Anda di halaman 1dari 7

AKTIVITAS OTONOM

Imai Indra

Abstrak. Sistem saraf motorik terbagi atas sistem otonom dan somatik. Sistem saraf otonom
(SSO) sesuai dengan namanya bersifat otonom (independen) dimana aktifitas tidak dibawah
kontrol kesadaran secara langsung. Aktifasi SSO secara prinsip terjadi di pusat di
hypothalamus, batang otak dan spinalis. Impuls akan diteruskan melalui sistem simpatis dan
parasimpatis. Sistem saraf simpatis dan parasimpatis biasanya bekerja secara antagonis.
Pemahaman tentang tentang anatomi dan fisiologi dari SSO sangat berguna untuk
memperkirakan efek farmakologi obat yang bekerja pada sistem saraf otonom tersebut. Dengan
menggunakan obat-obat yang mirip atau menghambat kerja transmitter kimia, kita dapat
memilih dan mempengaruhi fungsi otonom. (JKS 2012; 3: 180-186)

Kata kunci : Sistem otonom, somatik, fungsi, simpatis, parasimpatis, transmitter

Abstract. Motor nervous system is divided into somatic and autonomic systems. The autonomic
nervous system (SSO) as the name suggests is autonomous (independent) in which the activity
is not under direct conscious control. Activation of SSO is prisnsip teijadi in the center in the
hypothalamus, brain stem and spinal cord. Impulse will be transmitted through the sympathetic
and parasympathetic systems. Sympathetic and parasympathetic nervous systems typically
work antagonists. An understanding of the anatomy and physiology of the SSO is very useful
for estimating the effect of pharmacological drugs acting on the autonomic nervous system. By
using drugs that are similar or inhibit the work of the chemical transmitter, we can select and
affect autonomic function. (JKS 2012; 3: 180-186)

Key words : Autonomous systems, somatic, function, sympathetic, parasympathetic, transmitter

Pendahuluan pascaganglion yang mempersarafi sel


Sistem saraf motorik secara garis besar efektor. Secara garis besar dibagai atas
dibagi atas sistem otonom dan somatik. sistem simpatis (thorakolumbal) dan
Sistem saraf otonom sesuai dengan parasimpatis (kraniosakral) (gambar 1).
namanya bersifat otonom (independen) Keduanya berasal dari nukleus yang
dimana aktifitasnya tidak dibawah kontrol berada dalam sistem saraf pusat. Serat
kesadaran secara langsung. Sistem saraf preganglion simpatis meninggalkan sistem
otonom (SSO) terutama berfungsi dalam saraf pusat melalui nervus spinalis thorakal
pengaturan fungsi organ dalam seperti dan lumbal, sehingga dinamakan sistem
curah jatung, aliran darah ke berbagai thorakolumbal dan serat preganglion
organ, sekresi dan motilitas parasimptis meninggalkan sistem saraf
gastrointestinal, kelenjar keringat dan pusat melalui saraf kranial (khususnya N
temperatur tubuh. Aktifasi SSO secara III, VII, IX dan N X) dan nervus sakral,
prinsip terjadi dipusat di hipothalamus, sehingga dinamakan sistem kraniokaudal.
batang otak dan spinalis. Impuls akan Lingkaran refleks saraf otonom terdiri dari
diteruskan melalui sistem simpatis dan serat eferen yang sentripetal disalurkan
parasimpatis.1,2,31 melalui N. vagus, pelvikus, splanknikus
dan saraf otonom lainnya. Badan sel serat-
Anatomi serat ini terletak di ganglia dalam kolumna
Sistem Saraf otonom terdiri dari saraf dorsalis dan di ganglia sensorik dari saraf
preganglion, ganglion dan saraf kranial tertentu.4,5,6

Imai Indra adalah Dosen Bagian Anestesiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Syiah
Kuala/RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

180
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 12 Nomor 3 Desember 2012

