang.
6. Ibu tidak akan merasa nyeri pada daerah payudaranya.