Gambar 1 Skema diagram Susunan saraf pusat4

Fisiologi konservasi dan reservasi tubuh. sedangkan


Secara umum dapat dikatakan bahwa sistem simpatis berfungsi mempertahankan
sistem simpatis dan parasimpatis diri terhadap tantangan dari luar tubuh
memperlihatkan fungsi yang antagonistik. dengan reaksi berupa perlawanan atau
Bila yang satu menghambat suatu fungsi pertahanan diri yang dikenal dengan fight
maka yang lain memacu fungsi tersebut. or flight reaction.4,6
Contoh yang jelas ialah midriasis terjadi Sistem parasimpatis fungsinya lebih
dibawah pengaruh saraf simpatis dan terlokalisir, tidak difus seperti sistem
miosis dibawah pengaruh parasimpatis.2 simpatis, dengan fungsi utama menjaga
Organ tubuh umumnya dipersarafi oleh dan memelihara sewaktu aktifitas
saraf simpatis dan parasimpatis, dan tonus organisme minimal. Sistem ini
yang terjadi merupakan hasil perimbangan mempertahankan denyut jantung dan
kedua sistem tersebut. Inhibisi salah satu tekanan darah pada fungsi basal,
sistem oleh obat maupun akibat denervasi menstimulasi sistem pencernaan berupa
menyebabkan aktifitas organ tersebut peningkatan motilitas dan sekresi getah
didominasi oleh sistem yang lain. pencernaan, meningkatkan absorbsi
Antagonisme ini tidak terjadi pada semua makanan, memproteksi retina terhadap
organ, kadang kadang efeknya sama, cahaya berlebihan, mengosongkan rektum
misalnya untuk ereksi. Sekresi liur dan kandung kemih. Dengan demikian
dirangsang baik oleh saraf simpatis saraf parasimpatis tidak perlu bekerja
maupun parasimpatis, tetapi sekret yang secara serentak.1,2,6
dihasilkan berbeda kualitasnya pada
perangsangan simpatis liur kental, Transmisi Neurohumoral2,4,6
sedangkan pada perangsangan Impuls saraf dari susunan saraf pusat (SSP)
parasimpatis liur lebih encer. Fungsi dua hanya dapat diteruskan ke ganglion dan sel
sistem tersebut dapat juga saling efektor melalui pelepasan suatu zat kimia
melengkapi, misalnya pada fungsi seksual, yang khas yang disebut transmitor
ereksi merupakan fungsi parasimpatis neurohumoral atau disingkat transmitor.
sedangkan ejakulasi efek simpatis. Secara Pada dosis terapi, tidak banyak obat yang
umum dapat dikatakan bahwa sistem dapat mempengaruhi konduksi akson,
parasimpatis berperan dalam fungsi tetapi banyak sekali zat yang dapat

181
Imai Indra, Aktivitas Otonom

mengubah transmisi neurohumoral. memasuki sel. Bila ada depolarisasi yang


Konduksi saraf hanya dapat dipengaruhi mencapai ambang rangsang, maka
oleh anestetik lokal dosis terapi yang permeabilitas terhadap ion Na+ sangat
diinfiltrasikan dalam kadar yang relatif meningkat sehingga ion Na+ masuk ke
tinggi di sekitar serabut saraf, dan oleh dalam aksoplasma dan menyebabkan
beberap zat lain seperti tetradoksin. potensial yang negatif tadi menuju netral
Pada akson, potensial membran istirahat dan bahkan menjadi positif . Hal ini diikuti
sekitar -70 mV. Potensial negatif ini dengan repolarisasi, yaitu kembalinya
disebabkan oleh kadar ion K+ didalam sel potensial istirahat dengan terhentinya
saraf 40 kali lebih besar daripada kadarnya pemasukan ion Na+ dan keluarnya ion K+.
diluar sel, sedangkan ion Na+ dan Cl+ jauh Perubahan potensial tersebut disebut
lebih banyak di luar sel. Dalam keadaan potensial aksi (impuls) saraf (nerve action
potensial istirahat ini, ion Na+ tidak dapat potential, NAP). Gambar 2.2,7

Gambar 2 Perubahan potensial pada neuron2

NAP akan berjalan sepanjang akson dilepaskan transmitor ACh pada saraf
sampai di ujung saraf, di sinaps akan pascaganglion parasimpatis dan
menyebabkan pelepasan transmitor. norepinefrin (NE) pada saraf
Transmitor akan melintasi celah sinaps pascaganglion simpatis. Reaksi sel efektor
selebar 100-500 Angstrom ke membran dapat berupa perangsangan atau
pasca sinaps. Transmitor ini disintesis dan penghambatan tergantung jenis transmitor
disimpan di ujung akson dalam organel dan jenis reseptornya.
yang disebut gelembung (vesikel) sinaps. Suatu transmisi neurohumoral tidak selalu
Transmitor yang dilepaskan dari ujung menyebabkan depolarisasi tetapi juga
saraf preganglion ialah asetilkolin (ACh), dapat menyebabkan hiperpolarisasi.
(lihat gambar 3). ACh berdifusi sepanjang Hiperpolarisasi pada membran saraf pasca
celah sinaps dan mencapai membran pasca ganglion disebut potensial inhibisi pasca
sinaps; disini ACh bergabung dengan sinaps (inhibitory postsynaptic potential.
reseptornya dan mengakibatkan terjadinya JPSP) dan menyebabkan hambatan organ
depolarisasi membran saraf pasca ganglion pascasinaps.
yang disebut potensial perangsangan pasca Bila transmitor tidak diinaktifkan maka
sinaps (excitatory postsynaptic potential, transmisi sinaptik akan terus berlangsung
EPSP). Depolarisasi terjadi akibat pada membran pasca sinaps dengan akibat
peningkatan permeabilitas ion Na+ dan K+ terjadinya perangsangan yang berlebihan
sekaligus. EPSP akan merangsang atau bahkan disusul dengan blokade.
terjadinya NAP di saraf pasca ganglion Karena itu perlu ada mekanisme untuk
yang sesampainya di sinaps saraf-efektor menghentikannya. Pada sinaps kolinergik
akan menyebabkan penglepasan terdapat asetilkolinesterase, suatu enzim
ttransmitor lagi untuk meneruskan sinyal penghidrolisis ACh yang kerjanya cepat
ke sel efektor. Pada sinaps saraf-efektor ini sekali. Pada sinaps adrenergik, NE

182
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 12 Nomor 3 Desember 2012

terutama diambil kembali (reuptake) oleh Transmisi Kolinergik


ujung saraf adrenergik. Ambilan kembali
NE ini selain untuk menghentikan Sintesis Asetilkolin
transmisi sinaps juga berfungsi untuk Otto Loewi (1921) dari Universitas
menghemat NE. Graz, Austria pertamakali membuktikan
Saraf yang mensistesis dan melepaskan adanya zat neurotransmiter bila N.
ACh disebut saraf kolinergik, yakni saraf Vagus dirangsang, yang dinamakannya
praganglion simpatis dan parasimpatis, vagussstoff. Setelah diteliti ternyata zat
saraf pasca ganglion parasimpatis dan saraf vagus tersebut adalah asetilkolin (ACh).2,6
Keempat tahap transmisi neurohumoral Terdapat dua jenis enzim yang
yaitu sintesis, penyimpanan, pelepasan, berhubungan dengan ACh yaitu
ikatan dengan reseptor dan eliminasi kolinasetilase dan kolinesterase.
transmitor merupakan dasar untuk Kolinasetilase (kolin asetiltransferase,
pengertian kerja obat otonom. Obat yang ChAT) mengkatalisis sintesis ACh, pada
bekerja pada saraf otonom mempengaruhi tahap pemindahan gugus asetil dari
salah satu tahap transmisi neurohumoral asetilkoenzim-A ke molekul kolin. Reaksi
tersebut, yaitu pada transmisi adrenergik ini merupakan langkah terakhir dalam
atau transmisi kolinergik tanpa sintesis ACh, yang terjadi dalam
membedakan apakah saraf tersebut sitoplasma ujung saraf yang kemudian
termasuk sistem simpatis, parasimpatis ditransportasi ke dalam gelembung sinaps
atau somatik. tempat ACh disimpan dalam kadar tinggi
(gambar 3).

Gambar 3 Ilustrasi pembentukan asetilkolin4

Kolinasetilase disintesis dalam perikarion waktu cepat. Kecepatan inaktifasi


sel saraf dan ditransportasi sepanjang tergantung dari macamnya sinaps
akson ke ujung sarat Asetil KoA disintesis (sambungan saraf-otot atau saraf-efektor)
di mitokondria ujung saraf sedangkan dan macam neuron. Pada sambungan saraf
kolin diambil secara aktif ke dalam ujung otot, ACh dirusak secara kilat, dalam
saraf. Proses ambilan kolin ke dalam saraf waktu kurang dari 1 milidetik.
ini tergantung Na ekstra sel dan dihambat Kolinesterase yang tersebar di berbagai
oleh hemikolonium.2,4 jaringan dan cairan tubuh, menghidrolisis
Kolinesterase. Asetilkolin sebagai Ach menjadi kolin dan asam asetat.
transmitor harus tidak diaktifkan dalam Kekuatan kolin sebagai transmitor hanya

183
Imai Indra, Aktivitas Otonom

1/100.000 kali Ach. Ada 2 macam kuanta (atau vesikel). Urutan kejadiannya
kolinesterase, yaitu asetilkolinesterase diduga sebagai berikut : depolarisasi ujung
(AchE) dan butirilkolinesterase (BuChE). saraf diikuti influks ion Ca yang akan
Asetilkolinesterase (juga dikenal sebagai berikatan dengan gugus bermuatan negatif
kolinesterase yang spesifik atau di membran aksoplasmik bagian dalam.
kolinesterase yang sejati) terutama terdapat Hal ini menyebabkan terjadinya fusi
di tempat transmisi kolinergik pada membran akson dengan membran vesikel,
membran pra maupun pascasinaps, dan diikuti penglepasan Ach dari dalam vesikel
merupakan kolinesterase yang terutama (proses eksositosis). Penglepasan ini
memecah Ach. Butirilkolinesterase dihambat oleh ion Mg yang berlebihan.
(pseudokolinesterase atau serum esterase)
terutama memecah butirilkolin dan Transmisi Adrenergik2,4
banyak terdapat dalam plasma dan hati ;
fungsi fisiologinya belum diketahui. Sintesis katekolamin
Enzim ini berperan dalam eliminasi Sintesis katekolamin terlihat dalam gambar
suksinilkolin.2,4 5. Proses sintesis ini terjadi di ujung saraf
Transmisi kolinergik praktis dihentikan adrenergik. Enzim-enzim yang berperan
oleh enzim AchE sehingga penghambatan disintesis dalam badan sel neuron
enzim ini akan menyebabkan aktifitas adrenergik dan ditransport sepanjang akson
kolinergik yang berlebihan dan ke ujung saraf. Hidroksilasi tirosin
perangsangan reseptor kolinergik secara merupakan tahap penentu (rate-limiting
terus-menerus akibat penumpukan Ach step) dalam biosintesis katekolamin.
yang tidak dihidrolisis. Kelompok zat yang Disamping itu, enzim tirosin hidroksilase
menghambat AchE dikenal sebagai ini dihambat oleh senyawa katekolamin
antikolinesterase (anti-AchE). Hampir (umpan balik negatif).
semua efek farmakologi anti - AchE adalah Epinefrin paling banyak ditemukan dalam
akibat penghambatan enzim AchE, dan kelenjar adrenal sedang NE disintesis
bukan BuChE. Dalam urutan kekuatan dalam saraf pascaganglion simpatis. Tahap
yang meningkat kita kenal fisostigmin, sintesis sampai terbentuk dopamin terjadi
prostigmin, diisopropilfluorofosfat (DFB) di sitoplasma. Dopamin ditransfer aktif ke
dan berbagai insektisida organofosfat. dalam vesikel dan di situ diubah menjadi
NE. Hanya di medulla adrenal terdapat
Penyimpanan dan Pelepasan Asetilkolin enzim N-metiltransferase yang mengubah
Pada tahun 1950 Fall dan Kastz NE menjadi epinefrin di sitoplasma.
menemukan ACh dilepaskan dari ujung Seluruh isi vesikel ini dilepaskan pada
saraf somatik dalam satuan-satuan yang perangsangan saraf dengan proses
jumlahnya konstan (kuanta). Ach dalam eksositosis.
jumlah tersebut hanya menimbulkan
perubahan potensial kira-kira 0,5 mV.
Potensial miniatur lempeng saraf (miniatur
end-plate potential, mepp) yang tidak
cukup untuk menimbulkan potensial aksi
ini, ditingkatkan dengan pemberian
neostigmin dan diblok oleh d-tubokurarin.
Suatu potensial aksi yang mencapai ujung
saraf akan menyebabkan penglepasan ACh
secara eksplosif sebanyak 100 atau lebih

184
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 12 Nomor 3 Desember 2012

Gambar 4 Ilustrasi pembentukan Norepinefrin di ujung saraf adrenergik 4


.

Cara Kerja Obat Otonom pada sintesis NE. Sebaliknya metildopa,


Obat otonom mempengaruhi transmisi penghambat dopa dekarboksilase, seperti
neurohumoral dengan cara menghambat atau dopa sendiri didekarboksilasi dan
mengintensifkannya. Terdapat beberapa dihidroksilasi menjadi a-metil NE.
kemungkinan pengaruh obat pada transmisi Guanetidin dan bretilium juga mengganggu
sistem kolinergik maupun adrenergik, yaitu : penglepasan dan penyimpanan NE.
1. Hambatan pada sintesis atau
penglepasan transmitor 2. Menyebabkan Penglepasan Transmitor
2. Menyebabkan penglepasan transmitor Kolinergik. Racun laba-laba black widow
3. Ikatan dengan reseptor menyebabkan penglepasan Ach
4. Hambatan destruksi transmitor (eksositosis) yang berlebihan, disusul
dengan blokade penglepasan ini.
1. Hambatan Pada Sintesis Atau Adrenergik. Banyak obat dapat
Penglepasan Transmitor meningkatkan pelepasan NE. Tergantung
Kolinergik. Hemikolinium menghambat kecepatan dan lamanya penglepasan, efek
ambilan kolin ke dalam ujung saraf dan yang terlihat dapat berlawanan. Tiramin,
dengan demikian mengurangi sintesis ACh. efedrin, amfetamin dan obat sejenis
Toksin botulinum menghambat pelepasan menyebabkan penglepasan NE yang relatif
Ach disemua saraf kolinergik sehingga cepat dan singkat sehingga menghasilkan
dapat menyebabkan kematian. efek hambatan transport aktif NE ke dalam
Adrenergik. Metiltirosin memblok sintesis vesikel, menyebabkan penglepasan NE
NE dengan menghambat tirosinhidroksilase, secara lambat dari dalam vesikel ke
enzim yang mengkatalisis tahap penentu aksoplasma sehingga NE dipecah oleh

185
Imai Indra, Aktivitas Otonom

MAO. Akibatnya terjadi blokade somatik yang mempersarafi otot rangka.


adrenergik akibat pengosongan depot NE Saraf yang mensintesis dan melepaskan NE
diujung saraf. disebut saraf adrenergik, yakni hampir
semua saraf pasca ganglion simpatis.
3. Ikatan dengan Reseptor Transmisi neurohumoral memegang
Obat yang menduduki reseptor dan dapat peranan penting dalam meneruskan impuls
menimbulkan efek yang mirip dengan efek saraf otonom, dimana masing-masing
transmitor disebut agonis. Obat yang hanya memiliki neurotransmitor yang berbeda
menduduki reseptor tanpa menimbulkan untuk masing masing saraf simpatis dan
efek langsung, tetapi efek akibat hilangnya parasimpatis. Reaksi sel efektor dapat
efek transmitor (karena tergesernya berupa perangsangan dan penghambatan
transmitor dari reseptor) disebut antagonis tergantung jenis transmitor dan jenis
atau bloker. reseptornya.
Obat otonom bekerja dengan menghambat
4. Hambatan Destruksi Transmitor sintesis atau penglepasan transmitor, ikatan
Kolinergik. Antikolinesterase merupakan dengan reseptor dan hambatan destruksi
kelompok besar zat yang menghambat transmitor.
destruksi ACh karena menghambat AchE,
dengan akibat perangsangan berlebihan di Daftar Pustaka
reseptor muskarinik oleh Ach dan 1. Parenteau AR, Maktabi MA, Basic
terjadinya perangsangan disusul blokade di Physiology and Pharmacology of the
reseptor nikotinik. Autonomic Nervous System, In Principles
Adrenergik. Ambilan kembali NE setelah anda Practice of Anesthesiology, 2nd
pelepasannya di ujung saraf merupakan Edition, Craven L et al (ed), Mosby-Year
mekanisme utama penghentian adrenergik. book, mc : Phiadeiphia. 1998 : 721-52.
2. Darmansyah I, Arini setiawati, Sulistia gan,
Hambatan proses ini oleh kokain dan Susunan saraf Otonom dan transmisi
imipramin mendasari peningkatan respons Neurohumoral, Dalam : Farmakologi dan
terhadap perangsangan simpatis oleh obat Terapi, FKUT : Jakarta. 1994 : 23-38.
tersebut. Penghambat COMT misalnya 3. Stoelting RK, Miller RD, Autonomic
pirogalol hanya sedikit meningkatkan Nervous System, in Basic of Anesthesia,
respons katekolamin, sedangkan fourth edition, Churchill Livingstone :
penghambat MAO misalnya tranisipromin, Pensylvania. 2000 : 34-45.
hanya meningkatkan efek tiramin tetapi 4. Katzung BG, introduction to Autonomic
tidak meningkatkan efek katekolamin. Pharmacology, in Basic and Clinical
Pharmacology, seventh edition, Katzung
Kesimpulan (ed), Appleton & Lange, Connecticut.
2002 : 73-89.
Susunan saraf motorik terdiri atas sistem 5. Moss J, Renz CL, The Autonomic Nervous
otonom dan somatik. Sistem saraf otonom System., In. Anesthesia, Miller et al (ed),
impulsnya diteruskan melalui sistem fifth edition, Churchill Livingstone :
simpatis dan parasimpatis, yang biasanya Philadelphia. 2000 : 523-70.
bersifat antagonistik. 6. Collin VJ, Autonomic Nervous System,
Secara umum dapat dikatakan bahwa sistem in Physiology And Pharmacology of
parasimpatis berperan dalam fungsi Anesthesia, William & Wilkins,
konservasi dan reservasi tubuh, sedangkan Pensylvania. 1996 : 281-301.
sistem simpatis berfungsi mempertahankan 7. Hoffman BB, Taylor P, The Autonomic and
diri terhadap tantangan dari luar tubuh Somatic Motor Nervous Systems, in
dengan reaksi berupa perlawanan atau Goodman & Gilman's The Pharmacological
Basis of Theapeutics, Tenth edition,
pertahanan diri. Hartman JG, et al. (ed), New York :
Saraf yang mensistesis dan melepaskan McGraw-Hill. 2001 : 115-4.
ACh disebut saraf kolinergik, yakni saraf
praganglion simpatis dan parasimpatis, saraf
pasca ganglion parasimpatis dan saraf

186

Anda mungkin juga menyukai